Anda di halaman 1dari 24

2.

4 Teori Belajar bahasa

Pengertian teori menurut Kerlinger adalah suatu himpunan pengertian atau konsep
yang saling berkaitan yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala
dengan jalan menetapkan hubungan yang ada diantara variabel-variabel dengan
tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala-gejala tersebut. Sedangkan
yang dimaksud teori belajar bahasa adalah teori mengenai bagaimana manusia
mempelajari bahasa, dari tidak bisa berkomunikasi antar sesame manusia dengan
medium bahasa menjadi bisa berkomunikasi dengan baik. Adapun beberapa teori
belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa lndonesia disekolah
dasar yaitu antara lain : (l) Behaviorisme; (2) Mentalisme; (3) Kognitiiisme; (4)
Kontruktivismc; (5) Humanisme.

Dari kelima teori belajar yang dapat digunakan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang tepat menurut peneliti untuk penerapannya dalam proses
pembelajaran yang telah dirancang adalah teori belajar Kontruktivisme. Lahirnya
teori kontruktivisme berasal dari perpaduan antara perkembangan teori
kognitivisme dengan teori lain misalnya pandangan Vigotsky yang menghasilkan
pandangan kntruktivisme. Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar
sebagai proses pembentukan pengalaman secara empiric dan proses pembentukan
konsep secara rasional dalam menghasilkan pemahaman menjadi prinsip dasar.
Berangkat dari prinsip dasar demikian, diyakini bahwa pemahaman yang terdapat
pada siswa menjadi dasar memahami kenyataan dan pemecahan masalah baru.

Pemahaman kenyataan dan pemecahan masalah menghasilkan pengetahuan baru


dalam proses yang aktif dan dinamis. Siswa merekonstruksi pengetahuannya oleh
dirinya sendiri. Kontruktivisme ini dilandasi pandangan Jean Piaget (1896 1980),
Levsemenovich vigostky (1896-1934), dan Jerome Brunner, Adapun beberapa teori
belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa lndonesia disekolah
dasar yaitu antara lain : (l) Behaviorisme; (2) Mentalisme; (3) Kognitiiisme; (4)
Kontruktivismc; (5) Humanisme.

Dari kelima teori belajar yang dapat digunakan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang tepat menurut peneliti untuk penerapannya dalam proses
pembelajaran yang telah dirancang adalah teori belajar Kontruktivisme. Lahirnya
teori kontruktivisme berasal dari perpaduan antara perkembangan teori
kognitivisme dengan teori lain misalnya pandangan Vigotsky yang menghasilkan
pandangan kntruktivisme. Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar
sebagai proses pembentukan pengalaman secara empiric dan proses pembentukan
konsep secara rasional dalam menghasilkan pemahaman menjadi prinsip dasar.
Berangkat dari prinsip dasar demikian, diyakini bahwa pemahaman

yang terdapat pada siswa menjadi dasar memahami kenyataan dan

pemecahan masalah baru.

Pemahaman kenyataan dan pemecahan masalah menghasilkan pengetahuan baru


dalam proses yang aktif dan dinamis. Siswa merekonstruksi pengetahuannya oleh
dirinya sendiri.

Kontruktivisme ini dilandasi pandangan Jean Piaget (1896

1980), Levsemenovich vigostky (1896-1934), dan Jerome Brunner,

dalam perkembangannya menentukan adanya hubungan antara lingkungan


kehidupan anak dengan karakteristik proses dan hasil belajar" anak. Brunner
misalnya beranggapan bahwa perkembangan kognitif siswa berkitan dengan tahap
enaktif; siswa melakukan kegiatan memahami lingkungan, ikonik; siswa memahami
fakta kehidupan dan konsep melaui gambar dan visualisasi verbal, simbolik; siswa
memahami fakta melalui pengolahan konsep dan hubungan antar konsep secara
logis.

Oleh karena itu, dalam merencanakan isi dan proses pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di SD, guru perlu memperhatikan : (1) apa materi pelajaran yang
secara kongkrit dapat diamati siswa; (2) apa karakteristik isi pembelajarannya; (3)
apa yang dibayangkan dan direfleksikan siswa; (4) Apa hubungan antara Sesuatu
yang dipelajari murid dengan lingkungan kehidupannya; (5) bagaimana
menghubungkan konteks kehidupan sosial masyarakat dengan isi dan proses
pembelajaran sehingga menghasilkan pengalaman dan pengetahuan yang
konstruktif. Dengan demikian menurut pandangan kontruktivisme (Mulyasa, 2005 :
240) dalam kegiatan belajar : (1) siswa harus aktif selama pembelajaran
berlangsung; (2) proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal,
pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi tetapi melalui interpretasi; (3)
interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya (skemata); (4)
interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi
pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.

Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam

interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi


pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.

Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam

_ Wu RM ludenesia dapat teratasi dan dapat terlaksana muai dengan tujuan


(Kavriati. 20l 3 : 29)

Oleh karena itu peran guru amatlah menentukanvdalam mengajarkan bahasa


indonesia. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa indnnesia. Sebab. gum dituntut menguasai pembelajaran
Bahasa Indonesia dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun tiga aspek yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu :

&. Pengetahuan kosakata. Rngetahuan kosakata berguna untuk mengarahkan


perhatian siswa dalam membaca. menafsirkan dan memahami isi bacaan.

b. Kemampuan menggunakan ingatan jangka pendek dan jangka

panjang.
Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan cara guru membantu siswa dengan
menunjukkan strategi membaca yang tepat.

c. Pemahaman bacaan. Pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan kompetensi memusatkan perhatian pada isi

bacaan. (Zaini, 2013 : 4l).

interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi


pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan

bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.
Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam

_ Wu RM ludenesia dapat teratasi dan dapat terlaksana muai dengan tujuan


(Kavriati. 20l 3 : 29)

Oleh karena itu peran guru amatlah menentukanvdalam mengajarkan bahasa


indonesia. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa indnnesia. Sebab. gum dituntut menguasai pembelajaran
Bahasa Indonesia dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun tiga aspek yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu :

&. Pengetahuan kosakata. Rngetahuan kosakata berguna untuk mengarahkan


perhatian siswa dalam membaca. menafsirkan dan memahami isi bacaan.

b. Kemampuan menggunakan ingatan jangka pendek dan jangka

panjang.

Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan cara guru membantu siswa dengan
menunjukkan strategi membaca yang tepat.
c. Pemahaman bacaan. Pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan kompetensi memusatkan perhatian pada isi

bacaan. (Zaini, 2013 : 4l).

3. Pengertian menulis

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa indonesia mempunyai arti : (1) membuat
huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya); (2)
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan; (Ii) menggambar, melukis; dan (4) membatik (kain) mengarang cerita,
membuat surat, berkirim surat.

Tarigan (1986 : 4) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang


produktif dan ekSpresif. Dalam kegiatan mmenulis ini, penulis harus terampil dalam
memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis tidak ini tidak
dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.

Menurut Rusyana (1984 : 191) mengemukakan bahwa menulis merupakan


kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, kemampuan menulis memiliki arti yang sangat penting yaitu : (1)
menulis dalam arti mengekspresikan atau mengemukakan pikiran, perasaan

dalam bahasa tulis; (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi


bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan

berupa pikiran dan perasaan.

interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi


pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan

bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.

Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam


S

_ Wu RM ludenesia dapat teratasi dan dapat terlaksana muai dengan tujuan


(Kavriati. 20l 3 : 29)

Oleh karena itu peran guru amatlah menentukanvdalam mengajarkan bahasa


indonesia. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa indnnesia. Sebab. gum dituntut menguasai pembelajaran
Bahasa Indonesia dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun tiga aspek yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu :

&. Pengetahuan kosakata. Rngetahuan kosakata berguna untuk mengarahkan


perhatian siswa dalam membaca. menafsirkan dan memahami isi bacaan.

b. Kemampuan menggunakan ingatan jangka pendek dan jangka

panjang.

Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan cara guru membantu siswa dengan
menunjukkan strategi membaca yang tepat.

c. Pemahaman bacaan. Pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan kompetensi memusatkan perhatian pada isi


bacaan. (Zaini, 2013 : 4l).

3. Pengertian menulis

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa indonesia mempunyai arti : (1) membuat
huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya); (2)
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan; (Ii) menggambar, melukis; dan (4) membatik (kain) mengarang cerita,
membuat surat, berkirim surat.

Tarigan (1986 : 4) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang


produktif dan ekSpresif. Dalam kegiatan mmenulis ini, penulis harus terampil dalam
memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis tidak ini tidak
dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.

Menurut Rusyana (1984 : 191) mengemukakan bahwa menulis merupakan


kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, kemampuan menulis memiliki arti yang sangat penting yaitu : (1)
menulis dalam arti mengekspresikan atau mengemukakan pikiran, perasaan

dalam bahasa tulis; (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi

bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan


berupa pikiran dan perasaan.

Duri * beberapa ' definisi pengertian menulis dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan dalam menyusun pola-pola bahasa dalam
penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan
dengan memanfaatkan

struktur bahasa dan kosakata yang yang tepat. Menulis tidak

diperoleh secara alamiah melainkan melaui proses belajar dan

latihan.

3.1 Tujuan menulis

Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) menyatakan bahwa tujuan menulis siswa di
sekolah dasar untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas-
tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa
dengan baik.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa


mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaj inatif (Malin, 2013:Online).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan menulis yaitu memberikan


informasi pada pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan
yang tujuannya untuk menghibur pembaca dan dapat menyalurkan serta

mengembangkan kreativitas seseorang. Tulisan dibuat untuk


*

interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi


pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan

bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.

Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam

_ Wu RM ludenesia dapat teratasi dan dapat terlaksana muai dengan tujuan


(Kavriati. 20l 3 : 29)
Oleh karena itu peran guru amatlah menentukanvdalam mengajarkan bahasa
indonesia. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa indnnesia. Sebab. gum dituntut menguasai pembelajaran
Bahasa Indonesia dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun tiga aspek yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu :

&. Pengetahuan kosakata. Rngetahuan kosakata berguna untuk mengarahkan


perhatian siswa dalam membaca. menafsirkan dan memahami isi bacaan.

b. Kemampuan menggunakan ingatan jangka pendek dan jangka

panjang.

Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan cara guru membantu siswa dengan
menunjukkan strategi membaca yang tepat.

c. Pemahaman bacaan. Pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan kompetensi memusatkan perhatian pada isi

bacaan. (Zaini, 2013 : 4l).

I
V

3. Pengertian menulis

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa indonesia mempunyai arti : (1) membuat
huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya); (2)
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan; (Ii) menggambar, melukis; dan (4) membatik (kain) mengarang cerita,
membuat surat, berkirim surat.

Tarigan (1986 : 4) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang


produktif dan ekSpresif. Dalam kegiatan mmenulis ini, penulis harus terampil dalam
memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis tidak ini tidak
dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.

Menurut Rusyana (1984 : 191) mengemukakan bahwa menulis merupakan


kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, kemampuan menulis memiliki arti yang sangat penting yaitu : (1)
menulis dalam arti mengekspresikan atau mengemukakan pikiran, perasaan

dalam bahasa tulis; (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi

bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan

berupa pikiran dan perasaan.

Duri * beberapa ' definisi pengertian menulis dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan dalam menyusun pola-pola bahasa dalam
penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan
dengan memanfaatkan
struktur bahasa dan kosakata yang yang tepat. Menulis tidak

diperoleh secara alamiah melainkan melaui proses belajar dan

latihan.

3.1 Tujuan menulis

Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) menyatakan bahwa tujuan menulis siswa di
sekolah dasar untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas-
tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa
dengan baik.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa


mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaj inatif (Malin, 2013:Online).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan menulis yaitu memberikan


informasi pada pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan
yang tujuannya untuk menghibur pembaca dan dapat menyalurkan serta

mengembangkan kreativitas seseorang. Tulisan dibuat untuk

dapat memecahkan masalah bagi seseorang dalam

' menyelesaikan soal kesehariannya.


Tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam . antara lain :

a. Tulisan yang bertujuan unutk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana


informasi (infomasi discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan penerangan kepada para pembaca.

b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif (persuasive
discourse).

c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang


mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesatraan (literacy
discourse). Tujuan penulisan untuk menyenangkan ini disebut juga tujuan altruistis
(altruistic purpose), yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca.

d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api
disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

3.2 Manfaat menulis Kegiatan menulis banyak manfaatnya, seperti yang

diungkapkan Suharti Akhadiah (Slamet. 2007:!69) yaitu: (a) *

interpretasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi


pikiran (bertukar pikiran) melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; (5) tanya jawab
didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak
berbicara berarti siswa tidak belajar secara optimal; (6) proses belajar mengajar
tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan
kemampuan. (Tim struktur, 2007 : 28-30) 2.5 Hakikat Pembelajaran Bahasa
lndonesia

Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa yang baik merupakan modal terpenting bagi manusia
untuk berinterksi dan berkomunikasi dengan baik. Selain itu pada hakikatnya,
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan

bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan.

Adapun kenyataannya pembelajaran Bahasa lndonesia sebagai bahan pengantar


pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan sampai sekarang masih dirasakan
belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
pengajar Bahasa Indonesia yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
sebagai persiapan untuk melaksanakan tugasnya.

Sehingga segala macam bentuk rintangan dan hambatan dalam

_ Wu RM ludenesia dapat teratasi dan dapat terlaksana muai dengan tujuan


(Kavriati. 20l 3 : 29)

Oleh karena itu peran guru amatlah menentukanvdalam mengajarkan bahasa


indonesia. Pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat siswa terhadap
mata pelajaran Bahasa indnnesia. Sebab. gum dituntut menguasai pembelajaran
Bahasa Indonesia dan mampu mengembangkan strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun tiga aspek yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia yaitu :

&. Pengetahuan kosakata. Rngetahuan kosakata berguna untuk mengarahkan


perhatian siswa dalam membaca. menafsirkan dan memahami isi bacaan.
b. Kemampuan menggunakan ingatan jangka pendek dan jangka

panjang.

Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan cara guru membantu siswa dengan
menunjukkan strategi membaca yang tepat.

c. Pemahaman bacaan. Pemahaman bacaan dapat dilakukan dengan cara

mengembangkan kompetensi memusatkan perhatian pada isi

bacaan. (Zaini, 2013 : 4l).

3. Pengertian menulis

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa indonesia mempunyai arti : (1) membuat
huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur dan sebagainya); (2)
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan; (Ii) menggambar, melukis; dan (4) membatik (kain) mengarang cerita,
membuat surat, berkirim surat.

Tarigan (1986 : 4) berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang


produktif dan ekSpresif. Dalam kegiatan mmenulis ini, penulis harus terampil dalam
memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata, keterampilan menulis tidak ini tidak
dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.

Menurut Rusyana (1984 : 191) mengemukakan bahwa menulis merupakan


kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis
untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, kemampuan menulis memiliki arti yang sangat penting yaitu : (1)
menulis dalam arti mengekspresikan atau mengemukakan pikiran, perasaan

dalam bahasa tulis; (2) menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi

bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan

berupa pikiran dan perasaan.

Duri * beberapa ' definisi pengertian menulis dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan dalam menyusun pola-pola bahasa dalam
penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan/pesan
dengan memanfaatkan

struktur bahasa dan kosakata yang yang tepat. Menulis tidak

diperoleh secara alamiah melainkan melaui proses belajar dan

latihan.

3.1 Tujuan menulis


Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) menyatakan bahwa tujuan menulis siswa di
sekolah dasar untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas-
tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa
dengan baik.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa


mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaj inatif (Malin, 2013:Online).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tujuan menulis yaitu memberikan


informasi pada pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan
yang tujuannya untuk menghibur pembaca dan dapat menyalurkan serta

mengembangkan kreativitas seseorang. Tulisan dibuat untuk

dapat memecahkan masalah bagi seseorang dalam

' menyelesaikan soal kesehariannya.

Tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam . antara lain :

a. Tulisan yang bertujuan unutk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana


informasi (infomasi discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan penerangan kepada para pembaca.

b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif (persuasive
discourse).
c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesatraan (literacy
discourse). Tujuan penulisan untuk menyenangkan ini disebut juga tujuan altruistis
(altruistic purpose), yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca.

d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api
disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

3.2 Manfaat menulis Kegiatan menulis banyak manfaatnya, seperti yang

diungkapkan Suharti Akhadiah (Slamet. 2007:!69) yaitu: (a)

dapat. mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan


permasalahan yang sedang ditulis; (b) dapat mengembangkan dan menghubung-
hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran; (c) dapat memperluas wawasan dan

kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam

bentuk berfikir terapan; (d) dapat menjelaskan dan

mempertegas permasalahan yang kabur; e) dapat menilai gagasan sendiri secara


objektif; t) dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat; g) dapat
membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.

Susanto (2013 : 255) mengemukakan beberapa manfaat dari menulis, sebagai


berikut :

a. Lebih mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai mana
pengetahuan kita tentangsuatu topik
b. Dapat mengembangkan berbagai gagasan

c. Lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan


topic yang ditulis

d. Mengomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara


tersurat

e. Dapat menilai diri kita secara objektif

isi dari kalangan. maka seorang penulis harus bias menuangkan ide/gagasan
melalui suatu tulisan yang pemilahan katanya secara benar (Nurtriastuti. 20l l :30).
4.1 Jenis jenis karangan Berdasarkan jenisnya karangan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain : ]) Karangan Deskripsi Jenis tulisan yang
menggambarkan atau melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya agar
pembaca memiliki daya bayang tinggi. mereka seolah-olah melihat sendiri objek

yang digambarkan atau dilukiskan itu dengan mata

kepalanya sendiri. Jenis tulisan ini sering juga disebut tulisan lukisan.

2) Karangan Narasi Jenis tulisan yang menceritakan atau mengisahkan suatu


peristiwa dengan tujuan agar pembaca pembaca seolah-olah mengalami kejadian
yang diceritakan itu. Jenis tulisan ini seringjuga disebut tulisan kisahan

3) Karangan Eksposisi Jenis tulisan yang memaparkan atau menjelaskan sejumlah

pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca

mendapat pengetahuan dan infomasi tentang suatu itu


isi dari kalangan. maka seorang penulis harus bias menuangkan ide/gagasan
melalui suatu tulisan yang pemilahan katanya secara benar (Nurtriastuti. 20l l :30).
4.1 Jenis jenis karangan Berdasarkan jenisnya karangan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain : ]) Karangan Deskripsi Jenis tulisan yang
menggambarkan atau melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya agar
pembaca memiliki daya bayang tinggi. mereka seolah-olah melihat sendiri objek

yang digambarkan atau dilukiskan itu dengan mata

kepalanya sendiri. Jenis tulisan ini sering juga disebut tulisan lukisan.

2) Karangan Narasi Jenis tulisan yang menceritakan atau mengisahkan suatu


peristiwa dengan tujuan agar pembaca pembaca seolah-olah mengalami kejadian
yang diceritakan itu. Jenis tulisan ini seringjuga disebut tulisan kisahan

3) Karangan Eksposisi Jenis tulisan yang memaparkan atau menjelaskan sejumlah

pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca

mendapat pengetahuan dan infomasi tentang suatu itu

dengan jelas. Jenis tulisln ini sering juga disebu Kulim ' Panama4) Karangan
Argumentasi Jenis tulisan yang bertujuan untuk membukukan suatu hal schingga
pembaca meyakini kebenaran akan suatu yang disampaikan penulisnya itu. Jenis
tulisan ini sexing jug disebut tulisan pembuktian atau alasan. S) Karangan Persuasi
Jenis tulisan yang bertujuan untuk mempengamhi pembaca agar mereka setuju dan
sepaham dengan ide atau gagasan yang disampaikannya. Jenis tulisan ini sering
juga disebut tulisan ajakan atau bujukan (Mulyati, dkk, 20! l:7-l 8). 4.2 Unsur-Unsur
Karangan Dalam pembelajaran mengarang aspek yang dapa: digunakan sebagai
acuan untuk penilaian dari keterampilan menulis karangan pada siswa yaitu
melibatkan aspek antara lain : (1) Penggunaan tanda baca dan ejaan yang tepat;
(2) Penggunaan diksi dan kosakata yang tepat; (3) Penataan kalimat; (4)
Pengembangan paragraf; (5) pengolahan gagasan dan pengembangan model
karangan (Slamet, 2007: 209). Sejalan dengan hal tersebut, Harris dan Amran
(Nurgiyantnro, 2009: 306) mengemukakan bahwa unsur-unsur

yang dinilai dalam mengarang adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai