PENGUJIAN KERAS
I. Tujuan Praktikum
1. Mampu menguasai beberapa metode pengujian untuk mengetahui nilai
kekerasan suatu logam.
2. Mampu menjelaskan adanya perbedaan nilai kekerasan pada daerah Heat
Affected Zone (HAZ).
3. Mampu menjelaskan makna nilai kekerasan material dalam lingkungan ilmu
metalurgi dan ilmu-ilmu terapan lainnya.
4. Menjelaskan perbedaan antara pengujian kekerasan dengan metode gores,
pantulan dan indentasi.
5. Mampu menjelaskan kekhususan pengujian kekerasan dengan metode
Brinell, Vickers, Knoop dan Rockwell.
6. Dapat mengaplikasikan beberapa formulasi dasar untuk memperoleh nilai
kekerasan material dengan uji brinell dan vickers
1. Metode Goresan
Prinsip metode ini adalah dengan mengukur kedalaman atau lebar goresan
pada benda uji dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan
material pembanding.
Indentor yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan.
Namun, metode ini tidak cocok untuk logam yang skala kekerasannya
tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak akurat. Oleh
sebab itu, metode ini sudah tak digunakan di ilmu metalurgi dan material
lanjut, namun pada mineralogi metode ini masih sering digunakan
Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi
kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang
paling rendah, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi. Dalam
skala Mosh urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :
1. Talc 6. Orthoclase
2. Gipsum 7. Quartz
3. Calcite 8. Topaz
4. Fluorite 9. Corundum
5. Apatite 10. Diamond (intan)
Jadi prinsipnya adalah dengan mengadu dengan material-material diatas.
Misalkan bila suatu material mampu digores oleh Orthoclase (no.6) tetapi
tidak mampu digores oleh Apetite (no.5) , maka kekerasan material
tersebut berada antara 5 dan 6. Dengan demikian kekerasan yang diukur
tak punya nilai yang akurat. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan
metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1 9 saja.
Sedangkan nilai 9 10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode Pantul (Rebound)
Dengan mengukur ketinggian pantulan suatu pemukul (hammer) dengan
beraat tertentu yang dipantulkan ke permukaan bahan yang diuji, maka
kekerasan suatu material dapat ditentukan. Jadi pantulan tadi akan dicatat
oleh alat bernama scleroscope. Semakin tinggi pantulan, maka material
tersebut semakin keras
3. Metode Indentasi
Pada metode ini, pengujian dilakukan dengan penekanan benda uji
menggunakan indentor, dimana gaya tekan dan waktu indentasi
ditentukan. Intentor dapat berbentuk bola, kerucut, atau piramid.
Kekerasan material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi
yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Apabila
material tersebut tergolong keras, maka semakin kecil dan indentasinya tak
terlalu dalam, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan prinsip bekerjanya, uji
kekerasan jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Metode Brinell
Diperkenalkan oleh JA Brinell tahun 1900. Pengujian kekerasan ini
dilakukan dengan menggunakan bola baja yang diperkeras (hardened
steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan
berupa jejak yang berbentuk setengah bola dengan permukaan
lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dengan mikroskop
khusus pengukur jejak.
Agar memiliki keakutaran yang baik dengan metode ini, maka:
- spesimen uji harus rata,
- spesimen uji tidak boleh terlalu tipis,
- indentasi tidak dilakukan pada tepi/pinggir benda uji,
jarak antara indentasi satu dengan lainnya ialah tiga kali diameter
indentasi.
nilai kekerasan yang diperoleh dengn metode ini diberikan oleh
rumus :
di mana:
P = beban (kg)
D = diameter indentor (mm)
d = diameter jejak (mm)
dimana :
d = panjang diagonal rata-rata jejak berbentuk bujur sangkar (mm).