Anda di halaman 1dari 14

BAB I

ILMU TAJWID

A. Pengertian Ilmu Tajwid

Menurut bahasa, tajwid artinya MEMBAGUSKAN.

Sedangkan menurut istilah, tajwid adalah membaguskan bacaan Al-


Quran sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku.

Imam Ali bin Tholib mengatakan bahwa Tajwid adalah mengeluarkan


setiap huruf dari makhrojnya dan memberikan hak setiap huruf (yaitu
sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti qolqolah, Hams, dll) dan
mustahaq huruf (yaitu sifat-sifat huruf yang terjadi karena sebab-sebab
tertentu, seperti izhar, idghom, dll.)

Adapun pengertian ilmu tajwid menurut istilah adalah ilmu yang


membahas tata cara membaca Al-Quran.

B. Hukum Mempelajarinya

Mempelajari tajwid sebagai suatu ilmu pengetahuan hukumnya Fardhu


Kifayah yaitu jika sudah ada yang mempelajari istilah-istilah dan teori
ilmu tajwid maka kewajiban itu gugur bagi yang lainnya. Adapun
mempraktekan ilmu tajwid dalam membaca Al-Quran adalah Fardhu
Ain, yaitu kewajiban setiap umat Islam.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4

Dan bacalah Al Quran dengan Tartil

Karena mempraktekan tajwid dalam membaca Al Quran adalah wajib


sedang mempelajari sitilah-istilahnya adalah fardhu kifayah.

Sedangkan menurut Ibnu Katsir Tartil artinya membaca Al-Quran


dengan perlahan-lahan dan hati-hati karena itu akan membantu
pemahaman dan tadabbur.
C. MACAM MACAM TAJWID

A. Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin


1. Idzhar halqi
Idzhar halqi adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu huruf halqi.
Huruf halqi ada enam, yaitu , , , , , cara membacanya harus
jelas, tidak mendengung, dan tidak samar-samar.
Contoh :


2. Idhgham Bighunnah
Idhgham Bighunnah adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu
dengan salah satu dari empat huruf, yaitu , , , . Adapun cara
membacanya suara nun mati/tanwin dimasukkan kedalam suara huruf
tersebut dengan mendengung.
Contoh :

3
. Idhgham Bilaghunnah
Idhgham Bilaghunnah adalah apabils ada nun mati/tanwin bertemu
dengan salah satu dari huruf dua, yaitu dan . Cara membacanya
suara nun mati/tanwin dimasukkan kedalam huruf tersebut tanpa
mendengung.
Contoh :

4. Iqlab
Iqlab adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan ba ().
Cara membacanya yaitu suara nun mati/tanwin diganti dengan suara
mim mati ( )dengan merapatkan bibir dan mendengung.
Contoh :

5. Ikhfa
Ikhfa adalah apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan salah
satu dari 15 huruf, yaitu ., , , , , , , , , , , , , , cara
membacanya suara nun mati/tanwin dibaca samar-samar dengan
sengau dihidung.
Contoh :

B. Hukum Bacaan Qalqalah


1. Pengertian Qalqalah
Qalqalah secara bahasa berarti getaran suara. Adapun secara istilah
qalqalah berarti menyembunyikan huruf yang bertanda sukun (mati)
dengan suara yang lebih ditekan lagi dari makhraj hurufnya. Jumlah
huruf qalqalah ada 5, yaitu , , , , yang bisa disingkat
dengan
2. Macam-macam Qalqalah
a. Qalqalah Kubra
Qalqalah kubra berarti salah satu huruf qalqalah berharakat
mati/sukun tidak asli yang disebabkan adanya waqaf. Cara
membacanya harus lebih jelas dan memantul.
Contoh :


b. Qalqalah Sughra
Qalqalah sughra berarti apabila salah satu huruf qalqalah
berharakat sukun (mati) asli bukan karena waqaf. Cara membacanya
juga harus jelas dan memantul.
Contoh :

C. Hukum Bacaan Lam


1. Lam Mufakhamah ((
Lam mufakhamah adalah apabila lam dalam lafal didahului oleh
harakat fathah atau dlommah, maka harus dibaca tebal.
Contoh :
2. Lam Muraqqah ((
Lam muraqqah adalah apabila lam dalam lafal didahului oleh
harakat kasrah, maka harus dibaca tipis. Semua lam yang terdapat
dalam lafal harus dibaca tipis.
Contoh :

D. Hukum Bacaan Ra
3. Ra Mufakhamah ((
Ra mufakhamah adalah ra yang dibaca tebal. Ra dibaca tebal
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Ra berharakat fathah
Contoh :
2) Ra berharakat dlommah
Contoh :
3) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya
berharakat fathah atau dlommah.
Contoh :
4) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat
kasrah, tetapi bukan kasrah asli dari perkataanya.
Contoh :
5) Ra berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat
kasrah asli, tetapi sesudah ra ada salah satu huruf istila yang tidak
berharakat kasrah. Huruf istila ada 7, yaitu. , , , , , ,
Contoh :
1. Ra Muraqqaqah ((
Ra muraqqaqah adalah ra yang dibaca tipis. Ra dibaca tipis apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Ra berharakat kasrah
Contoh :
b) Apabila sebelum huruf ra ada huruf ya sukun
Contoh :
c) Ra berharakat sukun yang didahului huruf berharakat kasrah.
Namun setelah ra sukun bukan huruf istila.
Contoh :
2. Jawaazul Wajhaini
Dalam hukum jawaazul wajhaini ra boleh dibaca tarqiq atau tafkhim.
Hukum jawaazul wajhaini bisa terjadi apabila ada ra sukun yang
didahului huruf berharakat kasrah dan sesudahnya ada salah satu huruf
istila yang berharakat kasrah.
Contoh :

E. Hukum Bacan Mad


1. Pengertian mad
Kata mad berasal dari bahasa arab yang berarti
memanjangkan. Sedangkan menurut istilah, mad berarti memanjangkan
bacaan huruf hijaiyah sesuai dengan sifat dan syaratnya masing-
masing.
2. Macam-macam Mad
a. Mad Thabii
Mad thabii adalah bacaan huruf hijaiyah yang dipanjangkan secara
biasa, atau sering disebut mad pokok (mad asli). Cara membacanya
yaitu dipanjangkan satu alif (2 harakat). Disebut mad Thabii apabila
terdapat hal-hal berikut :
1. Jika ada jatuh sesudah harakat fathah. Contoh : , , , ,
2. Jika ada jatuh sesudah harakat dommah. Contoh : , , , ,
3. Jika ada jatuh sesudah harakat kasrah. Contoh : , , , ,
b. Mad Fari
Mad fari adalah semua mad selain mad thabii, karena bersumber
dari mad thabii maka disebut mad fari yang mempunyai arti mad
cabang.
Adapun mad fari ini ada 13 macam :
1) Mad Wajib Muttashil
Mad wajib muttashil adalah bacaan mad thabii yang bertemu dengan
huruf hamzah dalam satu kata. Panjang bacaaanya yaitu 3 alif (6
harakat).
Contoh : , , ,
2) Mad Jaiz Munfashil
Mad jaiz munfashil adalah bacaan mad thabii yang bertemu dengan
huruf hamzah tetapi tidak dalam satu kata. Adapun panjang bacaanya
yaitu 2 alif (5 harakat).
Contoh :
3) Mad Layyin
Mad layyin adalah apabila ada salah satu huruf hijaiyyah yang
berharakat fathah sebelum wawu sukun atau ya sukun.
Contoh :

4) Mad Aridl Lis Sukun
Mad Aridl Lis Sukun adalah jika ada bacaan mad thabii bertemu
dengan huruf hijaiyah hidup yang dibaca mati/tanda waqaf. Panjang
bacaanya yaitu : 1 alif (2 harakat) atau 2 alif (4 harakat) atau 3 alif (6
harakat).
Contoh :

5) Mad Iwadl
Mad iwadl adalah apabila ada huruf hijaiyah yang berharakat fathah
tanwin yang dibaca waqaf diakhir kalimat. Panjang bacaanya 1 alif (2
harakat).
Contoh : dibaca
dibaca
6) Mad Badal
Mad badal adalah apabila ada 2 buah huruf hamzah dan huruf
hamzah yang pertama berharakat sedangakan huruf hamzah yang ke-2
disukun (mati), maka hamzah yang ke-2 diganti dengan :
- jika hamzah yang pertama berharakat fathah
- jika hamzah yang pertama berharakat kasrah
- jika hamzah yang pertama berharakat dlommah
Adapun panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat)
Contoh : menjadi
menjadi
7) Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi adalah apabila ada mad thabii bertemu
dengan huruf hijaiyah yang bertasydid dalam satu kata. Panjang
bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat).
Contoh :
8) Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi
Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi adalah apabila ada mad thabii bertemu
dengan huruf hijaiyah yang bersukun. Panjang bacaanya yaitu 3 alif (6
harakat).
Contoh :
9) Mad Lazim Mutsaqqal Harfi
Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Quran
yang terdapat salah satu/lebih dari huruf :
, , , , , , , yang bisa disingkat dengan lafal . Adapun
panjang bacaanya yaitu 3 alif (6 harakat). Mad ini juga bisa disebut
dengan
( ) .
Contoh :
10) Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah permulaan surat dalam Al-Quran
yang terdapat satu/lebih dari huruf : yaitu , , , , . Adapun
panjang bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat).
Contoh :
11) Mad shilah
. Mad Shilah Qashirah
Mad Shilah Qashirah adalah apabila ada kata ganti (ha dlomir) yang
didahului dengan huruf yang berharakat ( )/ ( ). Adapun panjang
bacaanya yaitu 1 alif (2 harakat).
Contoh :
. Mad Shilah Thawilah
Mad Shilah Thawilah adalah apabila ada mad shilah qashirah yang
bertemu dengan hamzah. Adapun panjang bacaanya yaitu 2 alif (5
harakat).
Contoh :
12) Mad Thamkin
Mad thamkin adalah apabila ada huruf yang bertasydid dan
berharakat kasrah bertemu dengan sukun. Panjang bacaanya yaitu 1 alif
(2 harakat) dan penempatan bacaanya pada tasydid serta mad
thabiinya.
Contoh :
13) Mad Farqi
Mad farqi adalah bacaan panjang yang membedakan antara pertanyaan
atau bukan.
Contoh :

F. Hukum Bacaan Mim Sukun


1. Ikhfa Syafawi
Ikhfa syafawi yaitu apabila ada mim sukun (mati) bertemu dengan huruf
ba () . Cara membacanya yaitu merapatkan bibir dan mendengung.
Contoh :
2. Idzhar Syafawi
Idzhar syafawi yaitu apabila ada mim sukun (mati) bertemu dengan
huruf hijaiyah yang selain dan , yaitu : , , , , , , , , , , ,
, , , , , , , , , , , , , ,. Adapun cara membacanya
yaitu harus jelas, tidak mendengung dan juga tidak samar-samar.
Contoh :

3. Idhghom Mimi
Idhghom mimi yaitu apabila ada mim mati bertemu dengan huruf mim (
). Cara membacanya yaitu dengan cara merapatkan bibir dan
mendengung.
Contoh :

D. TANDA TANDA TAJWID

Tanda-tanda Wakaf

1. Tanda mim ( ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di


akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm
(sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak
ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ) , memiliki
kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda
dengan fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

3.tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini
walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

4. tanda zha ( ) bermaksud lebih baik tidak berhenti

5. tanda sad ( ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas,


menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun
diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya,
dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad

6. tanda sad-lam-ya ( ) merupakan singkatan dari Al-washl Awlaa


yang bermakna wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik,
maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya adalah lebih
baik;

7. tanda qaf ( ) merupakan singkatan dari Qiila alayhil waqf yang


bermakna telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya,
maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan

8. tanda sad-lam ( ) merupakan singkatan dari Qad yuushalu yang


bermakna kadang kala boleh diwasalkan, maka dari itu lebih baik
berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan

9. tanda Qif ( ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk


berhenti. Tanda tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya
pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti

10. tanda sin ( ) atau tanda Saktah ( ) menandakan berhenti


seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah
berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan
bacaan

11. tanda Waqfah ( ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ) ,


namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas

12. tanda Laa ( ) bermaksud Jangan berhenti!. Tanda ini muncul


kadang-kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia
muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan
jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau
tidak

13. tanda kaf ( ) merupakan singkatan dari Kadzaalik yang bermakna


serupa. Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf
yang sebelumnya muncul

14. tanda bertitik tiga ( ) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah


atau Waqaf Taanuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali
di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di
salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama,
tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

BAB II

ADAB BERMAJELIS

A. ADAB BERMAJELIS
1. Hendaknya memberi salam kepada orang-orang yang di dalam
majelis di saat masuk dan keluar dari majelis tersebut. Abu Hurairah
Radhiallaahu 'anhu telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila salah seorang
kamu sampai di suatu majelis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika
dilihat layak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika bangkit
(akan keluar) dari majelis hendaklah memberi salam pula. Bukanlah
yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya. (HR. Abu Daud
dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).

2. Hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah


telah menuturkan: Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka masing-masing kami duduk di
tempat yang masih tersedia di majelis. (HR. Abu Daud dan dishahihkan
oleh Al-Albani).

3. Jangan sampai memindahkan orang lain dari tempat duduknya


kemudian mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam
majelis. Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma telah meriwayatkan bahwa
sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
"Seseorang tidak boleh memindahkan orang lain dari tempat duduknya,
lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan perluaslah."
(Muttafaq'alaih).

4. Tidak duduk di tengah-tengah halaqah (lingkaran majelis).

5. Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin
mereka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak halal
bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya".
(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Tidak boleh menempati tempat duduk orang lain yang keluar


sementara waktu untuk suatu keperluan. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar) dari
tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak
menempatinya". (HR.Muslim)
7. Tidak berbisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga. Ibnu
Mas`ud Radhiallaahu 'anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam telah bersabda: "Apabila kamu tiga orang, maka dua orang
tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga sehingga kalian
bercampur baur dengan orang banyak, karena hal tersebut dapat
membuatnya sedih". (Muttafaq'alaih).

8. Para anggota majelis hendaknya tidak banyak tertawa. Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:"Janganlah kamu
memperbanyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati". (HR.
Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al- Albani).

9.Hendaknya setiap anggota majelis menjaga pembicaraan yang terjadi


di dalam forum (majelis). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan
kemudian ia menoleh, maka itu adalah amanat". (HR. At-Tirmidzi, dinilai
hasan oleh Al-Albani).

10.Anggota majelis hendaknya tidak melakukan suatu perbuatan yang


bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap atau
membuang ingus atau bersendawa di dalam majelis.

11. Tidak melakukan perbuatan memata-matai. Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kamu mencari-cari atau memata-
matai orang". (Muttafaq'alaih).

12. Disunnatkan menutup majelis dengan do`a Kaffarat majelis, karena


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Barang siapa
yang duduk di dalam suatu majelis dan di majelis itu terjadi banyak
gaduh, kemudian sebelum bubar dari majelis itu ia membaca :



"Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu; aku bersaksi
bahwasanya tiada yang berhak disembah selain engkau; aku memohon
ampunanmu dan aku bertobat kepada-Mu", melainkan Allah
mengampuni apa yang terjadi di majelis itu baginya". (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani).
B. Rasulullah sang idola

Bila kita memperhatikan fenomena dan gejala yang memasyarakat saat


ini di dalam mencari panutan atau lebih trend lagi dengan sebutan sang
idola, maka kita akan menemukan hal yang sangat kontras dengan apa
yang terjadi pada abad-abad terdahulu, khususnya pada tiga abad
utama (al-Qurn al-Mufadldlalah).

Kalau dulu, orang begitu mengidolakan manusia-manusia pilihan dan


berakhlaq mulia di kalangan mereka seperti para ulama dan orang-
orang yang shalih. Maka, kondisi itu sekarang sudah berubah total.
Orang-orang sekarang cenderung menjadikan manusia-manusia yang
tidak karuan dari segala aspeknya sebagai idola. Mereka mengidolakan
para pemain sepakbola, kaum selebritis, paranormal dan tokoh-tokoh
maksiat pada umumnya. Anehnya, hal ini didukung oleh keluarga
bahkan diberi spirit sedemikian rupa agar anaknya kelak bisa menjadi si
fulanah yang artis, atau si fulan yang pemain sepakbola dan seterusnya.
Lebih aneh lagi bahwa mereka berbangga-bangga dengan hal itu.

Tentunya ini sangat ironis karena sebagai umat Islam yang mayoritas
seharusnya mereka harus memahami ajaran agama secara benar
sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang di dalamnya.
Ketidaktahuan akan ajaran agama ini akan berimplikasi kepada masa
depan mereka kelak karena ini menyangkut keselamatan dan
ketentraman mereka di dalam meniti kehidupan di dunia ini.

Bahkan pada sebagian masyarakat kita, telah muncul gejala yang lebih
serius dan mengkhawatirkan lagi, yaitu pengkultusan terhadap sosok
yang dianggap sebagai tokoh tanpa menyelidiki terlebih dahulu sisi
aqidah dan akhlaqnya. Tokoh idola ini diikuti semua perkataan dan ditiru
semua perbuatannya tanpa ditimbang-timbang lagi, apakah yang
dikatakan atau dilakukan itu benar atau salah menurut agama bahkan
sebaliknya, perkataan dan perbuatannya justru menjadi acuan benar
tidaknya menurut agamanadzu billhi min dzlik.

Yang lebih memilukan lagi, sang idola yang tidak ketahuan


juntrungannya tersebut memposisikan dirinya sebagaimana yang
dianggap oleh para pengidolanya. Mereka berlagak sebagai manusia-
manusia suci pada momen-momen yang memang suci seperti pada
bulan Ramadhan, hari Raya Iedul Fithri dan Iedul Adlha. Mereka
diangkat sedemikian rupa oleh mass media dan media visual maupun
audio visual seperti surat kabar, majalah, internet, radio dan televisi.

Pada momen-momen tersebut, mereka seakan mengisi semua hari-hari


para pengidola bahkan non pengidolapun tak luput dari itu. Mereka
menganggap bahwa diri merekalah yang paling mengetahui apa yang
harus dilakukan secara agama pada momen-momen tersebut. Maka
dipersembahkanlah berbagai tayangan program dan acara untuk
menyemarakkan syiar bulan Ramadhan tersebut menurut anggapan
mereka- . Tampak, pada momen-momen tersebut mereka seakan
menjadi manusia paling suci dan panutan semua Yah! Untuk sesaat
saja!.

Sesungguhnya, apa yang mereka lakukan itu tak lain hanyalah racun
yang dipaksakan kepada ummat untuk diteguk, mulai dari racun dengan
reaksi lambat, sedang bahkan cepat tergantung kepada daya tahan dan
tingkat kekebalan peneguknya.

Selanjutnya, akankah kita membiarkan anggota keluarga kita meneguk


racun-racun tersebut, baru kemudian menyesali apa yang telah terjadi?.

Maka untuk mengetahui siapa yang seharusnya dijadikan sebagai idola


oleh seorang Muslim dan bagaimana implikasi-implikasinya?. Kajian
hadits kali ini sengaja mengangkat tema tersebut, mengingat hampir
semua rumah kaum Muslimin telah dimasuki oleh salah satu atau
kebanyakan mass media dan media tersebut.

Semoga kita belum terlambat untuk menyelamatkan keluarga kita


sehingga racun-racun tersebut dapat dilenyapkan dan dimusnahkan.
OLEH :

HERI SUSANTO

551414012

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

GORONTALO

2014

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • BAB I Revisi
    BAB I Revisi
    Dokumen4 halaman
    BAB I Revisi
    Rinhae Latief Aemroy's
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan
    BAB II Tinjauan
    Dokumen52 halaman
    BAB II Tinjauan
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Andi Najamuddin Baso M PDF
    Andi Najamuddin Baso M PDF
    Dokumen155 halaman
    Andi Najamuddin Baso M PDF
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Pengusaha Telur
    Pengusaha Telur
    Dokumen6 halaman
    Pengusaha Telur
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Laporan Studio 5
    Laporan Studio 5
    Dokumen69 halaman
    Laporan Studio 5
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Makalah k3
    Makalah k3
    Dokumen34 halaman
    Makalah k3
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • HRB Kantor
    HRB Kantor
    Dokumen22 halaman
    HRB Kantor
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kantor Sewa
    Laporan Kantor Sewa
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kantor Sewa
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen2 halaman
    Makala H
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Rab Menpro Kumpul
    Rab Menpro Kumpul
    Dokumen82 halaman
    Rab Menpro Kumpul
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Rab Menpro Kumpul
    Rab Menpro Kumpul
    Dokumen82 halaman
    Rab Menpro Kumpul
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat