Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara


sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh
adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 2005).

Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan


perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang
berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2. ETIOLOGI

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk


tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan
elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia,
overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang
merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

1
a) Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan subaraknoid, subdural, atau
intra ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : Disgenesis korteks serebri, sindrom
zelluarge, Sindrom Smith Lemli Opitz.
b) Ekstra kranial
Gangguan metabolic : Hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomognesemia, gangguan elektrolit
(Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus
obat.
Kelainan yang diturunkan : Gangguan metabolisme asam amino,
ketergantungan dan kekurangan produksi
kernikterus.
c) Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fit)

Selain penyebab di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi etiologi

kejang demam ialah umur, kenaikan suhu tubuh, faktor genetik dan gangguan

sistem saraf pusat sebelum dan sesudah lahir.

Kenaikan suhu tubuh biasanya berhubungan dengan penyakit saluran

nafas bagian atas, radang telinga tengah, radang paru, gastroenteritis dan

infeksi saluran kencing, kejang dapat pula terjadi pada bayi mengalami

kenaikan suhu sesudah vaksinasi terutama vaksinasi terhadap bentuk rejan.

Kadang-kadang juga terjadi setelah vaksinasi tampak akan tetapi angka

kejadian kejang demam pasca vaksinasi tampak lebih kecil (1,9%) bila

2
dibandingkan dengan angkat kejadian bila menderita penyakitnya sendiri

(7,7%).(Arif Mansjoer, dkk 2000)

3. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan


energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan
perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system
kardiovaskuler.

Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi
oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan
permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+


rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat
perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan


konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan
orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion
K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.

3
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai


apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
(Riyadi dan Sujono, 2009)

4
4. PATHWAY

5
5. KLASIFIKASI KEJANG

Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan


dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik,
kejang tonik dan kejang mioklonik.
a) Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi
dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang
tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi
selaput otak atau kernikterus.

b) Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan


pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik,
tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.

c) Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi


lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.

6
Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda
kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada
kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
(Arif Mansjoer, dkk 2000)

6.MANIFESTASI KLINIK

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang

disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat; misalnya tonsilitis, otitis

media akut, bronkitis, furunkulasis, dan lain-lain. Umumnya kejang demam

berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun

untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun

dan sadar kembali tanpa adanya saraf.

Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone

(dimodifikasi oleh sub bagian anak FKUI-RSCM Jakarta) :

1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

2) Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

3) Kejang bersifat umum.

4) Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.

6) Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan,oleh karena kenaikan suhu tubuh sendiri

dapat menimbulkan kelainan yang tidak spesifik pada gambaran EEG,

yang dapat menetap hingga lebih kurang 1 minggu sesudahnya.

7) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

7
Selain hal diatas,manifestasi klinis kejang berdasarkan jenis nya yaitu :
1) Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
- Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
- Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
- Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
- Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b. Kejang parsial kompleks


- Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
- Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
- Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2) Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )


a. Kejang absens
- Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
- Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
- Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

8
- Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
- Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
- Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok
- Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

c. Kejang tonik klonik


- Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
- Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
- Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
- Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik
- Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
- Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
(Riyadi dan Sujono, 2009)

6. KOMPLIKASI

1) Aspirasi
2) Asfiksia
3) Retardasi mental
(Arif Mansjoer, dkk 2000)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
1) Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis
dan fokus dari kejang.

9
2) Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak

5) Uji laboratorium
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
(Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002)

8. PENATALAKSANAAN

1) Memberantas kejang Secepat mungkin


Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam
keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang
diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena.
Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3
dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang
akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena.

10
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya
pengobatan penunjang
- Semua pakaian ketat dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
- Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen,
bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
- Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3) Pengobatan rumat
- Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai
kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana
yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
- Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Kejang demam yang mempunyai ciri :
a) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau
diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
c) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan

4) Mencari dan mengobati penyebab


Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang

diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas

dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk

mengobati penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang

datang untuk pertama kali sebaiknya dilakukan fungsi lumbal untuk

11
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi di dalam otak misalnya

meningitis. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih

intensif seperti pungsi lumbal, darah lengkap, gula darah,

kalium,magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto

tengkorak, EEG, ensefalografi dan lain-lain.

(Herdman, T. Heather. 2012)

12

Anda mungkin juga menyukai