Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diabetes melitus (DM)adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat dari
kekurangan insulin baik itu absolut maupun relatif. Meningkatnya kadar glukosa disebabkan
kurangnya hormon insulin atau cukup bahkan lebih, tetapi fungsi hormon disini kurang
efektif (Suyono, S. dalam Soegondo,Soewondo&Subekti, 2009).
Berdasarkan data International Diabetes Federation(IDF) tahun 2014, terdapat 387
juta orang yang hidup dengan DM di dunia. Pada tahun 2035, jumlah tersebut diperkirakan
akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 387 juta orang tersebut, 179 juta
orang diantaranya belum terdiagnosis (IDF,2014). Kebanyakan orang yang mengidap DM
tipe 2 tetap tidak sadar bahwa mereka menderita DM tipe 2 untuk jangka masa yang lama
karena gejala DM tipe 2 mungkin mengambil waktu bertahun-tahun sebelum muncul atau
terkadang tidak tampak sama sekali (IDF, 2013). Manakala jumlah penderita DM tipe 2 di
Indonesia mencapai 9,1 juta orang dan yang belum terdiagnosis adalah sebanyak 4,9 juta
orang pada rentang usia sekitar 20 hingga 79 tahun (IDF, 2014).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan proporsi pada penderita DM tipe 2
yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada
tahun 2013. Sedangkan proporsi DM tipe 2 berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada
tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Manakala terdapat 0,6% penduduk usia 15 tahun ke atas
atau sekitar 1 juta orang yang sebenarnya merasakan gejala DM tipe 2 namun belum
dipastikan apakah menderita DM tipe 2 atau tidak. Proporsi terbesar di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah, sedangkan jumlah terbesar di Provinsi Jawa Barat.
Manakala di Provinsi Sumatera Utara pula, jumlah estimasi penduduk usia 15 tahun keatas
pada tahun 2013 adalah 8.939.623 orang. Dari jumlah tersebut, terdapat1,8% penduduk
menderita DM tipe 2 dan 0,5% penduduk belum pernah didiagnosis menderita DM tipe2.
Usia lansia merupakan usia yang sudah mengalami penurunan fungsi tubuh serta
penurunan produksi hormon, salah satu hormon yang sangat penting dalam proses
metabolisme adalah Insulin, produksi insulin pada lansia sudah mengalami penurunan
sehingga lansia rentan terkena penyakit diabetes mellitus.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit Diabetes Mellitus?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan Diabetes Mellitus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DIABETES MELLITUS
2.1.1 PENGERTIAN

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,


dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akutataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,

2
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000 ).
Diabetes mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis atau kencing gula.
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal. Kadar glukosa dalam darah kita biasanya berfluktuasi, artinya
naik turun sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada makan yang masuk dan aktivitas
fisik seseorang (Mistra, 2005).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya
(Smeltzer & Bare, 2002).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Menurut Maulana (2009), diabetes mellitus terdiri dari dua jenis, yaitu diabetes
mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau diabetes Tipe I, dan diabetes mellitus
yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM atau Diabetes Tipe II).
a. Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM) atau Diabetes Tipe I.
Diabetes mellitus tipe 1 dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-
pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini
dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa
menyembuhkan atau pun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes
tipe ini, terutama pada tahap awal.
b. Diabetes Mellitus yang tidak tergantung pada insulin (NIDDM atau Diabetes Tipe II).
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi
insulin dan resistensi terhadap insulin atauberkurangnya sensitifitas terhadap insulin
(adanya defekasi respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di
membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya
sensitivitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes
yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari

3
hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi
dengan insulin kadang dibutuhkan.
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap
insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.
Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin
relatif. Gejala pada tipe kedua ini terjadi secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat,
yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara teratur biasanya
penderita berangsur pulih. Penderita juga harus dapat mempertahankan berat badan yang
normal. Namun, bagi penderita stadium terakhir, kemungkinan akan diberikan suntikan
insulin.

2.1.3 Faktor-faktor Predisposisi dan Penyebab


Faktor-faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus menurut Tandra (2008), meliputi
keturunan, ras atau etnis, obesitas, metabolicsydndrome, kurang gerak badan, penyakit lain,
usia, riwayat diabetes pada kehamilan, infeksi, stres, obat-obatan.
a. Keturunan
Apabila ibu, ayah, kakak, atau adik mengidap diabetes, kemungkinan diri juga terkena
diabetes lebih besar daripada bila yang menderita diabetes adalah kakek, nenek, atau saudara
ibu dan saudara ayah.
b. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika di
Afrika, mempunyai risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2. Kebanyakan orang dari ras-ras
tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan biasanya kurus. Namun, sekarang makanan
lebih banyak dan gerak badannya makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas
sampai diabetes dan tekanan darah tinggi.
c. Obesitas
Kegemukan adalah faktor risiko yang paling penting untuk diperhatikan, lebih dari 8 di
antara 10 penderitadiabetes tipe 2 adalah mereka yang obesitas. Makin banyak jaringan
lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin (insulin resistance).
Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
d. Metabolic syndrome

4
Metabolic syndrome makin banyak kitatemukan di masyarakat modern ini. Gaya hidup
sekarang yang kurang gerak dan banyak makan menyebabkan makin banyak orang yang
mengidap diabetes, hipertensi, obesitas, stroke, sakit jantung, nyeri sendi dan lain-lain.
e. Kurang Gerak badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes. Olah raga atau
aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi
energi. Peredaran darah lebih baik. Dan risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai
50%. Pada orang tua atau yang kurang gerak badan, massa otot berkurang sehingga
pemakaian glukosa berkurang dan gula darah pun akan meningkat.
f. Usia
Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnyausia, terutama diatas 40
tahun, massa ototnya berkurang, dan berat badannya makinbertambah. Namun, belakangan
ini, dengan makin banyak anakyang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe 2 pada
anakdan remaja pun meningkat.
g. Riwayat Diabetes pada Kehamilan
Diabetes pada kehamilan atau gestational diabetes dapat terjadipada 2-5% ibu hamil.
Biasanya di abetes akan hilang setelah anak lahir. Namun, lebih dari setengahnya akan
terkena diabetes dikemudian hari. Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar
dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabaila ini terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu
akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.
h. Stress
Stres yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat, Operasi besar, atau penyakit
berat lainnya, menyebabkan hormon counter-insulin (yang kerjanya berlawanan dengan
insulin) lebihaktif. Akibatnya, glukosa darah pun akan meningkat. Diabetessekunder ini
biasanya hilang bila pengaruh stressnya teratasi.
i. Obat-obatan
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa darah, dan bahkan bisa menyebabkan
diabetes. Bila mempunyai risiko terkenadiabetes, harus memakai obat-obatan ini dengan
sangat hati-hati. Obat-obatan yang dapat menaikkan glukosa darah antara lain adalah hormon
steroid, beberapa obat anti-hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol.
2.1.4 Patofisiologi
a. DM tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena
hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa

5
dan hiperglikemia post prandial, dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka
akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Corwin, 2000)
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi
penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang
lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi
peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya
ketoasidosis (Corwin, 2000).
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar
insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel
akan kekurangan glukosa, mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

2.1.5 Phatway

Usia,
infeksi,

Resistensi
insulin/ga
Glukosa
darah
Sel Hiperglike hiperosm
kelaparan ollitas
Hilang Gluko koma
protein suria
6
Respon Kalori
Diuretik
keluar
Resiko poliuria lapar

Dehidrasi Polipagi

Devisit
Perubah
an
2.1.5 Tanda dan Gejala nutrisi
kurang
Beberapa keluhan utama dari diabetes menurut Tandra (2008) adalah banyak kencing,
rasa haus, barat badan turun, rasa seprti flu, mata kabur, luka yang sukar sembuh, rasa baal
dan kesemutan, gusi merah dan bengkak kulit kering dan gatal, mudah kena infeksi, dan gatal
pada kemaluan.
1. Banyak kencing (poliuria)
Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam darah, gula ini akan
menarik air keluar dari jaringan, sehingga selain kencing menjadi sering dan banyak, juga
akan merasa dehidrasi atau kekurangan cairan.
2. Rasa Haus
Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan akan banyak minum dan terus minum.
Kesalahan yang sering didapatkan adalah untuk mengatasi rasa haus, mencari softdrink yang
manis dan segar, akibatnya gula darah semakin naik dan hal ini dapat menimbulkan
komplikasi akut yang membahayakan.
3. Berat Badan Turun
Sebagai kompensasi dari pada dehidrasi dan harus banyak minum, mungkin mulai banyak
makan. Memang pada mulanya berat badan meningkat, akan tetapi lama kelamaan otot tidak
mendapat cukup gula untuk tumbuh dan energi, maka jaringan otot dan lemak harus dipecah
untuk memenuhi kebutuhan energi, berat badan menjadi turun, meskipun makannya banyak,
keadaan ini makin diperburuk oleh adanya komplikasi yang timbulnya belakangan.
4. Rasa Seperti Flu dan Lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah dan nafsu makan
menurun. Pada diabetes, gula bukan lagi sumber energi, karena glukosa tidak dapat diangkut
ke dalam sel untukmenjadi energi.
5. Mata Kabur (retinopati)
Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari dalam lensa mata, sehingga lensa
menjadi tipis, mata mengalami kesulitan untuk memfokus dan penglihatan jadi kabur.

7
Apabila bisa mengontrol glukosa darah dengan baik, penglihatan jadi membaik karena lensa
kembali normal. Orang diabetes sering berganti-ganti ukuran kacamata, karena gula yang
naik turun tidak terkontrol dengan baik.
6. Luka Yang Sukar Sembuh
Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : pertama akibat dari infeksi yang hebat, kuman
atau jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah yang tinggi; yang kedua adalah karena
kerusakan dinding pembuluh darah, aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh
darah kecil) menghambat penyembuhan luka; dan yang ketiga adalah kerusakan syaraf, luka
yang tidak terasa menyebabkan penderita diabetes tidak menaruh perhatian pada luka dan
membiarkannya semakin membusuk.
7. Rasa baal dan kesemutan
Kerusakan syaraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding pembuluh darah,
yang akan menggangu nutrisi pada syaraf. Karena yang rusak adalah saraf sensoris, keluhan
paling sering adalah rasa semutan atau tidak terasa, terutama pada tangan dan kaki.
Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada anggota tubuh, betis, kaki, tangan, dan lengan,
bahkan bisa terasa seperti terbakar.
8. Gusi Merah dan Bengkak
Kemampuan rongga mulut menjadi lemah untuk melawan infeksi, maka terjadilah gusi
bengkak dan merah, infeksi, serta gigi yang tampak tidak rata dan mudah tanggal.
9. Kulit Kering dan Gatal
Kulit terasa kering, sering gatal dan infeksi. Keluhan ini biasanya menjadi penyebab
pasien datang memeriksakan diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan dokter kulit ditemukan
adanya diabetes.
10. Mudah Kena Infeksi
Lekosit (sel darah merah) yang biasanya dipakai untuk melawan nfeksi, tidak dapat
berfungsi dengan baik paeda keadaan gula darah yang tinggi. Diabetes membuat lebih mudah
terkena infeksi.
11. Gatal Pada Kemaluan
Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah yang tinggi.Vagina mudah terkena
infeksi jamur, mengeluarkan cairan kental putih kekuningan, serta timbul rasa gatal.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukanmeliputi 4 hal yaitu:
1.Postprandial

8
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1% menunjukkandiabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral.
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 grgula, dan akan
diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah meminum cairan
tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuahjarum, sample
darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkankedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanyauntuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Farmakologi
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien denganDiabetes
Mellitusmeliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO), Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4
golongan :
1)Pemicu sekresi insulin.
2)Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3)Penghambat glukoneogenesis.
4)Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1)Penurunan berat badan yang cepat.
2)Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3)Ketoasidosis diabetik.
4)Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi.
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadarglukosa darah.
d.Terapi non farmakologi
a.Diet

9
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untukmemberikan semua unsur
makanan esensial, memenuhi kebutuhanenergi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi
dan menurunkankadar lemak.

b.Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akanmenurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan pengambilanglukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian kadar insulin.
c.Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiridiharapkan pada
penderita diabetes dapat mengatur terapinya secaraoptimal.
2.1.8 Komplikasi
Diabetaes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang akan dideritaseumur hidup,
sehingga progesifitas penyakit ini akan terus berjalan dan padasuatu saat akan menimbulkan
komplikasi.
a. Komplikasi akut Diabetes Mellitus.
Ada tiga komplikasi akut DM yang penting dan berhubungan dengangangguan keseimbangan
kadar gula darah jangka pendek.
Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga 60 mg/dl. Keluhandan gejala
hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung sejauh mana glukosa darahturun.
(Tandra, 2007).
Ketoasidosis Diabetes.
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang terlalutinggi dan kadar
insulin yang rendah, maka tubuh tidak dapat menggunakanglukosa sebagai sumber energi.
Sebagai gantinya tubuh akan memecah lemaksebagai sumber energi alternatif. Pemecahan
lemak tersebut kemudianmenghasilkan badan-badan keton dalam darah atau disebut dengan
ketosis.Ketosis inilah yang menyebakan derajat keasaman darah menurun atau disebutdengan
istilah asidosis. Kedua hal ini lantas disebut dengan istilah ketoasidosis.
Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK).

10
Sindrom HHNK merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia serta diikuti oleh perubahan tingkat kesadaran,keadaan hiperglikemi persisten
menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
b. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus.
Komplikasi Makrovaskular.

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada pasien diabetes adalah
penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien DM tipe II yang umumnya menderita hipertensi,
dislipidemia, dan atau kegemukan, komplikasi ini timbul akibat aterosklerosis dan tersumbatnya
pembuluhpembuluh darah besar(Nabyl,2009).

Komplikasi Neuropati
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Dalamjangka waktu
yang cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak dindingpembuluh darah kapiler
yang berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraftidak dapat mengirimkan pesan secara
efektif. Keluhan yang timbul bervariasi,yaitu nyeri pada kaki dan tangan, gangguan
pencernaan, gangguan dalammengkontrol BAB dan BAK, dan lain-lain (Tandra, 2007).
Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular merupakan komplikasi unik yang hanya terjadipada DM.
Penyakit mikrovaskular diabetes atau sering juga disebut dengan istilahmikroangiopati
ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh kapiler.
2.2 Tinjauan kasus keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia 60 tahun dan umunya adalah DM
tipe II (non insulin dependen).
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan asimtomatik
(contohnya: kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingunan akut atau
depresi).
c. riwaya penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit sekarang, pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

11
e. Riwayat penyakit keluarga, dalam anggota keluarga tersebut salah satu anggota keluarga
ada yang menderita DM.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan lemak, kulit kering dan pucat dan terdapat bintik-bintik
hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi
pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun
rambut wajah meningkat, rambut menipis/botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya..
c. Sistem muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot karena
menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani menjadi altrofi
menyebabkan austosklerosis, penumpukkan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin.
f. Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,menurunnya aktivitas silia,
paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti kemampuan
batuk berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi
konstipasi, hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, laju
filtrasi glumerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu
memekatkan urine, proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun karena otot yang lemah, frekuensi berkemih meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin dan
pembesaran prostat (75% usia diatas 60 tahun).
j. Sistem Reproduksi

12
Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara
testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur,
dorongan seks menetap sampai usia 70 tahun asal kondisi kesehatan baik
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan LH. Menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju
metabolisme tubuh (BMR) menurun. Menurunnya produk aldusteran, a. menurunnya sekresi,
hormon godad, progesteron, estrogen dan testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak menurun sekitar 10-
20%)
Pemeriksaan KGD
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

2.2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme protein, lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan
tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

2.2.3 Intervensi dan Implementasi


No Diagnosa NOC NIC
1 Nutrisi kurang dari kebutuhan Status gizi terpenuhi: Sejauh
Manajemen nutrisi :
tubuh berhubungan dengan mana nutrisi yang tertelan dan
peningkatan metabolisme diserap untuk memnuhi
Defenisimenyediakan
protein dan lemak. kebutuhan metabolic.
mempromosikan keseim
Defenisi : asupan nutrisi tidak Kriteria Hasil:
masukan nutrisi
mencukupi untuk memenuhi Asupan gizi
Asupan
kebutuhan metabolik. Menentukan status
makanan
Batas karakteristik : Asupan cairan pasien dan kebutuhan nu
Asupan makanan Identifikasi pasien m
dari kebutuhan

13
metabolik, baik
alergi atau intoleransi m
kalori total maupun
Menentukan pr
zat gizi tertentu
Melaporkan asupan makanan makanan pasien
Instruksikan kepada
yang tidak adekuat kurang
tentang kebutuhan maka
dari masukan sehari . Menentukan angka kal
tipe nutrisi yang dibutuh
Observasi tanda hipog
(perubahan tingkat kes
kulit lembap atau
denyut nadi cepat, lapa
rangsang, cemas, sakit
pusing).

2 Defisit volume cairan Keseimbangan Cairan a. Manajemen Cairan / Ele


Defenisi :
berhubungan dengan Defenisi :
Pengaturan dan penc
Hipovolemia ditandai dengan Keseimbangan air dalam
komplikasi dari pe
tekanan darah menurun dan kompartemen intraselular dan
tingkatan cairan dan
oliguria. ekstraselular tubuh.
elektrolit.
Defenisi : Kriteria Hasil :
Tindakan :
Berkurangnya cairan - Tekanan darah
- Pantau tingkatan
- Denyut nadi
intravascular, intertisial atau
- Keseimbangan elektrolit yang ab
intraselular; hal ini mengarah - Pantau tanda dan
masukan dan
ke dehidrasi, kehilangan air dari over hidra
keluaran dalam 24
tanpa merubah sodium. dehidrasi yang
jam
Batasan Karakteristik : - Turgor kulit buruk (poliuria
- Membrane mukosa
- Tekanan darah oliguria)
basah. - Pantau berat bada
menurun
- Berikan cairan
- Takikardia
- Pantau tanda-tand
- Oliguria
b. Manajemen Hipovolemi
- Turgor kulit rendah
- Membran mukosa / Defenisi :
kulit kering Expansi dari volume
Haus yang hebat
intravascular pada pasien
kekurangan volume cairan.
Tindakan :

14
- Pantau berat badan setia
(setelah buang air, s
sarapan)
- Pantau tanda-tanda d
(turgor kulit rendah,
lambat, tekanan darah
denyut nadi lemah, hau
hebat, membran mukosa
dan berkurangnya k
urine)
- Pantau sumber keh
cairan (muntah, diare)
- Pantau masukan dan kel
- Pantau nilai lab
hemokonsentrasi (
BUN)
Berikan masukan oral (distri
cairan lebih dari 24 jam d
cairan dengan makanan)
3 Kelelahan b.d Toleransi aktivitas: Respon 1. Manajemen energi:
berkurangnya energi fisiologis tehap pergerakan Observasi
Defenisi: Rasa letih pembatasan klien
yang memakan energi dalam
yang luar biasa dan melakukan aktivitas
aktivitas harian.
terus-menerus serta Kaji adanya fakto
Kriteria hasil:
penurunan kapasitas kemampuan untuk menyebabkan kelelah
Monitor nutrisi dan
kerja fisik secara mental berbicaradengan
energi yang adekuat
pada tungkat yang aktivitas fisik Monitor pasien akan
biasanya. toleransi memanjat
kelelahan fisik dan
Batasan karakteristik: tangga
Penurunan secara berlebihan
Monitor pola tidu
konsentrasi
Ketidak tertarikan Penghematan energi: Tindakan lamanya tidur atau
personal dalam mengelola pada pasien
dengan lingkungan
Menyatakan secara verbal energi untuk memulai dan
kekurangan energi yang tidak mempertahankan aktivitas. 2. Terapi aktivitas:
pernah berhenti dan Kriteria hasil: resepdan bantuanden
berlebihan menunjukkantingkat tertentu, kognitif, sos

15
energiyang stabil kegiatanspiritualuntuk
kemampuanpameran
meningkatkan jan
untukmenyelesaikan tugas-
frekuensi, ataujangka
tugassehari-hari
suatuindividuaktivitas
pok
Aktivitas:
menentukan kem
pasien untuk berpa
dalam kegiatan terten
berkolaborasi
pekerjaan, fisik, atau
rekreasi dalam peren
dan monitoring p
kegiatan, yang sesuai
menentukan ko
pasien untuk menin
frekuensi dan b
aktivitas
membantu pasien
mengeksplorasi
pribadi aktivitas bia
kegiatan rekreasi favo
mendorongkegiatan
yang sesuai
menginstruksikanpasi
keluargabagaimana
melakukankegiatanya
diinginkanatauditentu

4 Resiko infeksi berhubungan Infectin control : Observasi tanda-tanda


Tidak terjadi tanda-tanda
dengan kadar gula darah dan peradangan sperti
infeksi
tinggi kemerahan, adanya pu
Kriteria hasil :
Tidak ada rubor, kalor, luka, sputum purulen
dolor, tumor, fungsiolesia. warna keruh atau berkab
Terjadi perubahan gaya Tingkatkan upaya penc

16
hidup untuk mencegah dengan melakukan cuci
terjadinya infeksi yang baik pada semua
yang berhubungan
pasien termasuk pa
sendiri.
Pertahankan teknik
pada prosedur invasif.
Berikan perawatan kulit
teratur dan sungguh-s
masase daerah tulang
tertekan, jaga kulit tetap
linen kering dan tetap ke
Berikan tisue dan
sputum pada tempat
mudah dijangkau
penampungan sputum
secret yang lainnya.

2.2.4 Implementasi dan Evaluasi


Tanggal
No dan
Implementasi Evaluasi Paraf
Dx waktu

1 12.04.16 S klien mengatakan


Menentukan status tidak merasa pusing
nutrisi pasien dan O KGD 120 mg/dl
A-
kebutuhan nutrisi P-
Identifikasi pasien
mengenai alergi atau
intoleransi makanan.
Observasi tanda
hipoglikemia
(perubahan tingkat

17
kesadaran, kulit
lembap atau dingin,
denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang,
cemas, sakit kepala,
pusing).

BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas :
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Masalah kesehatan : Diabetes Millitus
Alamat : Ds. Kali Maro Kec. Gebang
A. Pengkajian
1. Pengkajian Dasar
1. TTV
TD : 210/100 mmHg
R : 20x/mnt.
S : 37,5 C
P : 95x/mnt.
2. BB : 86 kg
3. Tingkat orientasi

18
Tingkat orientasi Ny. J masih baik dibuktikan dengan mampu mengingat waktu dan tempat
pada saat pengkajian dilakukan, bisa mengingat hari dan bisa mengingat orang-orang yang
ada disekitarnya.
4. Memori
Ny. J mampu menginngat kejadian yang lalu yang pernah klien alami, klien juga mampu
mengingat kejadian 1 hari yang lalu yaitu ketika penulis menyajikan untuk melakukan
pengkajian pada klien.
5. Pola tidur
Ny. J mengatakan tidurnya kadang terganggu, klien kadang terbangun pada tengah malam
untuk BAK, dan setelah itu klien tidak dapat tidur lagi.
6. Penyesuaian psikososial
Ny. J bisa beradaptasi dengan masyarakat sekitar, tetapi jarang keluar rumah karena Ny.
J berjualan dirumah.

2. Pengkajian persistem
1. Sistem persyarafan
Raut wajah klien simetris, tingkat kesadaran tidak mengalami penurunan, begitupun dengan
daya ingat klien, pergerakkan bola mata normal, fungsi penglihatan menurun, tidak terdapat
katarak, pupil isokor, ketika dikaji untuk melihat klien hanya bias melihat dengan jelas kira-
kira jarak 1 meter tidak ada nyeri tekan ketika di palpasi, fungsi pendengaran mengalami
penurunan, tidak terdapat tinitus, tidak menggunakan alat bantu dengar, terdapat sedikit
serumen, tidak terdapat nyeri tekan.
2. Sistem kardiovaskuler
TD : 210/100 mmHg, P: 95x/menit, CRT : <3 detik, warna kulit sama dengan sekitar,
temperatur hangat, tidak terdapat peningkatan vena jugularis, tidak terdapat edema, klien
mengatakan kepalanya terasa pusing saat berdiri, setelah duduk lama.
3. Sistem pernafasan
R : 20x/menit, pernafasan reguler, pergerakan dada simetris antara kiri dan kanan, tidak
terdapat pernapasan cuping hidung, klien tidak mengeluh napasnya sesak.
4. Sistem gastrointestinal

19
Nafsu makan baik, klien mengatakan saat ini mempunyai makanan pantangan
seperti makanan yang manis dan kolesterol, ketika dikaji tidak terdapat anorexia, mual
ataupun muntah, proses mengunyah masih baik walaupun sebagian giginya tanggal, proses
menelan baik, bising usus baik, saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kolon, perut tidak
kembung, klien mengatakan BAB nya lancar.
5. Sistem genitourinaria
Frekuensi BAK Ny. J tidak tentu, warna kuning, bau urine khas, klien masih bisa menahan
BAK, tidak terdapat disuria, tidak terdapat kecacatan sosial yang mengarah ke aktifitas
seksual.
6. Sistem integumen
T : 37,5C, kulit lembab, tidak terdapat luka, turgor kulit tidak lagi elastis, tidak terdapat
jaringan parut, kuku terlihat agak tebal, keadaan rambut kepala menipis dan beruban hampir
seluruh permukaan rambut, kulit keriput.

7. Sistem muskuloskeletal
Ny. J mengatakan sendinya kadang mengalami kekakuan sendi, tidak mengalami kiposis,
lordosis, koliosis, pada tingkat mobilisasi klien kekuatan otot mengalami penurunan,
pergerakan sendi terbatas, tidak mengalami paralisis.
3. Pengkajian psikososial
Klien sadar akan kematian, klien mengatakan bahwa anaknya sering membantu dia dalam hal
apapun. Klien mengatakan anaknya sayang terhadap dirinya, klien mengatakan dirinya stres
bila anaknya mengalami masalah dan untuk menghadapi stresnya klien selalu berdoa dan
sholat agar masalah anaknya cepat selesai. Penyesuaian klien baik dengan anggota keluarga
yang lain ataupun anggota masyarakat yang lain, apabila klien mengalami kegagalan dalam
hidupnya klien mengatakan itu sebagai pelajaran dan klien mengambil hikmah dari kegagalan
tersebut, klien berharap agar anak-anaknya selalu dalam kondisi yang sehat, daya ingat klien
baik.
4. Pengkajian sosial ekonomi

20
Klien mengatakan kebutuhan hidupnya berasal dari sendiri dan anak-anaknya,klien tinggal
sendiri dirumah, klien tidak mengikuti organisasi sosial apapunsehubungan dengan
kondisinya saat ini, klien terlihat akrab dengan tetangga disekitar rumahnya.
5. Pengkajian spiritual
Klien selalu menjalankan sholat 5 waktu. Klien mengatakan selalu berdoa kepada Allah SWT
dan klien juga terlihat sabar dan tawakal.
B. Analisa Data
N Data Etiologi Problem
o
1 Ds : Kekakuan sendi Gangguan
- Klien mengeluh sendinya terasa kaku mobilisasi fisik
Do : Pergerakan terbatas

- Kekuatan otot menurun
Gangguan mobilitas
- Pergerakan sendi tampak terbatas fisik

2 Ds : Penurunan fungsi Gangguan pola tidur


- Klien mengeluh sering terbangun ginjal

pada malam hari untuk BAK
Kapasitas VU
- Klien mengatakan tidak bisa menurun
tidur setelah BAK
Frekuensi BAK
meningkat
Do :
- Ketika sedang pengkajian klien Peningkatan BAK
di malam hari
tampak sering ke kamar kecil

Gangguan pola tidur

21
3 Ds : Penurunan insulin
Gangguan Nutrisi
- Klien mengatakan badannya lemas tubuh

Do : Glukosa darah tidak
- BB menurun, sebelumnya BB : 95 kg dapat mengalir ke
saat menderita DM BB : 86 kg. jaringan

Glukosa otot
menurun

Stravasi (kelaparan
sel)

Pemecahan lemak
dan protein

Penurunan BB

Nutrisi tubuh tidak
adekuat

C. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan klien
mengeluh sendinya terasa kaku, kekuatan otot menurun, pergerakan sendi terbatas,

2. Gangguan pola tidur berhubungan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan klien
mengeluh sering terbangun pada malam hari untuk BAK, klien mengatakan tidak bisa tidur
setelah BAK.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan perubahan metabolisme


lemak dan protein akibat penurunan insulin ditandai dengan klien tampak lemas.

22
N Perencanaan
o
Tujuan Intervensi
1 Gangguan mobilitas fisik sehubungan Setelah dilakukan tindakan -kaji tingkat mobilitas
dengan kekakuan sendi ditandai dengan : keperawatan 3x24 jam fisik.
D. Intervensi
Ds : diharapkan gangguan mobilitas - anjurkan untuk ganti
- klien mengeluh sendinya terasa kaku fisik dapat teratasi. posisi setiap 2 jam
Do : Tupen : - lakukan latihan aktif
- kekuatan otot menurun Setelah dilakukan tindakan ex: pada waktu
pergerakan sendi tampak terbatas. keperawatan selama 1x24 jam istirahat/pada waktu-
gangguan mobilitas fisik dapat waktu tertentu
teratasi sebagian dengan
kriteria:
- klien dapat beraktifitas
- kekakuan sendi menurun

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan -kaji penyebab gangguan
penurunan fungsi ginjal ditandai dengan: keperawatan 3x24 jam pola tidur
Ds : diharapkan gangguan pola tidur - anjurkan untuk
- klien mengeluh sering terbangun dapat teratasi. membatasi pemasukan
pada malam hari untuk BAK Tupen : cairan ketika akan tidur
- klien mengatakan tidak bisa tidur Setelah dilakukan tindakan -anjurkan kepada klien
setelah BAK keperawatan selama 1x24 jam untuk BAK sebelum tidur
Do : gangguan pola tidur dapat
- ketika sedang pengkajian klien teratasi sebagian dengan
tampak sering ke belakang untuk BAK kriteria:
- wajah klien pucat - klien dapat mencukupi
waktu istirahat dan tidurnya

3 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan tindakan -Kaji penyebab BB


berhubungan dengan perubahan keperawatan 3x24 jam menurun.
metabolisme lemak, dan protein di tandai diharapkan -Berikan nutrisi yang
dengan : gangguanpemenuhan kebutuhan cukup
Do : nutrisi dapat teratasi. -Berikan therapy vitamin
- Klien mengatakan badannya lemas. Tupen : B complek
Ds : Setelah dilakukan tindakan
- BB menurun, sebelumnya BB : 95 kg keperawatan selama 1x24 jam

Anda mungkin juga menyukai