BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
(Prawiroharjo, 2008). Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ
reproduksi wanita adalah kanker serviks yang merupakan kanker yang paling
ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang
perempuan di dunia dan urutan pertama bagi negara sedang berkembang (Marmi,
2013).
sekitar 7 juta orang, dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang
menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030.
Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang
karena sesuai data yang ditemukan setiap hari 40 wanita yang dinyatakan kanker
serviks , 20 diantaranya meninggal dunia. Di dunia setiap dua menit sekali wanita
yang telah terdiagnosa kanker serviks meninggal dua menit sekali. Dimana tiap
tahun diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk. Ini berarti
dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker baru setiap
2
tahunnya. Sejalan dengan itu, data empiris juga menunjukkan bahwa kematian
akibat kanker dari tahun ke tahun terus meningkat (Ferlay, et.al. 2001)
skrining lain yang lebih mampu dilaksanakan, cost effective dan dimungkinkan
dilakukan di Indonesia. Salah satu metode alternatif skrining kanker serviks yang
pulasan Asam asetat). IVA (Inspeksi Visual dengan pulasan Asam asetat) adalah
1
pemeriksaan skrining untuk mendeteksi kanker serviks yang murah meriah
negara yang sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker
serviks, salah satunya adalah dengan cara Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
(Gaffikin, 1997). Pengolesan asam asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal
akan memberikan gambaran bercak putih yang disebut acetowhile. Gambaran ini
muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein. Hal
ini memungkinkan pengenalan bercak putih pada serviks dengan mata telanjang
atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk
leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo
dengan mata telanjang. Lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi
larutan asam asetoasetat (asam cuka) akan berubah warna menjadi putih
pengolesan asam asetat tidak dilakukan dan pasien segera dirujuk ke sarana yang
spesifisitas 99,8%, nilai duga positif 83,3% dan nilai duga negatif 99,9%. Hal ini
(Hanafi,2003)
secara teratur masih rendah. Cakupan deteksi dini di Indonesia kurang dari lima
persen sehingga banyak kasus kanker serviks ditemukan pada stadium lanjut yang
beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan wanita yang mempunyai
risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel untuk pemeriksaan
sitologi yang salah. Ada beberapa faktor yang mendukung ibu melakukan
pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan pulasan Asam asetat) yaitu: faktor
dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena
kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada
pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan. Banyak
terhadap pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di samping itu,
merupakan hal lain yang penting dalam metode skrining (Febri, 2010)
Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya
kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko
terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan
deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan IVA (inspeksi visual
dengan menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan screening deteksi dini
kanker serviks di Indonesia melalui IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %),
padahal cakupan screening yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan
faktor risiko dan deteksi dini, pengetahuan tentang penyebab dan faktor risiko
kanker serviks sangatlah penting (Ninik, 2011). Dengan pengetahuan dan sikap
yang baik diharapkan akan muncul kesadaran wanita untuk menghindari faktor
risiko dan melakukan pemeriksaan secara dini sehingga kanker serviks dapat
ditemukan pada stadium awal, dapat mengurangi beban sosial ekonomi yang
yang melakukan pemeriksaan IVA atau sekitar 0,07% dari 91.705 penduduk
perempuan di kab. Batu bara tanpa melihat golongan usia. Pada tahun 2011,
dilakukan secara rutin pada hari rabu minggu kedua setiap bulannya. Sayangnya,
respon masyarakat masih belum memuaskan. Hingga awal Desember 2016, hanya
8 pasien yang melakukan pemeriksaan IVA. Dengan data tersebut, Puskesmas Sei
Suka memiliki angka terendah pemeriksaan IVA. Hal ini dapat diakibatkan
IVA Test Di Puskesmas Sei Suka Kab. Batu Bara Tahun 2016
IVA Test Di Puskesmas Sei Suka Kab. Batu Bara Tahun 2016
6
IVA Test Di Puskesmas Sei Suka Kab. Batu Bara Tahun 2016
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap Pemeriksaan IVA Test
melanjutkan penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
rasa dan raba. Besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
a. Tahu (know)
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
b. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
9
f. Evaluasi (evaluation)
pengetahuan yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
kesehatan.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis. Pada aspek psikologis dan mental, taraf
memperoleh pengetahuan.
2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
12
dilakukan Ningsih (2010) mengenai pengetahuan dan sikap wanita yang telah
menikah tentang pemeriksaan IVA untuk mendeteksi dini kanker leher rahim di
Puskesmas Medan Area Selatan melaporkan sikap responden yang tidak periksa
IVA paling banyak dalam kategori baik 54,5% . Hal ini menunjukkan sikap yang
baik belum tentu menunjukkan tindakan suatu perilaku yang baik pula.
Sikap (Attitude) terdiri dari komponen pokok, yaitu:
1. Keyakinan (Aspek Kognitif)
Komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang dipikirkan orang
mengenai suatu obyek sikap. Apa yang dipikirkan dan diyakini tersebut belum
tentu benar. Aspek keyakinan yang positif akan menumbuhkan sikap positif,
sikap.
2. Perasaan (Aspek Afektif)
Perasaan senang atau tidak adalah komponen yang penting dalam pembentukan
sikap. Menurut para ahli mengatakan, bahwa sikap itu semata-mata refleksi
dari perasaan senang atau perasaan tidak senang terhadap obyek sikap.
jawab (responsible). Namun tingkat sikap wanita usia subur terhadap pemeriksaan
13
inspeksi visual asam asetat (IVA) yang diharapkan ialah menerima (receiving) dan
merespon (responding).
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
pemeriksaan IVA pada tahap ini dapat dilihat dari adanya penerimaan atau
perhatian wanita usia terhadap pemeriksaan IVA sebagai salah satu deteksi
tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Usaha wanita usia
ataupun benar berarti wanita usia subur telah menerima dan merespon
3. Menghargai (Valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
yaitu :
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, Indikator inilah yang
IVA, misalnya wanita usia subur dapat menilai bahwa pemeriksaan IVA
secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
memperhatikan hal-hal yang positif. Ini adalah suasana jiwa yang lebih
sebagai berikut:
a. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan.
b. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok.
c. Tidak dijadikan candaan dan bahan obrolan murahan.
d. Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya.
e. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri
dan orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi
2. Sikap Negatif
15
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada
Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain, sesuatu
2.4.1 Defenisi
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
Menurut Wijaya Delia (2010), IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Salmiah, 2004)
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu
sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel
(Salmiah, 2004).
Tujuan dari pemeriksaan IVA adalah untuk melihat adanya sel yang
mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks (Rasjidi,
bisa lebih luas, penemuan dini lesi prakanker serviks lebih banyak sehinnga angka
serviks.
d. Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik.
2.4.3 Keunggulan
Pemeriksaan IVA adalah praktek yang dianjurkan untuk fasilitas dengan
sumber daya sederhana dibanding dengan metode skrining kanker serviks lainnya
karena :
a. Aman, tidak mahal dan mudah di lakukan.
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lainnya yang digunakan untuk
mengenai penalaksanaannya.
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah di
daripada Pap smear test (sekitar 75%), meskipun dari segi kepastian lebih
rendah (85%).
e. Biaya sangat murah (bahkan gratis bila di puskesmas).
terutama yang telah berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan skrining
kanker serviks minimal 5 tahun sekali dan bila memungkinkan 3 tahun sekali
(Depkes, 2009).
atau lebih.
b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan sebelumnya.
c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan
gejala lainnya.
d. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya.
daerah transisional sering terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
kembali minimal 5 tahun sekali dan wanita yang mempunyai hasil tes IVA positif
dan mendapat pengobatan harus menjalani tes IVA berikutnya 6 bulan kemudian
(Kemenkes, 2012).
pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk
saat menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska
keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau
hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu
tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara
berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas
seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan
manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
20
menjadi putih.
2.5 Landasan
Setiap Teori
wanita yang telah Mendeteksi lesi pre kanker
Berdasarkan
melakukan Mencegah
kontak uraian teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalahkanker serviks
seksual berpotensi
mengidap kanker serviks Perceived barrier:
sebagai berikut :
Kurang informasi dan
Perceived Seriousness: penyuluhan
Takut efek samping
Rasa sakit saat pemeriksaan
Usia Biaya yang diperlukan
Cues to Action
Jenis pekerjaanThreat :
Perceived Kanker serviks adalah
Media penyuluhan tentang kanker
Tingkat pendidikan pembunuh wanita no.1 di
serviks
Kanker
Jumlah pendapatanpembunuh
serviks
dan IVA adalah
Indonesia
wanita
Pengalaman no.1 di Indonesia
kerabat Likelihood of
Pengetahuan
Behavioral Change
Ketersediaan
Sikap tes IVA di puskesmas
21
Sosiodemografi :
1. Usia
2. Paritas
3. Pekerjaaan
4. Pendapatan
Pemeriksaan IVA
Pengetahuan
Sikap
BAB 3
METODE PENELITIAN
analisa data.
penelitian dalam satu waktu. Secara spesifik penelitian Cross Sectional bertujuan
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam satu waktu atau sesaat
Juni 2017.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Pemilihan sampel atau subjek penelitian yang
memenuhi syarat atau kriteria penelitian dalam kurun waktu tertentu untuk
24
memenuhi jumlah sampel. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
Keterangan :
sampling dengan teknik consecutive sampling yaitu sampel yang pada saat itu
memenuhi kriteria dan dipilih sebagai responden dalam jangka waktu tertentu.
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis data
yaitu :
1.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara
Sei Suka Kab.Batubara dan sudah dilatih terlebih dahulu oleh peneliti
diperoleh dari Puskesmas Sei Suka dan dokumen lain yang dianggap
2. Paritas adalah Jumlah anak lahir hidup yang pernah dilahirkan oleh
jumlah anak.
3. Pendidikan adalah Jumlah tahun sekolah yang pernah dijalani oleh
satuan tahun.
4. Pekerjaan adalah Aktifitas yang dilakukan oleh ibu dan dinyatakan
pemeriksaan IVA
6. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek,
sekitarnya
7. Pemeriksaan IVA adalah tindakan responden dalam pemeriksaan
IVA
2. Kurang
Pemeriksaan 1. Aktif
7 Kuesioner 2. Tidak Aktif Ordinal
IVA test
untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam
yang terdiri dari : Nomor responden, usia, agama, suku, status perkawinan,
memberi angka pada kotak yang tersedia, sesuai dengan option yang dipilih
responden.
7 pernyataan.
3.8.1 Editing
Kuisioner yang terkumpul diperiksa kembali baik mengenai cara
computer
3.8.4 Cleaning
Pembersihan data dilakukan untuk mencek kembali data yang
dalam computer, jika terdapat data yang salah data diulang untuk
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M.F. (2007). Program Pencegahan Kanker Serviks See and Treat. Jakarta,
FK UI.
Depkes RI (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Ferlay, et.al. 2001. Cancer Insidence, Mortality and Prevalince Worl Wide. IARC
Press Lyan France.
Gaffikin L, Blumenthal PD, Brechin SJG, editors (1997). Alternative for cervical
cancer screening and treatment in low-resource settings. Baltimore:
JHPIEGO Corporation;
30
Hartono P. (2001). VIA (Visual Inspection with aceti Acid) pengamatan servik
secara langsung setelah diolesi asam asetat, sebagai alternatif penapisan dan
deteksi dini kanker serviks. Dalam: Era baru penatalaksanaan lesi prakanker
serviks. Surabaya:hal.1-8.
Nikko Darnindro dkk (2007). Pengetahuan Sikap Perilaku Wanita yang Sudah
Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di
Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Majalah Kedokteran Indonesia
Volume: 57 (7). 1-7.
Salmiah Agus dan Alfian (2004). Deteksi Dini neoplasia intra epithel serviks
dengan metode IVA. Jurnal Kimia Andalas 10 (1) : 47- 51.
Sabdrida, (2015). Peranan deteksi dini kanker untuk menurunkan penyakit kanker
stadium lanjut. Buletin Jendela Data dan informasi kesehatan.
Sukaca, Bertiani E. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher
Rahim). Jogjakarta, Genius Pratika
31