Anda di halaman 1dari 8

Noordyana, M.A.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut


jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


melalui Pendekatan Metacognitive Instruction
Mega Achdisty Noordyana
STKIP Garut
e-mail: disty.0101@gmail.com

ABSTRAK

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa SMP melalui pendekatan Metacognitive Instruction. Penelitian ini merupakan studi eksperimen di
SMPN 2 Tarogong Kidul Garut dengan desain penelitian Kelompok kontrol Non-Ekivalen pretes-postes.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan Metacognitive Instruction lebih baik dari pada kemampuan berpikir
kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Metacognitive Instruction positif.

Kata kunci: kemampuan berpikir kritis matematis, dan pendekatan Metacognitive Instruction.

ABSTRACT

The general objective of this research is to improve critical thingking mathematically junior
high school students through metacognitive Instruction approach. This study is an experimental
study in SMPN 2 Tarogong Kidul with research design Non-equivalent control group pretest-
postes. The results showed that the ability of mathematical critical thingking of students who
received metacognitive Instruction approach to learning with better on critical thingking of
students who have mathematical with conventional learning. Students' attitudes toward learning
with Metacognitive Instruction approach positive.
Keywords: List up to five keywords here and use comma to separate the keywords

PENDAHULUAN menerus dikhawatirkan Indonesia akan


Keberhasilan dalam pendidikan tak menjadi negara yang tertinggal dalam
dapat dipisahkan dari peranan guru sebagai perkembangan pendidikannya. Selain itu,
pendidik. Guru memegang peranan penting perlu adanya kesadaan dari peserta didik
selama proses pembelajaran. Guru yang baik tentang pentingnya belajar matematika
akan selalu memberikan kesempatan kepada sebagai pembentuk pola pikir dan bekal
peserta didik untuk dapat mengembangkan dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
kemampuan yang dimilikinya, sehingga Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa
tujuan dari pendidikan dapat tercapai secara matematika penting sebagai pembimbing pola
optimal. pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Lebih
Sebuah studi yang dilakukan oleh PISA lanjut, Ruseffendi (1991) juga menyatakan
(Programme for International Student bahwa berpikir matematika berhubungan
Assessment) pada tahun 2009 dalam hal dengan ide, proses, dan penalaran yang
literasi Sains dan Matematika bermanfaat sebagai sarana berpikir logis,
mengungkapkan bahwa peringkat prestasi inovatif, dan sistematis. Dengan demikian,
matematika Indonesia hanya menduduki melalui kegiatan matematika diharapkan
posisi ke-61 dari 65 negara. Tentunya ini memberikan sumbangan yang penting kepada
merupakan pekerjaan rumah bagi semua siswa dalam pengembangan nalar, berpikir
pihak yang berkecimpung dalam bidang logis, sistematis, kritis, cermat, dan bersikap
pendidikan, karena jika dibiarkan terus
28 Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016
ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

objektif serta terbuka dalam menghadapi Salah satu pendekatan pembelajaran


berbagai permasalahan. yang melibatkan kesadaran kognitif secara
Sebuah studi Internasional tahun 2011 aktif adalah pendekatan metakognitif. Flavell
dalam bidang matematika dan sains Trend in (dalam Livingstone : 1997) menghubungkan
International Mathematics and Science Study antara pengetahuan metagoknitif dengan
(TIMSS) untuk Sekolah Menengah Pertama perkembangan kognitif siswa, Flavell
(SMP), menunjukkan bukti bahwa soal-soal menyatakan bahwa Pengetahuan metakognitif
matematika tak rutin yang memerlukan menunjuk pada diperolehnya pengetahuan
berpikir kritis (kemampuan berpikir tingkat tentang proses-proses kognitif, pengetahuan
tinggi) tidak berhasil dijawab dengan benar yang dapat dipakai untuk mengontrol proses
oleh sampel siswa yang mengikuti studi kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif
tersebut, dan prestasi Indonesia masih di adalah proses-proses yang dapat diterapkan
bawah rata-rata, sedangkan pencapaian untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif
persentase untuk ranah kognitif sebesar 35% dan mencapai tujuan-tujuan kognitif yang
untuk knowing, 40% untuk applying dan 25% berupa proses berpikir, daya menghubungkan,
untuk reasoning. Sejalan dengan hasil kemampuan menilai, dan kemampuan
penelitian tersebut Hendrayana (2008) mempertimbangkan.
menyatakan bahwa nilai rata-rata kemampuan Sejalan dengan perkembangan
berpikir kritis dan siswa SMP kurang dari pendidikan, pendekatan metakognitif juga
50% dari skor ideal, sehingga kemampuan mengalami perkembangan dalam desain
berpikir kritis siswa harus ditingkatkan. pembelajarannya. Mevarech dan Kramarski
Dalam upaya meningkatkan kemampuan (1997) mendesain sebuah pembelajaran
pemecahan masalah dan berpikir kritis metakognitif dengan sebutan pendekatan
matematis siswa, seorang guru hendaknya Metacognitive Instruction. Selanjutnya
memperhatikan perkembangan kognitif Mevarech dan Kramarski menyatakan bahwa
siswa. Jean Peaget (dalam Ansori: 2009) pembelajaran dengan menggunakan
berpendapat bahwa perkembangan kognitif pendekatan Metacognitive Instruction dapat
manusia merupakan proses psikologis yang berpotensi meningkatkan kemampuan
didalamnya melibatkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran
memperoleh, menyusun dan menggunakan menggunakan pendekatan Metacognitive
pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; Instruction menekankan pada pertanyaan-
seperti: mengingat, berpikir, menimbang, pertanyaan metakognitif yang mencakup
mengamati, menganalisis, mensintesis, empat self addressed question yang terdiri
mengevaluasi, dan memecahkan persoalan atas (1) Comprehension question, (2)
yang berlangsung melalui interaksi dengan Connection question, (3) Strategic question,
lingkungan. (4) Reflection question.
Selain itu untuk meningkatkan Dalam penerapan pendekatan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir metacognitive instruction dalam kegiatan
kritis matematis, diperlukan sebuah pembelajaran guru dapat memberikan
pendekatan pembelajaran yang lebih banyak penuntun yang menggiring siswa
melibatkan siswa secara aktif dalam proses meningkatkan kemampuan pemecahan
pembelajaran. Semuanya dapat terwujud masalah matematis dengan memberikan
melalui suatu bentuk pembelajaran yang pertanyaan-pertanyaan yang merangsang
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu pengetahuan kognitif siswa kemudian
mencerminkan keterlibatan siswa secara aktif mengarahkan siswa untuk dapat
dalam menanamkan kesadaran kognitifnya. menyelesaikan persoalan-persoalan yang

Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016 29


ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

diberikan. Dengan menggunakan pendekatan masalah di atas ?"); (2) mengembangkan


metacognitive instruction siswa dituntut untuk hubungan antara pengetahuan yang lalu dan
dapat memaknai suatu permasalahan sekarang (contoh: apakah
sehingga mampu menyelesaikan persamaan/perbedaan antara masalah yang
permasalahan tersebut secara sistematis, dan sekarang dengan masalah yang telah anda
pada akhirnya peningkatan kemampuan selesaikan? Mengapa?). (3) menggunakan
berpikir kritis matematis dapat terwujud. strategi penyelesaian permasalahan yang tepat
Bertolak dari pemikiran di atas, maka (contoh, apa strategi /taktik/prinsip yang
permasalahan dalam penelitian ini tepat untuk menyelesaikan masalah itu, dan
dirumuskan sebagai berikut: mengapa?") (4). merefleksikan proses dan
1. Apakah peningkatan kemampuan solusi (contoh, apa kesalahan yang telah saya
berpikir kritis matematis siswa yang lakukan? Apakah solusi tersebut masuk akal
memperoleh pembelajaran dengan ?").
menggunakan pendekatan metacognitive IMPROVE merupakan akronim yang
instruction lebih baik daripada merepresentasikan semua tahap di dalam
kemampuan berpikir kritis matematis metode ini yaitu:
siswa yang memperoleh pembelajaran 1. Menghantarkan konsep-konsep baru
dengan menggunakan pembelajaran (Introducting the new concepts)
konvensional? Guru menghantarkan konsep-konsep
2. Bagaimana sikap siswa terhadap baru dengan menggunakan berbagai
pembelajaran matematika dengan pertanyaan yang membuat siswa terlibat
menggunakan pendekatan metacognitive secara aktif dalam menemukan konsep baru.
instruction? Peran guru dalam tahap ini adalah
menghantarkan siswa dalam memahami dan
Pendekatan Metacognitive Instruction memaknai suatu konsep yang baru sehingga
Dalam perkembangannya pendekatan siswa dapat mengembangkan kemampuan
metakogtinif mengalami banyak kemajuan matematiknya.
dan inovasi dalam mewujudkan pembelajaran 2. Pertanyaan Metakognitif (Metacognitive
yang aktif dan bermakna. Mevarech dan questioning)
Kramarski (1997) mendesain sebuah Pertanyaan metakognitif dalam Metode
pembelajaran metakognitif dengan Sebutan IMPROVE menurut Kramarski dan
pendekatan Metacognitive Intruction, dimana Mevarech (1997: 3) terbatas berupa
dalam langkah pembelajarannya pertanyaan pada diri sendiri (questioning self)
menggunakan metode instuksional atau berupa:
disebut IMPROVE. (1) The comprehension question (pertanyaan
Metode IMPROVE dalam pendekatan pemahaman masalah), dirancang untuk
Metacognitive Intruction, menekankan mendorong siswa dalam membayangkan dan
pentingnya setiap siswa diberikan kesempatan memikirkan tugas atau pertanyaan tersebut
untuk mengembangkan meaning sebelum dipecahkan. Sebagai contoh: Apa
mathematical dengan melibatkan siswanya yang menjadi permaslahan dalam tugas ini,
sendiri dalam discourse metacognitif. Apa maksud pertanyaan ini?, dan lain
Menurut Kramarski dan Mevarech (1997: 3) sebagainya.
metode IMPROVE didasarkan pada (2) The Connection question (Pertanyaan
questioning self melalui penggunaan koneksi) yaitu pertanyaan tentang
pertanyaan metakognitif yang difokuskan pengembangkan hubungan antara
pada: (1) pemahaman masalah (contoh: "Apa pengetahuan yang lalu dan pengetahuan yang
30 Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016
ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

baru didapat sekarang. Sebagai contoh: penguasaan materi siswa baik secara individu
Apakah persamaan/perbedaan antara maupun secara keseluruhan. Tes yang
masalah yang sekarang dengan masalah yang diberikan sesuai dengan materi yang
telah anda selesaikan? Mengapa?. dipelajari siswa.
(3) The Strategi question (pertanyaan 6. Melakukan verifikasi (Verification)
strategi), yaitu pertanyaan menggunakan Langkah ini dilakukan untuk
strategi penyelesaian permasalahan yang mengidentivikasi siswa mana yang sudah
tepat. Sebagai contoh, apa strategi menguasai materi dan siswa mana yang
/taktik/prinsip yang tepat untuk belum mengusai dengan melihat hasil tes
menyelesaikan masalah itu, dan mengapa?". yang mereka ikuti, guru membuat patokan
(4) The Reflection question (pertanyaan nilai standar yang harus dicapai oleh siswa.
refleksi), yaitu pertanyaan yang mendorong 7. Pengayaan dan Remedial (Enrichment
siswa merefleksikan pemahaman dan intuisi and Remedial)
mereka selama proses pembelajaran Hasil tes memberikan gambaran tentang
berlangsung. Sebagai contoh: apa kesalahan siswa yang sudah menguasai materi dan yang
yang telah saya lakukan?, Apakah solusi belum, untuk siswa yang sudah menguasai
tersebut masuk akal ?", Bagamana saya materi mereka diberi pengayaan dan yang
dapat mengecek ulang hasil jawaban saya?, belum menguasai materi diberi remedial.
dapatkah saya menggunakan pendekatan Aktivitas dalam metode IMPROVE
yang lain untuk memecahkan masalah dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil
tersebut?.dalam tahapan ini peranan guru yang heterogen. Kramarski (1997)
adalah menjadi fasilitator dalam membuat mengatakan bahwa interaksi dalam kelompok
pertanyaan pertanyaan metakognitif pada saat latihan metakognitif dapat
mengarahkan siswa untuk menjawabnya mempertinggi pemahaman siswa terhadap
pertanyaan tersebut. tugas, kesadaran dan keteraturan dirinya
3. Latihan (Practiving) dalam mengaplikasikan strategi serta
Guru memberikan latihan kepada siswa, menghubungkan pengetahuan sebelumnya
latihan berupa soal-soal yang atau pertanyaan- dengan yang baru.
pertanyaan yang dapat menumbuhkan
kemampuan metakognitif, pemberian latihan Berpikir Kritis Matematis
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan DePoter dan Hernacki (1991: 296)
materi dan mengasah kemampuan mengelompokkan cara berpikir manusia
metakognitif mereka. kedalam beberapa bagian, yaitu: berpikir
4. Mereview dan mereduksi kesulitan vertikal, berpikir lateral, berpikir kritis,
(Reviewing and reducing difficulties) berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir
Guru mencoba melakukan review tentang hasil, dan berpikir kreatif. Menurut
terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi keduanya, berpikir kritis adalah melatih atau
siswa dalam memahami materi matematika memasukan penilaian atau evaluasi yang
dan memecahkan soal-soal matematika, cermat, seperti menilai kelayakan suatu
melalui diskusi kelas, selanjutnya guru gagasan atau produk. Dalam berpikir kritis
memberikan solusi untuk menekan kesulitan juga bertujuan untuk member pertimbangan
yang muncul. atau keputusan mengenai sesuatu.
5. Penguasaan Materi (Obtaining mastery) Ennis (1985: 43) membagi keterampilan
Guru mencoba memberikan tes untuk kognitif berpikir kritis kedalam lima bagian.
mengetahui penguasaan materi siswa, dengan Kelima bagian itu adalah: klarifikasi
melihat hasil tes tersebut bisa menakar elementer (Elementary Clarification),

Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016 31


ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

dukungan dasar (basic support), penarikan menyelesaikan masalah, menyimpulkan dan


kesimpulan (inference), klarifikasi lanjut menilai kesimpulan. Para ahli menggunakan
(advanced clarification), serta strategi dan istilah eksplorasi (Brookfield), dan menarik
taktik (strategies and tactics).nnn Berpikir kesimpulan (Norris dan Ennis).
kritis dapat diinterpretasikan dalam berbagai d.Fase keempat (Reflektif): proses memeriksa
cara. Menurut Fisher (dalam Ismaimuza, kembali solusi yang telah dikerjakan dan
2010) berpikir kritis adalah menjelaskan apa mengembangkan strategi alternatif. Para ahli
yang dipikirkan. Belajar untuk berpikir kritis menggunakan istilah alternatif perspektif
berarti: belajar bagaimana bertanya, kapan (Brookfield) dan klarifikasi tingkat tinggi
bertanya, apa pertanyaannya, bagaimana (Norris dan Ennis), intergrasi (Brookfield),
nalarnya, kapan menggunakan penalaran, dan strategi dan cara-cara (Norris dan Ennis;
metode penalaran apa yang dipakai. Seorang Bullen), dan resolusi (Garrison, Anderson,
siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila Archer).
siswa tersebut mampu menguji Dalam mengembangkan kemampuan
pengalamannnya, mengevaluasi pengetahuan, berpikir kritis siswa, guru hendaknya
ide-ide, dan mempertimbangkan argumen memfasilitasi dan melakukan tindakan yang
sebelum mendapatkan justifikasi. Agar siswa mendorong siswa merefleksikan
menjadi pemikir kritis maka harus kemampuannya. Adapun untuk kepentingan
dikembangkan sikap-sikap keinginan untuk penelitian ini penulis membatasi indikator
bernalar, ditantang, dan mencari kebenaran. kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Untuk mengembangkan kemampuan dilihat dari aspek mengidentifikasi,
berpikir kritis siswa maka perlu adanya menghubungkan, mengevaluasi dan
tahapan atau fase-fase yang harus menganalisis.
dikembangkan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Noer (2010) METODE
merangkum pendapat mengenai fase-fase Penelitian ini berbentuk kuasi
berpikir kritis dari beberapa ahli dan membagi eksperimen dengan desain Kelompok
berpikir kritis menjadi empat fase yaitu: Kontrol Non-Ekivalen. Dimana subjek tidak
a.Fase pertama (Kepekaan): merupakan dikelompokan secara acak, menerima
proses memicu kejadian, memahami suatu keadaan subjek apa adanya, Ruseffendi
isu, masalah, dilema dari berbagai sumber (1994:47). Penelitian dilakukan pada dua
(tangap terhadap masalah). Dalam hal ini kelas yang memiliki kemampuan sama
menggunakan berbagai istilah antara lain dengan pendekatan yang berbeda. Kelompok
trigger event (Brookfield; Garrison, pertama (kelompok eksperimen) diberikan
Anderson, dan Archer), atau klarifikasi pembelajaran dengan menggunakan
(Norris dan Ennis, Bullen). pendekatan Metacognitive Instruction dan
b. Fase kedua (Kepedulian): merupakan kelompok kedua (kelompok kontrol)
proses merencanakan solusi suatu isu, diberikan pembelajaran konvensional
masalah, dilema dari berbagai sumber. Para (ekspositori) dengan desain penelitian sebagai
ahli menggunakan beberapa istilah antara lain berikut:
appraisal (Brookfield), klarifikasi dasar Eksperimen: O X O
(Norris dan Ennis), assessing evidence Kontrol : O O
(Bullen), dan eksplorasi (Garrison, Anderson, dengan,
Archer). O : pretes dan postes kemampuan berpikir
c. Fase ketiga (Produktivitas): merupakan kritis matematis
proses mengkonstruksi gagasan untuk
32 Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016
ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

X : Perlakuan dengan model pembelajaran dikatakan bahwa perlakuan pembelajaran


Metacognitive Instruction matematika dalam penelitian ini berangkat
Subjek pada penelitian ini adalah siswa dari situasi kelas yang sama.
kelas VII SMP Negeri 2 Tarogong Garut. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
Pemilihan subjek dilakukan dengan purpose pengujian hipotesis untuk mengetahui
dengan kelas VII E sebagai kelas kontrol dan peningkatan kemampuan berpikir kritis
kelas VII F sebagai kelas eksperimen. matematis siswa yang mendapat
Instrumen yang digunakan pada pembelajaran dengan pendekatan
penelitian ini berupa tes dan nontes. Tes Metacognitive Instruction, dapat didasarkan
berupa soal-soal berpikir kritis matematis, pada perolehan hasil postes atau gain
yang digunakan pada saat pretes dan postes
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis Tabel 2. Analisis Varians Gain Ternormalisasi
matematis. Non tes berupa angket skala sikap Kemampuan Berpikir Kritis
Uji Levene Uji - t
yang berpedoman pada bentuk skala likert.
F Sig. t dk Signifikansi
Skala sikap ini digunakan untuk melihat
Gain
respon siswa terhadap pembelajaran Ternormalisasi
0,58 0,45 19,29 89 0.00
matematika dengan menggunakan
pendekatan metacognitive instruction.
Selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis penelitian. Hipotesis yang akan diuji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 (tiga) adalah:
tahap, yaitu pelaksanaan pretes, pelaksanaan Hipotesis :
Hipotesis penelitian ini bertujuan untuk
pembelajaran, dan pelaksanaan postes.
melihat peningkatan kemampuan Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada
Kritis matematis siswa berdasarkan
semester 2 kelas VII dengan materi Bangun
pendekatan pembelajaran yaitu: Peningkatan
Datar Segiempat.
kemampuan pemecahan masalah matematis
Sebelum kegiatan pembelajaran, terlebih
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
dahulu dilakukan pretes, dan hasilnya sebagai
pendekatan Metacognitive Instraction lebih
berikut:
baik daripada siswa yang memperoleh
Tabel 1:Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretes pembelajaran konvensional (ekspositori).
Berpikir Kritis Matematis Untuk menguji hipotesis tersebut, dirumuskan
Kemampuan t dk Sig. H0 hipotesis statistik sebagai berikut:
Berpikir Kritis -1.65 89 0,10 Terima H0 : 1 = 2
H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan H1 : 1 > 2
kemampuan awal berpikir kritis matematis
Keterangan:
siswa antara siswa yamg mendapat
pembelajaran dengan menggunakan 1: rata-rata gain ternormalisasi kemampuan
pendekatan Metacognitive Instruction berpikir kritis matematis kelas eksperimen
dengan siswa yang mendapat 2 : rata-rata gain ternormalisasi kemampuan
pembelajaran konvensional. berpikir kritis matematis kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah tolak H0, jika
Dari Tabel.1 diperoleh nilai signifikansi nilai signifikansi hasil perhitungan atau
sebesar 0,10 yang lebih besar dari = 0,05. Asymp.Sig (1-tailed) < = 0,05. Menurut
Dengan demikian hipotesis (H0) diterima, Widiarso (2007) hubungan nilai signifikansi
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua uji satu arah dan dua arah dari output ialah
kelas memiliki kesamaan dalam kemampuan Sig.(1-tailed) = Sig.(2-tailed). Setelah
awal berpikir kritis matematisnya. Dapat dilakukan perhitungan dengan SPSS hasilnya
Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016 33
ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

dapat dilihat pada tabel 4.18 diperoleh nilai Kesimpulan


sig. (1-tailed) sebesar 0,000 < = 0,05 maka 1. Kemampuan berpikir kritis matematis
hipotesis nol ditolak, artinya peningkatan siswa yang memperoleh pembelajaran
kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan pendekatan metacognitive
yang memperoleh pembelajaran dengan instruction lebih baik daripada
pendekatan Metacognitive Instraction secara kemampuan berpikir kritis siswa yang
signifikan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional.
konvensional (ekspositori). 2. Secara keseluruhan sikap siswa
Sedangkan sikap siswa terhadap terhadap pembelajaran dengan
pembelajaran matematika dengan pendekatan pendekatan metacognitive instruction
Metacognitive Instruction adalah positif, hal adalah positif.
ini dapat dilihat dari tabel berikut.
Saran
Tabel 3. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Penelitian ini hanya membahas
Matematika dengan Pendekatan Metacognitive kemampuan berpikir kritis dalam
Instruction
Aspek Skor Skor Keterangan
pembelajaran dengan Pendekatan
Sikap Netral Metacogntive Instruction, untuk itu
Sikap siswa sikap siswa peneliti selanjutnya agar dapat
terhadap terhadap
pembelajaran
3,54 2,31
pembelajaran
mengembangkan dengan kemampuan
matematika matematika matematis lainnya.
Sikap terhadap dengan
pembelajaran pendekatan
dengan Metacognitive
DAFTAR PUSTAKA
3,68 2,52 Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian.
Pendekatan Instruction
Metacognitive positif Jakarta: Rineka Cipta.
Instraction
Depertemen Pendidikan Nasional. (2004).
sikap siswa
terhadap Standar Kompetensi Mata Pelajaran
3,43 2,31
berpikir kritis Matematika Sekolah Menengah
matematis Pertama dan Madrasah
Berdasarkan gambaran secara umum Tsanawiyah, Jakarta: Depertemen
yang disajikan pada Tabel 3, untuk melihat Pendidikan Nasional.
sikap siswa terhadap pembelajaran DePoter,B. dan Hernacki, J. (2003).
matematika dengan menggunakan Quantum Learning Membiasakan
pendekatan metacognitive instruction yaitu Belajar Nyaman Dan
dengan cara membandingkan rata-rata skor Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
netral terhadap rata-rata skor skala sikapnya. Ennis,R.H.(1985). Practical Strategies
Secara umum dapat disimpulkan sikap siswa For The Direct Teaching Of
terhadap ketiga aspek yang diungkapkan Thinking Skill. In A.L Costa (ed)
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Developping Mind: A Resorce Book
sikap siswa terhadap pembelajaran ForTeachingThigking.
matematika dengan pendekatan Alexandria.ASCD. halaman 43-45
Metacognitive Instraction adalah positif. Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (1993).
How to Design and Evaluate
Research in Education (secon ed.).
Singapore: McGraw-Hill.
PENUTUP

34 Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016


ISSN 2086 4280
Noordyana, M.A. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut
jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

Hake. Analizing. (Online).Tersedia: http: Mengembangkan Kompetensinya


//www. physics. indian. edu/~sdi/ dalam pembelajaran Matematika
analyzing.change_Gain.pdf. (21 Untuk Meningkatkan
Desember 2010) CBSA.Bandung:Tarsito
Hendrayana,A (2008). Pengembangan Sudjana. (1996). Metode Statistika Edisi
Multimedia Interaktif untuk ke 6. Bandung: Tarsito.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Suherman, E. (1990). Individual Textbook
Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Evaluasi Pembelajaran Matematika.
Matematika. Tesis Magister pada Bandung: JICAUPI.
SPs UPI Bandung: Tidak Sumarmo, U (1994). Suatu Alternatif
diterbitkan. Pengajaran untuk Meningkatkan
Kramarski, B and Mevarech, Z. (2004). Kemampuan Pemecahan Masalah
Metakognitive Discourse in Matematika Siswa SMA di Kodya
Mathematics Classroom. In Journal Bandung. Laporan Penelitian IKIP
European Reasearch in Bandung. Tidak Dipublikasikan.
Mathematics Education III Trends in International Mathematics and
(Thematic Grup 8) [online]. Dalam Sience Study (2011). TIMSS 2011
CERME 3 [0nline]. Tersedia: Assesment Frameworks . [online].
http://www.dm.unipi.it/~didattica/C Tersedia:
ERME3/proceeding/Groups/TG8/T http://timss.bc.edu/methods/t-
G8_kramarski_cerme3.pdf. (29 instrument.html (3 Februari 2012).
Januari 2012)
Livingstone, J.A. (1997) Metacognition: RIWAYAT HIDUP PENULIS
An Overview. (Online). Tersedia Mega Achdisty Noordyana, M.Pd. Lahir
http: di Garut, 1 Januari 1982.
//www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/C Dosen Tetap Yayasan di
EP564/Metacog.html. (23 Desember STKIP Garut. Studi S1
2011). Pendidikan Matematika
Mevarech, Z & Kramarski, B. (1997). STKIP Garut, lulus tahun
IMPROVE: A Multidimensional 2008; dan S2 Pendidikan
Method for teaching Mathematics in Matematika UPI, Bandung,
Heterogeneous Classrooms. lulus tahun 2012.
American Educational Reasearch
Journal. [online]. Tersedia
http://aer.sagepub.com/content/34/2/
365 (29 Januari 2012)
Mikarsa,H.L.dkk (2005). Pendidikan Anak
Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Program For International Student (2009).
Programme For International
Student Assesment (PISA). [online].
Tersedia:
www.oecd.org/edu/pisa/2009. (3
Februari 2012)
Rusefeendi,E.T (1991) . Pengantar
Kepada Membantu Guru

Jurnal Mosharafa, Volume 8, Nomor 2, April 2016 35


ISSN 2086 4280

Anda mungkin juga menyukai