Anda di halaman 1dari 10

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 412 responden yang diambil dari warga desa
Ambulu kecamatan Ambulu kabupaten Jember. Penelitian dilakukan secara
langsung melalui kuesioner untuk mengetahui tindakan pengobatan gigi dan
mulut responden. Data tingkat karies gigi diperoleh melalui pemeriksaan langsung
pada sampel dan dilakukan pencatatan indeks DMF-T. Data hasil pada penelitian
ini dapat dilihat dalam diagram berikut:

1 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Umur


Interval Frekuensi Persentase
18-20 62 15%
21-23 38 9,2%
24-26 48 11,7%
27-29 43 10,4%
30-32 50 12,1%
33-35 37 9%
36-38 37 9%
39-41 97 23,5%
Jumlah 412 100%

2 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 168 40,8%
Perempuan 244 59,2%
Total 412 100,0%

3 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

20
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 63 15,29 %
SMP 154 37,37 %
SMA 154 37,37 %
D3 4 0,97%
S1 37 8,98 %
Total 412 100 %
Pendidikan Frekwensi Persentase (%)

4 Tabel Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 131 31,79%
Pedagang 9 2,18%
Pelajar 12 2,91%
Pengangguran 5 1,21%
Petani 50 12,13%
PNS 4 0,97%
Swasta 9 2,18%
Wiraswasta 133 32,28%
Buruh 39 9,46%
Supir 2 0,48%
Guru 18 4,36%
Total 412 100.0 %
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

4.1 Diagram Hasil Pengukuran Tindakan Pengobatan gigi dan mulut

20% 23%
Rendah
Sedang
Tinggi
57%

21
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa sebanyak 23% warga
desa Ambulu memiliki skor rendah dalam upaya tindakan pengobatan, dengan
jumlah responden sebanyak 96 orang. Responden yang memiliki skor sedang
sebesar 57% dengan jumlah responden sebanyak 235 orang dan skor tinggi
sebesar 20% dengan jumlah responden sebanyak 81 orang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa warga desa Ambulu mayoritas memiliki skor sedang dalam
mengupayakan tindakan pengobatan.

4.2 Diagram Tingkat Kejadian Karies (DMF-t)

13%
26%
SANGAT RENDAH
17%
RENDAH
17% SEDANG
27% TINGGI
SANGAT TINGGI

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa warga desa Ambulu yang


memiliki skor DMF-t sangat rendah sebesar 25,73% dengan jumlah responden
sebanyak 106 orang, skor rendah sebesar 17,23% dengan jumlah responden 71
orang, skor sedang sebesar 27,43% dengan jumlah responden 113 orang, skor
tinggi sebesar 16,99% dengan jumlah responden sebanyak 70 orang, dan skor
sangat tinggi sebesar 12,62% dengan jumlah responden sebanyak 52 orang. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas warga dusun Sumberan desa Ambulu memiliki
skor sedang tentang tingkat kejadian karies gigi.

22
23
4.5 Tabel Distribusi Silang Frekuensi Tindakan Pengobatan dengan DMF-t
DMF-t Total
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
rendah tinggi
Rendah 4,6% 3,2 % 7,3% 5,1% 3,2% 23,3%

Tindakan Sedang 17,0 % 9,5 % 14,6 % 8,7% 7,3% 57,0%


pengobatan
Tinggi 4,1% 4,6% 5,6 % 3,2% 2,2% 19,32%

25,7 % 17,2 % 27,4% 17,0% 12,6% 100%


Total

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa frekuensi tertinggi pada tindakan
tindakan pengobatan sedang dengan indeks DMFt sangat rendah yaitu sebanyak
17,0%. Frekuensi DMF-t tertinggi pada kategori sedang 27,4%. Sedangkan
frekuensi terendah terdapat pada tidakan pengobatan tinggi dengan indeks DMFt
sangat tinggi.

4.1.2 Hasil Analisis Data


Sebelum dilakukan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara tindakan pengobatan gigi dan mulut terhadap indeks
DMF-t warga di desa Ambulu kabupaten Jember, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov. Hasil uji normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut
ini :

Tabel 4.6 Hasil uji Kolmogrov-Smirnov terhadap indeks DMF-T


dan upaya pengobatan gigi

N Sig.

Tindakan Pengobatan 363 ,000

Skor DMF-T 363 ,000

24
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada skor
DMF-T dan upaya pengobatan adalah 0,00 (p<0,05) yang berarti data tidak
berdistribusi normal.
Setelah diketahui data tidak berdistribusi normal, maka untuk mengetahui
adanya hubungan antara upaya tindakan pengobatan gigi dan mulut terhadap
indeks DMF-t, dilanjutkan dengan uji korelasi non-parametrik yaitu uji
Spearman. Hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman dapat dilihat
pada tabel 4.7

Tabel 4.7 hasil uji korelasi Spearman tindakan pengobatan gigi dan
mulut dengan karies gigi

Tindakan
Pngobatan DMF-t
Tindakan
Pngobatan (Sig. 2-tailed) . .047
DMF-t (Sig. 2-tailed) .047 .

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai


sigifikansi 0.047 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
tindakan pengobatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-t.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, diketahui bahwa terdapat
hubungan antara tindakan pengobatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-t.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kuat tidaknya pengaruh tindakan
pengobatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-t, dilakukan uji regresi.
Hasil uji regresi dapat dilihat pada table 4.8.

Tabel 4.8 hasil uji regresi


df Sig.
Regression 1 0.024

25
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa nilai signifikasi lebih kecil dari
0,05, yang berarti terdapat pengaruh tindakan pengobatan gigi dan mulut
terhadap indeks DMF-t/

4.3 Diagram skor pemeriksaan DMF-T

13% 26% S ANGAT RENDAH


17% RENDAH
17% S EDANG
27% TINGGI
S ANGAT TINGGI

Hasil pemeriksaan DMF-T menunjukan bahwa pada 412 responden,


sebanyak 52 responden (12,62%) memiliki kriteria DMF-T sangat tinggi, 70
responden (16,99%) tinggi, 113 responden (27,42%) sedang, 71 responden (17,23
%) rendah, 106 responden (25,72%) sangat rendah. Skor DMF-T pada masyarakat
menunjukkan tingginya nilai karies gigi pada masyarakat desa Ambulu.

4.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan mengisi kuisioner tentang
upaya pengobatan gigi dan mulut pada masyarakat laki-laki dan perempuan yang
berusia 18 tahun sampai 40 tahun yang bertempat tinggal di desa Ambulu
kecamatan Ambulu kabupaten Jember dengan menggunakan indeks DMF-t. Tabel
4.2 tentang distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, peneliti
menentukan teknik pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang
dibuat sendiri oleh peneliti terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Sampel yang diperoleh dari perhitungan berjumlah minimal 390 orang, dengan

26
menambahkan sejumlah sampel sebagai cadangan, maka peneliti menggunakan
jumlah sampel sebesar 412 orang dengan perincian 168 laki-laki dan 244
perempuan.
TIndakan pengobatan dengan kategori rendah memiliki persentase indeks
DMF-t tertinggi pada derajat keparahan sedang (2,7-4,4) sebesar 7,3%. Tindakan
pengobatan dengan kategori sedang memiliki persentase indeks DMF-t tertinggi
pada derajat keparahan sedang, yakni sebesar 14,6%. Tindakan pengobatan
dengan kategori tinggi memiliki persentase indeks DMF-t tertinggi pada derajat
keparahan paling besar pada kategori sedang. Pada tabel diatas juga menunjukkan
bahwa tindakan pengobatan dengan kategori tinggi memiliki persentase terendah
pada kategori derajat keparahan sangat tinggi, yakni sebesar 2,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah warga desa Ambulu yang datang untuk berobat ke
dokter gigi dengan indeks DMF-t yang sangat tinggi adalah rendah.
Data yang telah diperoleh kemudian dilihat normalitas data dengan
menggunakan uji kolmogorov Smirnov, dan didapatkan data tidak berdistribusi
normal. Analisis data pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa ada pengaruh tindakan
pengobatan gigi dan mulut masyarakat terhadap indeks DMF-t di desa Ambulu
kecamatan Ambulu kabupaten Jember. Nilai p < 0,005 yaitu 0,047 menunjukkan
bahwa tindakan pengobatan gigi dan mulut ada hubungan dengan tingkat
kesehatan rongga mulut dalam hal karies. Sebab tindakan warga untuk melakukan
tindakan pengobatan didasarkan akan kebutuhan mengobati penyakit gigi yang
dapat diketahui dari indeks DMF-t. Untuk mengetahui kuat tidaknya pengaruh
tindakan pengobatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-t, dilakukan uji regresi.
Hasilnya menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,024, yakni lebih besar dari 0,05,
yang berarti terdapat pengaruh tindakan pengobatan gigi dan mulut warga desa
ambulu terhadap indeks DMF-t.
Upaya pengobatan merupakan suatu tindakan untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit. Pengobatan sendiri merupakan suatu upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejala yang dialami dengan
pengetahuan dan persepsinya sendiri. Upaya pengobatan yang dilakukan oleh
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi meliputi

27
pengetahuan, sikap, pandangan/persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan,
pendidikan, umur, status sosial, kepribadian. Faktor pendukung meliputi sumber
daya, seperti fasilitas, kepribadian, layanan kesehatan dan kemudahan untuk
mencapainya. Faktor pendorong meliputi sikap perilaku petugas kesehatan,
dorongan yang berasal dari keluarga, masyarakat, pamong atau tokoh masyarakat
di sekitarnya.
Permintaan akan layanan kesehatan dipengaruhi pula oleh adanya
kebutuhan akan pelayanan kesehatan, adanya kesadaran akan kebutuhan
pelayanan kesehatan, dan adanya motivasi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Upaya masyarakat desa Ambulu untuk melakukan pengobatan gigi dan
mulut masih rendah. Hal ini disebabkan oleh sikap dan pandangan/persepsi
masyarakat mengenai upaya pengobatan, warga memilih berobat ke poli gigi
puskesmas hanya jika sakit. Mereka mendiamkan gigi berlubang hingga tinggal
tunggaknya. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat bahwa berobat ke poli
gigi puskesmas jika hanya sakit.

28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Terdapat pengaruh tindakan pengobatan gigi dan mulut warga desa
Ambulu terhadap indeks DMF-t di Desa Ambulu kecamatan Ambulu, kabupaten
Jember.

5.2 Saran
1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
2 Penelitian ini sebagai acuan dan bahan pertimbangan wilayah kerja
Puskesmas Ambulu dalam menjalankan program terutama program yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.

29

Anda mungkin juga menyukai