ILMU TAJWID
B. Hukum Mempelajarinya
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4
D. Hukum Bacaan Ra
3. Ra Mufakhamah ((
Ra mufakhamah adalah ra yang dibaca tebal. Ra dibaca tebal
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Ra berharakat fathah
Contoh :
2) Ra berharakat dlommah
Contoh :
3) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya
berharakat fathah atau dlommah.
Contoh :
4) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat
kasrah, tetapi bukan kasrah asli dari perkataanya.
Contoh :
5) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat
kasrah asli, tetapi sesudah ra ada salah satu huruf istila yang tidak
berharakat kasrah. Huruf istila ada 7, yaitu. , , , , , ,
Contoh :
1. Ra Muraqqaqah ((
Ra muraqqaqah adalah ra yang dibaca tipis. Ra dibaca tipis apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Ra berharakat kasrah
Contoh :
b) Apabila sebelum huruf ra ada huruf ya sukun
Contoh :
c) Ra berharakat sukun yang didahului huruf berharakat kasrah.
Namun setelah ra sukun bukan huruf istila.
Contoh :
2. Jawaazul Wajhaini
Dalam hukum jawaazul wajhaini ra boleh dibaca tarqiq atau tafkhim.
Hukum jawaazul wajhaini bisa terjadi apabila ada ra sukun yang
didahului huruf berharakat kasrah dan sesudahnya ada salah satu huruf
istila yang berharakat kasrah.
Contoh :
Tanda-tanda Wakaf
3.tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini
walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
BAB II
ADAB BERMAJELIS
A. ADAB BERMAJELIS
1. Hendaknya memberi salam kepada orang-orang yang di dalam
majelis di saat masuk dan keluar dari majelis tersebut. Abu Hurairah
Radhiallaahu 'anhu telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila salah seorang
kamu sampai di suatu majelis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika
dilihat layak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit
(akan keluar) dari majelis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah
yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya. (HR. Abu Daud
dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).
5. Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin
mereka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak halal
bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya".
(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
"Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu; aku bersaksi
bahwasanya tiada yang berhak disembah selain engkau; aku memohon
ampunanmu dan aku bertobat kepada-Mu", melainkan Allah
mengampuni apa yang terjadi di majelis itu baginya". (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani).
B. Rasulullah sang idola
Tentunya ini sangat ironis karena sebagai umat Islam yang mayoritas
seharusnya mereka harus memahami ajaran agama secara benar
sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang di dalamnya.
Ketidaktahuan akan ajaran agama ini akan berimplikasi kepada masa
depan mereka kelak karena ini menyangkut keselamatan dan
ketentraman mereka di dalam meniti kehidupan di dunia ini.
Bahkan pada sebagian masyarakat kita, telah muncul gejala yang lebih
serius dan mengkhawatirkan lagi, yaitu pengkultusan terhadap sosok
yang dianggap sebagai tokoh tanpa menyelidiki terlebih dahulu sisi
aqidah dan akhlaqnya. Tokoh idola ini diikuti semua perkataan dan ditiru
semua perbuatannya tanpa ditimbang-timbang lagi, apakah yang
dikatakan atau dilakukan itu benar atau salah menurut agama bahkan
sebaliknya, perkataan dan perbuatannya justru menjadi acuan benar
tidaknya menurut agamanadzu billhi min dzlik.
Sesungguhnya, apa yang mereka lakukan itu tak lain hanyalah racun
yang dipaksakan kepada ummat untuk diteguk, mulai dari racun dengan
reaksi lambat, sedang bahkan cepat tergantung kepada daya tahan dan
tingkat kekebalan peneguknya.
HERI SUSANTO
551414012
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
GORONTALO
2014