Prinsip dasar dari pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi di lahirkan,
melalui pelayanan kesehatan yang di berikan kepada ibu hamil. Berbagai bntukupaya
pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor faktor yang memperlemah kondisi seorang
ibu hamil perlu di prioritaskan, seperti gizi yang rendah , anemia dekatnya jarak antar kehamilan
dan buruknya hygiene. Disamping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang
memadai dan penanggulangan faktor faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi
: 1) perdarahan, 2 )hipertensi, 3) infeksi, 4) kelahiran preterm atau bayi berat lahir rendah, 5)
asfiksia, dan 6) hipotermia.
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki
menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
4. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi
ekstrimitas yang tiba tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk C
diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap
tergenggam
2. Melakukan penilaian
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap megap atau lemah maka segera lakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda benda tersebut
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan
yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda benda yang mempunyai
suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga
bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI
4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas.
7. Pencegahan infeksi
Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal
atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko
tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 1 mg IM.
Memberikan obat tetes atau salep mata
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan .Hasil yang diharapkan bayi sehat . Adapun
rencana tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Mengeringkan dan membungkus bayi
2. Menghisap lendir sesuai kondisi bayi
3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4. Kontak kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktasi.
5. Menilai apgar satu dan lima menit setelah lahir.
6. Observasi keadaan umum bayi.
3. Anencephalus
Anenchepalus adalah keadaan di mana bayi lahir tanpa tulang tengkorak bagian atas, yang
disertai tak sempurnanya pembentukan sebagian besar otak. Ini lantaran proses pembentukan
tabung saraf yang tak sempurna. Karena kecacatannya cukup berat, bayi tersebut tak akan
mampu bertahan hidup lebih lama, sehingga akan meninggal dunia segera setelah
dilahirkan.Angka kejadiannya cukup jarang, kurang lebih satu dari 1.000 kelahiran. Sampai saat
ini, penyebabnya yang pasti belum dapat ditemukan.Tapi kemungkinan besar terkait erat dengan
kelainan genetika atau kelainan kromosom.Dijumpai pula hubungan dengan kekurangan asupan
asam folat pada ibu hamil, sehingga penambahan asupan asam folat sejak hamil sangat
dianjurkan.Anenchepalus juga dapat timbul pada janin akibat ibu menderita diabetes
mellitus.Keadaan ini disebut embrio diabetik.Meski penyebabnya belum diketahui pasti, penting
untuk mengamati kondisi janin pada kehamilan berikutnya.Sebab, ada 5% kemungkinan kasus
anenchepalus berulang. Pengamatan dapat dilakukan dengan USG atau pemeriksaan kadar alfa-
fetoprotein (AFP) pada darah ibu atau cairan ketuban.
Penyebab bayi baru lahir lebih besar atau lebih kecil dari normal
1. Lebih besar dari normal
- Ibu menderita diabetes
- Ibu dengan kelebihan berat badan
- Bayi dengan kelainan jantung
- Keturunan
Insidens :
Sering ; kurang lebih 1 alam 600 kelahiran hidup. Lebih sering di Asia Timur
Penurunannya :
Familial; tidak ada pola Mendel sederhana. Mungkin diturunkan secara poligenik.
Etiologi :
Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
Faktor Herediter
Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
Manifestasi Klinik :
Palatoskizis
Gambaran klinis :
Palotoskizis selalu terjadi pada garis tengah. Jenis yang paling tidak kelihatan adalah skhisis
submukosa yang sering disertai dengan uvula yang terlbelah (bifida). Labio dan palatooskizis
dapat terjadi unilateral (Gbr. Labiopalatoskizis unilateral) atau bilateral (Gbr. Labioskizis
bilateral dengan palatoskizis)
- Distorsi pada hidung
- Adanya celah pada bibir
Labioskizis
- Adanya celah pada tekak (uvula), palatum durum dan palatum mole
Adanya rongga pada hidung sebagai celah pada langit-langit
- Distorsi hidung
Penatalaksanaan :
Pemberian makan melalui pipa atau sendok kadang kadang diperlukan
Pembedahan dilakukan sesegera mungkin setelh kelahiran
Perbaikan palatoskizis biasanya dilakukan kemudian, tetapi dalam tahun pertama kehidupan.
Jika deformitas awal sangat berat, mungkin diperlukan perbaikan sekunder pada bibir atau
hidung
Tergantung pada beratnya kecacatan
Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
Cegah terjadinya komplikasi
Dilakukan pembedahan
(nenatologi.1993:57)
2.Atresia Esophagus
Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial
dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif.
Insidens : deformias dan kompresi sering terjadi. Kebanyakannnya bersifat ringan dan
translen.
Gambaran klinis :
Pada presentasi abnormal, postur intra uterin sering dipertahankan selama beberapa hari
setelah kelahiran. Setelah presentasi muka atau dahi, bayi mungkin berbaring dengan kepala dan
leher dalam keadaan ekstensi dalam postur opistotonik. Setelah persalinan sungsang dengan
presentasi Breech, kepala tidak mengalami moulage seperti pada bayi setelah kelahiran dengan
presentasi belakang kepala. Tungkainya dipertahankan dalam posisi flleksi sendi panggul untuk
beberapa hari (Gbr. Posisi breech eksensi dan fleksi ) sering terjadi memar luas pada bagian
yang jadi presentasi kkelahiran, terutama pada resentasi abnormal. Memar menghilangkan secara
bertahap dalam beberapa hari, dan sering disertai dengan hiperbilirubinemia.
Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang
lahir prematur
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara lain :
-Hipersekresi cairan dari mulut
- Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
Penatalaksanaan :
Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan
terjadinya aspirasi
Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
Dilakukan tindakan pembedahan
Atresia Choana
Atresia choana suatu malformasi kongenital, tempat nares posterior terobstruksi oleh mukosa
atau lempengan tulang. Pada kasus bilateral, bayi tidak dapat bernapas melalui hidung dan
memperlihatkan tanda-tanda asfiksia dengan sianosis dan retraksi iga. Sianosis diperberat oleh
usaha pemberian makan. Diagnosis dikonfirmasikan oleh penemuan bahwa tidak mungkin
memasukkan kateter hidung.
Pelaksaanan
Bayi harus dirawat tengkurap dengan jalan udara oropharynx di tempat dan diberikan terapi
oksigen bila hipoksia menetap. Perawatan bedah harus disusun mendesak karena penuaan
pembukaan choana bisa berakibat fatal. (kapita selekta pediatri.1990:49)
4.Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi fungsional rectum atau
colon yang jarang terjadi, karena tidak adanya plexus nervorum myentericum kongenital. Daerah
yang terkena dikenal sebagai segmen aganglionik. pada sistem pencernaan yang disebabkan
oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya
ganglionik usus. (kapita selekta pediatri.1990:320)
Etiologi :
Disebabkan oleh tidak adanya peristaltis melalui daerah yang terkena. Kegagalan
pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus
Tanda :
Terdapat obstruksi rectum dengan distensi abdomen progesif dan muntah. Terkadang bisa
terjadi diare berdarah. Terdapat hiperperperistalsis di colon proksimal obstruksi, serta nekrosis
tekanan dapat menyebabkan perforasi dan peritonitis. Pemeriksaan rectum khas menunjukkan
rectum kosong yang kecil.(kapita selekta pediatri.1990:321)
Saat menggerakkan jari, mungkin terdapat penyembuhan sebagian obstruksi, karena
pengeluaran mekonium cair eksplosif yang bercampur dengan feses. Konstipasi/tidak bisa
BAB/diare, distensi abdomen, muntah,Dinding abdomen tipis.
Diagnosis :
Diagnosis dapat digambarkan oleh enema barium. Colon yang berdilatasi hebat berbeda dengan
rectum yang kecil. Biopsi rectum (full thickness) memperlihatkan tidak adanya sel ganglion
plexus nervorum myentericus pada daerah yang terkena. (kapita selekta pediatri.1990:321)
Penatalaksanaan :
Dengan cara terapi dapat konservatif pada kasus ringan. Enema saline berulang dapat
digunakan untuk membantu mengosongkan colon. Air ledeng tidak boleh digunakan karena
bahaya keracunan air. Parafin cair, zat pembasah seperti Dioctyl-Medo dan laksatif ringan seperti
krim magnesia dapat diberikan per oral. Sayangnya terapi konservatif dapat menyebabkan
sumbat feses, sehingga kolotomi proksimal mungkin diperlukan untuk menghilangkan obstruksi.
Terapi bedah ditujukan pada pembuangan segmen aganglionik sekitar umur 1 tahun. Persentase
kecil pasien bisa diharapkan mendapat kebocoran anus dan diare, tetapi ini akan membaik
dengan berjalannya waktu. Enterokolitis stafilokokus dapat menyebabkan diare sangat toksik
atau, sebagai akibat kerusakan otot, menyebabkan kekambuhan konstipasi yang nyata. Mungkin
diperlukan dekompresi anus atau bahkan colon. (kapita selekta pediatri.1990 :321-322)
5.Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan
fibrosis
Etiologi :
- Degenerasi sekunder
- Kelainan kongenital
Tanda dan Gejala :
- Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
- Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek
meningkat)
- Bilirubinuria
- Tinja berwarna seperti dempul
- Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
Pembedahan
6.Omfalokel (eksomfalus)
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
yang mudah terinfeksi. Omfalokel suatu cacat cincin umbilicus, tempat usus besar dan organ
abdomen lain dapat menonjol keluar disertai dengan kelainan kromosom (kapita selekta
pediatri.1990:50).
Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidak
mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk
memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya, cacat ini dapat ditutup dengan
bahan sintesis seperti Silastic, yang dapat digulung ke atas, sehingga usus dapat didorong masuk
secara bertahap ke dalam rongga abdomen dalam masa beberapa minggu. (kapita selekta
pediatri.1990:50)
Tanda dan Gejala
- Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
- Berat badan lahir > 2500 gr
Penatalaksanaan
- Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput
yang menutupi kantong
- Pembedahan
7.Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang diafragma.
Dispne progesif, sianosis, dan kesulitan bernafas mungkin disebabkan oleh lengkungan usus
yang memasuki dada. Kebanyakan kasus terjadi pada sisi kiri melalui foramen Bochdalek karena
ukuran hati pada sisi kanan menutupi caca yang cukup besar. Tetapi, masih mungkin sebagian
besar hati memasuki dada dan menyebabkan kesulitan.
(kapita selekta pediatri.1990:50-51)
Prognosis :
Mortilitasnya tinggi (kira kira 40%) walaupun operasi berhasil. Besarnya hipoplasia paru
paru menentukan kemungkinan hidup.
(Neonatologi :1993;109)
Diagnosis
Biasanya dibuat secara radiologi. Harus hati-hati agar jangan mengacaukan lengkung usus
dengan kista di dalam paru. Tetapi terdiri dari pembenahan dini, karena keadaan bayi dapat
berubah dramatis akibat menelan udara ataua makan. Sonde nasogatrik harus dipasang sebelum
pembedahan pada semua kasus. Seperti omfalokel, bisa sangat sulit mengembalikan lengkung
usus ke dalam rongga abdomen relatif kecil, yang tidak dapat diekspansikan, kecuali bila
diregangkan.(kapita selekta pediatri.1990:51)
Etiologi
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan minggu ke-8
Tanda dan Gejala
Bayi mengalami sesak napas
Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
Penatalaksanaan
Berikan diit RKTP
Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
Dilakukan tindakan pembedahan
Gambaran klinis :
Kebanyakan hernia diafragma besar dan menghasilkan simtom kardiorespiratorius segera setelah
lahir. Tanda dan gejala tergantung pada besarnya hernia dan apakah ada distress pernapasan,
sianosis, dekstrokardia, dan abdomen. Scaphoid dengan isi abdomen berkurang atau tidak
Penatalaksanaan:
Diagnosis dikonfirmasikan dengan foto toraks (CXR) . operasi perbaikan cacat diafragma dan
pengembalian isi abdomen, penting untuk segera dilakukan. Mungkin perlu dilakukan
dekompresi usus pra-operatif dengan menggunakan tuba nasogatrik dan ventlasi mekanis.
8.Atresia Duodeni
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang
menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara
ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Etiologi
Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
Tanda dan Gejala
Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
Ikterik
Penatalaksanaan
Pemberian terapi cairan intravena
Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
10.Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya Liquor
Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) juga
akibat dari terganggunya sirkulasi dan absorpsi CSS (cairan serebrospinal) atau akibat daria
meningkatnya produksi oleh papiloma fleksus koroid (ilmu kesehatan anak :2050)
Etiologi
Dapat terjadi sebagai suatu kelainan kongenital tunggal. Sering disebabkan oleh stenosis
akuaduktus, atau keadaan sekunder dari pendarahan intrafentrikular dan meningitis neonatus.
Sering ada hubungannya dengan defek tabung neural. (neonatologi.1993:55)serta Gangguan
sirkulasi LCS,Gangguan produksi LCS
11.Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal
yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas
akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi
Malformasi konginetal
Tanda dan Gejala
Gangguan proses berkemih
Penatalaksanaan
Dilakukan tindakan sirkumsisi
12.Hipospadia
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di bawah penis
Insidens :
Hipospadia glandularis sering (1 dari 350 bayi laki laki)
Gambaran klinis :
Orificium urethra terletak pada bidang ventral penis di sebelah proksimal orificium yang normal.
(Gbr. Hipospadia dengan orificium uretra pada batang penis), dengan derajat keparahan yang
bervariasidari orificium glandularis sampai ke sebelah skrotum arau perineum. Hipospodia
biasanya disertai dengan prepusium yang beratap (hooded) berlebihan (yang disebabkan oleh
gagalnya fusi kulit sebelah depan) dan kadang kadang disertai dengan lengkung ventral yang
disebut chordee (penis yang melengkung) (Gbr. Hipospadia dengan prepurium yang berbentuk
atap di sebelah dorsal)
Etiologi
Uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis
Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
Merupakan kelainan konginetal
Tanda dan Gejala
Penis agak bengkok
Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
Penatalaksanaan
Hipospadia glanduralis ringan tanpa chordee biasanya merupakan anomaly yang tidak berarti
dan tidak diperlukan tindakan pembedahan kecuali terdapat stenosis pada meatusnya.
perbaikan dengan tindakan bedah merupakan indikasi bila orificiumnya terletak proksimal
terhadap glan penis atau bila terdapat chordee. Keadaan ini hanya dapat ditentukan bila penis
bayi tersebut sedang mengalami ereksi.
Srkumsisi harus ditunda sampai pembedahan korektif telah dilakukan, sebab prepusium
mungkin saja uretroplasti. (neonatologi:1993;101)
Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat digunakan pada
tindakan neouretra.
Obstruksi Usus
Gambaran utama sumbatan usus pada neonatus adalah muntah dan distensi abdomen. Empedu
tampak pada muntahan bila obstruksi di distal ampulla Vateri. Kdang-kadang bisa dikeluarkan
sejumlah kecil mekonium berwarna terang. Obstruksi dapat lengkap atau tidak lengkap. Ia bisa
karena atresia atau stenosis usus atau mungkin ada kesalahan rotasi menyertai volvulus. Bayi
dengan atresia rectum mungkin tidak muntah selama 2 atau 3 hari. Tetapi tidak adanya
mekonium dan distensi abdomen yang agresif. Pada neonatus, obstruksi usus mungkin ditiru
infeksi umbilicus yang menghasilkan gambaran yang serupa dengan ileus paratikus. Inspeksi
umbilicus yang terinfeksi mengungkapkan diagnosis. Kesukaran tersembunyi lainnya dalah
adanya sumbat mekonium yang mengeras, yang dapat menyebabkan obstruksi. Biasanya dapat
disingkirkan hati-hati dengan bilas colon yang cermat. (kapita selekta pediatri.1990:50)
Moulage kepala
Gambaran klinis :
Elongasi dan penyempitan tengkorak (Gbr. Moulding dan kaput pada presentasi verteks) dengan
overlapping sutura kranialis terjadi sebagai bagian proses kelahiran yang normal pada
kebanyakan kelahiran per vagina.
Caput succedaneum
Gambaran klinis :
Edema subkutan dan memar pada bagian presentasi (Gbr. Memar wajah akibat presentasi wajah),
biasanya pada regio parietal atau oksipital kepala.
Sefalhematoma
Insidens :
Sering, tetapi lebih jarang daripada caput
Gambaran klinis :
Sefalhematoma terjadi dari pecahnya pembuluh darah kecil di posterium. Terdapat
pembengkakan lunak atau benjolan, sering kali ukuran dan bentuknya seperti bola pingpong,
dengan tepi yang diskret (Gbr. Pandangan lateral sefalhematom parietal dan sefalhematom
parietal). Sefalhematoma terjadi pada daerah presentasi di kepala, biasanya tulang parietal,
kadang kadang bilateral dan sering disertai caput. Sefalhematom tidak langsung terlihat, masih
memerlukan waktu agar rembesan darah dari pembuluh kecil cukup banyak untuk dapat terlihat,
caput dapat langsung terlihat setelah kelahiran. Pembengkakan tak pernah menyeberang sutira.
Deformitas postural
Insidens : deformitas postur dan kompresi sering terjadi. Kebanyakannya bersifat ringan dan
traserin.
Gambaran klinis :
Pada presentasi abnormal, postur intra uteri sering dipertahankan selama beberapa hari setelah
kelahiran.msetelah presentasi muka atau dahi, bayi mungkin berbaring dengan kepala dan leher
dalam keadaan ekstensi dalam postur opistotonik. Setelah persalinan sungsang dengan presentasi
Breech, kepala tidak mengalami moulage seperti pada bayi setelah kelahiran dengan presentasi
belakang kepala. Tungkainya dipertahankan dalam posisi fleksi sendi panggul untuk beberapa
hari (Gbr. Posisi Breech ekstensi dan posisi Breech fleksi). Pada banyak bayi normal, kaki sering
tertekuk menjadi talipes postural (Gbr. Talipes postural). Talipes postural dapat selalu idekorasi
sepenuhnya dengan manipuasi pasif dan pada keadaan ini terdapat batas gerakan kaki dan
pergerakan kaki yang luas. Sering terjadi memar luas pada bagian yang menjadi menjadi
presentasi kelahiran, terutama pada presentasi abnormal. Memar menghilang secara bertahap
dalam beberapa hari, dan sering disertai dengan hiperbilirubinemia.
Penatalaksanaan :
Tidak diperlukan penatalaksanaan khusus karena semuanya membaik secara spontan. Manipulasi
pasif atau bahkan pemasangan bidai kaki kadang kadang dapat dianjurkan untuk talipes
postural, tetapi tidak dapatkan bukti bahwa tindakan ini mempercepat penyembuhan normal.
(Neonatologi.1993:26)
Kelumpuhan fasial
Insidens :
Sering terjadi
Etiologi :
Kompresi nervus facialis karena saraf ini keluar dari kelenjar parotis , kadang kadang
kelumpuhan ini disebabkan oleh penekanan daun forseps, tetapi sering juga terjadi pada
persalinan normal.
Gambaran klinis :
Kelemahan otot otot wajah, biasanya unilateral (Gbr. Kelumpuhan fasial setelah presentasi
wajah) dapat menyebabkan mulut menggantung (Gbr. Kelumpuhan fasial mengenai bibir bawah)
dan kadang kadang mengiler. Terdapat kesukaran dalam pemberian makanan dan
ketidakmampuan menutup mata pada sisi yang terkena.
Prognosis :
Kebanyakan membaik secara spontan dalam beberapa hari atau minggu setelah kelahiran.
Erbs Palsy
Insidens : Jarang terjadi
Etiologi : peregangan atau robekan pleksus brakhialis atas biasanya disebabkan oleh traksi leher
selama persalinan sungsang atau dengan distosia bahu.
Gambaran klinis :
Lengan dan tangan yang terkena mengambil posisi tangan pelayan restoran (waiters tip
position) (Gbr.Erb palsy dengan lengan waiters tip position) kelemahan atau paralisis otot otot
abduksi pada bahu, dengan fleksi pada siku dan ekstensi dan supinasi pergelangan tangan.
Prognosis :
Kelemahan atau paralisis biasanya membaik secara spontan dalam waktu beberapa minggu atau
bulan, tetapi paralisis kadang kadang menjadi permanen, jika perbaikan memerlukan waktu
yang lama, fisioterapi pasif dan pembidaian pada malam hari akan mencegah kontraktur.
(Neonatologi.1993:27)
Manipulasi obstetrik
Insidens :
Manipulasi obstetrik sering menyebabkan trauma kulit. Dengan bekerja secara hati hati trauma
kulit dapat dibuat seminimum mungkin.
Gambaran klinis :
Penggunakan forseps sering menyebabkan insidentasi penekanan atau memar (Gbr.
Tanda bekas forseps) dan kadang kadang menyebabkan kelumpuhan fasial atau nekrosis lemak
subkutan. Kedua komplikasi ini dapat juga terjadi setelah persalinan per vaginam normal,
terutama setelah persalinan yang lama dengan penurunan bagian bawah anak yang lambat. Dapat
terjadi nekrosis lemak subkutan (Gbr. Daerah indurasi merah dari nekrosis lemak subkutaneus
pada paha) pada prominensia prominensia yang bertulang, tapi yang tersering adalah pada pipi.
Nekrosis ini biasanya terdapat sebagai daerah yang berindurasi dan kadang kang merah yang
dapat berkembang menjadi nekrosis dengan hilangnya lemak subkutan dan kadang kadang
terjadi kalsifikasi.
Pemecahan ketuban secara buatan, pengambilan contoh kulit kepala bayi dan elektroda
yang diletakkan di kulit kepala dapat menyebabkan luka irisan (luka akibat jepitan alat pemantau
jantung fetus). Harus dilakukan dengan tindakan yang hati hati sewaktu mengangkat klip kulit
kepala, sebab pelepasan yang tidak benar dapat menyebabkan inti kepala terangkat pula.
Vacum ekstrasi, dengan menggunakan suction pada kulit kepala untuk membantu
melahirkan sewaktu terdapat perlambatan kala dua persalinan, sering menimbulkan memar dan
kaput yang berbentuk chigon. Kadang kadang vacum ekstrasi menyebabkan lepuh yang lebih
serius abrasi atau laserasi kepala (Gbr.abrasi berat akibat ekstrasi vacum lama), atau kadang
kadang terjadi perdarahan subaponeurosis.
Makna :
Lesi lesi yang sering kali tidak penting, tetapi menjadi tempat infeksi.
d. Kejang
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah
lahir (Buku Kesehatan Anak).Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena
bentuknnya berbeda dengan anak maupun dewasahal ini disebabkan karena ketidakmatangan
organisasi korteks pada bayi baru lahir.Kejang umumnya tonik klonik jarang pada bayi baru
lahir.Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-
tiba menangis melengking.Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-edip
proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan.Oleh karena itu Manifestasi klinik yang
berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang
belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi
kejang (Pelayanan kesehatan maternal neonatal;2009).
Komplikasi perinatal
oHipoksi iskhemik ensefalopati .biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.
oTruma susunan syaraf pusat . dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong , ekstraksi cunam atau
ekstraksi vakum berat
oPendarahan intraknial
Kelainan metabolisme
oHipoglikemia
oHipokalsemia
oHipomagnesemia
oHiponatremia
oHipernatremia
oHiperbilirubinemia
oKetergantungan piridoksin
oKelainan metabolisme asam amino
Infeksi, yang dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH
Ketergantungan obat
Polisitemia
Penyebab yang tidak diketahui(3-25%)
Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak di insafi sebagaikejang.
Terbanyak di dapat pada neonatus berupa :
a. Deviasi horizontal bola mata
b. Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c. Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah, mengecap, dan menguap
d. Opnu berulang
e. Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal (miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke yang lain secara tidak teratur,
kadang-kadang kejang yang satu dengan yang lain dapat menyerupai kejang umum.
3. Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi kedua lengan menyerupai dekortikasi
4. Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus
5. Kejang umum
Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik.Sentakan yang dimulai dari salah satu kaki, tangan atau muka
(gerakan mata yang berputar-putar, menguap, mata berkedip-kedip, nistagmus, tangis dengan
nada tinggi).
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dapat dilakukan dengan urutan sebagai
berikut:
Anamnesa yang teliti tentang keluarga , riwayat kehamilan , riwayat persalinan dan kelahiran.
a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil
c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia
neontorum
f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah,
ekstremitas
i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal
l. Adanya faktor resiko infeksi
m. Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
o. Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang
2. Pemeriksaan fisik
a. Kejang
1) Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
2) Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip
berputar, juling
3) Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti
4) Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu tidak normal
b. Spasme
1) Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
2) Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali dipicu
oleh kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
3) Infeksi tali pusat
3. Pemeriksaan laboratorium
Punksi lumbal
Punsi subdural
Gula darah
Kadar kalsium (Ca)
Kadar magnesium
Kultur darah
TORCH
(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal; 2009)
Penangananya dengan menggunakan prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru
lahir sebagai berikut: Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang (Misal :
diazepam, fenobarbital, fenotin/dilantin)
1. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
2. Mencari faktor penyebab kejang ( perhatikan riwayat kehamilan , persalinan dankelahiran
kelainan fisik yang ditemukan , bentuk kejang dan hasil laboratorium
3. Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
Obat anti kejang yang banyak digunakan ialah:
1. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat
diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan
2. Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10
menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari
pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis
( pelayanan kesehatan maternal dan neonatal; 2009)
Penanganan kejang pada bayi baru lahir
a) Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu
dipertahankan 36,5oC - 37oC
b) Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut, hidung sampai
nasofaring
c) Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan
sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit
d) Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki, atau kepala.
Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes miletus dilakukan pemasangan infus
melalui vena umbilikostis
e) Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria IM setiap 2
menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal (fenobarbital 30 mg IM/IV)
f) Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g) Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari
h) Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang
a. Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
b. Apakah kemungkinan bayi prematur
c. Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
d. Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika
i) Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor
penyebab kejang, misalnya :
a. Darah tepi
b. Elektrolit darah
c. Gula darah
d. Kimia darah (kalsium, magnesium)
j) Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
k) Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
l) Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.
( pelayanan kesehatan maternal dan neonatal; 2009)
e. Hypotermi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 36`C atau kaki dan tangan teraba dingin
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009).Hipotermia adalah pengeluaran panas
akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas.(Fundamental Keperawatan. Jakarta: 2000). Hipotermia adalah suhu rektal
bayi dibawah 350C.(Perawatan Maternitas: 1999)
Etiologi hypotermi ialah:
Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
Permukaan tubuh bayi relatif luas.
Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat
namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Macam-macam Hipotermi
a. Hipotermia sepintas. Penurunan suhu tubuh rektum sebanyak 1C-20C sesudah lahir. Suhu tubuh
akan menjadi normal kembali sesudah berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-
baiknya, Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang
lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu
cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), pemberian morfin pada ibu yang sedang
bersalin.
b. Hipotermia akut Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang d ingin selama 6-12 jam. terdapat
pada bayi dengan BBLR diruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas,
kelalaian dari dokter, bidan dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam
kandungan akan tetapi ternyata lahir hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah,
pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera
memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan
dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
c. Hipotermia sekunder. Keadaan ini tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, akan
tetapi oleh beberapa penyebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernafasan dengan hipoksia
atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial, transfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat
dan bayi dengan BBLR dan hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya
misalnya dengan pemberian antibiotika, larutan glukosa, oksigen dan sebagainya. Pemeriksaan
suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat transfusi tukar harus dilakukan beberapa kali oleh
karena hipotermia harus diketahui secepat-cepatnya dan bila suhu sekitar 320C, transfusi tukar
harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan eksternal
lebih dingin daripada lingkungan di dalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan
berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang, cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi. konveksi,
radiasi, dan evaporasi.
4. Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam huhungannya dengan
asidosis metabolik dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat
Tanda Dan Gejala dari hypotermia bayi baru lahir ialah:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus, tidak kuat
menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah.
3. Timbul skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan
lengan.
4. Muka bayi berwarna pucat.
5. Hipotermia dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir
dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
( maternal dan neonatal;2009)
Tanda-tanda Hipotermia Sedang (Stress Dingin)
1. Aktivitas berkurang, letargis
2. Tangisan lemah.
3. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata).
4. Kemampuan menghisap lemah.
5. Kaki teraba dingin(maternal dan neonatal; 2009).
Tanda-tanda Hipotermia Berat (Cedera Dingin)
1. Sama dengan hipotermia sedang.
2. Bibir dan kuku kebiruan.
3. Pernafasan lambat.
4. Pernafasan tidak teratur.
5. Bunyi jantung lambat.
6. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic(maternal dan neonatal;
2009).
Mekanisme Kehilangan Panas :
1. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir karena bayi tidak
cepat dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan
2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi
3. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh bayi.
4. Konveksi yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi. Missal: bayi
diletakkan dekat, pintu / jendela terbuka.( maternal dan neonatal)
Pencegahan Hipotermi
1. Ibu melahirkan bayi diruangan yang hangat.
2. Segera mengeringkan tubuh bayi baru lahir.
3. Segera letakkan bayi di dada ibu, kontak langsung kulit dan bayi
4. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh stabil.
Tindakan Pada Hipotermiaiaah dengan menyegerakan untuk menghangatkan bayi apabila
tersedia alat yang canggih seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.Cara
lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia :
a.Hipotermia sedang
Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih, dan hangat
Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi tubuh bayi menjadi hangat
Cegah bayi kehilangan panas.
Beri ASI sedini mungkin,
Setelah tubuh bayi menjadi hangat, nasehati ibu cara merawat bayi di rumah
Pencegahan hipotermia.
Menyusui secara eksklusif.
Pencegahan infeksi.
Anjurkan ibu kontrol bayinva setalah 2 hari.
b. Hipotermia berat
Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat.
Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila perlu ibu dan bayi berada dalam satu
selimut / kain hangat yang disertai terlebih dahulu.
Bila selimut mulai dingin segera ganti dengan yang hangat.
Cegah bayi kehilangan panas dengan:Memberi tutup kepala / topi bayi, Mengganti kain /
pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat.
Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
Segera rujuk ke rumah sakit terdekat.( maternal dan neonatal; 2009).
f. Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ke tidak kemampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.Hipertermia adalah suatu
peningkatan suhu dalam tubuh disebabkan oleh suatu gangguan dalam mekanisme pengatur
panas.
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan:
Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan dengan trauma lahir dan
obat-obatan
Infeksi oleh bacteria, virus atau protozoa.
Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat peningkatan produksi panas
dan penurunan kehilangan panas pada suhu febris.
Latihan / gerakan yang berlebihan.
Gejala Minis
Suhu bayi normal
Febris : 37,3 38C
Hipertermia : 39 40o C
Frekuensi pernafasan bayi agak cepat > 60 x 1 menit.
Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badati menurun turgar kulit kurang banyaknya air kemih
berkurang.Penanganan Hipermia Bayi Baru LahirBayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk
dengan suhu kamar seputar 26C- 28C.Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi
normal (jangan menggunakan es atau alcohol), Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara
intravena dehidrasi teratasi, Antibiotic diberikan apabila ada infeksi.
g.Tetanus neonatorum
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab
kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi
disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat
atau perawatan tidak aseptic (ilmu kesehatan anak, 1985).
Penyebabnya adalah hasil clostridium tetani (Kapitaselekta,2000). bersifat anaerob, berbentuk
spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan
sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Gejala Klinisnya Masa tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika
infeksinya ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin
bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya
trismus (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis sangat
spesifik yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3. Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
4. Kaku kuduk sampai opistotonus
5. Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.
6. Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardonikus
7. Ekstermitas biasanya terulur dan kaku
8. Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis lemah.(modul
10 bayi baru lahir, 1994)
Pencegahan yang dilakukkan ialah dengan Pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x
berturut-turut pada trimester ke-3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus
neonatorum.Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat
selanjutnya.
Penatalaksanaan yang di lakukan pada bayi tersebut dengan cara :
1. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
2. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang
3. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka
4. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus
kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh
kebelakang menutupi saluran pernafasan.
5. Ruangan dan lingkungan harus tenang
6. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan
pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau smenyusui).
7. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
8. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke
RS.(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2009).
F. Kegawatdaruratan pada Neonatus
1. Faktor Kehamilan
Kehamilan kurang bulan
Kehamilan dengan penyakit DM
Kehamilan dengn gawat janin
Kehamilan dengan penyakit kronis ibu
Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
Kehamilan lebih bulan
Infertilitas
DAFTAR PUSTAKA
Catzel Pincus, Roberts Ian . 1990 . Kapita Selekta Pediatri . Jakarta: EGC
D. Harvey / R. Thomas . 1993. Atlas bantu Neonatologi . Jakarta : Hipokrates
Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak. Jakarta
Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Pelayanan kesehatan meternal an neonatal. Jakarta: YBP
Sarwono Prawirohardjo,. 2009. Pelajaran kesehtan maternal dan neonata. Jakarrta. PT. Bina
Pustaka ; hal : 132 139.
Staf pengajar IKA FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta bagian IKA FKUI