Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG GELATIK RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :

BELLA AYUNDA RAHMAWATI


P27820114008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Perilakukekerasanmerupakansuatubentukekspresikemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan atau
mencederai diri sendiri, orang lain, bahkan merusak lingkungan (Prabowo, 2014)
2. Rentang Respon
a. Respon marah yang adaptif meliputi :
1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini
biasanya akan memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
menemukan alternatif lain.
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih
terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
3. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
faktorpredisposisi
a. Psikologis, kegagalan yang dialamidapatmenimbulkanfrustasi yang kemudian
dapat menimbulkan agresif atau amuk.
b. Perilaku, rein forcement yang diperoleh pada saat melukakan kekerasan, sering
melihat tindakan perilaku kekerasan dirumah atau diluar rumah.
c. Social budaya, control social yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive)
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidak seimbangan neuro transmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
Faktorpresipitasi
Dapatbersumberdaripasien, lingkunganatauinteraksidngan orang lain. Kondisi klien
seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan
factor penyebab yang lain.Interaksi yang profokatif dan konflik dapat memicu
perilaku kekerasan.
4. TandadanGejala
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
f. Memukul jika tidak senang
Tandadangejala yang lain adalah :
- Motor agitasi
Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang,
pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
- Verbal
Member kata-kata ancaman melukai, disertai dengan melukai pada tingka tringan,
bicara keras, nada suara tinggi, berdebat.
- Efek
Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek labik, mudah tersinggung
- Tingkat kesadaran
Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat menurun.
5. Akibat
Akibatnya pasien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain, dan lingukungan.Resiko mecederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain, dan
lingkungan.
6. Mekanismekoping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik,
misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya
c) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai
perang-perangan dengan temanya.
7. Sumberkoping
- Aset ekonomidanSumber sosial
- Kemampuan dan keahlian
- Tehnik defensif
- Motivasi
- Kesehatan dan energi
- Kepercayaan
- Kemampuan memecahkan masalah
- Kemampuan sosial
- Sumber sosial dan material
- Pengetahuan
- Stabilitas budaya
C. 1. POHON MASALAH

Resiko menciderai diri sendiri, Orang lain atau lingkungan. (akibat)

Perilaku kekerasan (care problem)

Mekanisme koping individu in efektif (sebab)

2.MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Masalah keperawatan

1) Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan


2) Perilaku kekerasan
b. Data yang perludikaji
1) Resiko menciderai diri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
DataSubyektif :

- Klienmengatakanbenciataukesalpadaseseorang.
- Kliensukamembentakdanmenyerang orang yang
mengusiknyajikasedangkesalataumarah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresimarahsaatmembicarakan orang, pandangantajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
2) Perilaku kekerasan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko menciderai ndiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku kekerasan.
2) Perilaku kekerasan b.d Mekanisme koping individu in efektif.
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa1 :Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
a) Klien mau menjawab salam
b) Klien mau menjabat tangan
c) Klien mau menyabutkan nama
d) Klien mau tersenyum
e) Ada kontak mata
f) Mau mengetahui nama perawat
g) Mau menyediakan waktu untuk kontak

Intervensi :
1. Memberi salam atau panggil nama klien
2. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
3. Jelaskan tujuan interaksi
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri sikap aman dan empati
6. Lakukan kontrak singkat tapi sering

TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang
lain dan lingkungan.

Intervensi :
1. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
2. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
3. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.

Intervensi :
1. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
2. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
3. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.

Intervensi :
1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.


Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
1. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
3. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Intervensi :
1. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur
atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel
(saya kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi
keinginan saya).
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan
asertif.
d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta
pada Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau
kejengkelan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.


Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
3. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau
marah.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St Louis Mosby Year
Book. 2001
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D.
Jakarta: EGC. Jakarta. 1998.

Anda mungkin juga menyukai