I. Outline
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas secara konduksi (Area)
B. Pengaruh konveksi udara terhadap perpindahan kalor secara konduksi pada
system insulasi yang menentukan besarnya koefisien perpindahan kalor
menyeluruh
II. Pembahasan
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan panas secara konduksi (Area)
Apabila suhu berubah seiring berjalanya waktu atau terdapat sumber panas, maka
persamaan menjadi :
T T
( )
k
x x
+q= c
t
.. ( 1 b )
Alasan pemberian tanda minus dalam rumus Fourier adalah untuk memenuhi hukum
nol termodinamika dimana kalor akan berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
3) Perpindahan Panas Konduksi pada Satu Bidang Datar
Gambar 1. Konduksi pada 1 bidang datar
http://hendriksumarauw.blogspot.co.id/p/perpindahan-kalor-1.html
dT T
Hukum Fourier: q=kA dx =kA x
T
q=
x /kA
Analogi Lisrik (Hukum Ohm)
T V
q= I = ..(3)
x R
kA
T menyeluruh
q= (4)
R th
Rth adalah jumlah tahanan thermal. Untuk bahan yang disusun seri : Rth = RA + R B + R C +
Persamaan aliran panas untuk bidang yang disusun seri adalah :
T menyeluruh T
q= =
R th R A + RB + R C
T 1T 2
q= ( 4 b)
x A xB xC
+ +
k A A k B A kC A
Pada keadaan steady state, panas yang masuk pada sisi muka sebelah kiri harus sama dengan
panas yang meninggalkan sisi muka sebelah kanan
qinput =q output
T T A T B T C
q= = = =
Rth R A RB RC
T 1T 2 T 2T 3 T 3T 4
= = (4 c)
xA xB xC
kA A kB A kC A
T menyeluruh T
q= =
R th R1 +R2 +R3 + R 4
x2
R 2= (5 a)
k A A+ k B A+ k C A
T 0T 4
q= (5b)
x1 x2 x3 x4
+ + +
k A A k A A+ k B A+ k C A k C A k F A+ k G A
Silinder Berongga
Suatu silinder panjang berongga dengan jari-jari dalam ri, jari-jari luar ro dan panjang L dialiri
panas sebesar q. Suhu permukaan dalam Ti dan suhu permukaan luar To.
Aliran panas hanya berlangsung ke arah radial (arah r) saja. Luas bidang aliran panas dalam
system silinder ini adalah : A r =2 rL
Sehingga hukum Fourier menjadi :
dT dT
q=k Ar =k 2 rL (6 a)
dr dr
Kondisi Batas (Boundary Condition, BC)
i. R = r1 T = T1
ii. R = ro T = T0
Tahanan termal dalam kasus ini adalah
ln r 0/r 1
R= ( 6 b)
2 kL
T T T 0
q= = i
Rth ln r 0/r 1
2 kL
2 kL [ T iT o ]
q= (6 c)
ro
ln
ri
Silinder Berlapis
Gambar 5. Perpindahan panas pada silinder berlapis
Sumber: Holman, J.P., Heat Transfer, tenth edition, McGraw Hill, Ltd., New
York, 2010.
2 L [ T 1T 4 ]
q= (6 d )
r2 r3 r4
ln ln ln
r1 r2 r3
+ +
kA kB kC
Bola Berongga
Suatu bola berongga dengan jari-jari dinding dalam ri, jari-jari dinding luar r o dan panjang L
dialiri panas sebesar q. Suhu permukaan dalam Ti dan suhu permukaan luar To
Aliran panas hanya berlangsung ke arah radial (arah r) saja. Luas bidang aliran panas dalam
2
system silinder ini adalah : A r =4 r
Sehingga hukum Fourier menjadi :
dT dT
q=k Ar =k 4 r 2 (7 a)
dr dr
Kondisi Batas (Boundary Condition, BC)
i. R = r1 T = T1
ii. R = ro T = T0
4 k [ T iT o ]
(7 c)
1 1
ri r o
Bola Berlapis
[ T 1 T 4 ]
q= (7 d )
1 1 1 1 1 1
r1 r2 r2 r3 r3 r 4
+ +
4 k 1 4 k 2 4 k 3
Sisi kiri terdapat fluida panas dan sisi kanan terdapat fluida dingin. Pada sisi kiri
terjadi transfer kalor secara konveksi dari fluida panas ke permukaan dinding sebelah kiri
akibatnya permukaan dinding sebelah kiri menjadi lebih tinggi temperaturnya dari permukaan
dinding sebelah kanan. Karena adanya perbedaan temperatur pada permukaan kanan dan kiri
terjadilah transfer panas secara konduksi dari permukaan kiri ke permukaan kanan. Dengan
adanya transfer panas dari permukaan kiri ke permukaan kanan menyebabkan temperatur
permukaan kanan menjadi lebih panas dari fluida yang ada si sebelah kanan, sehingga
terjadilah transfer kalor secara konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke fluida
yang berada disampingnya.
Aliran kalor yang terjadi dari fluida panas ke permukaan dinding sebelah kiri (Konveksi)
adalah (8)
Aliran kalor dari permukaan dinding kiri ke permukaan dinding kanan (Konduksi) adalah
Aliran kalor dari permukaan dinding kanan ke fluida di sebelah kanan yang dingin adalah
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah temperatur maka akan menjadi :
(9)
(10)
Maka Aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan dapat ditulis sbb :
(11)
Aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan adalah hasil gabungan dari proses konduksi dan
konveksi boleh dinyatakan dengan koefisien perpindahan kalor menyeluruh U, yang
dirumuskan dalam hubungan
(12)
(13)
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh untuk sebuah pipa dapat pula ditemukan seperti
cara diatas tadi. Perlu diperhatikan bahwa luas permukaan yang menerima kalor pada pipa
tidaklah sama untuk ke dua fluida, fluida yang satu luas permukaannya didasarkan pada
permukaan dalam pipa dan fluida yang lain didasarkan pada permukaan luar pipa seperti pada
gambar.
Aliran kalor yang terjadi dari fluida ke permukaan bagian dalam pipa adalah
Aliran kalor dari permukaan bagian dalam ke permukaan bagian luar adalah
Aliran kalor dari permukaan bagian luar ke fluida di sekeliling pipa adalah
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah temperatur maka akan menjadi :
(14)
Karena qA = qB = qC = q , maka :
Dimana A0 adalah luas permukaan penerima kalor bagian dalam pipa dan A1 adalah luas
permukaan penerima kalor permukaan luar, sehingga koefisien perpindahan kalor
menyeluruh untuk pipa dapat ditulis
(15)
Karena luas permukaan penerima kalor berbeda pada bagian dalam dan luar pipa maka
koefisien perpindahan kalor menyeluruh dapat didasarkan pada permukaan luar ataupun
permukaan dalam dari pipa.
(16)
(17)
III.Daftar Pustaka
Holman, J.P., Heat Transfer, tenth edition, McGraw Hill, Ltd., New York, 2010.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, International Student Edition, McGraw Hill
Kogakusha, Ltd., New York.
http://hendriksumarauw.blogspot.co.id/p/perpindahan-kalor-1.html (Diakses pada 28
Februari 2017)