Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO

I. Perawatan Periodontal Fase I

Seorang laki-laki berusia 35 tahun sangat khawatir karena gusinya sering


berdarah saat menggosok gigi sejak 1 bulan yang lalu dan giginya terasa kasar
bila tersentuh lidah sejak 1 tahun yang lalu. Oleh karena itu, dia datang ke
Klinik Periodonsia RSGM UNEJ. Pada pemeriksaan intra oral terlihat plak
dan kalkulus subgingiva di seluruh regio rahang atas maupun rahang bawah.
Regio anterior rahang bawah terlihat gigi geligi berdesakan. Pasien
didiagnosis menderita gingivitis kronis dengan etiologi uatam plak.
Keberadaan kalkulus dan gigi malposisi dinyatakan sebagai faktor
predisposisi/etiologi sekunder. Dokter menjelaskan rencana perawatan pada
pasien tersebut adalah DHE, scaling dan root planing sebagai perawatan
periodontal fase I (etiotropik). Setelah perawatan periodontal fase I keadaan
pasien akan dievaluasi kembali.
STEP 1

1. Perawatan peridontal fase I (etiotropik) : fase perawatan periodontal non


bedah dengan menghilangkan etilogi lokal agar penyakit tidak berlanjut.
2. Scaling : perawatan perio berupa menghilangakan plak dan kalkulus di
supragingiva maupunsubgingiva, menggunakan alat scaler manual atau
scaler ultrasonik.
3. Root planing : perawatan menghilangkan deposit atau sisa kalkulus pada
akar atau sementum, penghalusan akar gigi.
4. Gingivitis kronis : inflamasi gingiva yang berlangsung lama dan tidak
menimbulkan rasa sakit
5. DHE : Dental Helath Education, suatu program pendidikan kesehatan gigi
dan mulut untuk pencegahan penyakit periodontal
STEP 2

1. Apa indikasi perawatan periodontal fase I ?


2. Untuk perawatan fase I apakah dilakukan dalam 1 kunjungan ?
3. Apakah perawatan periodontal fase I hanya scaling dan root planing ?
4. Bagaimana tahapan scaling dan root planing ?
5. Apa saja yang dievaluasi pada saat reevaluasi ?
6. Mengapa dilakukan evaluasi setelah perawatan ?
7. Apa saja yang dapat dilakukan setelah dilakukan evaluasi kembali ?
STEP 3

1. Indikasi perawatan periodontal fase I :


- gingivitia kronis
- periodontitits ringan (tidak memerlukan bedah)
- poket >4mm

2. DHE, scaling dan root planing dapat dilakukan dalam 1 kunjungan tergantung
dari keparahannya, banyaknya regio yang akan diberi perawatan dan
kemampuan dari operator.

3. Perawatan periodontal fase I selain scaling dan rootplaning :

- Terapi antimikrobial
- Kontrol diet
- Pergerakan gigi secara ortodontik
- Occlusal adjustment
- Perbaikan restorasi

4. Alat untuk scaling yang biasa digunakan adalah scaler manual dan scaler
ultrasonic.
Scaler manual terdiri dari beberapa macam, yaitu :
- Wingshape
- Kuret : untuk scaling dan rootplaning pada subgingiva
- Hoe : kalkulus pada permukaan gigi
- Chisel : untuk scaling proksimal anterior
- Sickle : untuk scaling kalkulus supragingiva

Setelah dilakukan scaling dan root planing dilakukan tahapan pemulasan


menggunakan rubber cup dan brush yang bertujuan untuk menghaluskan
permukaan gigi.

5. Hal-hal yang dievaluasi setelah perawatan periodontal fase I yaitu :


- Bleeding On Probing (BOP)
- Kedalaman poket
- Warna, kontur dan tekstur gingiva

Evaluasi dapat dilakukan 6 bulan sekali. Selain evaluasi secara klinis dapat
dilakukan juga evaluasi melalui gambaran radiografi.
Dalam kasus di skenario evaluasi juga berperan penting untuk mengontrol
kebersihan gigi dan mulut pasien terutama pada bagian gigi yang mengalami
malposisi atau berdesakan.

6. Evaluasi perlu dilakukan bertujuan untuk :


- Melihat proses perbaikan jaringan pada gingiva apakah berjalan baik atau
tidak
- Menentukan perawatan apa yang akan dilakukan selanjutnya, apabila
sudah baik dapat dilanjutkan ke fase pemeliharaan, apabila masih
berlanjut atau tambah parah dapat dilanjutkan ke fase selanjutnya

7. Fase-fase pada perawatan periodontal setelah dilakukan evaluasi :


- Fase pemeliharaan : dilakukan setelah perawatan fase I selesai dan tidak
diindikasikan ke perawatan fase II. Yang dilakukan adalah mencatat skor
plak, melihat inflamasi, kedalaman poket dan mobilitas gigi. Selain itu
juga dilakukan scaling dan root planing 6 bulan sekali
- Fase II : dilakukan perawatan bedah periodontal
- Fase III : dilakukan perawatan restorasi
STEP 4

Etiologi Gingivitis

(Plak) Kronis
Rencana

Perawatan

Perawatan

periodontal fase I

Dental Health Scaling Root Planing


Education (DHE)

Definisi Indikasi dan Tahapan


kontraindikasi

Evaluasi

STEP 5
1. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontraindikasi dari perawatan periodontal fase I
2. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan macam-
macam perawatan periodontal fase I
3. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan definisi,
dasar pemikiran dan tahapan DHE, scaling dan root planing
4. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan evaluasi
respon dari perawatan periodontal fase I
STEP 7

1. Indikasi dan kontraindikasi dari perawatan periodontal fase I

1.1 Indikasi dan kontraindikasi perawatan inisial/periodontal fase I


Indikasi :
Perawatan pendahuluan bagi pasien dengan saku periodontal.
Setelah selesainya perawatan inisial baru dievaluasi guna
menentukan apakah masih perlu dilakukan bedah periodontal.
Sebagai satu-satunya perawatan bagi pasien dengan gingivitis kronis
atau periodontitis ringan yang tidak memerlukan bedah periodontal.

Kontraindikasi :
Pasien yang mengidap hipertensi tidak terkontrol.
Pasien hemophili.

1.2 Indikasi dan kontraindikasi Scaling dan Root planing


Indikasi dan Kontraindikasi Scaling
Indikasi
Menghilangkan penyakit periodontal.
Menghilangkan kalkulus dan plak supragingiva dan subgingiva.

Kontraindikasi
Pasien dengan dentin terbuka.
Kontraindikasi pada anak-anak dengan menggunakan ultrasonik
scaler karena jaringan yang masih muda sedang berkembang sangat
sensitif terhadap getaran ultrasonic. Frekuensi getarannya berkisar
antara 20.000 sampai jutaan getaran perdetik. Untuk instrumentasi
periodontal, getaran instrumennya dapat mencapai 29.000
getaran/detik. Getaran tersebut mampumeyebabkan trauma pada gigi
sulung. Gigi yang masih tumbuh memiliki ruang pulpa yang lebar,
getaran dan panas yang dihasilkan alat scaler ultrasonic dapat
merusak jaringan pulpa.
Kontraindikasi pada pasien yang memiliki penyakit menular melalui
udara seperti Tuberculosis

Indikasi dan kontraindikasi Rootplaning


Indikasi
Nekrosis jaringan sementum.
Pocket lebih dari 4mm.

Kontraindikasi
Pasien yang sedang mengalami abses.
Kalkulus yang meluas kedaerah apikal dan mucogingival junction

2. Macam-macam perawatan periodontal fase I


Perawatan inisial (initial treatment) atau yang dinamakan juga sebagai
perawatan fase I (phase I therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah
merupakan tahap pertama dari serangkaian perawatan periodontal, yang
diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang dapat menyebabkan
inflamasi gingival serta pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk
melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase perawatan etiotropik
(etiotropic treatment phase), karena sasarannya adalah penyingkiran factor
etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996).
Tujuan dari perawatan inisial ini adalah untuk menyingkirkan
inflamasi/keradangan gingiva. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan
penyingkiran kalkulus dan plak secara tuntas, koreksi restorasi yang cacat,
penutupan lesi karies, dan pelaksanaan kontrol plak yang adekuat
(Carranza,1996). Tujuan spesifik perawatan periodontal fase 1 juga
menghilangkan kekasaran dan ketidakteraturan kontur permukaan gigi
sehingga membantu dalam kontrol plak yang efektif. Kontrol plak yang efektif
merupakan hal pokok dalam setiap prosedur perawatan periodontal.
Macam-macam perawatan fase I :
2.1 Instruksi Kontrol Plak Terbatas.
Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai cara pembersihan permukaan
gigi yang licin dan rata. Pada sesi pertama kepada pasien baru dapat
diajarkan cara pembersihan dengan sikat gigi saja. Benang gigi (dental
floss) hanya dapat digunakan pada permukaan proksimal gigi yang licin
dan rata saja, karena tepi yang tajam dan permukaan yang kasar dari
kalkulus akan menyebabkan rusaknya benang gigi (Carranza,1996).
Kontrol plak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis
dan khemis. Kontrol plak secara mekanis yaitu merupakan cara paling
diandalkan untuk pasien dental termasuk pasien perio menggunakan sikat
gigi, dental floss, dan brush interdental. Sedangkan kontrol plak secara
khemis inhibitor kimia bahan tambahan pada teknik secara mekanis
tergantung kebutuhan pasien. Dapat menggunakan chlorhexidine
Pada tahap DHE dibutuhkan komunikasi yang baik, edukasi dan skill
yang memumpuni. Biasanya pasien akan lebih mudah mengerti jika
dengan diberikan contoh terutama contoh dengan penyakit yang dialami
pasien sehingga pasien tersebut memiliki motivasi untuk kesembuhannya.
2.2 Penyingkiran Kalkulus Supragingival.
Pembersihan kalkulus supragingival bisa dengan cara scalling.
Penskeleran supragingival dapat dilakukan dengan skeler ultrasonik, skeler
manual, atau kuret. Penskeleran dilakukan dengan gerakan menarik (pull
motion), kecuali pada daerah interproksimal gigi anterior yang rapat
dimana dapat digunakan skeler pahat yang tipis dengan gerak mendorong
(push motion). Pada gerakan menarik, mata pisau alat ditempatkan
menyentuh tepi apikal atau lateral dari kalkulus dan dengan sapuan yang
kuat ke arah koronal sebagian atau keseluruhan kalkulus dilepaskan dari
perlekatannya. Setelah selesainya penskeleran supra-gingival, segera
dilakukan pemolesan permukaan mahkota gigi. Pemolesan dilakukan
dengan pasta abrasif yang dioleskan pada brus atau rubber cup yang
diputar dengan mesin bur.
2.3 Perbaikan Restorasi yang Cacat.
Keberadaan restorasi yang berlebihan/overhanging, kasar,
overcontoured, lokasinya subgingival meskipun halus akan diikuti oleh
penumpukan plak yang banyak, inflamasi gingiva, kehilangan tulang dan
kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi yang demikian
menghalangi prosedur kontrol plak, sehingga harus dikoreksi atau diganti
dengan yang baru. Koreksi restorasi yang cacat adalah sama pentingnya
dengan penyingkiran kalkukus, dan oleh karena itu penyingkirannya harus
dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan penyingkiran kalkulus
(Carranza,1996).
Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat adalah dengan mengeser-
geserkan ujung eksplorer yang halus naik-turun sepanjang tepi restorasi.
Penyingkiran restorasi yang berlebihan sedapat mungkin dilakukan dengan
menggantinya dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap
dipertahankan agar perawatan inisial bisa cepat diselesaikan, bagian yang
berlebihan harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang
berlebihan dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal atau
finishing bur. Bila menggunakan bur, arah penggerindingan adalah dari
bagian restorasi yang mengemper ke arah gigi. (Carranza,1996).
2.4 Penumpatan Lesi Karies.
Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan
periodonsium meskipun tanpa ada kalkulus atau restorasi yang cacat di
sekitarnya. Hal ini disebabkan karies yang letaknya demikian merupakan
wadah yang luas dan tersembunyi bagi bakteri plak. Oleh sebab itu
penumpatan karies yang berada dekat ke gingiva merupakan bagian
integral dari perawatan inisial. Penumpatan sebaiknya berupa penumpatan
tetap (permanen). Namun pada keadaan tertentu penumpatan sementara
pun sudah memadai.Bila tumpatan yang dibuat berupa tumpatan
sementara, harus diingat bahwa fungsi tumpatan sementara tersebut
hanyalah untuk menyingkirkan daerah penumpukan bakteri plak yang
mengancam kesehatan gingiva dan bukan untuk memperbaiki kontur dan
fungsi gigi tersebut. Jadi apabila dilakukan penumpatan sementara, harus
tetap dilakukan preparasi kavitas dan penumpatan tetap sesegera mungkin
setelah selesainya perawatan inisial (Carranza,1996).
2.5 Instruksi Kontrol Plak Komprehensif.
Dengan telah disingkirkannya kalkulus supragingival, diperbaikinya
restorasi yang cacat dan ditumpatnya lesi karies, maka permukaan gigi
telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien
melakukan kontrol plak secara tuntas. Pada tahap ini, pasien dapat
diberikan instruksi kontrol plak secara komprehensif dengan mengajarkan
cara-cara pembersihan gigi selain penyikatan gigi. Pasien sudah harus
mampu menyingkirkan plak dari seluruh permukaan mahkota klinis gigi
geligi yang ada, kecuali dari permukaan akar gigi dengan poket yang
dalam. Permukaan akar gigi baru dapat diharapkan terbersihkan oleh
pasien secara tuntas apabila telah terjadi pengurangan kedalaman saku
menjadi sulkus normal sejalan dengan penyembuhan yang terjadi
(Carranza,1996).
2.6 Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival.
Setelah pasien dapat melakukan kontrol plak supragingival, mulailah
dilakukan perawatan terhadap akar gigi subgingival berupa penyingkiran
kalkulus subgingival, penyingkiran sementum yang nekrosis, dan
penyerutan akar, yang merupakan tahap akhir dalam mencapai permukaan
gigi yang rata dan licin. Kalkulus subgingival lebih keras dan lebih
melekat dibandingkan dengan kalkulus supragingival. Membersihkan
kakulus subgingival biasanya menggunakan kuret. Membersihaknnya
membutuhkan kekuatan yang lebih besar dan kontrol alat yang lebih baik
(Carranza,1996).
Perluasan kalkulus subgingival harus diperkirakan sebelum melakukan
penskeleran. Ini dilakukan dengan eksplorer atau kuret yang halus yang
diselipkan melintasi permukaan kalkulus ke arah apikal sampai dicapai
tepi apikal kalkulus. Jarak antara tepi apikal kalkulus dengan dasar saku
biasanya berkisar 0,2 - 1,0 mm (Carranza,1996).
Setelah penskeleran subgingival dilakukan, kehalusan permukaan akar
harus diperiksa berulang-ulang dengan eksplorer atau kuret halus. Ada
daerah tertentu pada permukaan akar yang perlu diperhatikan seperti alur
vertikal yang dangkal pada sisi proksimal gigi posterior atau batas
sementum enamel. Adanya penumpukan kalkulus pada daerah tersebut
sering tidak terdeteksi (Carranza,1996).
2.7 Reevaluasi Jaringan.
Jaringan periodonsium diperiksa kembali untuk menentukan perlu
tidaknya dilakukan perawatan lanjutan. Poket diprobing kembali untuk
menentukan apakah bedah periodontal masih diindikasikan. Evaluasi hasil
perawatan inisial dilakukan antara 1 - 3 bulan setelah diselesaikannya
perawatan inisial, tergantung keparahan lesinya. Pakar yang lebih ahli
menganjurkan evaluasi dilakukan setelah 9 bulan selesainya perawatan
inisial (Carranza,1996).
2.8 Occlusal adjustment
Mengembalikan gigitan antara Rahang Atas dan Rahang Bawah
kedalam keadaan yang normal sehingga tidak terjadi trauma yang
berlebihan pada jaringan periodontal dan rasa nyeri yang ditimbulkan.
Adanya gigitan yang tidak seimbang antara Rahang Atas dan Rahang
Bawah kemungkinan dapat menyebabkan Trauma From Occlusion dan
jika keadaan tidak segera diperbaiki dapat menyebabkan terjadinya
temporo mandibular joint disorder.
2.9 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik termasuk salah satu perawatan pada fase 1.
Perawatan ini dengan menggunakan antiobiotik yang dapat mengurangi
bakteri yang menyebabkan periodontitis. Antibiotik yang biasa digunakan
adalah tetrasiklin, metronidazole dan amoxicilin.
2.10 Host Modulation Therapy
Host Modulation Therapy (HMT) adalah sarana mengobati sisi host
dari interaksi host-bakteri. Respon host bertanggung jawab untuk sebagian
besar kerusakan jaringan yang terjadi, menyebabkan tanda-tanda klinis
periodontitis. HMT memberikan kesempatan untuk modulasi atau
mengurangi perusakan dengan menekankan pada tanggapan aspek
inflamasi kronis.
2.11 Splinting temporer pada gigi goyang
Splinting adalah suatu perawatan yang bertujuan untuk imobilisasi
atau stabilisasi kegoyangan gigi. Splinting biasanya dilakukan pada fase
I, sebelum fase bedah, berupa splinting sementara. Beberapa penelitian
menunjukkan splinting dapat meningkatkan resistensi jaringan terhadap
kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat respon
penyembuhan.

3. Definisi, dasar pemikiran dan tahapan DHE, scaling dan root planing
3.1 Dental Health Education (DHE)
3.1.1 Definisi
Semua proses pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkanpengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut agar mereka dapat menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya.

3.1.2 Dasar pemikiran

Tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah :


1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
2. Menghilangkan atau paling sedikit megurangi penyakit gigi dan mulut
dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.
Kontrol Plak yang Efektif

Mind Map Dasar Pemikiran Perawatan Periodontal Fase 1

Aspek Lokal
1. Gigi Bebas Kalkulus
(SRP)

Aspek Pasien
Pasien harus:
a. Sadar diri
b. Tanggung Jawab
c. Kooperatif
d. Inisiatif
3.1.3 Tahapan
1. Motivasi
Agar pasien dapat terdorong untuk melakukan kontrol plak secara
adekuat, ia harus termotivasi. Tahp memotivasi pasien adalah tahap yang
paling menentukan untuk tercapainya pelaksanaan control plak yang
adekuat. Memotivasi pasien adalah prosedur yang sukar karena untuk
dapat termotivasi pasien harus berusaha untuk

a. Menerima Eduka

Pasien harus bersedia menerima dan memahami penyuluhan yang


diberikan berkaitan dengan konsep konsep pathogenesis, perawatan dan
pencegahan penyakit periodontal.
Pasien diharapakan dapat termotivasi apabila ia dapat memahami
apa itu penyakit periodontal, efek penyakit tersebut, bagaiman
kerentanan dirinya terhadap penyakit tersebut, dan apa yang dapat
dilakukan untuk dapat mencapai dan mempertahankan kesehatan jaringan
periodontalnya.

b. Perubahan Kebiasaan
Dari pasien diharapkan diharapkan adanya perubahan kebiasaan
dalam hal cara cara pembersihan mulut sesuai dengan metode yang
diajarkan.untuk itu pasien harus berkemauan dan mampu menguasai
ketrampilan penggunaan alat alat pembersih.
c. Perubahan tingkah laku
Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai nilai yang
dianutnya mengenai pembersihan mulut. Pasien harus tergugah bahwa
prosedur control plak yang dilakukanya bukanlah untuk menyenangkan
hati dokter gigi, tetapi untuk tercapainya kesehatan periodonsium itu
sendiri. (Caranza,2002)

2. Edukasi
Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan tentang etiologi,
perjalanan penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit periodontal.
Pasien dengan penyakit periodontal harus diberitahu bahwa penyakit
periodontal ini mempunyai beberapa gambaran klinis seperti stain yang
timbul dipermukaan gigi akibat plak, perdarahan pada gingiva. Dengan
penjelasan yang diberikan diharapakan pasien dapat mengevaluasi
sendiri.

Pasien diinformasikan bahwa perawatan periodik dan debridement


yang dilakukan oleh dokter gigi adalah hal yang dilakukan untuk
mencegah rekurrensi dari penyakit periodontal dan untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang lain. Prosedur ini dapat berjalan
dengan baik apabila dikombinasi dengan kekooperativan pasien dalam
meningkatkan dan menjaga oral hygiene (Caranza,2002).

3. Instruksi
Dengan instruksi tentang bagaimana cara menyikat gigi yang efektif,
diharapkan nantinya angka kejadian terbentuknya plak yang
menyebabkan gingivitis dapat berkurang. Pada pemberian instruksi ini
dijelaskan cara pembersihan gigi yang meliputi cara, alat, dan waktu.
Instruksi untuk menjaga oral hygien ini dapat dilakukan dengan cara
pembersihan gigi secara mekanis dan obat kumur. Pada instruksi
kunjungan pertama pasien diberitahu cara penggunaan sikat gigi, dental
floss, dan disclosing agent. Pada kunjungan berikutnya dilakukan
evaluasi dari instruksi yang dilakukan sebelumnya

3.2 Scaling dan Root Planing


3. 2.1 Definisi
Definisi Scaling
Scaling adalah usaha membersihkan semua deposit pada gigi,
kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva, plak dan noda. Scaling harus
dilakukan secara menyeluruh sebab inflamasi akan menetap bila deposit
gigi tidak dibersihkan seluruhnya.
Definisi Root planing
Root planing adalah teknik untuk membersihkan sementum
nekrosis dan kalkulus serta menghaluskan permukaan akar.

3.2.2 Dasar Pemikiran

Dasar pemikiran perawatan scaling dan rootplaning adalah


menghilangkan etiologi utama penyakit periodontal yang berupa bakteri
plak dan mengehentikan proses perjalanan penyakit.

3.2.3 Tahapan

A. Alat Scaling dan Root Planing


Alat scaling dan root planing digunakan untuk:
1. Menghilangkan kalkulus dari permukaan mahkota dan akar gigi
2. Membuang sementum yang tercemar toksin dan nekrosis pada
permukaan subgingival dari akar gigi

Scaler dapat diklasifikasikan menjadi scaler manual, scaler sonic, dan


scaler ultrasonic.
Scaler manual terdiri dari :
1. Sickle scaler
Sickle adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus
supragingival. Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua
cutting edge yang menyatu membentuk ujung yang runcing.
Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada
kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk
penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila digunakan untuk
instrumentasi subgingival akan mencederai jaringan gingiva.
Gambar: sickle scaler

Banyak sekali jenis sickle scaler. Ada scaler yang khusus untuk
regio anterior dan ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-
masing jenis scaler ada yang lurus dan ada yang melengkung
lehernya. Pada scaler sabit untuk region anterior, baik yang lurus
maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada
dalam satu bidang. Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk
regio posterior tidak berada dalam satu bidang, karena tangkainya
membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior.
2. Kuret
Kuret adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling
dan root planning. Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan
kuret khusus (area-specific/Gracey curette). Ciri khas kuret adalah:
bentuk penampang melintang seperti sendok, ujungnya
membulat/tumpul.

(Ciri khas kuret: penampang melintang seperti sendok; ujung tumpul)


Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:
a) Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan
sisi/permukaan sedangkan kuret khusus hanya pada daerah dan sisi
tertentu
b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret
khusus tunggal
c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret
khusus melengkung kearah atas dan kesamping
d) Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus terhadap leher
alat, sedangkan mata pisau kuret khusus membentuk sudut 60
terhadap leher alat.

Beberapa jenis kuret. Kiri: Columbia 4R-4L (kuret Universal);


Kanan:Kuret Gracey (dari kiri ke kanan: no. 5-6, no. 7-8, no. 11-
12, dan no. 13-14).

Gracey Curette memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk


tiap gigi dan permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi
anterior, kuret nomor 5-6 digunakan untuk gigi anterior dan premolar,
kuret nomor 7-10 digunakan untuk bagian fasial dan lingual gigi
posterior, kuret nomor 11-12 digunakna untuk bagian mesial gigi
posterior, serta kuret nomor 13-14 digunakan untuk bagian distal gigi
posterior.
3. Hoe scaler
Mata hoe scaler membengkok membentuk sudut 99-100
terhadap leher alat. Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi,
artinya pada setiap permukaan gigi digunakan satu jenis hoe scaler.

Gambar : hoe sclaer


4. Chisel scaler
Chisel scaler didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi
anterior yang terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa
lurus atau membengkok, dengan sisi pemotong membentuk sudut 45.
Gambar : Chisel scaler

5. File scaler
Desain file scaler serupa dengan hoe scaler. Alat ini terdiri dari
sejumlah miniatur blade dari hoe scaler. Bladenya bengkok
membentuk sudut antara 90o-105o terhadap shanknya. File kini tidak
banyak digunakan untuk scaling dan root planing karena ukurannya
dan menyebabkan permukaan akar menjadi kasar. File kadang
digunakan untuk menghilangkan margin restorasi yang overhanging.

Gambar : File scaler


Instrumen ultrasonik

Instrumen ultrasonik dapat digunakan untuk scaling, kuretase

dan menghilangkan stain. Mekanisme kerjanya berasal dari fibrasi

(getaran fisikal) dari alat tersebut. Frekuensi getarannya berkisar antara

20.000 sampai jutaan getaran perdetik. Untuk instrumentasi

periodontal, getaran instrumennya dapat mencapai 29.000 getaran/detik.

Pada ujung alat ultrasonic terdapat semprotan air yang bertujuan untuk

menghilangkan panas yang umumnya terjadi akibat vibrasi ultrasonic.

Selain itu juga berfungsi sebagai pembersih permukaan gigi. Bagian

ujung tip tidak boleh diarahkan tegak lurus ke permukaan gigi untuk

menghindari adanya guratan atau goresan pada gigi.

Alat ultrasonik efektif untuk menghilangkan kalkulus dan

membersihkan dinding epitel poket. Alat ini menimbulkan sedikit

jaringan nekrotik yang kemudian akan terkelupas dari dinding epitel

poket. Alat ini menyebabkan permukaan akar menjadi kasar dan

menghilangkan substansi gigi lebih banyak. Volume dan banyaknya

struktur gigi yang hilang dapat dikurangi dengan menyetel instrumen

sehingga kekuatannya lebih rendah dan menggunakannya dengan

sentuhan yang ringan.

Alat polishing
Alat polishing digunakan untuk membersihkan dan memoles
permukaan gigi dengan alat seperti rubber cup, brush dan dental tape.
Terdapat beberapa macam polishing yaitu :
1. Therapeutik polishing
Digunakan untuk polishing bagian permukaan akar setelah
dilakukan pembedahan.
2. Coronal or cosmetic polishing
Digunakan untuk menghilangkan plak dan stain.
3. Selective polishing
Digunakan untuk setelah scaling.

Aktivasi instrument
1. Adaptasi
Adapatasi ini merupakan cara menempatkan ujung kerja
instrument (working end) instrument periodontal pada permukaan
gigi. Adapatasi dimaksudkan agar ujung kerja instrument periodontal
dapat menyesuaikan dengan kontur permukaann gigi. Adaptasi yang
tepat sangat diperlukan, yaitu untuk menghindari trauma baik pada
jaringan lunak maupun pada jaringan keras serta untuk mendapatkan
efektivitas insrumen yang digunakan (Carranza,2002).
2. Angulasi
Angulasi adalah penyudutan permukaan blade instrument
dengan permukaan gigi atau sering disebut blade gigi. Angulasi yang
tepat sangat dibutuhkan agar pekerjaan scaling efektiv. Insersi
subgingiva dari blade instrument seperti kuret, angulasi sedapat
mungkin mendekati 00. Ujung instrument dapat diinsersikan dengan
lebih mudah pada dasar poket dengan muka blade menghadap gigi
(Carranzas,2002).
3. Tekanan lateral
Adalah tekanan yang diciptakan bila suatu kekuatan dikenakan
ada permukaan gigi dengan menggunakan ujung pemotong unjung
blade instrument. Besarnya tekanan yang diberikan bervariasi
tergantung pada sifat kalkulus dan tergantung apakah gerakan
ditujukan untuk mengawali pengambilan kalkulus untuk rootplaning
(Carranzas,2002).

Terdapat 3 tipe dasar gerakan instrumentasi, yakni :


1. Exploratory Stroke
Adalah gerakan yang ringan disertai perasaan (feeling) dengan
menggunakan probe atau sonde untuk memeriksa dimensi poket,
kalkulus, dan ketidakteraturan permukaan gigi. Instrument dipegang
dengan ringan dan diadaptasikan dengan tekanan yang ringan
terhadap gigi untuk mendapatkan sensitivitas taktil yang maksimum
(Carranza,2002).
2. Scalling Stroke
Adalah gerakan yang pendek,disertai tarikan dengan kekuatan
penuh, menggunakan blade instrument untuk menghilangkan baik
supra maupun subgingival kalkulus. Otot otot jari maupun tangan
digerakkan untuk mendapatkan pegangan dengan tekanan lateral
yang kuat terhadap permukaan gigi. Ujung pemotong isntrumen
dikaitkan pada batas apikal kalkulus dan menariknya ke arah koronal
dengan gerakan yang kuat. Gerakan scaling harus diawali dari
lengan dan ditransmisikan dari pergelangan tangan disesuaikan
dengan pergerakan lengan. Gerakan scaling tidak di awali dari
gerakan pergelangan tangan atau jari jari secara terpisah tanpa
menggunakan lengan (Carranza,2002).
3. Root Planging Stroke
Adalah gerakan menarik yang bersifat sedang sampai
ringan,digunakan pada tahap akhir, yaitu menghaluskan permukaan
akar. Untuk keperluan ini instrument yang paling sering digunakan
adalah kuret. Desain kuret memungkinkan untuk lebih mudah
beradaptasi dengan kontur subgingiva gigi, sehingga kuret cocok
untuk rootplaning pada pasien pasien yang memiliki poket yang
dalam dan telah melibatkan daerah furkasi (percabangan akar gigi).
Kuret dipegang secara sedang kuat, dengan diadaptasikan ke gigi,
bahkan dapat memberikan tekanan lateral. Dengan gerakan panjang
kontinyu, gerakan seperti mencukur kuret diaktifkan. Bila
permukaan gigi telah halus,berangsur angsur tekanan lateral
dikurangi (Carranza,2002).

Macam macam Sandaran Jari (Finger Rest) :

1. Finger Rest Intra Oral


a. Konvensional
Pada teknik ini, jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga
dari gigi yang diinstrumentasikan. Teknik ini yang paling sering
digunakan.
b. Berseberangan
Pada sandaran jari berseberangan (cross arch) ini jari manis
bersandar pada permukaan gigi yang berseberangan pada lengkung
rahang yang sama.
c. Berlawanan
Pada sandaran jari berlawanan (opposite arch), jari manis bersandar
pada permukaan gigi di lengkung rahang yang berlawanan.
d. Jari di atas jari (finger on finger)
2. Finger Rest Ekstra Oral
a. Telapak menghadap keatas (palm up)
Tumpuan dicapai dengan menempatkan punggung jari tengah dan
jari manis tangan yang bekerja pada sisi lateral mandibular.
b. Telapak menghadap ke bawah (palm down)
Tumpuan dicapai dengan menempatkan telapak jari tengah dan jari
manis tangan yang bekerja pada sisi lateral mandibular.

Teknik scaling ada 2 macam yaitu scaling supragingiva dan scaling


subgingiva.
1. Teknik Scaling Supragingiva
Secara umum kalkulus yang terletak pada supragingiva lebih lunak
dan lebih mudah dibersihkan dibanding kalkulus subgingiva. Pada teknik
scaling supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan
tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi
lebih mudah. Teknik scaling supragingiva juga memungkinkan adanya
visibilitas langsung dan pergerakan yang lebih bebas dibanding teknik
subgingival.
Kalkulus supragingiva biasanya dihilangkan dengan
menggunakan sickle, kuret, dan instrumen ultrasonic dan sonic. Hoe dan
chisel jarang digunakan. Pada teknik scaling supragingiva, sickle atau
kuret dipegang dengan cara modified pen grasp dan dilakukan firm
finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area
kerja. Angulasi blade dengan permukaan gigi sedikit lebih kecil dari 90.
Cutting edge harus berada pada margin apikal kalkulus, dan ditarik ke
arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang pendek, kuat,
dan overlapping. Berhati-hatilah dalam penggunaan sickle karena
ujungnya yang tajam dapat merusak jaringan sekitar, sehingga adaptasi
dengan permukaan gigi harus baik.
Jika bulky blade dapat diinsersikan ke dalam jaringan sekitar
maka sickle dapat digunakan untuk membersihkan kalkulus di bawah
margin gingival. Jika tindakan ini dilakukan, biasanya diikuti dengan
final scaling dan root planing dengan menggunakan kuret.

2. Teknik Scaling Subgingival dan Root Planing


Teknik scaling subgingiva dan root planing jauh lebih kompleks
dan sulit dilakukan dibanding scaling supragingival karena beberapa
alasan berikut.
- Kalkulus subgingiva berkonsistensi lebih keras dibanding
kalkulus supragingiva.
- Kalkulus serta deposit lainnya terperangkap di bagian lebih
dalam dan sulit terjangkau, apalagi pada akar gigi dengan
morfologi yang irreguler.
- Dinding poket yang terbatas, namun kalkulus yang lebih dalam
masih ada.
- Lapang pandang operator minimal akibat perdarahan saat
instrumentasi.
Oleh karena kesulitan-kesulitan tersebut, maka operator harus
memperhatikan instrumentasi yang tepat, baik pemilihan alat, posisi dan
cara memegang instrumen, serta keterampilan operator. Sickle , hoe, file
dan alat ultrasonik digunakan untuk scaling subgingiva tapi tidak
diajnjurkan untuk root planing. Meskipun beberapa jenis file dapat
menghancurkan deposit yang keras tetapi file, hoe, dan alat ultrasonik
yang besar sulit diinsersikan ke dalam poket yang dalam. Hoe dan file
tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus seperti
kuret, kuret sangat baik digfunakan untuk menghilangkan sementum
subgingiva. Scaling subgingiva dan root planing dilakukan baik dengan
kuret universal; maupun dengan kuret gracey. Cutting edge diadaptasikan
dengan ringan pada gigi diman shank bagian bawah dibuat sejajar dengan
permukaan gigi . Shank bagian bawah digerakkan menghadap kegigi
sehingga dengan demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan
permukaan gigi. Blade instrument kemudian diinsersikan di bawah
gingival sampai dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. Bila
cutting edge telah mencapai dasar poket, angulasi 45 o dan 90o harus
dipertahankan dan kalkulus dihilangkan dengan gerakan yang terkontrol,
berulang, gerak pendek, dan pergelangan tangan yang cukup bertenaga.
Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus,
kekuatan bisa dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke
sepertiga bagian bawah pisau. Dibagian ini, beberapa milimeter dari
terminal pisau, diposisikan sedikit apikal ke tepi lateral kalkulus, dan
stroke vertikal atau miring digunakan untuk membagi kalkulus dari
permukaan gigi. Tanpa menarik instrumen dari saku, pisau maju ke
lateral untuk mengenai bagian berikutnya dari kalkulus yang tersisa.
Stroke vertikal atau miring lainnya dibuat, sedikit tumpang tindih dengan
stroke sebelumnya. Proses ini diulang sampai kalkulus hilang.
Tekanan lebih ke lateral diperlukan untuk menghilangkan seluruh
kalkulus di satu stroke. Meskipun beberapa dokter mungkin bisa
menghilangkan seluruh kalkulus dalam hal ini cara, kekuatan yang lebih
tepat diperlukan untuk mengurangi sensitivitas taktil mengurangi
jaringan trauma. Sebuah stroke tunggal biasanya tidak cukup untuk
menghapus kalkulus seluruhnya. stroke dibuat dengan ujung cenderung
mengambil deposit bagian bawah lapis demi lapis. Ketika serangkaian ini
diulang, kalkulus dapat dikurangi menjadi lembaran tipis, halus,
mengkilat yang sulit untuk membedakan dari permukaan akar di
sekitarnya.

Sebuah kesalahan umum dalam instrumenting pada permukaan


proksimal adalah gagal untuk mencapai wilayah midproximal apikal
kekontak. Daerah ini relatif tidak dapat diakses, dan membutuhkan teknik
keterampilan lebih dari instrumentasi bukal atau permukaan lingual. Hal
ini sangat penting untuk memperluas stroke di seluruh permukaan
proksimal sehingga tidak ada kalkulus di daerah interproksimal. Dengan
kuret yang baik, hal ini dapat dicapai dengan menjaga batang bawah
kuret tetap paralel dengan sumbu panjang gigi (Gambar 47-3). Dengan
paralel tangkai yang lebih rendah dengan sumbu panjang gigi, pisau dari
kuret akan mencapai dasar saku dan melampaui garis tengah di
permukaan proksimal.
Hubungan antara letak jari dan daerah kerja penting untuk dua
alasan. Pertama, sisa jari atau titik tumpu harus diposisikan untuk
memungkinkan tangkai yang lebih rendah dari instrumen yang akan
paralel atau hampir sejajar dengan permukaan gigi yang sedang dirawat.
Paralelisme merupakan persyaratan mendasar untuk optimalisasi kerja
angulation. Kedua, sisa jari harus diposisikan untuk memungkinkan
operator menggunakan gerak pergelangan tangan-lengan. Pada rahang
atas posterior, persyaratan ini dapat dipenuhi hanya dengan
menggunakan tumpuan ekstraoral atau sebaliknya-arch. Ketika jari
terletak intraoral digunakan di daerah lain mulut, sisa jari harus cukup
dekat dengan daerah kerja untuk memenuhi dua persyaratan.
Sebagai instrumentasi gigi selanjutnya, posisi tubuh operator dan
lokasi dari sisa jari harus sering disesuaikan atau diubah untuk
memungkinkan paralelisme dan gerak pergelangan tangan. Untuk cara
lain yang mungkin dan dapat diterima jika cara tersebut memberikan
efisiensi yang sama dan kenyamanan.

4. Evaluasi respon jaringan setelah perawatan periodontal fase I


Evaluasi setelah scaling dan rootplaning

1. 1 2 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J, dkk,1990)


a. Edema mulai menghilang
b. Penyusutan pada gingival margin
c. Kedalaman poket berkurang, tetapi kemungkinan masi terjadi sedikit
perdarahan ataupun tidak sama sekali dari dasar poket saat melakukan
probing
d. Kalkulus tidak tampak secara visual
e. Oral higiene sangat bagus
f. Secara histologi, proses epitelisasi telah sempurna
2. 2 3 minggu setelah scaling dan rootplaning (Genco,Robert.J, dkk,1990)
a. Warna dan konsistensi gingival tampak normal
b. Tidak terjadi perdarah dari dasar poket saat dilakukan probing
c. Kegoyangan gigi mulai berkurang
d. Flora subgingival bebas dari bakteri patogen dan organisme yang ada
memiliki komposisi yang sama dengan jaringan sehat pada umumnya
e. Secara histologi, jaringan ikat telah mengalami kematangan selama
21- 28 hari dan akhirnya kontur gingiva tampak normal setelah 3 -
bulan.

Gejala gejala akan terjadi kekambuhan bila :

a. Kegoyangan gigi meningkat


b. Resesi gingiva semakin parah
c. Kegoyangan gigi meningkat tanpa perubahan probing depth dan
radiografis
d. Kedalaman probing depth meningkat (dengan atau tanpa perubahan
radiografis)
Penyebab terjadinya kekambuhan disebabkan oleh etiologi sekunder antara lain
a. Perawatan yang kurang adekuat
b. Penempatan restorasi yang kurang adekuat
c. Ketidakpatuhan pasien untuk memenuhi kunjungan periodik
d. Adanya kelainan sistemik yang mempengaruhi respon host

DAFTAR PUSTAKA

1. Carranza, Fermin A et all. 2002. Carranzas Clinical Periodontology.


Nineth Edition. St Louis: Elsevier .
2. Genco,Robert J.1990.Contemporary Periodontics.Giny Doulgas : Judit
Bange
3. Illyes, Kelli R., Nonsurgical Periodontal Therapy. University of Tennessee
Health Science Center
4. Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates.
5. Newman, MG. Takei, HH. Klokkevold, PR. Carranza, FA. 2015.
Carranzas Clinical Periodontology. Tenth Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier.
6. Paquette, David W., Ryan, Maria Emanuel,. Wilder, Rebecca S. 2008.
Locally Delivered Antimicrobials : Clinical Evidence and Relevance.
Journal American Dental Health Accociation
7. Pattison GL and Pattison AM. Principles of periodontal instrumentation,
in : Carranza FA Jr& Newman MG (eds), Clinical Periodontology,
8thedition, Philadephia, WB Saunders Co, 1996, p : 451-465.
8. Sawal, Madhuri Alankar., Jafri, Zeba., Sultan, Nishat., Bhardwaj, Ashu.,
Daing,Anika. 2015. Tooth Polishing. Department of Periodontology,
Faculty of Dentistry, Jamia Milia Islamia,New Delhi India

Anda mungkin juga menyukai