Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2

PENGUJIAN KERAS

I. Tujuan Praktikum
1. Mampu menguasai beberapa metode pengujian untuk mengetahui nilai
kekerasan suatu logam.
2. Mampu menjelaskan adanya perbedaan nilai kekerasan pada daerah Heat
Affected Zone (HAZ).
3. Mampu menjelaskan makna nilai kekerasan material dalam lingkungan ilmu
metalurgi dan ilmu-ilmu terapan lainnya.
4. Menjelaskan perbedaan antara pengujian kekerasan dengan metode gores,
pantulan dan indentasi.
5. Mampu menjelaskan kekhususan pengujian kekerasan dengan metode
Brinell, Vickers, Knoop dan Rockwell.
6. Dapat mengaplikasikan beberapa formulasi dasar untuk memperoleh nilai
kekerasan material dengan uji brinell dan vickers

II. Dasar Teori


Kekerasan memiliki beberapa pemahaman. Karena tiap kelompok keilmuan,
istilah ini punya masing-masing makna. Pada ilmu metalurgi, kekerasan ialah
ketahanan material terhadap penetrasi. Menurut ilmu desain, kekerasan ialah
ukuran tegangan alir. Pengertian kekerasan menurut ilmu lubrikasi adalah
ketahanan terhadap mekanisme keausan. Sedangkan ilmu mineralogy
mendefinisikan sebagai ketahanan terhadap goresan, dan para mekanik work-
shop mengatakan bahwa kekerasan adalah ketahanan terhadap pemotongan dari
alat potong
Dengan demikian, Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut
terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan disini
dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan (rebound) ataupun
indentasi (indentation) dari material keras terhadap suatu permukaan benda yang
diuji.
III. Prinsip Pengujian
Berdasarkan mekanisme penekanan maka dikenal 3 metode uji kekerasan :

1. Metode Goresan
Prinsip metode ini adalah dengan mengukur kedalaman atau lebar goresan
pada benda uji dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan
material pembanding.
Indentor yang biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan.
Namun, metode ini tidak cocok untuk logam yang skala kekerasannya
tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak akurat. Oleh
sebab itu, metode ini sudah tak digunakan di ilmu metalurgi dan material
lanjut, namun pada mineralogi metode ini masih sering digunakan
Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi
kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal
sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang
paling rendah, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi. Dalam
skala Mosh urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :
1. Talc 6. Orthoclase
2. Gipsum 7. Quartz
3. Calcite 8. Topaz
4. Fluorite 9. Corundum
5. Apatite 10. Diamond (intan)
Jadi prinsipnya adalah dengan mengadu dengan material-material diatas.
Misalkan bila suatu material mampu digores oleh Orthoclase (no.6) tetapi
tidak mampu digores oleh Apetite (no.5) , maka kekerasan material
tersebut berada antara 5 dan 6. Dengan demikian kekerasan yang diukur
tak punya nilai yang akurat. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan
metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1 9 saja.
Sedangkan nilai 9 10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode Pantul (Rebound)
Dengan mengukur ketinggian pantulan suatu pemukul (hammer) dengan
beraat tertentu yang dipantulkan ke permukaan bahan yang diuji, maka
kekerasan suatu material dapat ditentukan. Jadi pantulan tadi akan dicatat
oleh alat bernama scleroscope. Semakin tinggi pantulan, maka material
tersebut semakin keras
3. Metode Indentasi
Pada metode ini, pengujian dilakukan dengan penekanan benda uji
menggunakan indentor, dimana gaya tekan dan waktu indentasi
ditentukan. Intentor dapat berbentuk bola, kerucut, atau piramid.
Kekerasan material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi
yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Apabila
material tersebut tergolong keras, maka semakin kecil dan indentasinya tak
terlalu dalam, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan prinsip bekerjanya, uji
kekerasan jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Metode Brinell
Diperkenalkan oleh JA Brinell tahun 1900. Pengujian kekerasan ini
dilakukan dengan menggunakan bola baja yang diperkeras (hardened
steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan
berupa jejak yang berbentuk setengah bola dengan permukaan
lingkaran bulat, yang harus dihitung diameternya dengan mikroskop
khusus pengukur jejak.
Agar memiliki keakutaran yang baik dengan metode ini, maka:
- spesimen uji harus rata,
- spesimen uji tidak boleh terlalu tipis,
- indentasi tidak dilakukan pada tepi/pinggir benda uji,
jarak antara indentasi satu dengan lainnya ialah tiga kali diameter
indentasi.
nilai kekerasan yang diperoleh dengn metode ini diberikan oleh
rumus :
di mana:
P = beban (kg)
D = diameter indentor (mm)
d = diameter jejak (mm)

Skematis indentasi dengan metode Brinell

Prosedur standar pengujian Brinell menggunakan bola baja ataupun


Karbida Tungsten dengan diameter 10 mm dan beban 3000 kg untuk
pengujian logam-logam ferrous, dan 500 kg untuk logam-logam non
ferrous. Untuk logam-logam ferrous, biasanya indentasi dilakukan
selama 10 detik, sementara untuk logam-logam non ferrous sekitar 30
detik.
Kekerasan yang diukur dengan metode ini diberi notasiHB. Apabila
tanpa tambahan angka di belakangnya, berarti menyatakan kondisi
pengujian standar dengan indentor bola baja 10 mm, beban 3000 kg
selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi lain, nilai kekerasan HB
diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian. Contoh: 75
HB 10/500/30 menyatakan nilai kekerasan Brinnel sebesar 75
dihasilkan oleh suatu pengujian dengan indentor 10 mm, pembebanan
500 kg selama 30 detik.
b. Metode Vickers
Pada metode ini, indentor menggunakan piramid intan dengan sudut
1360. Prinsip pengujiannya, pada umumnya sama dengan metode
Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar
berdiagonal.
Secara garis besar metodanya sama dengan Brinnel namun
perbedaanya pada penggunaan indentor. Vickers memepunyai akurasi
lebih baik dari brinell test, juga mempunyai rentang nilai kekerasan
yang sangat luas karena menggunakan intan sebagai indentor. Jadi
metode ini cocok dan dapat dipakai untuk material lunak maupun
keras.
Selain skala makro, metode ini dapat juga digunakan sebagai
karakterisasi skala mikro, dengan pembebanan sangat rendah (1-1000
gram)

Nilai kekerasan didapat dari rumus


berikut :

dimana :
d = panjang diagonal rata-rata jejak berbentuk bujur sangkar (mm).

Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers


Nilai kekerasan vickers dinyatakan dalam nomor Vickers dengan simbol
HV diikuti dengan suffix yang menyatakan beban.
Keunggulan Metode Vickers
Nilai kekerasan tidak tidak tergantung beban jika dilakukan pada
benda uji yang homogen kecuali bila beban < 5 kgf. Artinya pada
material yang sama penggunaan beban 10 kgf dan 50 kgf akan
menghasilkan nilai yang sama
Ujung diagonal mudah dilihat
Dapat digunakan untuk material yang lunak hingga yang keras
termasuk karbida
Deformasi indent tidak berpengaruh pada material keras
Kelemahan Metode Vickers
Relatif lambat dan tidak dapat digunakan untuk test rutin minimal
1 menit untuk satu kali pengukuran
Perlu persiapan permukaan yang baik, terutama untuk material keras
Pengukuran jejak sangat dipengaruhi oleh kinerja operator : faktor
mata dan kelelahan
c. Metode Rockwell
Metode ini dikembangkan oleh S.P Rockwell pada tahun 1922. Metode
ini merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-
reading) sehingga metode ini tergolong praktis, yang menjadikannya
disukai oleh kalangan industri. Pengujian kekerasan Rockwell dibagi
dua tahapan. Pertama, pemberian beban awal untuk menentukan titik
permulaan dan memberikan beban mayor. Kedua pengangkatan beban,
yang meninggalkan jejak indentasi. Dan setelah itu nilai kekerasan
langsung terlihat pada display. Dengan praktisnya metode ini, maka
dari itulah banyak digunakan di industri.
Indentornya menggunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk
muka intan 1200 untuk menguji material yang keras atau dengan
menggunakan bola baja yang dikeraskan dengan diameter 1/16, 1/8,
dan in untuk menguji material yang lunak. Beban pun bervariasi,
60, 100, dan 150. Jenis dan beban tergantung dari material yang diuji.
d. Metode Knoop
Metode Knoop merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji
kekerasan untuk benda uji yang kecil.
Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan luas
penampang yang terdeformasi permanen. Dalam rumusan
matematisnya adalah sebagai berikut :

Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm 0.1 mm dan beban yang


digunakan berkisar antara 5 gr 5 Kg. Permukaan benda uji harus
benar-benar halus.

IV. Metodologi Penelitian


III.1. Alat dan Bahan
1. Hoytom macrohardness tester ( metode Brinell, Vickers dan
Rockwell )
2. Sampel Uji tarik ((Alumuium seri 5xx.x, seri 6xx.x, kuningan,
baja, SS 304)

III.2. Flow Chart Alur Kerja


Metode Rockwell ( Skala E )
Refrensi
Modul Uji Keras Praktikum Metalurgi Fisik, Lab. Metalurgi Fisik DTMM

Anda mungkin juga menyukai