Anda di halaman 1dari 69

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
High Rise Building (bangunan bertingkat tinggi) adalah istilah untuk
menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi.. Banguan tinggi menjadi
ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan banguanan yang
lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan bias disebut sebagai
bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23m-150m).
tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter). Penambahan ketinggian
bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut. Contohnya
bangunan apartemen. Apartemen yaitu merupakan tempat tinggal(terdiri atas kamar
duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan
bertingkat yg besar dan mewah, dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Apartemen
merupakan system hunian baru yang berbentuk vertikal untuk mengatasi keterbatasan
lahan dikota.
Perancangan bangunan bertingkat tinggi meliputi desain dan pendetailan
komponen- komponen struktur dengan mempertimbangkan factor keamanan,
kekakuan, kesetabilan, kekutan dan fungsi dari suatu gedung sehinngga menuhi
criteria perancangan.desain dan pendetailan komponen-komponen struktur tersebut
pada umumnya di rancang untuk menahan gaya vertical grafitasi (beban mati dan
hidup), gaya horizontal angin dan gaya gempa. Di Indonesia yang merupakan wilayah
rawan gempa, perancangan bangunan bertingkat tinggi merupakan hal yang penting.
Hal ini di maksudkan supaya pemakai gedung dapat merasa aman dan nyaman apabial
berada pada bangunan bertingkat tinggi.
Pada saat ini, pembangunan di kota besar menitikberatkan bangunan
bertingkat tinggi,terutama untuk pembangunan apartemen yang berfungsi sebagai
hunian. hal ini di rasa sangat perlu karena adanya tingkat jumlah penduduk
keterbatasan lahan yang ada di kota-kota besar dan dimaksudkan agar suatu kota
mampu menampung konsentrasi penduduk yang padat serta menciptakan sarana dan
prasarana bagi penduduk didalamnya. Pembangunan gedung kearah vertical berupa
bangunan bertingkat tinggi merupakan hal wajar terhadap pertumbuhan penduduk
yang tinngi dan kelangkaan lahan dan harga lahan yang tinggi.

1
Perkembangan kota Gorontalo yang berjalan sejajar dengan makin lajunya
tingkat pertambahan penduduk 2.14 % pertahun. Hal ini sekaligus juga makin
tingginya tuntutan warga kota terhadap pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi kota
yang makin produktif seperti fungsi hunian tempat tinggal. Selain makin
meningkatnya kegitan di kota Gorontalo sepert bisnis, perdagangan, jasa dan
perkantoran yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang dari luar kota Gorontalo
datang untuk melakukan bisnis dan sebagainya, mereka pun juga membutuhkan
tempat tingal. Konsekuensinya adalah pembangunan secara vertikal merupakan
sebuah keharusan terutama bagi kawasan pusat kota atau kawasan potensial seperti
kota Gorontalo. Di sisi lain kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang nyaman
dan letaknya strategis dekat dengan tempat kerja, pusat perbelanjaan, dan fasilitas
komersial lainya.Kesibukan dalam pekerjaan membuat banyak orang tidak
mempunyai banyak waktu luang untuk mempersiapkan segala kebutuhan sehari-hari
yang mau tidak mau harus dipenuhi. Kondisi, situasi dan keadaan masyarakat yang
demikian menyebabkan mereka lebih memilih tempat tinggal yang menyediakan
berbagai macam kebutuhan hidup dalam satu area yang berdekatan . Hal tersebut
selain lebih efisien, juga efektif karena menghemat waktu dan tenaga.
Salah satu solusi permasalahan tersebut adalah dibangunnya sebuah
Apartemen yang di padukan dengan pusat perbelanjaan di kota Gorontalo. Sehinnga
masyarakat lebih mudah dalam mempersiapakan kebutuhan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara mendesain bangunan High Rise Building dengan fungsi
Apartemen dan pusat perbelanjaan
Bagaimana cara mengolah site untuk perancangan bangunan High Rise
Building dengan fungsi Apartemen dan pusat perbelanjaan
Bagaimana perancangan system utilitas bangunan High Rise Building dengan
fungsi Apartemen dan pusat perbelanjaan
Bagaimana perancangan program ruang bangunan apartemen dan pusat
perbelanjaan

2
1.3 Tujuan
Untuk mendesain bangunan High Rise Building dengan fungsi Apartemen dan
pusat perbelanjaan
Untuk mengolah site untuk perancangan bangunan High Rise Building
dengan fungsi Apartemen dan pusat perbelanjaan
Untuk merancang system utilitas bangunan High Rise Building dengan fungsi
Apartemen dan pusat perbelanjaan
Untuk merancang program ruang bangunan apartemen dan pusat
perbelanjaan

1.4 Metode Perancangan


Metode perancangan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
telah di tetapkan meliputi metode pengumpulan data , metode pengolahan data yang
terdiri tahap analisa dan tahap sitesa , dan hasil.
1. Metode pengumpulan data a.
Data Primer

Melakukan survei lapangan, survey eksisting pada lokasi yang


direncanakan dengan pengamatan langsung dan membuat dokumentasi hasil
pemotretan kondisi dan potensi di lapangan serta studi banding.

b. Data Sekunder

Studi literatur dari buku-buku tentang fasilitas Apartemen dan


Mall untuk mencari data tentang pengertian, karakteristik, bentuk kegiatan
serta buku-buku yang berkaitan tentang penekanan desain arsitektur tropis.
Mengadakan studi banding dengan bangunan-bangunan yang merupakan
Apartemen dan Mall. Serta mengumpulkan data yang berkaitan dengan data
kebijaksanaan, peraturan yang berlaku dan kondisi iklim pada wilayah
Gorontalo.

2. Tahap Pengolahan Data

Mengolah data primer dan data sekunder yang akan menjadi


alternatif pemecahan masalah dan menjadi acuan dalam perencanaan dan
perancangan Apartemen dan Mall di Kota Gorontalo.

3
3. Hasil

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap data


yang telah dikumpulkan dan diperoleh, maka akan didapatkan hasil
berupa konsep perancangan, program ruang, dan lokasi untuk
perencangan bangunan Apartemen dan Mall di kota Gorontalo.

1.5 Sistematika Penulisan


Agar perancangan ini dapat dipahami secara komprehensif maka dalam
laporan nanti akan disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang akan memaparakan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan memaparkan tinjuan pustaka yang akan membahas tentang High
Rise Bilding, Apartemen, dan Pusat Perbelanjaan (Mall).
BAB III ANALISIS DAN KONSEP
Bab ini berisi tentang analisis pembahasan dan konsep perancangan, dalm bab ini juga
akan di tampilkan hasil perancangan.
BAB IV KESIMPULAN
Merupakan bab penutup yang merupakan kesimpulan yang berisi jawaban dari
rumusan masalah serta tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam bab ini mencantumkan literature-literatur yang digunakan sebagai pendukung
laporan.
LAMPIRAN
Berisi tentang data-data yang dikumpulk

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan High Rise Building
A. Definisi High Rise Building

High Rise Building (Bangunan Tinggi) adalah istilah untuk menyebut suatu
bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan
untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen
tinggi atau perkantoran tinggi.Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia
sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan
beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika
memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m). Bangunan
yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit.
Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan
memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat.Bahan yang
digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi.
Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok
menara penghunian dibangun tanpa beton.

Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga mencoba


mengartikan pengertian 'bangunan tinggi', antara lain:

International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan


bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak
besar terhadap evakuasi"

New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai


"bangunan yang memiliki banyak tingkat"

Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70


kaki (21 m)

5
Banyak insinyus, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan
bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23
m).

Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan


struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat
memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Tantangan
yang tidak kalah besar lainnya adalah bagaimana pemadam kebakaran bertugas
selama keadaan darurat pada struktur tinggi. Desain baru dan lama bangunan, sistem
bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem HVAC (Heating, Ventilation
and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti evakuasi tangga dan
elevator mengalami masalah seperti itu.

B. Macam Bangunan High Rise Building Di Dunia


Berikut adalah bebrapa bangunan tinggi di dunia :
1. The Reflection Building Singapura

Gambar 2.1 The reflection Building Singapura

Daniel Libeskind telah merancang menara Refleksi di Keppel Bay,


Singapura . menara yang terletak di pintu masuk ke pelabuhan Singapura Keppel

6
bersejarah. Rancangan proyek duduk sekitar 8400 meter persegi tanah dengan luas
garis pantai 750 meter

2. Burj Khalifa, Dubai

Gambar 2.2 Burj Khalifa

Burj Khalifa terletak di Dubai, Uni Emirat Arab. Gedung ini dinobatkan
sebagai gedung tertinggi di dunia pada tahun 2010. Memiliki ketinggian 828 m (6
kali tinggi Monas di jakarta) dan didalamnya terdapat 900 unit apartemen serta
menghabiskan dana USD 1,5 Miliar . Mulai dibangun pada awal tahun 2004 dan
dibuka untuk umum di tahun 2010, gedung yang menjadi kebanggaan negara
penghasil minyak itu belum ada yang menandingi hingga saat ini.

3. Zifeng Tower di China

Gambar 2.3 Zifeng Tower , China

7
Terletak di kota Nanjing, China, bangunan setinggi 450 meter ini
memiliki 89 lantai. Dibangun dengan jangka wantu 5 (lima) tahun sejak tahun
2005 oleh arsitek terkemuka, Adrian Smith. Memiliki nama lain Nanjing
Greenland Financial Center, gedung tertinggi kedua di China ini banyak
digunakan untuk hotel, perkantoran dan memiliki sebuah observatorium di
bagian atas.

4.122 Leadenhall Street, London

Gambar 2.4 122 Leadenhall Street , London

Gedung yang juga dikenal dengan nama cheeesegreter ini memiliki tinggi
737 kaki atau sekitar 225 meter. Rancangan bangunan ini memiliki spesifikasi
akan sebuah gedung pintar karena telah mengadopsi beberapa teknologi
pendukung , di antaranya memiliki system canggih guna penggunaan lampu.
Begitu pula pada tiap tujuh lantai yang telah terpasang system yang mengatur agar
setiap sudut memiliki sirkulasi udara tanpa hambatan, hal ini mengurangi
kebutuhan akan penggunaan system pendingin sehingga lebih hemat energy.

5. The International Commerce Center di Hongkong


The International Commerce Center atau ICC Tower adalah salah satu
bagian dari Union Square yang dibangun di atas Kowloon Station, Hongkong.

8
bangunan tertinggi di Hongkong ini memiliki 118 lantai dengan total ketinggian
484 meter. Dibangun mulai tahun 2005 dan selesai di pertengahan 2010, gedung
yang awalnya bernama Union Square Phase 7 ini resmi dibuka pada tahhun 2011.

Gambar 2.5 The Informational Commerce Center , Hongkong

C. Sistem Struktur Bangunan Tinggi


Unsur-unsur struktur dasar bangunan adalah :
Unsur Linear, berupa kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial dan
gaya rotasi - Unsur Permukaan, terdiri dari dinding dan plat
Unsur Spasial, merupakan pembungkus fasade atau core (inti) dengan
mengikat bangunan agar berlaku sebagai satu kesatuan.

Type sistem struktur bangunan bertingkat tinggi :


- Dinding pendukung sejajar Pararel bearing wall
- Inti dan dinding pendukung fasade Core and fasade bearing wall
- Inti dan dinding pendukung fasade Core and fasade bearing wall
- Boks Berdiri sendiri Self support box
- Plat terkantilever Cantilevered slab
- Plat rata Flat slab
- Gantung suspention
- Rangka Selang Seling Staggered truss
- Rangka Kaku Rigid frame
- Rangka Kaku dan Inti Rigid frame and core
- Rangka Trussed Trussed frame
- Rangka Belt trussed dan inti Belt trussed frame and core
- Tabung dalam tabung Tube in tube

9
- Kumpulan tabung Bundled tube Pemilihan sistem struktur bangunan

Bangunan tinggi tidak hanya berdasarkan atas pemahamana struktur dalam


konteksnya semata, tetapi lebih kepada faktor fungsi terkait dengan kebutuhan
budaya, sosial, ekonomi dan teknologi. Beberapa faktor dalam perencanaan sistem
pembangunan struktur bangunan tinggi adalah :
Pertimbangan umum ekonomi
Kondisi tanah
Rasio tinggi lebar suatu bangunan
Pertimbangan fabrikasi dan pembangunan
Pertimbangan mekanis (sistem utilitasnya)
Pertimbangan tingkat bahaya kebakaran
Pertimbangan peraturan bangunan setempat
Ketersediaan dan harga bahan konstruksi utama

Penggunaan pondasi tiang dewasa ini semakin sering dijumpai, karena


pertumbuhan ekonomi pada akhir-akhir ini berdampak pada meningkatnya
pembangunan di segala bidang, termasuk bidang fisik, dengan pembangunan gedung-
gedung tinggi. "Pondasi yang biasa digunakan untuk pembangunan gedung-gedung
tersebut adalah pondasi tiang, terutama bila kondisi tanah di mana bangunan tersebut
didirikan tidak terlalu baik, sehingga tanah tidak akan mampu menahan beban dari
bangunan tersebut bila pondasi yang digunakan adalah pondasi dangkal."

Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan kepada kita bahwa jarang


sekali dijumpai suatu pondasi yang hanya terdiri dari satu tiang. Yang sering
dilakukan adalah menggunakan beberapa tiang yang membentuk suatu group pondasi.
Hal ini biasanya disebabkan karena:
1.Daya dukung 1 tiang saja tidak cukup untuk memikul beban yang ada.
2. Penggunaan beberapa tiang dalam suatu group akan lebih mampu menahan gaya
lateral dan gaya gempa lebih stabil.
Dalam suatu group pondasi, karena adanya overlapping dari garis-garis
tegangan bulb of pressure di sekitar tiang-tiang di dalam tanah, maka daya dukung
dari group tersebut tidak akan sama dengan daya dukung masing-masing tiang
dikalikan dengan jumlah tiang dalam group yang bersangkutan. Fenomena ini biasa
disebut dengan group action. Sebagai akibat dari group action tersebut, maka perlu

10
dicari angka efisiensi, dimana angka ini nantinya harus dikalikan dengan kapasitas
group pondasi awal kapasitas yang didapat dari penjumlahan kapasitas tiang-tiang
anggota group tersebut.

Menurut SNI 1726 2002, Indonesia telah ditetapkan sebagai wilayah yang
terbagi dalam 6 daerah (zona) gempa, dimana wilayah gempa I adalah wilayah
kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 memiliki tingkat resiko kegempaan
paling tinggi. Perbedaan wilayah ini berpengaruh pada perencanaan pembangunan
sebuah gedung. Sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya
adalah struktur bawah yang biasa dikenal dengan pondasi.

Pondasi tiang pancang pada dasarnya juga diperlukan untuk menahan beban
lateral yang berupa beban gempa dan beban angin, serta beban aksial yang dihasilkan
beban struktur dari atas. Dari gaya-gaya luar tersebut akan menghasilkan gaya-gaya
dalam pada pondasi yang berupa gaya vertikal ke atas, gaya horisontal dan gaya
momen. Model gedung X dianalisa untuk di setiap zona gempa di Indonesia dengan
menggunakan metode elemen hingga sebagai metode penyelesaian tersebut. Program
SAP2000 digunakan untuk mendapatkan gaya dalam pada struktur bangunan bawah
dan program Mathcad 11 digunakan untuk menghitung besarnya displacement node
( pergeseran titik ) pada pondasi tiang pancang di daerah zona gempa di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keamanan pembangunan gedung di setiap
zona gempa di Indonesia. Pada Zona gempa 6 memiliki gaya dalam yang paling besar
daripada zona gempa yang lain di Indonesia sehingga menghasilkan nilai
displacement node paling besar. Namun dengan nilai displacement node yang
dihasilkan, bangunan gedung X masih bisa dibangun di setiap zona gempa di
Indonesia karena tidak melebihi batas maksimum displacement node (kurang dari 1
inchi).

2.2 . Tinjaun Apartemen

A. Definisi Apartemen

Beberapa definisi apartemen secara umum:

11
a. Apartemen mempunyai 2 pengertian yaitu : (sumber: Mulio,Anton M,
dkk.Kamus besar bahasa Indonesia : cetakan ketiga hal 45 .1990 balai pustaka,
Surakarta)
- Tempat tinggal yang berada di satu lantai bangunan bertingkat rumah/flat.
- Bangunan bertingkat yang dibagi beberapa tempat tinggal dan unit-unit.
b. Menurut ensilopedia nasional Indonesia kata Apartemen merupakan system
hunian baru yang berbentuk vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan dikota.
c. Menurut james hombeck dalam bukunya apartement & Dormitories, Apartemen
adalah dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian bagian
yang distrukturkan secara fungsional dalam area yang horizontal maupun vertikal
& merupakan suatu kesatuan yang masing masing dapat digunakan
terpisah,terutama untuk tempat hunian yangdilengkapi bagian bersama, benda
benda bersama dan tanah bersama.
d. Menurut Kamus Besar Indonesia apartemen yaitu merupakan tempat
tinggal(terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang
berada pada satu lantai bangunan bertingkat yg besar dan mewah, dilengkapi
dengan berbagai fasilitas (kolam renang, pusat kebugaran, toko, dsb) Sedangkan
swa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang. Jadi Apartemen Sewa
adalah suatu bangunan yang terdiri dari beberapa unit hunian yang didalamnya
terdapat kehidupan bersama, dapat dihuni dengan membayar sewa dalam batas
waktu tertentu. (Sumber : http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php) .

B. Jenis-jenis Apartemen

Bangunan apartemen dapat digolongkan dalam berbagai macam, antara lain :

a. Ketinggian Bangunan (Housing, Jphn Mascai, hal.225) :

- Low Rise Apartment (bertingkat rendah) tipe bangunan bertingkat dengan


ketinggian 2-4 lantai, dan sistem sirkulasi vertikal melalui tangga (walk up) tanpa
menggunakan lift.

12
Gambar 2.6 low Rise Apartemen
- Medium Rise Apartment (bertingkat sedang) Tipe bangunan bertingkat dengan
menggunakaan lift hidrolik yang konsekuensinya memiliki beban terbatas dan
ketinggian antara 4-8 lantai.

Gambar 2.7 Medium Rise Apartemen


- High Rise Apartment (bertingkat tinggi) Tipe bangunan dengan menggunakan
lift elektrik, tinggi bangunan lebih dari 8 lantai dan jumlah lantai maksimum
hanya dibatasi oleh kemajuan teknologi.

Gambar 2.8 High Rise Apartemen

b. Berdasarkan Sistem Sirkulasi Vertikal

13
Menurut James Hombeck dalam buku Apartments and Dormitories, hal.26-28
apartemen dapat dibedakan berdasarkan system sirkulasi vertikal.

- Elevated Apartment
Pencapaian bangunan melalui sarana elevator (lift), umumnya digunakan pada
apartemen dengan ketinggian lebih dari 4 lantai.

Gambar 2.9 Elevated Apartemen


- Walk Up Apartment
Pencapaian melalui sarana tangga dan umumnya berlaku bagi bangunan yang
tidak lebih dari 4 lantai.

Gambar 2.10 Walk Up Apartemen

c. Berdasarkan bentuk hunian

14
Menurut Joseph de Chiara dalam bukunya yang berjudul Time Saver
Standards for Development, hal. 459-469 apartemen berdasarkan bentuk huniannya
terdiri atas:

- Simplex Apartment / Flat


Apartemen yang terdiri dari satu buah lantai disetiap unitnya dan melakukan
semua kegiatan dilantai yang sama.
- Duplex
Apartemen yang memiliki dua lantai disetiap unitnya dari ruang tamu, dapur, dan
ruang makan pada lantai pertama dan area tidur di lantai kedua, dihubungkan oleh
tangga yang terdapat didalamnya.
- Triplex
Apartemen yang terdiri dari tiga buah lantai di dalam satu unit hunian. Sama
seperti duplex, bentuk triplex untuk kegiatan bersama dan area tidur di lantai
paling atas.

d.Berdasarkan Jumlah Ruang Tidur per Unit Hunian.

Menurut Joseph de Chiara dalam bukunya yang berjudul Time Saver Standards 6
for Residential Development, hal.470 apartemen dibedakan berdasarkan jumlah
ruang tidur per unit hunian.

- Apartemen Efisien merupakan unit hunian apartemen yang terdiri dari ruang
utama yang digunakan untuk berbagai keperluan (tidur, makan, duduk-duduk).
Terkadang jenis ini sering disebut Apartemen Studio. ( 8,58-46,45 m2).

Gambar 2.11 Apartemen Efesien


- Apartemen dengan satu kamar tidur (one bedroom apartment, 37.16-55,74 m2).
Pada jenis ini ruang makan dan ruang duduk jadi satu, selain itu juga terdapat
ruang tidur, dapur, kamar mandi / WC.

15
Gambar 2.12 Apartemen Satu Kamar Tidur
- Apartemen dengan dua kamar tidur (two bedrooms apartment, 46,45-92,90
m2). Terdiri dari 2 ruang tidur, ruang duduk, ruang makan, dapur dan kamar
mandi.

Gambar 2.13 Apartemen Dua Kamar Tidur


- Apartemen dengan tiga kamar tidur (three bedrooms apartment, 55,74-
111,4m2). Terdiri dari 3 ruang tidur, ruang duduk, ruang makan, dapur, dapur
dan 1-2 kamar mandi.

Gambar 2.13 Apartemen Tiga Kamar Tidur


- Apartemen dengan empat kamar tidur (four bedrooms apartment, 102,19-
139,3m2). Terdiri dari 4 ruang tidur, ruang duduk, ruang makan, dapur, 2
kamar mandi dan gudang.

16
Gambar 2.14 Apartemen Empat Kamar Tidur
- Mewah (penthouse) terdiri dari 5 ruang tidur, ruang makan, ruang duduk, ruang
kerja, dapur (lengkap dengan pantry), 3 kamar mandi dengan ruang ganti, ruang
pelayan, ruang cuci dan gudang

Gambar 2.15 Apartemen Penthouse

e. Berdasarkan Bentuk Denah


- Tower Plan, terdapat core di tengah dengan unit-unit mengelilingi core tersebut,
layout denah bangunan tipikal kecuali denah lantai paling atas.

Gambar 2.16 Tower Plan


- Expended Tower Plan sama dengan tower plan namun dapat di perpanjang di sisi
tertentu untuk menambah jumlah unit hunian

17
Gambar 2.17 Expended Tower
- Cross Plan , memiliki empat sayap yang sama dan core service di bagian tengah .
biasa terdiri dari delapan unit setiap lantai dengan penempatan dua unit setiap
sayap.

Gambar 2.18 Cros Plan


- Circular plan, sama dengan bentuk tower plan namun terdiri dari satu koridor
pusat yang melingkar mengelilingi core. Jumlah unit tergantung
panjang diameter bangunan.

Gambar 2.19 Circular Plan


- Spiral plan, memiliki bentuk melingkar seperti circural plan, namun menggunakan
delapan proyeksi radial dari beton pra tekan dan tanpa kolom

18
Gambar 2.20 Spiral Plan
- Free-Form Plan memiliki bentuk memanjang atau linier dengan koridor dibagian
tengah.

Gambar 2.21 Free-Form Plan


- Terrace Plan, menggunakan system satu koridor dengan lantai di atas lebih
mundur dari pada lantai dibawahnya sehingga menciptakan teras pada tiap lantai
bangunan

Gambar 2.22 Terrace Plan

C. Fasilitas Penunjang

perumahan dapat diartikan sebagai kelompok kegiatan penunjang yang


diharapka dapat mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan sosial bagi penduduk
sekitar hunian tanpa kawasan apartemen. Beberapa fasilitas penunjang yang akan
diadakan adalah:

a) Kegiatan Fitness Centre Lengkap.

mampu mengakomodasikan kebutuhan olahraga untuk kelompok penghuni apartemen


dan masyarakat sekitar.

19
Gambar 2.23 Fitnes Centre

b) Kegiatan perkantoran.

Mampu menyediakan ruang yang dapat disewakan untuk kegiatan perkantoran.

Gambar 2.24 Perkantoran

c) Kegiatan Praktek Dokter

Mampu menyediakan fasilitas kegiatan Praktek Dokter Bersama beserta fasilitas


pendukungnya (laboratorium, klinik dan sebagainya).

Gambar 2.25 Praktek Dokter

d) Kafetaria ; Menyediakan Kebutuhan makan ringan /snack, rehat kopi,dengan best-


view yang menarik bagi pengunjung.

20
Gambar 2.26 Kafetaria

e) Restauran ; Menyediakan restaurant yang lengkap untuk kebutuhan penghuni


apartemen dan penduduk sekitar.

Gambar 2.27 Restauran

f) Ruang Serba Guna ; Menyediakan ruangan serbaguna yang dapat digunakan untuk
Ruang seminar, Ruang Rapat, dan sebagainya.

Gambar 2.28 Ruang Serba Guna

g) Mini Market Menyediakan kebutuhan rumah tangga yang sering diperlukan,


makanan minuman praktis, kebutuhan alat-alat kantor .

21
Gambar 2.29 Mini Market

h) Musholla sebagai tempat beribadah, dan dibutuhkan ruangan yang benar-benar


sangat privat

Gambar 2.30 Musholla

i) laundry menyediakan layanan pencucian kain untuk penghuni apartemen

Gambar 2.31 laundry

D. Persyaratan Teknis Apartemen

a. Persyratan Lokasi Tapak

22
Menurut Joseph de Chiara dalam bukunya yang berjudul Standards
Perancangan Tapak, pemilihan tapak sebuah apartemen mempertimbangkan hal-hal
dibawah ini :

- Pemasaran, yang ditinjau dari hal permintaan terhadap rumah susun, jumlah
penduduk yang berpotensi, jenis hunian yang ditinggal dirumah susun, dan industry
didaerah tersebut dan rencana dimasa mendatang.

- Keterangan yang berkaitan dengan daerah sekitarnya (hal-hal yang berkaitan


dengan jalan, tempat parker, taman, dan bahaya lingkungan seperti bising, asap, debu
dan lain-lain).

- Transportasi dilihat dari jenis transportasi yang ada, waktu pencapaian, biaya
tranportasi umum, dan jadwal tranportasi umum.

- Peraturan pemerintah yang mengatur tentang masalah bangunan setempat.

- Fasilitas lingkungan yang dilihat dilihat dari jarak dan pencapaiannya, seperti
sekolah, kantor,pusat perbelanjaan, gedung peribadatan, rekreasi, rumah sakit, dan
sebaginya.

- Lingkup pelayanan kota.

- Utilitas seperti saluran hujan dan sanitair, persediaan air, gas, listrik dan telepon.

b. Persyaratan bangunan Apartemen

Menurut Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.60/PRT/1992 mengenai


Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, rumah susun maupun apartemen
harus mempunyai kelengkapan bangunan, antara lain :

1. Alat transportasi bangunan, yang meliputi :

- Lift atau Escalator, digunakan pada rumah susun dengan ketinggian lebih dari 4
lantai dengan ketentuan sebagai berikut:

- Memiliki kapasitas sesuai kebutuhan.

- Dapat berfungsi sebagai lift penumpang, barang, makanan, serta satu lift
kebakaran.

23
- Tangga, digunakan pada rumah susun dengan ketinggian sampai 4 lantai yang
memiliki ketentuan sebagai berikut :

- Lebar berguna dan bordes 120 cm.

- Railing tangga setinggi minimal 110 cm.

2. Pintu tangga darurat yang berguana saat penanggulangan bahaya kebakaran,


dengan ketentuan teknis sebagai berikut:

- Pintu dan tangga darurat terletak pada setiap lantai dengan radius 12,5 m.
- Pintu darurat harus pada tempat yang mudah di capai dan terlihat serta tahan api.
- Tangga darurat terbuat dari bahan tahan api dengan ruang tangga yang tahan asap
terutama untuk rumah susun dengan ketinggian 40 m keatas.
3. Alat dan system pemadam kebakaran harus disediakan untuk rumah susun lebih
dari 5 lantai yang disediakan mulai dari lantai 1, seperti sprinkler, hydrantgedung,
pemadam api ringan dan hydrant halaman yang dapat berfungsi otomatis sesuai
kebutuhan yang ada.
4. Penangkal petir yang dapat berupa penangkal konvensional (non radioaktif) atau
non konvensional (radioaktif).
5. Jaringan air bersih dapat terdiri dari jaringan distribusi, tangki penampung, rumah
pompa, meter air keran, dengan ketentuan :
- Tangki didalam tanah, dipermukaan tanah, atau sebagian didalam tanah harus
dapat memenuhi kebutuhan air sekurang-kurangnya untuk tiga hari pemakaian.
- Tangki yang ada di atas permukaan tanah atau di atas rumah susun dapat
memenuhi kebutuhan sekurang-kurangnya untuk 6 jam.
- Pompa diletakkan pada tempat yang terlindungi dan dapat mengurangi gangguan
suara.
- Saluaran pembuangan air hujan yang terdiri dari tiga jaringan didalam bangunan
dan diluar bangunan, dapat berupa talang datar maupun talang tegak.

7. Saluran pembungn air limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cuci, dan
pembuangan dari kakus. Saluran pembuangan dari kakus harus dipisahkan dari
saluran pembuangan yang lain.

8. Tempat pewadahan sampah, yang dapat terdiri dari wadah sampah tiap-tiap satuan
unit apartemen atau saluran sampah dengan perlengkapannya yang terletak dalam
satuan apartemen atau diluar satuan aprtemen sesuai dengan persyaratan kesehatan.

24
9. Tempat jemuran secara fungsional harus mudah dipergunakan, memenuhi
persyaratan keamanan, kebersihan, dan tidak mengganggu pandangan serta dapat
menjamin terjadinya sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari yang cukup.

10. Jaringan listrik yang dapat menyediakan kebutughan listrik seluruh unit
apartemen. Generator listrik yang berfungsi sebagi cadangan listrik dari jaringan
listrik utama PLN. Besaran listrik sekurang-kurangnya dapat memberikan penerangan
pada tangga umum, koridor dan lobi, pompa air, pompa kebakaran serta untuk lift,
sesuai dengan kebutuhan.

11. Jaringan gas dan telepon

2.3 Tinjuan Mall


A. Definisi Mall
- Mall adalah sekelompok penjualan eceran dan usahawan komersil lainnya yeng
merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah
property tunggal. (Wikipedia,2015).
- Mall adalah komplek pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan
membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi social
masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi
pengunjung.(http:/shopingmall.blogspot.com,2015).
- Mall merupakan suatu kelompok perbelanjaan terencana yang dikelola oleh suatu
menejemen pusat, yang menyewakan unit-unit kepada pedagang dan mengenai
hal-hal tertentu pengawasannya dilakukan oleh menejer yang sepenuhnya
bertanggungjawab kepada mall.(Bednington, 1982).
- Bloch, Ridgway dan Nelson 1991 mengatakan bahwa pusat perbelanjaan telah
menjadi pusat berkumpul, menawarkan daya tarik rekreasi pada pengunjung
seperti music, bioskop, permainan, aktivitas seperti makan di luar, menghadiri
pertemuan, dan bertemu dengan teman. (Ibid 1991). Pusat perbelanjaan juga dapat
diartikan sekumpulan took-toko yang dirancang dan direncanakan, kemudian
dikelola sebagai unit kesatuan yang biasanya dilengkapi dengan parkir untuk para
29pengunjung dan sering dilokasikan di daerah perdagangan. (A Scoot Fetze
Company,1988).
- Cyril M Haris menyatakan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu komplek dari
toko, pasar, dan lengkap dengan fasilitas penunjang, termasuk tempat parkir yang

25
dialokasikan di tempat sub urban. Sedangkan menurut morris ketchum, pusat
perbelanjaan merupakan salah satu bentuk fasilitas perbelanjaan yang lengkap.
Selain itu, direncanakan sedemikian rupa sehingga took-toko yang tersedia dapat
saling mendukung, biasanya dilengkapi dengan sarana rekreasi sebagai upaya
untuk menarik pengunjung, sehingga tidak hanya sebagai tempat jual beli tetapi
juga sebagai tempat pergaulan masyarakat, bertemu atau sekedar jalan-jalan
menikmati suasana ramai.(putra, 1994).

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Mall adalah sebagai
tempat komersil yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki,
mengelola dan menyewakan property berupa unit-unit pertokoan kepada pedagang,
yang dikunjungi, dilihat, membeli dan membandingkan barang-barang dalam
memenuhi kebutuhan social masyarakat yang memberikan kenyamanan serta
dilengkapi fasilitas penunjang seperti makan, minum, dan menawarkan daya tarik
rekreasi kepada pengunjung seperti adanya biskop, taman tematik, musik, dan
permainan moderen. Dalam Mall pengunjung dapat berekreasi, bersenang-senang,
dan melapas stres.
B. Klasifikasi Mall
Klasifikasi mall dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu mall dilihat dari
jenis barang yang dijual, mall menurut besarnya jangkauan pelayanan, mall
menurut cara pelayanan, dan berdasarkan cirri-ciri fisik mall. Berikut dejelaskan
empat klasifikasi mall, sebagai berikut:
Mall dilihat dari jenis barang yang dijual, dari jenis barang yang dijual dalam sebuah
mall, dikelompokan berdasarkan tipe yaitu (a) Demand (permintaan), adalah tipe
yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga merupakan kebutuhan pokok,(b) Semi
demand (setengah permintaan) adalah tipe yang menjual barang-barang untuk
kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari, (c) Implus(barang yang menarik)
adalah type yang menjual barang-barang mewah yang menggerakan hati konsumen
pada waktu tertentu untuk membelinya,( d) Drigey 30adalah type yang menjual
barang-barang higinis seperti sabun, parfum, dal lain-lain. (Bednington,1982).
Mall menurut besarnya jangkauan pelayanan, besarnya jangkauan pelayanan
terdapat tiga jenis kelompok Mall yaitu (a) Mall lingkungan, jankuan pelaya nan
meliputi 3000-30.000 penduduk pertahun. Pada umumnya barang yang
diperdagangkan adalah barang-barang perimer( barang dalam kehidupan sehari-hari).

26
Radius pelayanan 15 menit berjalan kaki, lokasinya berada di lingkungan
permukiman, (b) Mall Wilayah, jangkuan pelayanan meliputi 30.000-200.000
penduduk/tahun. Pada umumnya barang-barang yang dijual adalah barang skunder
(kebutuhan berkala). Radius pelayanan wilayah/kecamatan. Pencapaian 2500 m
dengan kendaraan cepat, 1500 m dengan kendaraan lambat, 500 m dengan berjalan
kaki. Lokasinya berada di pusat wilayah, (c) Mall Kota, jangkauan pelayanan
meliputi 200.000-1.000.000 penduduk/tahun. Jenis barang yang
diperdagangkanlengkap dan tersedia fasilitas took/retail, bioskop, rekreasi, bank, dan
lain-lain.pencapaian maksiman 25 menit dengan kendaraan. Lokasinya strategis dan
dapat digabungkan dengan lokasi perkantoran
Mall menurut cara pelayanannya, menurut cara pelayanannya, Mall dibedakan
menjadi tiga, yaitu retail shop (took eceran), depertement store (took serba ada),
super market (pasar swalayan). Berikut penjelasan bagian-bagian Mall menurut cara
pelayanannya, sebagai berikut, (a) Retail shop merupakan bagian atau bangunan
yang menjual barang yang dipamerakan secara eceran. Barag-barang yang dijual tidak
dapat diambil sendiri, teapi ada peruses tawar menawar dan sudah terorganisasi, (b)
Depertement store merupakan sebuah toko besar dalam suatu pengelolaan yang
professional. Barang yang dijual beraneka ragam dan ditempatkan berkelompok
menurut jenisnya dengan harga yang tidak dapat ditawar dan dengan pelayanan
sendiri, (c) Super market merupakan pelayanan yang hamper sama dengan toserba,
perbedaanya pada jenis barang yang dijual.
berdasarkan cirri-ciri fisik Mall, Tipe-tipe pusat perbelanjaan berdasarkan jenis
fisiknya, yaitu (a) shoping street, adalah toko-toko yang berderet disepanjang kedua
sisi jalan, (b) Shoping Precint, adalah komplek pertokoan 31dimana bagian depan
stand-stand menghadap keruang terbuka yang bebas dari kendaraan. c) Super market,
adalah toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan self service,
(d) Depertement Store, adalah toko yang sangat besar, terdiri dari beberapa lantai da
n menjual berbagai macam barang,(e) Super Store, adalah toko satu lantai yang
menjual barang-barang kebutuhan sandang dengan system self service, ( f) Shoping
Mall, merupakan shopingprecent, ruang terbuka merupakan pusat orientasi dari
komplek pertokoan, (g) Whole Shop, adalah toko yang menjual berbagai macam
barang secara grosir,
(h) Retail Shop, adalah toko eceran yang menjual bermacam-macam jenis barang.

27
C. Sistem Sirkulasi Mall
Sirkulasi pada mall diciptakan berguna dan dapat mempermudah dan
pengaliran arus orang-orang atu subyek yang terdapat di dalamnya, system system
tersebut dijelasakan, sebagai berikut. Cirri-ciri system sirkulasi Mall yaitu a)
dikosentrasikan pada sebuah jalur utama yang menghadap dua atau lebih magnet
pertokoan dapat menjadi poros massa dan ukuran besar dapat menjadi atrium.b) jalur
itu akan menjadi sirkulasi utama, karena menghubungkan dua titik magnet atau
anchor yang membentuk sirkulasi utama.c) ukuran tiap-tiap unit retail, besar diatas
24 m2dengan lebar umum minimum 4 m tiap unit sehingga para penyewa dapat
menampilkan barang dagangan mereka dengan baik.d) system unit reatilnya adalah
system sewa.
D. Fasilitas Mall
Fasilitas yang terdapat pada sebuah mall, secara umum menyediakan beberapa
fasilitas-fasilitas, yaitu a) fasilitas parkir, fasilitas parkir merupakan salah satu fasilitas
yang utama dalam pusat pembelanjaan, b) Fasilitas ATM, c) Food and beverage
centre, d)retail shop, e)Loading dock, f) Pusat permainan dan rekreasi/hiburan, g)
Pusat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari, h) Pusat perbelanjaan kebutuhan sekunder
dan pelengkap, i) Toilet umum.
E. Prinsip Penataan Ruang Pada Mall
Merencanakan ruang-ruang suatu pertokoan atau fasilitas perbelanjaan, maka
harus dipertimbangkan keanekaragaman nilai dan ruangnya. Dale M. Lewinson dan
M. Wayne de Losier menyebutkan perinsip penataan ruang tersebut dipengaruhi oleh
factor utama, sebagai berikut:
a. Nilai Ruang Toko, nilai ruang toko merupakan nilai dari unit ruang toko yang
bervariasi yang ditentukan oleh, (a) Lokasi lantai, untuk pertokoan berlantai
banyak, nilai ruang semakin berkurang apabila semakin jauh dari lantai utama dan
entrance. Area penjualan di lantai utama biasanya dikenakan harga sewayang
lebih mahal disbanding lantai basement atau lantai diatasnya (lantai 2, 3,dan
seterusnya); (b) Posisi penjualan disuatu lantai (Area variation), dalam
menempatkan ruang dalam area pertokoan perlu dipertimbangkan beberafa faktor,
yaitu 1) area yang paling menarik perhatian pada setiap lantai adalah area yang
berada di sekitar entrance, 2) Pada umumnya , para pembeli di Indonesia
memiliki kebiasaan berbelok ke kiri saat masuk ke dalam ruang toko atau setiap

28
lantai ruang pusat perbelanjaa n; (b) Penempatan koridor (aisle variations), untuk
37perbelanjaan dengan lantai yang luas, jalur sirkulasi akan terdiri dari koridor
utama dan koridor sekunder yang akan mempengaruhi nilai ruang dari suatu pusat
perbelanjaan.
b. Penempatan Ruang Penjualan, pada umumnya sebuah pertokoan/perbelanjaan
dapat dibagi menjadi dua area berdasarkan pada pemakaiannya, yaitu (a) Ruang
Non Penjualan (nonselling area), merupakan ruang-ruang yang berhubungan
dengan pelayanan konsumen (coustemer service), peruses dan memasukan dan
menukarkan barang dagangan dengan aktivitas pengeloa dan karyawan, (b) Ruang
Pajang Barang Dagangan (display), merupakan tempat terjadinya interaksi antara
konsumen dengan penjual.Berdasarkan kepuasan pelanggan dan produktivitas
karyawan, mempunyai empat pendekatan umum menempatkat ruang-ruang
penjualan, yaitu (a) Sandwich Approach, pendekatan ini memiliki keterbatasan
sistem, maksudnya adalah tidak efesiaennya bagi pelanggan dan karyawan ke
lantai tertentu dalam hubungannya untuk melakukan kegiatan non selling area,
(b) PeripheralApproach, pada metode ini telah dilakukan penanganan barang-
barang dagangan tampa mengganggu kegiatan penunnjang. Area non selling
diletakan mengelilingi area penjualan, (c) Annex Approach, pada metode ini
semua kegiatan non-penjualan dikelompokan menjadi satu dan diletakan terpisah
dengan daerah penjualan.
c. Setandar Besaran Toko, setandar luasan sebuah toko, ukuran minimal 30 m2
- Untuk ukuran sedang, luas yang peling ideal adala 40 m2
- Ukuran toko yang besar memiliki luasan setandar 50 m2
M. Grahandaka salah anggota dari Associate Vibiz Research Centre menyatakan
untuk memberikan suatu kesan nyaman pada sebuah pusat perbelanjaan, maka
harus ada beberapa hal yang diperhatikan, yitu (a) harus ada koridor utama yang
dipersiapkan menjadi jalur traffic, sebab menghubungkan semua pusat kegiatan
yang sering disebut anchor, (b) Aliran pengunjung harus dapat melewati bagian
depan dari toko -toko yang berada di bangunan tersebut, (c) Pintu masuk dan
keluar mal harus terpisa h, agar tidak monoton dan dapat mencapai seluruh bagian
mall, (d) Harus ada ruang yang bervariasi dan menarik, diantaranya taman dengan
tempat duduk untuk 38bersantai, patung-patung, air mancur, dan lain-lain, (e)
Penempatan dan pengelompokan penyewa utama dan penyewa yang lainnya
diatur sedemikian rupa sehingga apa yang diinginkan oleh penyewa dapat
terwujud dan terpenuhi kebutuhan para penyewa, (f) Jarak antar penyewa

29
utama,maksimum 200 m sampai dengan 250 m, agar para pengunjung yang
datang tidak merasa lelah, (g) Lebar mall utama maksimal 15 m, sedangkan pada
mall bercabang maksimal 6(enam) m sampai dengan 7 (tujuh) m.
2.4 Arsitektur Tropis
Tropis di defiisikan sebagai daerah yang terletak diantara garis isotherm 20 0 di sebelah
bumi utara dan selatan . daerah tropis di bagi dalam dua kelompok iklim utama, yaitu iklim
tropika basah dan iklim tropika kering. Pengelompokan ini berdasarkan letak daerah tersebut,
di mana daerah tropika basah terletak diantara garis lintang utara 15 0 dan garis lintang selatan
150. Daerah tropika kering diantara garis lintang utara 150 dan 300.
Indinesia sendiri termasuk kedalam daerah tropika basah. Ciri-ciri daerah iklim
tropika basah antara lain memiliki kelembaoan udara yang relative tinggi (sering diatas 90%),
curah hujan tinggi (rata-rata 500-1250 mm per tahun), serta tempratur rata-rata tahunan di
atas 180, yang dapat meningkat menjadi 380 C pada musim panas. Perdaan antara musim
hamper tidak ada, kecuali period sedikit hujan dan banyak hujan yang disertai angin keras.
Fluktuasi tempratur harian dan tahunan lebih kecil dibandingkan dengan darah tropika kering.
Untuk menghadapi iklim tropis dan cirri-ciri alamnya, terdapat banyak factor yang
perlu dipertimbangkan dalam perancangan antara lain :
1.Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah penyebab semua cirri umum iklim dan radiasi
matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Radiasi matahari
mempengaruhi orientasi bangunan dan perlindungan terhadap cahaya matahari.
Beberapa antisipasi radiasi matahari di daerah tropika basah antara lain adalah bukaan
fasad ke selatan atau utara agar meniadakan radiasi langsung dari cahya matahari
rendah dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan pertambahan panas. Di daerah
tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan terhadap cahaya
langsung dan tidak langsung, bahkan kalau perlu untuk seluruh bidang bangunan.
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam
bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal
itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).Pancaran panas dari
suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika
beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah
dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

30
Gambar 2.32 Sun Shading Device

Desain fasade di setiap lantai berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari yang masuk
kedalam ruangan, sehingga suhu didalam tidak terlalu panas akibat intensitas cahaya matahari

Gambar 2.33 Desain Fasade

2. Pantulan dan Penyerapan


Intensitas cahaya matahari dan pantulan cahaya matahari yang kuat
merupakan gejala dari iklim tropis. Cahaya yang terlalu kuat, juga kontras yang
terlalu besar dalam nilai keterangan (brightness) pada umumnya dirasakan tidak
menyenangkan. Di daerah tropika basah, sebagian radiasi panas matahari diserap oleh
awan, tetapi cahaya menjadi lebih kuat dengan adanya pembiasan pada butir-butir air.

31
Pintu dan jendela untuk sirkulasi ruangan harus dibuat sebesar mungkin tetapi harus
terlindung dari cahaya-cahaya yang menyilaukan.
3.Kelembapan Udara
Kadar kelembapan udara, berbeda dengan unsure-unsur yang lain, dapat
mengalami fluktulasi yang tinggi dan tergantung pada perubahan tempratur udara.
Semakin tinggi tempratur, semakin tinggi kemampuan udara menyerap air.
4.Temperatur
Daerah paling panas adalah daerah yang paling banyak menerima radiasi
matahari, yaitu daerah katulistiwa. Panas tertinggi dicapai kira-kira dua jam setelah
tengah hari, karen a pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan
temoratue udara yang sudah tinggi. Pertambahan panas terbesar terdapat pada fasad
barat daya atau barat laut dan fasd barat. Di daerah tropis, fasad timur dan barat paling
banyak terkena radiasi matari.
5.Angin
Gerakan udara terjadi karena pemanasan pemanasan lapisan udara yang
berbeda-beda. Penelitian di kota-kota besar menunjukan bahwa kecepatan angin di
permukaan jalan rata-rata hanya sepertiga dari kecepatan pada lansekap terbuka.
Bangunan tinggi memiliki pengedaran yang lebih baik pada bagian atas, karena disini
intesitas gerakan udara lebih besar dari pada di lantai.
Gerakan udara menrupakan factor perencanaan yang penting karena sangat
mempengaruhi kondisiniklim, baik untuk setiap rumah maupun seluruh kota. Gerakan
udara menimbulkan pelepas panas dari permukaan kulit oleh penguapan. Semakin
besar kecepatan udara , semakin besar panas yang hilang . tetapi ini hanya terjadi
selama tempratur udara lebih rendah dari pada tempratur kulit. Di daerah lembap ,
diperlukan sirkulasi udara terus menrus , karena itu di daerah tropika basah, dinding
luar sebuah bagunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar dari pada yang di
butuhkan untuk pencahayaan.

6. Penempatan Core

Posisi servis core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi.
Servis core bukan hanya sebagai bagian struktur, tapi juga mempengaruhi
kenyamanan ternal. Posisi core diklasifisikan dalam 3 tipe yaitu : Central core (core

32
pada pusat bangunan), Double core (core dibagi dua dan diletakkan masing-masing di
dua sisi bangunan) dan Single sided core (hanya satu core pada sisi bangunan)

Gambar 2.34 Penempatan Core

Perletakan servis core pada bangunan skyscraper yang dikembangkan oleh Yeang
adalah bagaimana caranya agar sevis core tidak hanya berfungsi sebagai struktur
pendukung bangunan tetapi juga sebagai ruang penetralisir panas. Jadi letak Core
paling baik adalah pada sisi timur dan berfungsi untuk menangkal panas

7. Orientasi bangunan

Sebaiknya orientasi bangunan tegak lurus terhadap geometri matahari, yaitu


arah utara-selatan jika geometri tapak juga tegak lurus, hal ini dapat mengurangi
radiasi matahari dan akibatnya. Atau bisa juga meletakan luas permukaan bangunan
terkecil menghadap timur-barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau
pada emperan terbuka.

Gambar 2.35 Orientasi Bangunan

33
Pada gambar diatas digunakan dinding eksternal tambahan sebagai jalan
masuknya udara kedalam ruangan, tembok dapat memaksimalkan aliran udara yang
masuk dan dapat meminimalkan sinar silau yang masuk.

8. Penempatan Bukaan Jendela

Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting
untuk mendapatkanorientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan easthetic, curtain
wall bisa digunakan pada fasad bangunanyang tidak menghadap matahari.Penggunaan
kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dengan menggunakan kaca dengan
sistem Metrical Bioclimatic Window (MBW).

Sistem MBW disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem ini


bermaksud mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakan maksud
bioklimatik teknik, yaitu : Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya dan Control
perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silang ataupun dengan
pemilihan cerobong asap.

Dengan penggunaan teknik tersebut, maka pencahayaan lebih maksimal dan


udara pada malam hari dapat lebih sejuk.

Gambar 2.36 Penempatan Bukaan


9. Penggunaan Balkon

Ruang istirahat yang dalam dapat memberikan keteduhan pada sisi panas
bangunan. Sebuah jendela dapat dikurangi untuk membentuk suatu balkon atau
sebuah skycourt kecil yang dapat melayani beberapa fungsi di samping sebagai
peneduh. Penempatan balkon pada sisi panas dapat membolehkan penempatan jendela
yang lebar dan jalan masuk ke balkon dapat berfungsi sebagai ruang pengungsian,

34
teras untuk menanam dan untuk taman, dan sebagai daerah yang fleksibel untuk
penambahan fasilitas pada masa depan.

Gambar 2.37 penggunaan Balkon


10. Ruang Transisional

Ruang transisional dapat diletakkan ditengah dan sekeliling sisi bangunan


sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran antara
ruang dalam dan ruang luar bangunan. Penempatan teras pada bagian dengan tingkat
panas yang tinggi dapat mengurangi penggunaan panel panel anti panas. Atrium
sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan diantara ruangan. Puncak bangunan sebaiknya
dilindungi oleh sirip sirip atap yang mendorong angin masuk kedalam bangunan.
Hal ini juga bisa di desain sebagai fungsi Wind scoopsuntuk mengendalikan
pengudaraan alami yang masuk kedalam bagian gedung.

Gambar 2.38 Ruang Transisional


11. Dinding

Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan


dapat dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat

35
menahan dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding
luar harus seperti pelindung insulasi yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim
kemarau. Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan
dan cross ventilation untuk kenyamanan dalam bangunan. Desain dinding pada
bangunan tropis.

Gambar 2.39 Desain Dinding


12. Hubungan Terhadap Landscape

Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropisseharusnya lebih terbuka keluar


dan menggunakanventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga
penting. Fungsi atrium dalam ruanganpada lantai dasar dapat mengurangi tinggkat
kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanyauntuk kepentingan
ekologis dan eastetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk.
Hubunganterhadap landscape dapat dilihat pada gambar berikut ini. Mengintegrasikan
antara elemen boitik tanaman dengan elemen boitik, yaitu : bangunan. Hal ini dapat
memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2 dan
pelepasan CO2.

36
Gambar 2.40 Hubungan Terhadap Landscape

13. Menggunakan Alat Pembayang Pasif

Pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada


dinding yang menghadap matahari secara langsung (pada daerah tropis berada disisi
timur dan barat) sedangkan croos ventilationseharusnya digunakan (bahkan diruang
ber-AC) meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panas keluar.

Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric


aliran udara. Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung dapat
dialirkan kelingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali.

Gambar 2.41 Desain Ventilas

Tampak pada gambar diatas terdapat ventilasi pada bagian atas ruangan yang menjadi
tempat pertukaran udara di dalam ruangan. Selain itu juga terdapat bukaan yang
sejajar dengan tnggi manusia. Sedangkan wind scoops diletakan pada pertemuan
fasade yang berfungsi sebagai daerah tangkap angin.

Gambar 2.42 Sistem Pembayangan Dan Penghawaan

37
2.4 Tinjauan Arsitektural

1.Sistem Sirkulasi

a. Sistem Sirkulasi Horizontal

- Thru Flat Exterior Coridor, pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex
aparteman melalui koridor

Gambar 2.43 Thru Flat Exterior Coridor


- Thru Duplex Exterior Coridor, pencapaian atau hubungan unit-unit hunian dupleks
apartemen melalui koridor yang terletak di bagian tepian hunian

Gambar 2.44 Thru Duplex Exterior Coridor


- Thru Flat Skip Stop, pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simpleks apartemen
melalui koridor yang terletak di bagian tepi bangunan dengan selang beberpa lantai.

Gambar 2.45 Thru Flat Skip Stop

38
- Double Loaded Interior Corridor, pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex
apartemen melalui koridor yang terlettak di dalam bangunan dan mampu melayani
dua sisi unit-unit hunian apartemen.

Gambar 2.46 Double Loaded Interior Coridor


- Interior Coridor Thru Duplex, pencapaian atau hubungan unit-unit hunian duplex
apartemen melalui koridor yang terletak di bagian dalam bangunan dan mampu
melayani dua sisi unit-unit hunian.

Gambar 2.47 Interior Coridor Thru Duplex


- Interior Coridor Split and Flat Combination, pencapaian atau hubungan unit-unit
hunian melalui koridor yang terletak di dalam bangunan secara berselang pada
beberapa lantai.

Gambar 2.48 Interior Coridor Split and Flat


b. Sistem Sirkulasi Vertikal
Berdasarkan sirkulasi vertikal, apartemen ini dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu (Lynch, 1984 : 280-281) :
- Walk-up Apartment
Apartemen tipe ini memiliki sistem vertikal utama berupa tangga. Ketinggian
bangunan apartemen ini maksimal hanya empat lantai. Apartemen ini dirancang
dengan koridor seminimal mungkin. Kebanyakan unit hunian terletak dekat dengan

39
tangga sirkulasi. Apartemen jenis ini dapat dibagi lagi menjadi dua berdasarkan letak
tangga sirkulasinya, yaitu:
Core-type walk up apartment
Tangga sirkulasi (stair core) pada apartemen tipe ini dikelilingi oleh unit-unit hunian.
Berdasarkan jumlah unit hunian yang mengelilinginya, apartemen ini dapat terbagi
lagi menjadi tiga tipe, yaitu:
Duplex : tangga sirkulasi pada apartemen ini dikelilingi dua unit hunian
Triplex: tangga sirkulasi pada apartemen ini dikelilingi tiga unit hunian
Quadruplex: tangga sirkulasi pada apartemen ini dikelilingi empat unit hunian
Apartemen di D.I. YogyakartaMelissa Sharon 100113704 21
Corridor-type walk up

apartmentTangga sirkulasi (stair core) pada apartemen tipe ini terletak di ujung
koridor. Dengan menggunakan sirkulasi tipe ini maka dapat memperbanyak jumlah
unit pada satu lantai.

- Elevator Apartment Apartemen tipe ini memiliki sistem vertikal utama berupa lift
dan memiliki sirkulasi vertikal sekunder barupa tangga, yang biasanya juga
merupakan tangga darurat. Pada umumnya apartemen ini dilengkapi dengan lobby
atau ruang tunggu lift. Ketinggian bangunan apartemen ini biasanya lebih dari enam
lantai. Ada dua macam sistem lift yang dapat digunakan pada apartemen tipe ini,
yaitu:
Lift yang digunakan dapat berhenti di setiap lantai bangunan
Lift yang digunakan hanya dapat berhenti di lantai-lantai tertentu pada
bangunan (Skip-floor elevator system). Pada umumnya sistem ini digunakan pada
apartemen dengan sistem penyusunan lantai tipe Duplex. Sistem ini memiliki
kelebihan, antara lain, dapat mengurangi koridor publik dan memperluas ukuran unit
pada hunian yang tidak disediakan sirkulasi lift. Ada pula kelemahannya, yaitu perlu
disediakan tangga tambahan pada setiap unit hunian.

Jenis-jenis lift

Lift Penumpang
Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai bukaan pintu
center opening (co).
Lift Observation
Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi belakangnya terbuat
dari kaca dan ruang luncurnya juga di design dari kaca yang berfungsi untuk
menampilkan keindahan design arsitektur dan memberikan kenyamanan
penumpang kereta karena dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.

40
Lift Barang atau biasa disebut Lift Service
Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat yang tertentu
dan mempunyai bukaan pintu side opening (so), dalam keadaan darurat atau
kebakaran, lift barang harus dapat difungsikan sebagai lift kebakaran.
Lift pasien biasa disebut Lift Bed
Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan
belakang (through door) berfungsi untuk mengangkut patient stretcher
(brandkar) sehingga diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d =
2.300 mm.
Lift Automobile
Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga memerlukan
ukuran ruang kereta sampai l =2.750 mm d =6.300 mm tergantung
peruntukan jenis mobil yang akan diangkut. Lift ini berkecepatan rendah
yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai sistem bukaan pintu atas bawah
dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) panel pintu.
Lift fire.
Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran lift harus
dapat dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi bagi fire brigade.
Lift yang berfungsi juga sebagai lift fire adalah lift service atau disebut juga
lift barang. Karena kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin
lift, pintu lift dan saluran kabel power harus tahan api selama minimal 1 jam,
sedangkan pada lobby lantai dasar didekat lift fire harus dipasang fire man
switch untuk keperluan operasional petugas fire brigade.

2. Sistem Utilitas

Sistem Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem),

Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat yang bersifat


vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan
sistem transportasi berupa supplai air bersih yang direncanakan dengan baik sejak
awal sehingga dapat mencukupi kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air
pada bangunan tinggi dimulai dari pengambilan air dari sumur maupun dari
PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air atau biasa disebut
dengan Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan
(Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa

41
penampungan yang berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan
kebutuhan air pada gedung. Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan
mesin yang memiliki besar daya yang bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang
terdistibusikan melalui sistem perpipaan ke setiap lantai sesuai dengan desain pada
titik-titik pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah baik untuk keperluan
WC misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air bersih, hydran,
sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi
biasanya dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali
sesuai kemampuan daya pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan
sistem penampungan transisi pada daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan karena
keterbatasan kemampuan pompa untuk menyupplai air pada elevasi gedung yang
cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah dilatasi/transisi untuk melakukan
penampungan ke tingkat berikutnya.

Gambar 2.49 Ground Water Tank

Gambar 2.50 Sistem Suplly Air Bersih

42
Sistem Utlitas Pembuangan dan Pengelolahan Limbah Cair dan Limbah Padat,

Sama halnya dengan sistem pendistribusian air bersih untuk keperluan


kebutuhan air dalam gedung bertingkat, sisa penggunaan air tersebut juga akan
menghasilkan limbah yang harus direncanakan sistem pendistribusian dan
pengelolahannya agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna bangunan maupun
lingkungan disekitarnya.

Dalam sistem pengelolahan sisa buangan limbah pada bangunan gedung


bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam proses distribusi
pembuangan saat masa operasionalnya tidak menimbulkan masalah yang serius
misalnya masalah klasik yaitu penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan
maupun pencemaran terhadap lingkungan disekitarnya.

Perencanaan sistem pembuangan limbah pada bangunan gedung bertingkat


dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang umumnya berasal
dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah dapur dan
buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem Sewage Treatment
Plant (STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas modern yang berfungsi
tidak hanya dalam menampung melainkan dapat mengelolah sisah limbah agar sisa
buangan tersebut aman bagi lingkungan dan dapat pula digunakan kembali/recycle
untuk keperluan air untuk operasional penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi
STP dapat terbuat dari konstruksi beton konvensional maupun yang telah terfabrikasi
berupa fiber tank dengan volume dan teknologi pengelolahan limbah yang
disesuaikan dengan perencanaan.

Untuk bangunan gedung bertingkat seperti apartemen sering juga dilengkapi


dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft - Trash Chute yaitu instalasi berupa
pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal yang dibuang secara
gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak mudah terurai
seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah makanan, kertas dsb dan
ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak penampungan dan kemudian
didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah.

43
Gambar 2.51 Sistem Pengolahan Limbah

Sistem Utilitas Pencahayaan, Elektrikal dan Mekanikal

Untuk bangunan gedung bertingkat maupun jenis bangunan lainnya sistem


pencahayaan merupakan hal yang perlu direncanakan sesuai dengan peletakan titik-
titik pencahayaan yang hendak ditentukan, begitupun dengan sistem elektrikal dan
mekanikal suatu bangunan merupakan hal yang perlu direncanakan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas yang diinginkan.

Dalam hal ini pencahayaan dapat berupa instalasi pembuatan titik lampu
interior maupun exterior dimana seorang srsitek harus pandai dalam penentuan letak
titik lampu agar efek pencayahaan yang dihasilkan dapat meyebar secara efektif di
setiap ruangan. Sistem pencahayaan juga tidak hanya bergantung pada perangkat
lampu saja melainkan dapat berupa pengaturan bukaan pencahayaan alami dari sinar
matahari khususnya pada bangunan bertingkat yang membutuhkan banyak lampu
tentunya dengan perekayasaan pengaturan cahaya alami di siang hari berupa bukaan
setidaknya dapat mereduksi biaya operasional listrik. Disamping itu sistem elektrikal
selain pencahayan yaitu berupa instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu,
sekring listrik, ground penangkal petir, water heater instalasi, sliding automatic door
dsb dimana inputnya berasal dari PLN dan instalasi pemasangan mesin generator
sebagai pendukung sumber listrik pada suatu bangunan gedung bertingkat jika terjadi
pemadaman listrik. Pemilihan generator harus sesuai dengan daya yang diinginkan
berdasarkan besar energi listrik yang dibutuhkan dalam suatu bangunan.

44
Gambar 2.52 Sistem Pencahayaan Elektrikal dan Mekanikal

Sistem Untilitas Pengudaraan

Sistem pengudaraan dalam hal ini berupa sistem pendingin ruangan berupa air
conditioner (AC) yaitu berupa sistem utilitas pendingin ruangan yang dipasang di
dalam ruangan tertutup dari suatu bangunan.

Jenis pendingin ruangan umumnya berfungsi untuk memberikan rasa


kenyamanan dan kesejukan bagi orang yang berada di dalamnya. Selain sistem
pendingin ruangan biasanya untuk bangunan bertingkat seperti hotel, perkantoran dan
apartemen juga dilengkapi dengan pengisap asap (Exhaust) bilamana terdapat
kandungan asap akibat rokok maupun penyebab lainnya sehingga dapat menjaga
sirkulasi udara dalam ruangan tetap stabil dan sehat.

Namun sistem pendingin ruangan tidak hanya bergantung kepada AC saja


melainkan dapat dengan melakukan perekayasaan arsiektur bangunan berupa bukaan
ventilasi pengudaraan agar sirkulasi udara dapat dengan baik mengalir keluar masuk
dalam sistem ruangan bangunan dan dapat pula menekan biaya operasional
listrik/efisiensi biaya.

45
Gambar 2.53 Sistem Pengudaraan

Sistem Utilitas Transportasi Gedung

Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk


memuat manusia ke tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat
berupa transportasi vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan
(Eskalator). Dalam konstruksi gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi
transportasi ini perluh secara berkala diperhatikan agar memberikan tingkat
kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya misalnya pengecekan mesin,
rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu pula pada instalasi
sistem transportasi eskalator. System transportasi yang di gunakan pada bangunan
apartemen adalah

Gambar 2.54 Elevator / Lift

46
Gambar 2.55 Escalator

Sistem Utilitas Telekomunikasi Gedung

Sistem ini merupakan suatu perangkat instalasi yang berfungsi dalam


memberikan kemudahan dalam mengakses informasi baik yang bersifat internal
maupun global bagi para penggunanya dalam sistem gedung bertingkat, misalnya
instalasi PABX telepon, jaringan WIFI internet, TV Cable, instalasi Fax, sound
system/loud speaker dsb

Gambar 2.56 SistemTelekomunikasi Gedung

Sistem Utiltas Keamanan/Cecurity

Sistem ini merupakan instalasi yang dibuat pada suatu gedung bertingkat guna
memberikan rasa aman bagi pengguna gedung tersebut dari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti mengurangi ancaman kriminalitas dan pencegahan terhadap
bencana seperti kebakaran dll. Sistem ini dapat berupa instalasi pemasangan CCTV,

47
hydrant, tabung pemadam, Smoke detektor, Exthinguiser, Cencor detector gate, door
emergency dsb.

Gambar 2.57 Sistem Keamanan

Sistem Pengumpulan Sampah

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengolahan sampah adalah:

1. Kapasitas dan jenis sampah


2. Pewadahan sampah
3. Pengumpulan sampah di basemant
4. Pemindahan sampah melalui shaft tiap lantai lengkap dengan ventilasinya
5. Pengangkutan sampah
6. Pengolahan sampah
7. Pembuangan akhir sampah

Setiap bangunan harus menyediakan wadah bagi benda tajam, pembungkus


sampah, bak sampah, dan lokasi pengumpulan sampah semntara.

3. Sistem Struktur
Unsur-unsur struktur dasar bangunan adalah :
Unsur Linear, berupa kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial dan
gaya rotasi - Unsur Permukaan, terdiri dari dinding dan plat

48
Gambar 2.58 Sistem Struktur

Gambar 2.59 Sistem Struktur


Unsur Spasial, merupakan pembungkus fasade atau core (inti) dengan
mengikat bangunan agar berlaku sebagai satu kesatuan.

Gambar 2.60 Unsur Spasial Strutur

49
Type sistem struktur bangunan bertingkat tinggi :
- Dinding pendukung sejajar Pararel bearing wall
- Inti dan dinding pendukung fasade Core and fasade bearing wall
- Inti dan dinding pendukung fasade Core and fasade bearing wall
- Boks Berdiri sendiri Self support box
- Plat terkantilever Cantilevered slab
- Plat rata Flat slab
- Gantung suspention
- Rangka Selang Seling Staggered truss
- Rangka Kaku Rigid frame
- Rangka Kaku dan Inti Rigid frame and core
- Rangka Trussed Trussed frame
- Rangka Belt trussed dan inti Belt trussed frame and core
- Tabung dalam tabung Tube in tube
- Kumpulan tabung Bundled tube Pemilihan sistem struktur bangunan

4. Bahan Material
Bahan Material Struktur

Struktur tabung baja berisi beton (Concrete Filled Steel Tube / CFST)
merupakan suatu struktur yang sering digunakan. Sedangakan penggunaannya
tidak terbatas, dan pemakainnya sering dipergunakan pada gedung-gedung
perkantoran dan hotel bertingkat tinggi.

Gambar 2.61 Concrete Filed Steel Tube

Tabung berbentuk persegi dan bundar sering digunakan dalam praktek di


lapangan. Tabung baja persegi dan segi empat tersebut mempunyai ukuran 400
mm sampai 900 mm dengan rasio lebar sisi penampang terhadap tebal 10 s/d 54,
yang biasanya digunakan untuk bangunan dengan bentuk denah beraturan.

50
Tabung baja dengan bentuk bundar, ukuran diameter 450 mm s/d 1000 mm,
rasio diameter terhadap tebal 17 s/d 65, yang sering dipergunakan untuk
bangunan dengan bentuk denah tidak beraturan. Untuk memudahkan penyelesaian
pada join balok kolom, dipakai baja tuang (cast steel tube), atau dengan sistem
pengaku tertentu.

Bahan Material Dinding

Dinding struktur dengan Bracing Baja atau Pelat Terbungkus Beton (ESB,
Encased Steel Braces of Plates) yaitu dinding struktur yang didalamnya diperkuat
dengan elemen baja, (lihat gbr. 3.2) digunakan pada bangunan gedung untuk
perumahan, hotel dan perkantoran.Elemen baja tipe unbond dan tipe bond
digunakan untuk gedung perumahan atau apartemen.

Gambar 2.62 Escased Steel Baraces Of Plates

- Dinding Eksterior , kusen alumunium dan kaca, finishing cat


- Dinding Pertisi interior Gypsum dengan finishin cat.
Bahan Material Pintu dan Jendela
- Kusen dan daun pintu menggunakan kusen aluminium dan pintu kayu

Gambar 2.63 Material Pintu

51
- Jendela menggunakan aluminium dan kaca

Gambar 2.64 Material Jendela


- Pintu kamar mandi menggunakan kusen aluminium dan d.pintu PVC
Bahan Material Plafond
Gypsum dengan finishing cat.

Gambar 2.65 Material Plafond


5. Bentuk Massa
Slab Fron
Tinggi bangunan dan lebar atau panjang bangunan pada apartemen
berbentuk slab ini hampir sebanding, sehingga bentuk apartemen ini seperti
kotak yang pipih. Pada apartemen ini biasanya memiliki koridor yang
memanjang dengan unit-unit hunian yang berada di salah satu sisi atau di
kedua sisi koridor

Gambar 2.66 Slab Fron

Sistem Slab Blok


a. Koridor satu sisi di tepi bangunan (Single Loaded Coridor ) pada system slab
blok.

52
Gambar 2.67 Single Loaded Coridor
b. Koridor Ditengah Bangunan(Double Loaded Corridor) pada system Slab Blok

Gambar 2.68 Duble Loaded Coridor


c. Koridor pada dua sisi di tepi bangunan pada sistem slab blok.

Gambar 2.69 Koridor dua Sisi


Tower Fro
Apartemen Dengan bentuk tower ini memiliki lebar/panjang banunan
yang lebih kecil jika di bandingkan dengan tinggi bangunan, sehingga bentuk
bangunannya seprti tiang. Ketinggian bangunanapartemen ini umumnya di
atas 20 lantai.

Gambar 2.70 Tower From

System arkulasi yang umumnya digunakan pada apartemen tipe ini


adalah system core. Ada beberapa varian bentuk tower, antara lain :
a. Single Tower

Apartemen Single Tower merupakan apartemen yang hanya terdiri dari satu massa
bangunan . unit-unit hunian akan berada dekat dengan tangga dan lift sehingga ruang koridor

53
dapat di minimalkan. Core pada bangunan tipe single tower ini umumnya berada di bagian
tengah. Berdasrkan bentuk massa, apartemen Single Tower dapat di bedakan menjadi
beberepa jenis yaitu tower plan, expended tower plan, circular plan, cross plan, dan five
wing plan.

Gambar 2.71 Single Tower


b. Multi Tower
Apartemen Multi Tower merupakan apartemen yang memiliki lebih dari satu
massa bangunan. Massa bangunan satu dengan massa bangunan lainya dapat di
hubungkan dengan massa bangunan lainya dapat dihubungkan dengan suatu massa
penghubung ataupun ataupun hanya berupa pedestrian sebagai penghubung.
Jika massa bangunan di hubungkan dengan pedestrian, maka pada umumnya
tiap massa bangunan akan memiliki system sirkulasi vertical berupa tangga dan lift
masing-masing.

Gambar 2.72 Multi Tower


Variant Fron
Kombinasi antara bentuk slab dan tower.

54
Gambar 2.73 Varian Fron

6. Pemilihan Site

Apartemen masuk dalam golongan permukiman vertikal, sehingga


perencanaan dan pembangunan didasarkan pada RSNI 2006, yaitu:

Tidak beada pada kawasan lindung


Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan lainya,
baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun sumber daya
alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami,
Ketinggian lahan kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut
(MDPL),
Bebas dari pencemaran air, udara, dan gangguan suara atau gangguan lainnya,
baik yang ditimbulkan sumber daya buatan manusia maupun sumber daya
alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami ,
Kemiringan lahan tidak melebihi 15 %, dengan ketentuan:
o Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi
datarlandai dengan kemiringan 0-8%,
o Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.
Pada kota-kota yang mempunyai bandar udara, tidak menggangu jalur
penerbangan pesawat,
Kondisi sarana-prasarana memadai,
Dekat dengan pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota,

55
Bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, keterkaitan antara
lokasi perumahan dengan pusat-pusat kegiatan (tempat kerja) dan pelayanan
kota akan mempunyai implikasi ekonomi.

Jarak yang relatif jauh akan berpengaruh banyak terhadap pengeluaran


biaya transport dibandingkan seluruh pengeluaran rutin keluarga. Hal ini akan
menimbulkan tambahan beban terhadap penghuninya, sehingga
mempengaruhi kemampuannya untuk mengalokasikan sebagian
penghasilannya untuk perumahan (Dwelling Expenditure).

7. Tapak/site

Penempatan bangunan pada tapak atau ikatannya terhadap bangunan lain


sanagat penting. Apabila diletakkan dengana baik, maka bangunan akan
mencapai keserasian dengan topografinya. Orientasinya terhadap matahari,
angin dan pemandangan merupakan pertimbangan mendasar.

Pemanfaatan angin sejuk ketika musim panas dapat mengurangi atau


meniadakan kebutuhan penyejukan hawa buatan. Bahan-bahan tanaman
maupun pepohonan maupun perdu adalah bagian yang terpadu dari suatu
perancangan tapak. Kegunaannya tidak hanya sekedar elemen fungsional,
tetapi juga sebagi penyangga, peneyekat dan terpisah.

8. Parkir

Rasio kebutuhan parkir

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan menetepkan rasio pada


bangunan parkir adalah 25 meter persegi untuk satu mobil. Jika per mobil
membutuhkan 2.25x4,5 meter pada posisi tegak lurus, maka untuk parkir
sejajar memerlukan area dengan panjang 6 meter dan lebar 2,25 meter.

Daftar spot parkir mobil menurut luas lantai bangunan adalah:

Kurang dari 50 meter persegi: 1 mobil/5 unit hunian

56
Luas 50-150 m2: 1 mobil/2 unit hunian

Lebih dari 150 meter persegi: 1 mobil/1 unit hunian

Pola parkir

Gambar 2.74 Pola parkir


Gambar 1
Bagian parkir terletak di lantai 1 atau di halaman depan bangunan apartemen,
sedangkan unit terletak di lantai 1 dan 2, sedangkan area rekreasi terletak setiap
unitnya atau terletak di belakng bangunan apartemen.
Gambar 2
Parkir kenderaan terletak di lantai 1 hingga lantai 4, sedangkan unit apartemen
terletak di lantai 2 keatas.dan area rekreasi terletak setiap unitnya atau terletak di
belakang bangunan apartemen
Gambar 3
Parkir kenderaan terletak di lantai 1 hingga lantai 4, sedangkan unit apartemen
terletak di lantai 4 ke atas, dan area rekreasi terletak di atas ruang parkir.
Gambar 4
Parkir kendaraan terletak di lantai 1 hingga lantai 4, sedangkan unit apartemen
terletak di lantai 4 ke atas, Dan area rekreasi terletak di lantai terata

9. Eksterior & Landscape


Mengelolah eksterior tampak bangunan, pada hakekatnya adalah mengolah
wajah yang akan di tampilkan kepada pengunjung yang memandang bangunan tersebut.
Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti olahan tampak bangunan hendaklah memiliki
kesinambungan antara fungsi dan estetikanya.

57
Fasad merupakan bagian eksterior dari sebuah bangunan, elemen pembentuk
fasad dapat bermacam-macam bagian dari permukaan dinding, struktur, pengaturan
bukaan, dan ornamentasi. Fasad menunjukan karakter, fngsi, dan makna bangunan, fasad
dapat diolah menggunakan berbagai macam cara di antaranya
Mengunakan komposisi geometris. Penggunaan komposisi geometris untuk
ditampilkan hendaknya harmonis atau tidak terpisah dengan konsep bangunan
keseluruhan.

Gambar 2.75 Bentuk Fasad


Memberikan zoning-zoning pada fasad. Tujuanya adalah untuk menjaga agar
komposisi dapat dibuat dengan lebih detail dan teliti.

Gambar 2.77 Bentuk Fasad


Mengunakan proporsi geometris. Setalah memiliki zoning, proporsi bentuk-bentuk
geometris dapat diterapkan agar komposisi menjadi enak dilihat.

Gambar 2.78 Bentuk Fasad


Membentuk fasad melalui bukaan bukaan hingga menampilkan efek tertentu seperti
terlihat pada gambar.

58
Gambar 2.79 Bentuk Fasad
Pengelompok elemen elemen bukaan untuk menciptakan efek tertentu.

Gambar 2.80 Bentuk Fasad


Fasad dapat menjadi bagian yang bersifat sculptural.

Gambar 2.81 Bentuk Fasad


Kombinasi antara elemen-elemen yang berbeda, pad bangunan adapt menjadi
komposisi tiga dimensional yang di tampilkan pad fasad.

Gambar 2.82 Bentuk Fasad


Landscape

59
Salah satu hal yang paling berperan dalam perancangan arsitektur
adalah kuantitas dari obyek desain. Pada dasarnya kuantitas ini dipengaruhi
oleh luas dan tingginya. Suatu rancangan obyek arsitektur yang memiliki
tinggi tertentu akan mengarah pada desain skyscraper yang sangat tinggi dan
building yang agak rendah, sedangkan obyek arsitektur yang memiliki luas
tertentu akan mengarah pada desain lanscape atau lansekap.
Konsep awal dalam desain lansekap diawali dengan kegiatan
menganalisa lahan. Berbagai potensi dan kendala dalam sebuah lahan akan
dieksplorasi untuk dijabarkan dalam data-data yang terklasifikasi secara
sistematis. Pendataan ini minimal akan menyangkut masalah pendayagunaan
kontur dan optimalisasi figur lansekap. Pendayagunaan kontur bertujuan untuk
mendapatkan desain arsitektur yang mempu beradaptasi dan mengantisipasi
bentuk lahan secara vertikal, sedangkan optimalisasi figur lansekap bermaksud
untuk mengelola potensi dan kendala dari bentuk lahan secara horizontal. Di
dalam kegiatan optimalisasi figur lansekap, perancang akan mendapatkan
berbagai data penting dari peta lahan. Di mana pintu masuk paling efektif, di
mana letak bangunan paling optimal, adanya halangan berupa sungai atau laut,
adanya tebing curam, garis sempadan sungai atau laut, adanya tempat
pembuangan sampah, adanya lokasi konservasi alam atau bangunan, dan lain-
lain.
Dari data kebutuhan aktifitas, maka perancang lansekap dapat memulai
untuk membuat zona dan sirkulasi. Analisa lahan telah mampu menetapkan
dimana saja zona-zona yang paling baik untuk direncanakan sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan. Segala potensi lahan seperti view yang bagus,
lingkungan alam yang sejuk, kedekatan dengan fasilitas rekreasi dan lain-lain
menjadi pertimbangan yang sangat penting. Langkah selanjutnya adalah
menghubungkan fasilitas-fasilitas tersebut dengan jalur sirkulasi.
Pertimbangan terbaik dalam membuat jaringan sirkulasi adalah kedekatan
antar fasilitas dari yang paling penting menuju yang tidak penting. Dengan
dasar ini jika memungkinkan agar tidak menghabiskan seluruh lahan, maka
sebaiknya dibuat wilayah rancangan sekecil mungkin saja. Hal ini didasari
dengan pertimbangan bahwa sirkulasi akan memakan demikian banyak lahan,
padahal di satu sisi panjangnya sirkulasi juga akan membuat pengguna
menjadi tersiksa karena terlalu jauh. Sisa lahan dapat dipergunakan sebagai

60
taman atau hutan buatan. Banyaknya vegetasi akan membuat iklim mikro dari
sebidang lahan menjadi lebih sejuk.

Gambar 2.83 landscape


Dalam menjaga kualitas ruang luar bukan hanya bangunan dan
lansekap yang berupa hardscape saja yang harus dipertimbangkan, namun
juga elemen softscape berupa vegetasi. Vegetasi mulai dari yang rendah dan
mendatar seperti rumput, kemudian agak lebih tinggi berupa perdu, dan yang
paling tinggi berupa pepohonan. Rancangan vegetasi perlu dibuat yang bagus
agar dapat mendukung kualitas ruang luar. Paduan antara rumput, perdu dan
pohon perlu ditata dalam irama yang mampu mendongkrak nilai estetika.
Rancangan vegetasi harus mampu berpadu padang dengan elemen bangunan
maupun elemen lansekap yang lain seperti tiang lampu, gazebo, pagar,
gerbang dan lain-lain.
2.5 Studi Banding
a) Poins Square Apartemen dan Mall

61
Gambar 2.84 Poins Square

Gambar 2.85 Denah Apartemen Poins Square

Lokasi : Jl. RA. Kartini No. 1, Lebak Bulus Jakarta

Luas lahan : 22.000m2

Fasilitas : Fully furnish room, swimming pool, fitness center, laundry,


sauna, children playground, gazebo, landscape garden, jogging
track.

Jumlah Unit : 3 bedrooms (120,5 m2), 195 unit

2 bedrooms (76,2 m2), 96 unit

1 bedrooms (53,3 m2), 23 unit

b) Kemanggisan Residence

Gambar 2.86 Kemanggisan Residance

62
Gambar 2.87 Denah Apartemen Kemanggisan Residance

Lokasi : Jl. Kemanggisan No.17, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Luas lahan : 8.000m2

Fasilitas : Foodcort, kolam renang serba guna, fitness center, ATM


bersama, pertokoan , mesjid

Jumlah Unit : Tipe 25 (1 bedrooms), 700 unit

Tipe 50 (3 bedroom), 600 unit

c) Gedung Intiland

63
Gambar 2.88 Gedung Intiland

Gedung Intiland atau yang lebih dikenal dengan nama Wisma Dharmala Sakti
merupakan gedung tinggi yang sangat cocok untuk daerah tropis. Gedung Karya Paul
Rudolph yang dibangun 1984 1985 ini didesain gedung yang sangat unik, permainan fasade
yang sangat menarik dan artistik gedung ini memmilki banyak kelebihan dlam kaitannya
dengan iklim tropis.

Dengan pemanfaatan bidang-bidang miring pada fasade yang berfungsi sebagai


canopi dan sunlouver (perisai matahari) membuat udara di dalam ruangan tidak panas serta
adanya void di tengah-tengah gedung membuat sirkulasi udara berjalan dengan baik. Dengan
adanya tanaman rambat yang hijau membuat atmosfer udara yang sejuk di sekitar bangunan.

BAB III

ANALISA DAN KONSEP


3.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan
Dasar perancanagan bangunan apartemen dan mall adalah konsep arsitektur
tropis, Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi
iklim tropis. Letak geografis Gorontalo yang berada di garis khatulistiwa membuat
Gorontalo memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau
suhu udara sangat tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi
ikim yang panas inilah muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur
bangunan gedung apartemen yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

Dalam berbagai kasus, bangunan hunian di daerah tropis seringkali manusia


gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di
dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang

64
panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan. (Tri Harso
Karyono, 2000 : www.desain!arsitektur.com) Untuk menyiasati pengeluaran energi
yang besar maka kita dapat menciptakan bangunan yang secara optimal dapat
menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan
membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat
dengan iklim lokal yang panas dan lembab.

3.2 Konsep Perancanaan dan Perancangan Makro.


a. Analisa Site

Site terletak di kelurahan Heledulaa Selatan kecamatan kota selatan.


Potensi lokasi site:
Terletak pada rencana kawasan strategis pertumbuhan ekomomi
Memiliki aksesbilitas dan kemudahan transportasi
Ketersediaan jaringan utilitas
Berada di area dekat dengan pusat kota
Site berada di area kawasan perdagangan dan jasa

Peraturan tata kota yang belaku pada lokasi site:


Koefesien dasar bagunan (KDB) maksimum 80 %, dilengkapi dengan fasilitas
parkir yang memadai
Koefesien dasar hijau (KDH) minimum 20%
Garis sempadan bangunan (GSB) depan 3 sampai dengan 4 meter
Garis sempadan bangunan (GSB) samping minimum 2 meter
Garis sempadan bangunan (GSB) belakang minimum 2 meter
Koefisien tapak basemant (KTB) maksimum 80%

Ukuran tapak site

65
b. Konsep Penentuan dan Pengelolahan Pintu Masuk

Lokasi pitu masuk di letakan bagian utara di Jl. Cendrawasih, lokasi ini di
pilih sebagai lokasi pintu masuk utama karena merupakan lokasi yang paling
mudah di akses dari berbagai arah terutama dari jalan primer Jl. Nani Wartabone
yang merupakan jalan dengan pengguna jalan terbanyak, lokasi pintu masuk ini di
gunakan untuk para pengunjung mall.
Untuk penghuni apartemen lokasi di pintu masuk di pisahkan, dengan
membuat dua pintu masuk yaitu di bagian timur dari Jl. Kasuari dan sebelah barat
dari Jl. H. OS Cokroaminoto. Pintu masuk untuk penghuni apartemen di pasahkan

66
bertujuan agar para penghuni apartemen tidak terganggu dengan para pengunjung
mall yang ramai.
c. Konsep Zoning
Konsep Zoning Horizontal

Zona public berada di bagian utara meliputi bangunan mall dan area parkir
mall, area ini menjadi area paling ramai di kunjungi karena dekat dengan jalan
yang memiliki potensi kendaraan terbanyak dan merupakan area pintu masuk
untuk para pengunjung mall . Zona semi privat berada di bagian selatan yang
meliputi pintu masuk apartemen dan area parkir untuk apartemen. Zona privat
berada di bagian tengah yang merupakan bangunan Apartemen.
Konsep Zoning Vertikal

Zona service terletak paling bawah merupakan area basemant


bangunan. Zona Publik teletak di lantai 1-4 yangdi fungsikan sebagai
bangunan mall. Zona semi privat berada di lantai 4 keatas yang di tiap-tiap
lantainya terdapat ruang fasilitas penunjang apartemen. Zona privat
terletak diantara lantai 8 ke atas yang merupakan hunian unit apartemen.

d. Konsep bentuk masa bangunan

67
Bentuk massa untuk konsep bangunan tropis yang terutama adalah harus
memperhatikan orientasi arah matahari. bentuk bangunan apartemen di bagi menjadi
2 massa , bagian 1 terletak di timur core, bentuk bangunan ini di buat agak
memanjang ke arah timur barat. Hal ini bertujuan untuk memperkecil penampang
bangunan yang menghadap matahari sehingga dapat megurangi radiasi matahari.

Sedangkan untuk bagian 2 terletak di utara core, pada massa bangunan ini
bentuk tidak terlalu memanjang hal ini untuk mengurangi penampang radiasi
matahari, massa bangunan ini juga dapat di gunakan untuk pembanyangan pada
bangunan massa 1.

Perletakan core pada bangunan apartemen juga perlu diperhatikan. bagaimana


caranya agar sevis core tidak hanya berfungsi sebagai struktur pendukung bangunan
tetapi juga sebagai ruang penetralisir panas. Jadi Core diletakan paling baik adalah
pada sisi timur dan berfungsi untuk menangkal panas.

68
69

Anda mungkin juga menyukai

  • Andi Najamuddin Baso M PDF
    Andi Najamuddin Baso M PDF
    Dokumen155 halaman
    Andi Najamuddin Baso M PDF
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • BAB I Revisi
    BAB I Revisi
    Dokumen4 halaman
    BAB I Revisi
    Rinhae Latief Aemroy's
    Belum ada peringkat
  • BAB II Tinjauan
    BAB II Tinjauan
    Dokumen52 halaman
    BAB II Tinjauan
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Pengusaha Telur
    Pengusaha Telur
    Dokumen6 halaman
    Pengusaha Telur
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen2 halaman
    Makala H
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Makalah k3
    Makalah k3
    Dokumen34 halaman
    Makalah k3
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • HRB Kantor
    HRB Kantor
    Dokumen22 halaman
    HRB Kantor
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kantor Sewa
    Laporan Kantor Sewa
    Dokumen23 halaman
    Laporan Kantor Sewa
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Mentoring
    Mentoring
    Dokumen14 halaman
    Mentoring
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Rab Menpro Kumpul
    Rab Menpro Kumpul
    Dokumen82 halaman
    Rab Menpro Kumpul
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat
  • Rab Menpro Kumpul
    Rab Menpro Kumpul
    Dokumen82 halaman
    Rab Menpro Kumpul
    Heri Susanto
    Belum ada peringkat