Tugas One Si
Tugas One Si
OLEH
Rahmat Irsyada 160551801216
Seno Isbiyantoro 160551800727
Latar belakang:
Pelaksanaan pada berbagai organisasi tergantung pada kemampuan mereka untuk
memanfaatkan sistem layanan TI mereka secara efektif. Ini berarti kebutuhan untuk
mengoptimalkan hubungan antara penyedia layanan TI, manajemen TI dan pelanggan. Dalam
tulisan ini, penulis mengusulkan sebuah model sistem layanan TI berbasis service-dominant Logic.
Model ini dianggap dalam konteks internal organisasi di mana departemen TI menawarkan layanan
TI untuk unit bisnis lainnya. Penulis mendefinisikan tiga jenis aktor dan hubungan antara mereka
termasuk bertukar informasi . Penulis lebih merekomendasikan bahwa pelanggan harus aktif
membuat penawaran layanan TI dan penyedia layanan TI harus berpartisipasi dalam desain proses
bisnis dalam organisasi. Sebuah studi kasus menunjukkan bagaimana layanan TI Sistem di Lapland
University of Applied Sciences dianalisis dan didesain ulang berdasarkan model yang diusulkan.
Tujuan:
Meningkatkan organisasi kemampuan pemanfaatan TI dengan mengusulkan model baru dari
kolaborasi antara penyedia layanan TI, pelanggan, dan pengguna dengan menerapkan Service-
Dominant Logic
Menekankan layanan lebih orientasi sistem layanan TI, fokus pada bagaimana ITSS harus
terstruktur
Pembahasan:
a. Pada gambar 1: menyajikan model yang diusulkan ITSS berdasarkan S-DL termasuk aktor utama
IT Service Provider, Manajemen TI, dan pelanggan, dan nections intercon- utama yaitu, arus
informasi dan penyediaan jasa antara aktor-aktor tersebut.
b. Output dari ITSS adalah layanan TI yang dapat ditetapkan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Interkoneksi antara Manajemen TI dan Pelanggan
c. Gambar. 1 adalah saluran penyediaan utama dari layanan TI langsung. Saluran ini termasuk
misalnya, 'masukan dalam pengembangan Pelanggan TI pelaku operasi bisnis dan informasi
tentang keadaan sekarang TI pemanfaatan sumber daya
d. Gambar. 1 menghubungkan Pelanggan dengan Layanan TI Provider. Efisiensi interkoneksi ini
sangat penting untuk kesejahteraan bisnis Pelanggan 'karena pengguna mereka memesan dan
menerima layanan TI tidak langsung melalui saluran ini. Oleh karena itu, TI Manajemen harus
memantau interkoneksi ini untuk mengidentifikasi penyimpangan dalam disepakati
Kesimpulan
Artikel ini disajikan cara baru untuk berpikir tentang analisis dan desain ITSS berdasarkan
S-DL. Model ini menekankan kolaborasi antara Manajemen TI dan Pelanggan untuk
mengembangkan penawaran layanan TI. Selanjutnya, model termasuk 5 FP yang memfasilitasi
kolaborasi ini. FP ini menekankan perlunya efisiensi dan komunikasi yang efektif, penggunaan
informasi bersama dan kolaborasi antara penyedia dan pelanggan dari layanan TI. Akhirnya, studi
kasus menguji penerapan model yang diusulkan.
Dengan demikian tujuan utama dari ITSS adalah untuk memfasilitasi partisipasi pengguna
dalam co-produksi persembahan IT. Selain itu, itu menunjukkan bahwa nilai layanan TI hanya
dapat dibuat melalui penggunaan layanan TI ditetapkan. Ini berarti bahwa nilai layanan TI selalu
menyadari dan ditentukan oleh pengguna dalam konteks mereka sendiri.
Temuan penelitian ini meningkatkan pemahaman kita tentang peran perkembangan
pengguna dalam pemanfaatan TI dalam proses bisnis. Pengguna harus dilihat sebagai aktor yang
aktif dan dengan demikian, partisipasi mereka sangat penting dalam pengembangan penawaran
layanan TI. Oleh karena itu, pelaku yang bertanggung jawab atas analisis dan pengembangan ITSS
harus fokus pada pengembangan proses yang memfasilitasi kolaborasi antara stakeholder layanan
IT. Kami juga menyarankan bahwa melibatkan pengguna dalam co-produksi penawaran layanan TI
dapat mengoptimalkan penawaran ini dalam jangka panjang.
Proses produksi layanan IT terus menerus yang sebenarnya dan bagaimana kebutuhan
bisnis dapat diterjemahkan secara efisien ke dalam konfigurasi sumber daya tertentu dianggap
sebagai subjek penelitian lebih lanjut. Selain itu, studi kasus lebih lanjut pada penerapan model
yang diusulkan dalam organisasi lainnya akan menjadi arah penelitian yang menarik.
The Customer is Always a Co-creator of Value merupakan salah satu premis dalam konsep
ServiceDominant Logic (S-D Logic) yang diformulasikan oleh Vargo dan Lusch (2004). Menurut
konsep S-D Logic, pelanggan merupakan partisipan aktif pada proses menciptakan nilai.
Antara perusahaan dan pelanggan terjadi proses kolaboratif, dimana pelanggan dianggap
sebagaicocreator, bukan lagi sebagai penerima nilai yang pasif dalam menciptakan benefit
bagi pelanggan. Dalam literatur jasa, penelitian tentang partisipasi pelanggan melihat
bagaimana pengaruh partisipasi pelanggan terhadap kualitas jasa atau kepuasan pelanggan,
tetapi penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Chan, Yim,
dan Lam (2010); Bendapundi dan Leone (2003); Bitner, Faranda, Hubbert, dan Zeithaml
(1997) menunjukkan bahwa partisipasi pelanggan berpengaruh positif terhadap kepuasan
pelanggan. Sementara pada penelitian yang lain, partisipasi pelanggan berpengaruh negatif
terhadap kualitas jasa atau kepuasan pelanggan (Hsieh, Yen dan Chin, 2003; Lloyd, 2003;
Yen, Gwinner dan Su, 2004).
Di Indonesia saat ini semakin banyak jasa yang memerlukan partisipasi pelanggan, misalnya
seperti dalam jasa keuangan, kesehatan, pelatihan, pariwisata, dan jasa desain.Kesimpulan: Dari
perspektif Service-Dominant Logic, peran partisipasi pelanggan dalam service encounter
adalah menciptakan nilai (value co-creation).
Dengan demikian, melalui nilai yang ia ciptakan tersebut akan mempengaruhi persepsinya
terhadap kualitas jasa. Perhatian terhadap partisipasi pelanggan pada saat ini semakin penting
karena berbagai pilihan jasa begitu berlimpah bagi pelanggan, baik itu jasa yang memerlukan
tatap muka dengan karyawan jasa maupun jasa berbasis teknologi yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh pelanggan. Nilai yang diterima pelanggan tidak lagi bergantung pada pelayanan
penyedia jasa, melainkan juga pelanggan ikut berpartisipasi menentukan nilai.
Studi kasus yang dilakukan untuk tujuan set penelitian untuk menjelajahi bagaimana
menerapkan S-D logika dalam mengidentifikasi dan mengelola sistem pelayanan bisnis
modular antara penyedia layanan ERP (Enterprise Resource Planning) dan pelanggan.
Penelitian ini akan berkontribusi untuk mempelajari sistem pelayanan dengan menjembatani
layanan modularisasi dengan tiga dimensi (layanan modularitas, Proses modularitas dan
organisasi modularitas). Ini adalah sebuah temuan Pekkarinen dan Ulkuniemi [7] dengan
menerapkan pendekatan terpadu dengan penelitian deduktif dan proses penelitian abduktif.
Selain itu, penelitian ini menggunakan S-D logika ke dalam konteks rantai pasokan layanan
ERP, dan analisis hasil konsisten dengan sepuluh FP diusulkan oleh Varga dan Lusch [8].
Seperti penelitian ini terbatas pada konteks high-end industri perangkat lunak, penelitian
masa depan dapat diperpanjang untuk memasok rantai di industri lain juga untuk
pemahaman
Daftar Rujukan
Laksmidewi.D. 2014. Partisipasi Pelanggan, Anteseden Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas
Jasa: Perspektif Service-Dominant Logic Logic. Journal Manajemen , Vol 11(2): 22-37.
Mardhiyah. 2011. Perubahan Perspektif dominant Logic Sebagai Kekuatan Bersaing. Sustainable
Competitive Advantage (SCA),Vol1(1) (Online), (jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-
1/article/viewFile/99/104, diakses tanggal 4 Februari 2017.
Sakano,H. dan Kosaka,M.2014. New Product Planning Process in the Age of Service Dominant
Logic. Proceedings of PICMET '14: Infrastructure and Service Integration.(online),
(http://ieeexplore.ieee.org/document/6921019/), diakses tanggal 4 Februari 2017.
Lindholm, Toumo J. dan Raybov, Vladimir. 2015. Analysis and Design of IT Service System Based
on Service-Dominant Logic. Information Systems:Development, Applications, Education,
8(1): 3-14.
Zhou, Z,Lin,Y dan Yue,F.2014. Service-Dominant Logic for Exploring Modular Business Service
System.(http://ieeexplore.ieee.org/document/6921019/). diakses tanggal 4 Februari 2017.