PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu inti dari ilmu keperawatan ialah pemberian asuhan keperawatan
yang bersifat holistic, dimana pasien bukan hanya individu yang mengalami suatu
penyakit, tapi juga termasuk orang yang sehat, serta orang yang berada dalam
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini yang menjadi objek pemberian asuhan
terpenting yang terkait dengan lingkungan sekitar adalah keluarga. Karena di
sinilah awal mulainya kehidupan masing-masing individu, sehingga untuk
mampu menciptakan individu sehat dapat dimulai melalui keluarganya.
Keluarga juga dikenal sebagai unit terkecil dari masyarakat penerima asuhan
keperawatan. Ia merupakan bagian transisi antara kehidupan individu dengan
masyarakat, sehingga memiliki sifat unik yang membutuhkan asuhan khusus dari
perawat.
Pada dasarnya keperawatan keluarga merupakan bidang kekhususan
spesialisasi yang terdiri dari ketrampilan berbagai bidang keperawatan. Praktik
keperawatan keluarga didefinisikan sebagai pemberian perawatan yang
menggunakan prosess keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya
dalam situasi sehat dan sakit. Sehingga keperawatan keluarga sangatlah penting
demi terciptanya kehidupan sehat, aman dan nyaman.
Meskipun sangat penting dalam kehidupan pemberian asuhan kepada keluarga
saat ini belum bisa dikaatakan maju dan berhasil, karena terdapat berbagai
permasalahan Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang
meskipun telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum
disosialisaikan secara umum, selain itu pengetahuan spesifik terkait keperawatan
keluarga belum dimiliki oleh seluruh perawat, sehingga perlu adanya pembekalan
yang lebih dari segi keilmuan.
Salah satu hal yang harus mampu dipahami dalam keperawatan keluarga
adalah konsep, karena inilah acuan atau rujukan dalam penerapan asuhan kepada
keluarga. Kita harus mampu mengenal lebih jauh tentang esensi dasar keluarga,
1
salah satu yang penting untuk dipahami adalah struktur keluarga. Struktur
keluarga ini menentukan fungsi keluaraga dalam kehidupan sehingga tentu
dengan memahami secara jelas terkait struktur dalam keluarga kita dapat
memahami fungsi-fungsi yang dijalankan keluarga, serta bagian-bagian dan pola
dalam keluarga yang sangat diperlukan dalam berbagai pendekatan untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui maksud dari struktur keluarga.
b. Mengetahui macam atau jenis struktur keluarga.
c. Mengetahui cirri dari struktur keluarga.
d. Mengetahui elemen elemen dimensi dari struktur keluarga.
e. Fungsi nilai keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut KBBI struktur diartikan sebagai :1 cara sesuatu disusun atau
dibangun; susunan; bangunan; 2 yg disusun dng pola tertentu; 3 pengaturan unsur
atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur dari suatu benda;
Sementara keluaraga didefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu
rumah tangga yang saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Jadi struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun di
dalam keluarga. Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Ia memiliki keterkaitan yang
erat dengan fungsi keluaraga. Selain itu adanya struktur dalam keluarga juga
menyatakan cara-cara yang digunakan untuk menata unit-unit di dalam keluarga.
Struktur keluarga adalah bagaimana keluarga mampu memenuhi fungsi-fungsi
keluaraga. Hal ini sangat penting untuk memudahkan pencapaian fungsi-fungsi
keluarga. Selain itu struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari
kemampuan dari keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
3
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami isteri.
Berdasarkan hubungannya dengan fungsi-fungsi keluarga, struktur keluarga
terdiri dari:
1. Struktur eligasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
3. Struktur yang terbukan dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran
4. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
5. Struktur yang bebas : tidak adanya peraturan yang memaksakan
6. Struktur yang kasar : menyiksa, kejam dan kasar
7. Suasana emosi yang dingin
4
adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pembuatan keputusan ini
merujuk pada proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota
keluarga untuk melakukan serangkain tindakan atau menjaga status quo.
b. Mengukur kekuasan keluarga
Hubungan alokasi tugas dengan kekuasaan kelurga
Menurut Blood dan wolfe (1955) berasumsi bahwa terdapat suatu
hubungan positif antara siapa yang ditugaskan untuk melakukan tugas
tertentu dan kekuasaan dalam bidang tersebut. Selain itu terdapat
penelitian pula bahwa hal ini merupakan pembagian tanggung jawab
di dalam keluarga.
Berfokus pada hasil pembuatan keputusan
Dalam hal ini kekuasaan kelurga secara khusus telah di teliti dalam
memusatkan perhatian pada pengambilan keputusan
c. Bidang bidang pengkajian umum
1. Dasar dasar kekuasaan
Kekuasaan atau wewenag yang sah
Contohnya adalah control dominasi orang tua pada anak.
Kekuasaan yang tak berdaya atau putus asa
Contohnya dimana salah satu anggota keluarga sakit secara
kronis, cacat, atau lansia. Seorang suami atau istri atau anggota
keluarga yang cacat dapat mengontrol anggota keluarga atas
dasar ketidakberdayaannya atau kelemahannya.
Kekuasaan referen
Contohnya anak anak meniru tingkah laku anggota keluarga.
Kekuasaan ahli dan sumber
Suami dominan karena ia mengontrol uang belanja, atau istri
dominan karena ia lebih praktis dan terarah pada tujuan
daripada suami
Kekuasaan penghargaan
Misalnya anak sering menggunakan tingkah laku yang baik
untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan.
Kekuasaan memaksa
Kekuasaan afektif
Wanita menjadi sumber kekuasaan karena ia dicintai oleh
suaminya.
Kekuasaan menejemen ketengan
5
Contohnya adalah mengalah dalam perdebatan keluarga
2. Variabel Yang Mepengaruhi Struktur Kekuasaan Keluarga
Hirarki kekuasaan keluarga
Tipe bentuk keluarga(orang tua tunggal,keluarga
tunggal,keluarga campuran,keluarga inti kedua orang tua
tradisional,dll)
Pembentukan koalisi/persatuan
Jaringan komunikasi keluarga
Kelas sosial
Tahap perkembangan keluarga.
Latar belakang budaya dan religious.
Kelompok situasuonal
Variable individu (jenis kelamin anggota,usia,harga diri,dan
ketrampilan interpersonal)
Saling ketergantungan emosi pasangan dan tanggung jawab
untuk menikah
d. Kekuasaan Keluarga Keseluruhan
Agar mampu mengklasifikasikan sebuah keluarga sebagai struktur
kekuasaan menyeluruh
6
Okupan Peran
Okupan peran atau role okupan adalah seorang yang
memegang suatu posisi dalam struktur sosial.
Perilaku Peran
Perilaku peran, performa peran, dan penetapan peran (role
enactment) adalah istilah yang digunakan secara bergantian yang
menyatakan apa yang sebenarnya seseorang lakukan didalam
posisi tertentu sebagai respon terhadap harapan harapan peran.
Konflik Peran
Konflik antar peran adalah konflik yang terjadi jika pola-pola
perilaku atau norma-norma dari satu peran tidak kongruen dengan
peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu.
Dimensi-dimensi Normative Peran
Peran didefinisikan secara normative atau kultur adalah
budaya dimanan seseorang berpartisipasi dan atau dimana individu
mengindentifikasi ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan
perilaku okupan-okupan dari berbagai posisi.
Kebersamaan Peran
Menunjukkan kepada keikutsertaan atau partisipasi dari
dua orang atau lebih dalam peran-peran yang sama meskipun
mereka memegang peran yang sama.
Pemeranan
Peran respiprokal atau Komplementer
Sebuah peran saling bergantung satu sama lain dan
berkaitan dengan peran dari pasangannya.
b. Peran-peran formal keluarga
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga yaitu pencari
nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, juru masak dan
sebagainya.
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami (ayah),
isteri (ibu) antara lain : peran sebagai provider, sebagai pengatur rumah
7
tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, reksreasi, persaudaraan, peran
terapeutik, dan peran seksual.
c. Peran informal keluarga
Peran-peran informal biasanya tidak tampak, dimainkan hanya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/ atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai
tuntunan yang berbeda tidak terlalu didasarkan pada usia ataupun jenis
kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau
kepribadian individu dalam keluarga.
3. Struktur atau Pola Komunikasi
Komunikasi di dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik, dan
valid.
Komunikasi yang jelas dan fungsional di kalangan keluarga
merupakan sarana yang penting, yang mana melalui sarana ini perasaan
penting menyangkut makna diri berkembang dan menjadi terinternalisasi.
Sebaliknya komunikasi-komunikasi yang tidak jelas diyakini sebagai
penyebab utama berfungsinya keluarga yang sangat memperihatinkan
(Holman, 1983; Satir, 1983)
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isu atau berita negative, tidak terfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan
komunikasi tidak sesuai. Penerimaan pesan gagal mendengar, diskualifiksi,
ofensif (bersifat negative), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
a. Elemen-elemen komunikasi
Komunikasi berfungsi sebagai alat yang penting untuk mengikat
subsistem-subsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan
(kohesif) menyeluruh dan memelihara seluruh sistem.
8
Dalam bahasa pemrosesan informasi, komunikasi memberikan
seseorang pengirim suatu pesan, suatu pesan, suatu bentuk saluran pesan,
seorang penerima, dan sejumlah interaksi anatara pengirim dan penerima.
b. Prinsip-prinsip Komunikasi
Tidak mungkin melakukan komunikasi, karena semua perilaku adalah
bentuk komunikasi.
Komunikasi tidak hanya menghantar informasi atau isi, tetapi disertai
juga dengan perintah (intruksi).
Komunikasi meliputi suatu prose transaksi, dan dalam setiap tukar-
menukar respon, terdapat komunikasi yang mendahuluinya, di
samping sejarah hubungan yang mendahuluinya.
c. Komunikasi Fungsional dalam Keluarga
Komunikasi fungsional dalam keluarga menuntut bahwa maksud
dan arti dari pengirim yang dikirim lewat saluran-saluran yang relative
jelas dan bahwa penerima pesan mempunyai suatu pemahaman terhadap
arti dari pesan itu yang mirip dengan pengirim.
d. Pola-Pola Fungsional dari Komunikasi
Pola-pola komunikasi keluarga adalah karakteristik pola-pola
interaksi dari keluarga yang di samping mempengaruhi dan
mengorganisir anggota keluarga, pola-pola ini juga menghasilkan arti
transaksi di antara para anggota keluarga. Adapun pola komunikasi
fungsional antara lain, komunikasi emosional, komunikasi terbuka,
adanya hierarki kekuasaan dan aturan-aturan keluarga dalam komunikasi,
konflik keluarga dan resolusi konflik.
e. Komunikasi Disfungsional
Komunikasi dari seorang yang disfungsional seringkali tidak
efektif. Diantaranya komunikasi tersebut dapat berupa asumsi-asumsi
(tanpa ada validasi), ekspresi perasaan tak jelas, ketidakmampuan
mengungkapkan kebutuhan, diskualifikasi (membolehkan penerima
untuk tidak setuju terhadap suatu pesan).
f. Pola-pola Komunikasi Disfungsional
Pola-pola ini dapat berupa sindrom mengabdikan diri dan area
komunikasi tertutup.
4. Struktur Nilai atau Norma Keluarga
9
Nilai keluarga didefiniskan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim
(Parad dan Caplan, 1965). Kebudayaan keluarga merupakan sumber sistem
nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga. Sebaliknya kelompok
keluarga merupakan sumber-sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan,
nilai-nilai dan norma-norma yang menetukan pemahaman individu-individu
terhadap sifat dan makna dari dunia, tempat mereka dalam kelompok
keluarga, dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan dan aspirasi mereka.
Nilai-nilai berfungsi sebagai pedoman umum bagi perilaku dan dalam
keluarga nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan aturan-aturan dan
nilai-nilai dari keluarga.
10
k. Kasih saying, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian,
kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang
2. Fungsi Social budaya
a. Gotong royong, merupakan pekerjaan secara bersama-sama yang
dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan
b. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma social
budaya setempat
c. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan
harmonis
d. Peduli, mendalami perasaan dan pengalamana orang lain
e. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapatdan sekepentingan
f. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri
g. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia yang harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa
3. Fungsi cinta dan kasih sayang
a. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain
b. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan
perasaan
c. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak
d. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam
e. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan
f. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka
membantu orang lain
g. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya
h. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu
orang lain
4. Fungsi Perlindungan
a. Aman, yaitu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran
b. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan keselahan seseorang dan
member kesempatan untuk memperbaikinya
c. Tanggap, maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan
membahayakan atau mengkhawatirkan
d. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak
diharapkan
e. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari
kerusakan
5. Fungsi reproduksi
11
a. Tanggung jawab, untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya
b. Sehat, untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan sistem reproduksi
dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan
kesehatan reproduksinya
c. Teguh, adalah kemampuan untuk menjaga fungsi reproduksi yaitu
menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
a. Percaya diri yaitu kebebasan berbuat secara mandiri dengan
mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa bergantung pada
orang lain
b. Luwes, mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya
dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan
siapa saja
c. Bangga, yaitu perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai
melaksanakan tugas / pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih
sesuatu yang diinginkan
d. Rajin yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan
tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Orang rajin dicirikan dengan selalu menyediakan waktu tanpa mengenal
menyerah serta mempunyai cita-cita
e. Kreatif, yaitu mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang
kreatif dapat dicirikan dengan selalu banyak ide / gagasan dalam
melakukan sesuatu, tidak pernah berhenti
f. Tanggung jawab, yaitu mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya
g. Kerjasama, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama
7. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang
8. Fungsi lingkungan
a. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran,
sampah dan polusi
b. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur keluarga merupakan susunanan atau pola yang dibangun di
dalam keluarga.. struktur dalam keluarga juga menyatakan cara-cara yang
digunakan untuk menata unit-unit di dalam keluarga sehingga keluarga
mampu memenuhi fungsi-fungsi keluaraga.
Struktur keluarga sangat penting dalam keberlangsungan pemberian
asuhan keperawatan keluarga, karena ia mengacu kepada elemen inti dalam
keluarga yaitu berupa kekuasaan, peran, komunikasi dan nilai yang
merupakan elemen pembentuk struktur atau pola-pola dalam kehidupan
keluarga, yang menetukan harmonis atau tidaknya sebuah keluarga.
3.2 Saran
Perlu pemahaman yang mendalam terhadap struktur keluarga,
terutama masing-masing elemen harus dipahami secara mendalam sehingga
dapat diketahui bagaimana pola kehidupan dalam keluarga yang sangat
penting untuk acuan pemberian asuhan keperawatan keluarga.
13
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. EGC: Jakarta
Mubarak, Wahid Iqbal dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Salemba Medika:Jakarta
http://oinharitsaa.blogspot.com/2010/11/definisi-fungsi-dan-struktur-keluarga.html
(diakses tanggal 20 September 2016 pukul 09.00 WIB)
http://artikata.com/arti-352128-struktur.html (diakses tanggal 20 september 2016
pukul 09.30 WIB)
14