Tingkat kesehatan masyarakat tergantung pada kualitas makanan yang dikonsumsi setiap hari, yaitu jenis maupun jumlah gizi yang disediakan makanan bagi tubuh. Di Indonesia terdapat banyak sekali tanaman lokal, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan yang belum dimanfaatkaan secara optimal. Manusia membutuhkan zat- zat gizi antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Unsur-unsur gizi tersebut tidak dapat disediakan secara lengkap dalam satu jenis makanan, maka untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia perlu mengkonsumsi beberapa jenis makanan atau minuman secara bersamaan dan bervariasi. Penganekaragaman dan peningkatan gizi makanan perlu didukung dengan penyediaan produk-produk makanan yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi dengan harga terjangkau. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produk olahan berupa mie yang berasal dari olahan talas, pepaya, dan edammame yang memungkinkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Penggunaan bahan-bahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas budidaya pangan di Indonesia dengan pemanfaatan teknologi. Selain itu juga, untuk memanfaatkan talas, pepaya, dan edammame yang masih minim pengolahannya, diharapkan dapat memberikan kualitas pada produk baik dari segi nilai gizi maupun meningkatkan nilai jual bahan-bahan tersebut dipasaran.
2.2 Gambaran Potensi Usaha
Mie instan merupakan produk yang sudah banyak beredar di pasaran dan dikonsumsi masyarakat dari anak-anak sampai dewasa. Biasanya mie yang kita kenal pada umumnya terbuat dari bahan bahan pengawet. Hal ini dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh. sehingga kurang aman untuk dikonsumsi. Dengan adanya TEP Mie ini merupakan mie yang aman untuk dikonsumsi, karena didalamnya tidak mengandung bahan pengawet. Pembuatan TEP Mie ini memodifikasi talas, pepaya, dan edammame yang dibuat tepung terlebih dahulu kemudian akan diolah menjadi mie. Dengan inovasi ini diharapkan akan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap mie yang sehat dan mempunyai khasiat kesehatan yang baik. Oleh karenanya TEP Mie adalah salah satu panganan alternatif yang baik untuk dikonsumsi.
Tabel 1. Faktor SWOT Usaha
Faktor SWOT Usaha Pembuatan TEP Mie Kekuatan (Strenght) Harga produk murah Bahan baku yang mudah ditemukan Keunikan dan original produk Dapat dijadikan makanan alternatif saat lapar Mengandung gizi yang tinggi Dapat dikonsumsi dari anak-anak sampai dewasa Daya simpan yang relativ lama Tidak menggunakan penguat rasa pada bumbunya Kelemahan (Weakness) Tidak bisa dimakan mentah Pembuatan dan pengolahannya membutuhkan tenaga dan waktu yang lama. Peluang (Opportunity) Biaya produksinya murah Kesempatan menguasai pasar tinggi Ancaman (Threath) Standarisasi mutu Berhadapan dengan pesaing lama maupun baru
2.3 Gambaran Usaha
Proses pelaksanaan program ini akan dilaksanakan beberapa tahap. Tahap pertama, yaitu mencari alat-alat yang akan digunakan untuk mengolah bahan dasar dalam pembuatan produk. Untuk tahap kedua, mencari bahan baku utama dan bahan- bahan lain yang dibutuhkan. Bahan-bahan yang dibutuhkan mudah dan murah di dapatkan. Setelah semua sudah terkumpul, barulah melaksanakan tahap ketiga yaitu pengolahan terhadap bahan dasar untuk dijadikan produk yang diinginkan. Tahap keempat adalah melakukan pengemasan pada produk dengan kemasan plastik. Tahap kelima adalah tahap uji klinik melalui beberapa tahap : hedonis/kesukaan, kualitas, khasiat dan keamanan. Tahap keenam yaitu tahapan pemasaran yang akan dilakukan di seluruh daerah Bandung.
2.4 Kelayakan Usaha
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha tersebut layak atau tidak untuk didirikan. Beberapa cara yang paling sering digunakan untuk menganalisa kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menghitung BEP dan B/C Ratio serta R/C Ratio. a. BEP (Break Even Point) merupakan titik dimana modal dapat kembali, bisa dalam bentuk jumlah produk maupun dalam bentuk uang. b. B/C Ratio merupakan perbandingan antara keuntungan dengan biaya produksi.Usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak jika B/C Ratio lebih besar dari 0 (>0). c. R/C Ratio merupakan perbandingan antara seluruh pendapatan/pemasukan dengan biaya produksi. Usaha dikatakan layak apabila R/C Ratio lebih dari 1,00 (>1,00).
2.5 Analisis Usaha TEP Mie
1. Beban biaya, pendapatan, dan keuntungan Produk TEP Mie yang akan dibuta adalah 3000 cup dengan berat 60 g/ cup untuk 3 bulan. Jika harga jual TEP Mie adalah Rp. 6.000,-/cup, maka pendapatan dan keuntungan dapat dihitung sebagai berikut :
Total pengeluaran produksi = Rp. 8.290.000 (lihat tabel xx)
Total pendapatan = 3000 cup x Rp. 6.000 = Rp. 18.000.000 Total keuntungan = pendapatan total biaya produksi = Rp. 18.000.000 Rp. 8.290.000 = Rp. 9.710.000
2. Kelayakan Usaha BEP Harga Produksi = Rp. 8.290.000/3000 cup = Rp. 2763,-/cup
B/C = keuntungan/total biaya
produksi = 9.710.000/8.255.000 = 1,17 Jadi dengan B/C Ratio 1,17 (di atas nol) maka usaha ini dinyatakan LAYAK dan keuntungan yang diperoleh adalah 117 % dari biaya produksi.
R/C = pendapatan/biaya produksi
= 18.000.000/8.255.000 = 2,17 Jadi dengan R/C Ratio 2,17 (di atas 1) maka usaha ini dinyatakan LAYAK ntuk didirikan.