TINJAUAN ASRAMA
b. Fungsi
Asrama mahasiswa memiliki empat fungsi pokok yaitu:
1) Asrama sebagai Tempat Tinggal
Fungsi utama asrama mahasiswa adalah menyediakan fasilitas tempat tinggal
bagi mahasiswa yang berasal dari luar daerah, negara, dan kota dengan tujuan
agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan mudah di lingkungan yang baru.
2) Asrama sebagai Tempat Belajar
Asrama tidak hanya berfungsi tempat tinggal tetapi juga merupakan fasilitas
dari suatu lembaga atau perguruan tinggi yang diwajibkan memiliki fasilitas
dan suasana yang kondusif untuk belajar selama tinggal di asrama.
3) Asrama sebagai Tempat Pembinaan
Penyesuaian pribadi dan sosial secara umum, dalam arti tanpa pembatasan
kelompok sosial, terutama bagi masyarakat yang cepat berubah, merupakan hal
yang sangat penting (Mappire Andi, Psikologi Remaja, Usaha Rasional, Hal
156). Asrama mahasiswa dapat berfungsi juga sebagai tempat pembinaan
mahasiswa secara mental dan hidup mandiri jauh dari orang tua.
4) Asrama sebagai Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari di asrama mahasiswa, mahasiswa mengalami
interaksi dengan mahasiswa lainnya yang dari berbagai negara, kota, dan
daerah. Dengan adanya asrama mahasiswa dapat bersosialisasi, beradaptasi,
membentuk karakteristiknya, dapat menghargai dan menghormati penghuni
asrama lainnya. Hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar mahasiswa
atau antar penghuni.
c. Menurut Ernest Neufert (1989), ukuran pondok siswa (asrama) dibedakan menjadi
4, yaitu:
Pondok kecil mampu menampung 30-50 tempat tidur
Pondok sedang menampung 40-100 tempat tidur
Pondok besar menampung 100-125 tempat tidur
Pondok sangat besar menampung 250-600 tempat tidur
Terbesar mampu menampung 120-180, paling banyak 400 tempat tidur.
Jumlah tempat tidur dihubungkan dengan jumlah tamu rata rata, sedang
tempat tidur didesain dalam ukuran besar agar dapat menampung lebih
banyak tamu.
Plan Form
Rencana bentuk menjadi sangat signifikan dalam efisiensi energi pada desain,
ketinggian bangunan akan mempengaruhi penggunaan cahaya buatan maupun
pengaturan suhu buatan. Jika ketinggian bangunan mencapai 6 meter dapat mengambil
keuntungan dari pencahaaan alami dan ventilasi alami.
Orientation
Orientasi hadap bangunan mempengaruhi dalam penerimaan panas matahari dan
cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Glazing Ratio
Rasio penggunaan kaca menjadi berpengaruh terhadap fasad bangunan sendiri. Jendela
dan penggunaan kaca merupakan bagian dari pengaturan cahaya, suhu yang masuk ke
dalam bangunan. Keseimbangan mengikuti fungsi dari orientasi, lokasi, halangan dan
2. Energy
Desain harus terpadu dengan siklus kehidupan sehingga bangunan dengan
komponen mereka terikat erat. Kompleksitas menciptakan dan memahami gambaran
lingkungan hidup yang lengkap untuk produk, material dan sistem yang akan dibangun.
Penggunaan material untuk membuat komponen bangunan, sistem, atau peralatan,
harus memahami berapa keperluan energi yang terkandung, bahkan jika pada skala yang
sederhana. Beberapa isu yang dapat dikembangkan antara lain :
Low-impacts material;
Dalam pemilihan material sangatlah berdampak. Memilih material non-toxic,
produk yang didaur ulang yang membutuhkan sedikit energi untuk memprosesnya.
Energy efficiency;
Menggunakan proses pembuatan secara bersmaan dalam jumlah banyak sehingga
menghasilkan produk yang membutuhkan sedikit energi.
Quality and Durability;
Menggunakan produk yang tahan lama dan mempunyai umur yang panjang
sehingga produk dapat digunakan secara maksimal dan mengurangi dampak
penggantian produk secara berkala.
Design for reuse and recycling;
Produk, proses, dan sistem seharusnya didesign untuk digunakan berulang kali
(tidak sekali pakai).
Renewability;
Material seharusnya berasal dari daerah sekitar sehingga dapat menghemat
penggunaan energi dalam distribusi.
Small is beauty;
Memaksimalkan fungsi ruang, sehingga lebih efektif dan tidak membuat ruang
menjadi terlalu luas sehingga lebih efisien dalam penggunaan energi.
(sumber: www.wikipedia.org )
Survey
Proses perancangan
Transportasi material bangunan
Konstruksi (pembangunan)
Operasional
a. Penerangan (ruang dalam dalam dan ruang luar)
b. Ventilasi (sistem penyejuk udara , fan)
A. Elemen Bangunan
1. Pondasi
Pondasi adalah bagian terbawah dari sebuah bangunan sedangkan substruktur
dibangun sebagian atau seluruhnya di bawah permukaan tanah. Fungsi utamanya adalah
menopang, mengangkur superstruktur diatasnya dan menyalurkan beban-beban dengan
aman ke dalam tanah (Ching,2008:66). Sistem pondasi harus didesain untuk
mengakomodasi bentuk dan layout superstruktur diatasnya dan merespon variasi kondisi
tanah, batu, dan air dibawahnya. Beban utama pada pondasi adalah kombinasi dari beban
hidup dan beban mati yang bekerja secara vertikal pada superstruktur. Untuk tambahan
sebuah sistem pondasi harus mengangkur superstruktur dari pergeseran, pembelokan, dan
pengangkatan akibat gaya angin, menahan gerakan tanah mendadak akibat gempa dan
menahan tekanan akibat massa tanah disekitarnya dan air tanah pada dinding-dinding
bersemen.
Pondasi dibedakan menjadi empat macam berdasarkan bahan dan material, di
antaranya adalah pondasi batu bata, pondasi batu kali, pondasi beton dan pondasi kayu
atau bambu. Akan tetapi pondasi yang terbuat dari bambu kurang baik apabila digunakan
sebagai bahan pondasi karena mudah membusuk jika berhubungan dengan kelembaban
tanah. Oleh karena itu, perlu adanya cara khusus untuk membuat pondasi bambu agar
tahan lama. Menurut Ching dalam bukunya yang berjudul Ilustrasi Konstruksi Bangunan
(2008:69) mengklasifikasikan sistem-sistem pondasi dalam dua kategori besar yaitu:
Mengingat efek keausan yang biasanya dikarenakan defleksi yang berlebihan serta
getaran pada lantai dan material langit-langit, juga isu kenyamanan penghuni, maka
faktor defleksi harus dijadikan faktor pengontrol kritis. Selain itu konstruksi lantai juga
harus memperhatikan tingkat kedap suara dan ketahanan terhadap api. Lantai bangunan
yang paling sederhana adalah tanah. Lantai bangunan dapat dibuat dari bermacam-macam
bahan, baik dari bahan alam maupun buatan. Bahan alam seperti tanah, pasir, batu alam,
marmer, granit, kayu atau parket, dan bambu. Bahan buatan seperti plesteran, beton, batu
merah, teraso, keramik, plastik, karpet, vinil, dan lain-lain.
3. Dinding Bangunan
Dinding merupakan salah satu bagian penting dari suatu bangunan , yang
dimaksud dengan dinding adalah konstruksi vertikal pada bangunan yang melingkupi,
memisahkan, dan melindungi ruang-ruang interior. Dinding dapat berupa struktur
penopang dengan konstruksi homogen atau komposit yang dirancang untuk mendukung
beban lantai dan atap ( Ching, 2008:132). Dinding dibagi menjadi dua yaitu dinding
eksterior dan interior. Dinding eksterior berlaku sebagai lapisan pelindung terhadap
cuaca, bagi ruang-ruang interior bangunan, konstruksinya harus dapat mengendalikan
aliran panas, infitrasi udara, suara, kelembaban, dan uap air. Sedangkan dinding interior
atau partisi berfungsi sebagai bagian struktural atau bagian dari dinding non penopang.
Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/
pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall).
Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka
(untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari
bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
Gambar 2.7 Dinding Batako dan Batako
(Sumber: www.google.com)
b. Dinding batu alam/ batu kali
(Sumber: www.google.com)
b. Pencahayaan Buatan
2. Pola Radial
Pola spiral adalah suatu pola sirkulasi ruang dengan cara berputar menjauhi titik
pusat. Pola sirkulasi ini sangat berguna pada lahan yang mempunyai luas terbatas dan
pada lahan yang mempunyai kontur tanah yang curam.
4. Pola Network
Pola Network adalah suatu pola sirkulasi ruang melalui jaringan ( penyatuan ) dari
beberapa ruang gerak untuk menghubungkan titik – titik terpadu dalam suatu ruang.
5. Pola Grid
Pola grid adalah suatu pola sirkulasi ruang dengan konfigurasi grid terdiri dari dua
pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan
bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat.
Kinetika dari gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan. Studi tentang
pergerakan ini diuraikan oleh J. O. Simond, Landscape to Landscape Architecture;
Eckbo, Urban Landscape Design dan Rubenstein, Guide to site and Environmental
Planning (Simond, 2006). Pada uraian di bawah ini akan disarikan pendapat tentang
pergerakan kinetika.
Perpaduan antara kecepatan gerak dan sifat pergerakan terhadap suatu subjek
menghasilkan rasa emosional tertentu, sehingga dalam mendesain suatu lintasan gerak,
harus dikontrol dengan hati-hati.
Gambar 2.19 : Jalan melingkar memberi kesan petualangan dan kelelahan mendorong orang
beristirahat
D. Parkir
Dengan semakin banyak dan berkembangnya alat transportasi darat serta semakin
banyaknya lokasi kegiatan penduduk yang tersebar diberbagai tempat, maka kebutuhan
akan tempat parkir semakin meluas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka
kebutuhan akan tempat parkir semakin meningkat terutama di kota besar dan di tempat
yang padat aktivitas. Tempat rekreasi, Kawasan perkantoran, Kawasan permukiman, dan
kegiatan lainnya menuntut tersedianya tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir
dalam suatu perancangan tapak bangunan merupakan bagian dari prasarana lingkungan.
Berikut adalah kriteria untuk fasilitas parkir :
1. Perletakan parkir
Tempat parkir diusahakan berada pada permukaan yang datar. Apabila permukaan
tanah asal mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading dengan
sistem cut an fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk
menjaga keamanan kendaraan agar parkir dengan aman dan tidak menggelinding.
2. Penempatan parkir
Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat kegiatan
diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan
cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
3. Penggunaan parkir
Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir terbagi atas berikut :
Parkir kendaraan beroda lebih dari 4 (empat), misalkan bus dan truk.
Parkir kendaran beroda 4 (empat), misalkan sedan dan mini bus.
Parkir kendaraan beroda 3 (tiga), misalkan bemo dan motor sispan.
Parkir kendaraan beroda 2 (dua), misalkan sepeda dan sepeda motor.
4. Pencahayaan parkir
Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu, tempat parkir perlu dilengkapi
penerangan yang cukup. Bisa menggunakan lampu taman setinggi 2 meter atau
penempatan lampu jalan merkuri.
5. Perlindungan dari sinar matahari
Untuk mengurangi panas sinar matahari di siang hari, tempat parkir sebaiknya
diberikan tanaman peneduh di antara pembatas parkir. Pemilihan jenis tanaman
dilakukan dengan pertimbangan berikut.
Tanaman berbentuk pohon atau perdu.
Tanaman cukup kuat, tidak mudah patch.
Tanaman tidak mengeluarkan getah yang dapat merusak cat kendaraan.
Tanaman mempunyai tajuk yang lebar dan cukup padat.
Tanaman mempunyai sistem perakaran yang tidak merusak perkerasan.
Tanaman tidak menggugurkan dahan dan ranting.
6. Bentuk parkir
Bentuk tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa jenis, dalam Peraturan Menteri
Pariwisata Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Operasional
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata, bentuk-bentuk parkir
terdiri dari :
a) Parkir Kendaraan Satu Sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang sempit di suatu tempat
kegiatan.
Membentuk sudut 90 ̊
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir paralel, tetapi kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 90 ̊
Gambar 2.20 Ilustrasi Pola Parkir Tegak Lurus
(Sumber: www.google.com)
Membentuk sudut 30 ̊, 45 ̊, 60 ̊
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir paralel, dan kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika
dibandingkan dengan pola parkir dengan sudut 90 ̊
Membentuk sudut 45 ̊
Bentuk parkir ini menyerupai bentuk tulang ikan, sehingga sering disebut
parkir tulang ikan. Bentuk parkir tulang ikan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Gambar 2.25 Ilustrasi Parkir Sudut Dengan 2 Gang Tipe A
(Sumber: www.google.com)
b. Karakter Tanaman
Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan pencabangannya,
betuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala
ketinggian dan kesendiriannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada:
Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman ditinjau dari massa
daunnya, yakni :
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-
jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan
musimnya. Setelah musim panas daun berguguran, sedangkan menjelang musim
hujan daun tumbuh lebat, atau sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan
(Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah
jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak
menggugurkan daun. Contohnya antara lain jenis Cemara.
c. Fungsi Tanaman
Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga
berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa fungsi tanaman dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Kontrol Pandangan (Visual Control)
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu
kendaraan pada:
Jalan raya
Dengan peletakan tanaman di sisi jalan atau di jalur tengah jalan.
Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang padat.
Bangunan
Perletakan pohon, perdu, semak, ground cover, dan rumput dapat menahan
pantulan sinar dari perkerasan, hempasan air hujan, dan menahan jatuhnya
sinar matahari ke daerah yang membutuhkan keteduhan.
Gambar 2.32 : Tanaman sebagai kontrol pandangan untuk mendapatkan ruang pribadi
(Sumber: Hakim dan Utomo, 2017:133)
Warna
Warna daun dan bunga dari tanaman dapat menarik perhatian manusia,
binatang, dan mempengaruhi emosi yang melihatnya. Bila beberapa jenis
tanaman dengan berbagai warna dipadukan dan dikomposisikan akan
menimbulkan nilai estetika.
Bentuk
Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk 2 atau 3
dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar atau memperluas
pandangan, ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang.
Tekstur
Tekstur suatu tanaman ditentukan oleh batang/percabangannya, massa
daun serta jarak penglihatan terhadap tanaman tersebut. Tekstur tanaman juga
mempengaruhi secara psikis dan fisik bagi yang memandangnya.
Skala
Skala atau proporsi tanaman adalah perbandingan besaran tanaman
denngan tanaman lai atau perbandingan antara tanaman dengan lingkungan
sekitarnya.
Gambar 2.35 : Penyusunan tanaman terhadap skala/besaran
(Sumber: Hakim dan Utomo, 2017:141)
d. Perletakan Tanaman
Peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari perancangan tanpa
melupakan fungsi dari tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus dipertimbangkan
kesatuan dalam desain atau unity, antara lain yaitu:
Variasi (Variety)
Penekanan (Accent)
Keseimbangan (Ballance)
Kesederhanaan (Simplicity)
Urutan (Sequence)
Dalam perancangan tanaman lansekap, pemilihan jenis tanaman merupakan faktor
penting.
F. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat, baik berupa zat
Organik maupun zat Anorganik. Sampah dapat terurai maupun tidak terurai dan seringkali
dianggap tidak berguna lagi dan dibuang sehingga menciptakan tumpukan sampah yang
menjadi sarang penyakit. Seperti contohnya tikus hidup di rongga-rongga sampah, seperti di
kaleng bekas maupun kardus. Lalat berkembang biak pesat di sampah organik, seperti sisa-
sisa makanan. Suasana basah, lembab dan hangat sangat cocok untuk tempat berkembang
biak nyamuk.
Sampah yang biasanya dihasilkan sekolah kebanyakan adalah sampah kering dan
sedikit basah. Sampah kering yang dihasilkan berupa kertas hasil dari tulis menulis, plastik
pembungkus jajanan, kemasan barang dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal
dari dedaunan pohon, ranting, potongan rumput taman dan sisa makanan.
(Sumber: www.google.com)
1) Kamar tidur
Kamar tidur pada asrama di pondok pesantren dihuni oleh lebih dari satu
penghuni. Aktifitas yang dilakukan santri di kamar juga lebih kompleks karena
penghuninya yang berkelompok.