OLEH:
UMI NADZIROH
142311101166
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 1. (A) tampak dari sisi kanan aliran darah yang menuju ke otak: arteri
karotis interna dan sistem vertebra basilaris. (B) Arteri dalam otak
dilihat dari sisi inferior menggambarkan distribusi arteri ke dalam otak
1. Perkembangan Otak
Bagian cranial pada tabung saraf membentuk tiga
pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk
membentuk otak: otak depan, otak tengah dan otak
belakang.
a) Otak depan (proensefalon), terbagi menjadi dua
subdivisi : telensefalon dan diensefalon. Telensefalon
merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan
basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-
abu) pada serebrum. Diensefalon menjadi thalamus,
hipotalamus dan epitalamu
b) Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada
orang dewasa disebut otak tengah.
c) Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua
subdivisi : metensefalon dan mielensefalon.
Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons)
dan serebelum. Mielensefalon menjadi medulla
oblongata.
2. Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga
lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan
meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan
durameter.
a. Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan
tipis, serta melekat erat pada otak.
b. Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia
meter dan mengandung sedikit pembuluh darah.
Ruang araknoid memisahkan lapisan araknoid dari
piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis,
pembuluh darah serta jaringan penghubung serta
selaput yang mempertahankan posisi araknoid
terhadap piameter di bawahnya.
c. Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal
dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya
terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa
sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter
melekat di permukaan dalam kranium dan berperan
sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak.
Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam
sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di
arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks
serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma.
Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid
pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang
epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar
dan lapisan meningeal dalam pada durameter di
regia medulla spinalis.
3. Cairan Cerebrospinalis
Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di
sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi
ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis menyerupai
plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak
mengandung protein. Cairan serebrospinalis dihasilkan
oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal
yang mengitari pembuluh darah serebral dan melapisi
kanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan
cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk
pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis, juga
berperan sebagai media pertukaran nutrient dan zat
buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
4. Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang
membentuk bagian terbesar otak.
a. Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut
saraf.
b. Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam
hemisfer serebral.
c. Korpus kolosum yang terdiri dari serabut
termielinisasi menyatukan kedua hemisfer.
d. Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura
dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal,
oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai
tempat tulangnya berada.
e. Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi
hemisfer kiri dan kanan.
f. Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari
serebelum.
g. Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan lobus
frontal dari lobus parietal.
h. Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus
frontal dan temporal.
i. Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal
dan oksipital.
j. Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki
semacam konvolusi yang disebut girus.
5. Area Fungsional Korteks Serebri
a. Area motorik primer pada korteks
b. Area primer terdapat dalam girus presentral. Disini
neuron mengendalikan kontraksi volunteer otot
rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi
anterior girus presentral. Neuron mengendalikan
aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti
mengetik. Area broca terletak di sisi anterior area
premotorik pada tepi bawahnya.
c. Area sensorik korteks
Terdiri dari area sensorik primer, area visual primer,
area auditori primer. Area olfaktori primer dan area
pengecap primer (gustatory).
d. Area asosiasitraktus serebral
Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi somatic,
area asosiasi visual, area wicara Wernicke.
e. Ganglia basal adalah kepulauan substansi abu-abu
yang terletak jauh di dalam substansi putih
serebrum.
6. Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta
tersembunyi di balik hemisfer serebral, kecuali pada sisi
basal.
a. Talamus
Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 cm dan
panjang 3 cm) substansi abu-abu yang sebagian
tertutup substansi putih. Masing-masing massa
menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding
ventrikel ketiga.
b. Hipotalamus
Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk
dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel
ketiga. Hipotalamus berperan penting dalam
pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi
vegetatif penting untuk kehidupan, seperti
pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu
tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran
pencernaan dan aktivitas seksual. Hipotalamus juga
berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti
kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan.
Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur
pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise
sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin.
c. Epitalamus
Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu
massa berukuran kecil, badan pineal yang mungkin
memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung
posterior epitalamus.
7. Sistim Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan
diensefalon yang terlibat dalam aktivitas emosional dan
terutama aktivitas perilaku tak sadar. Girus singulum,
girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian
sistem limbic dalam korteks serebral.
8. Otak Tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang
menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum
dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat
refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata
disebut sebagai batang otak.
9. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons
menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai
bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi
terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan
kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII
terletak dalam pons, yang juga menerima informasi dari
saraf cranial VIII.
10. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian
terbesar kedua otak. Terdiri dari bagian sentral
terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer
serebelar. Serebelum bertanggung jawab untuk
mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan
otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa
gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP
berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan
tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk
mempertahankan postur.
Derajat kesadaran :
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi
secara motorik / verbal kemudian terlena lagi. Gelisah atau
tenang.
Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap
rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan
penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada
satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan
kepala.
Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan
kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri tusukan).
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.
Kualitas kesadaran :
Compos mentis : bereaksi secara adekuat.
Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu
waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung
mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan
waktu.
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak
sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan
hampa
Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium
baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat
mencium sama sekali disebut anosmi.
2. Pemeriksaan N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan
pada visus disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf.
b. Mempelajari lapangan pandangan
c. Memeriksa keadaan papil optik
Cara Pemeriksaan :
Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan
pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan
pemeriksaan nervus II , yaitu :
a. Ketajaman penglihatan
b. Lapangan pandangan
Bila ditemukan kelainan, dilakuakn pemeriksaan yang lebih teliti. Perlu
dilakukan pemeriksaan oftalmoskopik.
Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan
1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa yang normal.
2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding
dan ditanyakan pukul berapa.
3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku.
4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap
normal.
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan
visus dengan menggunakan gambar snellen
6. Pemeriksaan snellen chart
a. Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6
b. Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.
c. Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka
ketajaman penglihatannya norma (6/6)
d. Bila tidak normal :
a) Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m,
pasien hanya dapat memaca pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat
melihat melalui lubang kecil (kertas yang berluang, lubang peniti),
huruf bertambah jelas, maka pasien mengalami kelainan refraksi.
b) 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya
gerakan atau tidak
c) 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang
Pemeriksaan Lapangan Pandangan :
Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang
dianggap normal., dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder.1. Pasien
disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1
m.
a. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup,
misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata
kanannya.
b. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa
harus selalu melihat mata kanan pasien.
c. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan
antara pemeriksa dan pasien.
d. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam
e. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu
dan dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya
f. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih
dahulu melihat gerakan tersebut.
g. Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.
3. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi
a. Bentuk dan ukuran pupil
b. Perbandingan pupil kanan dan kiri
Perbedaan pupil sebesar 1mm masih dianggap normal
c. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
1) Refleks cahaya langsung (bersama N. II
2) Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)
3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot
rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut
konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil
akan mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh
memandang jauh dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan
pada jarak 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi
pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 :Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan
gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Rombergs test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks fisiologis
Reflek Tehnik pemeriksaan hasil
fisiologis
Refleks Cara : goresan dinding perut Respon :
dinding perut : daerah epigastrik, supra kontraksi
umbilikal, umbilikal, intra dinding perut
umbilikal dari lateral ke
medial
6. Refleks patologis
Reflek Tehnik pemerikaan hassil
patologis
Hoffmann Tangan pasein ditumpu oleh Reflek positif
Tromer tangan pemeriksa. Kemudian jika terjadi
ujung jari tangan pemeriksa fleksi jari yang
yang lain disentilkan ke ujung lain dan
jari tengah tangan penderita. adduksi ibu jari
3. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang mempunyai serangan
mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
cardiovascular disease (CVD) yang menyebabkan kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008). Mekanisme
vaskular yang menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan
sebagai: stroke non hemoragik terdiri atas emboli dan trombosis
dan stroke hemoragik (Ginsberg, 2008). Stroke non hemoragik
adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang menyebabkan kematian
sel-sel otak yang tidak dapat pulih, yang disebut infark otak.
Penyebab stroke iskemik yaitu adanya endapan lemak dan
kolesterol atau atherosclerosis/plaque. Pembentukan plak yang
menyebabkan stroke iskemik berada dalam dinding pembuluh
darah arteri di leher dan kepala (Soeharto, 2004). Stroke iskemik
dapat dibedakan menjadi trombotik dan embolik.
Stroke non hemoragik trombotik adalah stroke yang
disebabkan trombosis pada pembuluh darah otak (trombosis of
cerebral vessels) (Batticaca, 2008). Darah yang menggumpal
(clotting) di dalam pembuluh arteri di otak dapat menyebabkan
stroke trombolik (Soeharto, 2004). Stroke trombotik yaitu stroke
yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh
darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran
darah ini menyebabkan iskemia.
Trombus adalah pembentukan bekuan platelet atau fibrin di
dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh vena atau arteri
dan menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan lokal.Trombus
ini bisa terlepas dari dinding pembuluh darah dan disebut
tromboemboli. Trombosis dan tromboemboli memegang peranan
penting dalam patogenesis stroke iskemik. Lokasi trombosis
sangat menentukan jenis gangguan yang ditimbulkannya,
misalnya trombosis arteri dapat mengakibatkan infark jantung,
stroke, maupun claudicatio intermitten, sedangkan trombosis
vena dapat menyebabkan emboli paru (Guyton, 2006). Trombosis
merupakan hasil perubahan dari satu atau lebih komponen
utama hemostasis yang meliputi faktor koagulasi, protein
plasma, aliran darah, permukaan vaskuler, dan konstituen
seluler, terutama platelet dan sel endotel. Trombosis arteri
merupakan komplikasi dari aterosklerosis yang terjadi karena
adanya plak aterosklerosis yang pecah.
5. Etiologi
Trombosis arteri pada SSP dapat disebabkan oleh satu atau
lebih dari trias Virchow (Ginsberg, 2008):
1. Abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit
degeratif, dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma
(diseksi). Trombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
2. Abnormalitas darah, misalnya polisitemia
3. Gangguan aliran darah
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan
pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada
pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat
aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah
yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL).
Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena
aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait
dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
Kemungkinan berkembangnya penyakit degeratif arteri
yang signifikan meningkat pada beberapa faktor resiko vaskular,
yaitu umur, riwayat penyakit vaskular dalam keluarga, hipertensi,
diabetes melitus, merokok, hiperkolesterolemia, alkohol,
kontrasepsi oral, dan fibrinogen plasma (Ginsberg, 2008).
H. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif (Brunner & Suddarth, 2001) meliputi:
1. Diuretika: untuk menurunkan edema serebral, yang
mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
serebral.
2. Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan
embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
3. Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
Pengobatan pembedahan tujuan utama adalah memperbaiki
aliran darah serebral (Muttaqin, 2008):
1. Endosteroktomi karotis (lihat pada gambar 2.7)membentuk
kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis
di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan
pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien
TIA
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk stroke non
hemoragik trombotik (Batticaca, 2008), yaitu:
a. Angiografi serebral untuk membantu menentukan penyebab
stroke secara spesifik misalnya sumbatan arteri
b. Scan tomografi komputer (Computer Tomography scan-CT
scan) untuk mengetahui adanya tekanan normal dan adanya
trombosis, dan tekanan intrakranial. Kadar protein total
meingkat, beberapa kasus trombosis disertai proses
inflamasi.
g.
h. Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menunjukkan
daerah infark
i. Ultrasonografi doppler (USG doppler) untuk mengidentifikasi
penyakit arteriovena (masalah sistem srteri karotis (aliran
darah atau timbulnya plak) dan arterosklerosis)
j. Elektroensefalogram (EEG) untuk mengidentifikasi masalah
pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik
k. Sinar tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pienal daerah yang berlawanan dari massa yang
meluas dan kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis
serebral
Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa gas darah (AGD)
f. Biokimia darah
g. Elektrolit
J. Pencegahan stroke non hemoragik trombotik
Pencegahan stroke non hemoragik trombotik (Batticaca,
2008), yaitu:
1. Hindari merokok, kopi dan alkohol
2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal
(cegah
3. kegemukan)
4. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi
5. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian,
alpukat, keju, dan lainnya)
6. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan
buah dan sayuran)
7. Olahraga teratur
Penanganan dan perawatan stroke non hemoragik trombotik
dirumah Batticaca, 2008), yaitu:
a. Berobat secara teratur ke dokter
b. Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah
dosis obat tanpa petunjuk dokter
c. Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk
memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh
d. Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah
e. Bantu kebutuhan klien
f. Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik
g. Periksa tekanan darah secara teratur
h. Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul
tanda dan gejala stroke non hemoragik trombotik
K. Komplikasi
Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi
dengan hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian lebih awal (Ginsberg, 2008), yaitu:
1. Pneumonia, septikemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi
saluran kemih)
2. Trombosis vena dalam
3. Infark miokard, aritmia janting, dan gagal jantung
4. Ketidaksimbangan cairan
Sekitar 10% pasien dengan infark serebri meninggal pada
30 hari pertama. Hingga 50% pasien bertahan akan
membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Faktor yang mempunyai kontribusi pada disabilitas jangka
panjang, meliputi (Ginsberg, 2008):
a. Ulkus dekubitus
b. Epilepsi
c. Jatuh berulang dan fraktur
d. Spastisitas dengan nyeri, kontraktur dan kekakuan sendi
bahu
e. Depresi
L. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
Pengkajian fokus:
1. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat
kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah
lelah, dan susah tidur
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia,
CHF, polisitemia dan hipertensi arterial
3. Integritas ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan
untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK, misalnya
inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih,
distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi,
tenggorokan, dysfagia
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid,
dan intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan,
gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang
berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada
sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang
pada otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Suara nafas, whezing, ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injuri.
Perubahan persepsi dan orientasi tidak mampu menelan
sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara dan ketidakmampuan
berkomunikasi
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau
riwayat operasi.
2. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola
mata (nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus
IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kolateral
(nervus VI).
3. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfaktorius (nervus I).
4. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
vagus, adanya kesulitan dalam menelan.
5. Dada
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan
- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup
- Auskultasi :Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,
suara jantung I dan II mur-mur atau gallop
6. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak
ada
- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah
- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut
tidak ada
7. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke non hemoragik biasnya ditemukan
hemiplegi atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan
perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal
M. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan aliran darah ke otak terhambat
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas karena reflek mengunyah menurun
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan kemampuan otot
mengunyah/menelan
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
penurunan daya penglihatan, penurunan lapang pandang,
daya penciuman menurun , pengdengaran dan
keseimbangan menurun
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
pusat gerakan motorik dilobus frontali
6. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan daya
penglihatan
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring lama akibat kerusakan pusat gerakan motorik
dilobus frontali
8. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler dan tirah baring
lama akibat kerusakan pusat gerakan motorik dilobus
frontali