Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah melaksanakan

kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam

lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting

.Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian, pembiyaan dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana

dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif

memberikan sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja

sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru

harus terlibat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan konsep administrasi pendidikan ?

2. Apa sajakah fungsi administrasi pendidikan ?

3. Bagaimanakah lingkup bidang garapan administrasi pendidikan

menengah ?

4. Apakah peranan guru dalam administrasi pendidikan ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep administrasi pendidikan.

2. Untuk mengetahui fungsi administrasi pendidikan.

3. Untuk mengetahui lingkup bidang garapan administrasi pendidikan menengah.

4. Untuk mengetahui peranan guru dalam administrasi pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan

Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, perlu

di bahas:

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

Administrasi Pendidikan seringkali disalah artikan sebagai semata-mata ketatausahaan

pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwah pengertian administrasi

pendidikan sebenarnya adalah bukan sekedar itu. Mendefinisikan administrasi pendidikan

tidak sebegitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culbertson (1982),

mengatakan bahwah Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana

kompleksnya administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar

50.000 masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. Angka ini

ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan administrasi pendidikan,
seperti masyarakat, sekolah guru, murid, orang tua, dan variabel yang berhubungan dengan

itu.

Kajian tentang administrasi pendidikan secara mendalam bukan menjadi tujuan

penulisan buku ini, karena hal itu menyangkut masalah pembicaraan yang lebih mendalam

tentang pendekatan, objek, dan etika dalam ilmu itu. Oleh karena itu, perlu dicari upaya

pemahaman tentang administrasi pendidikan sesuai dengan maksud penulisan buku ini.

barangkali pengertian itu akan lebih mudah difahami kalau kita mencoba melukiskan

administrasi pendidikan dari berbagai sudut pandang, dan mencoba memahaminya dari

sudut pandang itu.

Ibarat kita mempelajari manusia, salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah

meninjaunya dari keadaan fisik manusia itu. Kita dapat melihat bagian-bagian tubuhnya,

struktur tulangnya, peredaran darahnya, susunan otot-ototnya atau pencernaannya. Namun

kita juga dapat meninjaunya dari reaksi psikisnya, hubungan dengan kelompoknya atau dari

tinjauan aspek kemanusiaan lainnya. Dengan demikian, kita tidak perlu mendefinisikan

manusia. Mendefenisikan apa itu manusia ternyata sulit, meskipun kelihstannya mudah. Hal

ini disebabkan manusia mempunyai dimensi yang sangat banyak, yang sukar disatukan

kedalam satu defenisi. Kalau misalnya kita mendefenisikan manusia sebagai makluk yang

terdiri dari kepala, perut, dua tangan, dua kaki, dan seterusnya, Kemudian timbul pertanyaan

apakah manusia yang mempunyai satu kaki dan satu tangan bukan manusia, atau manusia

yang berperilaku seperti binatang masi dapat kita sebut manusia, meskipun organ tubuhnya
lengkap. Sebagai akibatnya, akan muncul pula berbagai pertayaan lainnya, yang juga tidak

mudah dijawab dan didefenisikan.

Dengan menggunakan analogi itu, pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan

dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari

berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.

Pertama, admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai

tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang

sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung linkup dan tingkat pengrtian

pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajatran di kelas satu

sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan

dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa atau tujuan pendidikan nasiola.

Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuab itu juga kompleks, dan sering kali

tujuan demekian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama

dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.

Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan misalnya,

terdapat tujuan sekolah, untuk mencapai tujuan penididikan di sekolah itu di perlukan kerja

sama diantara semua personel sekolah (Guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha), dan

orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, kepala kantor

depertemen P dan K, dokter puskesmas, dll). Kerja sama dalam menyelengarakan sekolah

harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan
sumbangannya secara maksimal. kerja sam untuk mencapai tujuan pendidikan denga

berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan

pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin

dicapai, bagaimana mencapainya, berao lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa

banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang

terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak

dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan

masing-masing anggota organisasi.

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga aar tugas-tugas yang telah dibagi itu

tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menuruti peraturan

sehingga menyumbang terhadap pencapaian yang telah ditetapkan atau disepakati. tiap-tiap

orang harus mengetahaau tugas-tugas masing-masing sehingga tumpang tindih yang tidak

perlu dapat dihindarkan. Disamping itu dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan

waktu merupakan hal yang penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus

dilakukan kemudian dan ada pula yang harys dikerjakan secara berbarengan. Oleh karena

proses ini dilakukan denga kerja sama, bentuk kerja sama ini dapat diibaratkan seperti kerja

sama yang terjadi jika sekelompok orang bermain musik dalam suatu konser. ada yang

memainkan piano, ada yang memainkan gitar, ada yang memainkan seruling, tetapi semua
dalam tempo dan irama yang terkoordinasikan. Meskipun apa yang dilakukan oleh masing-

masing pemain yang berbeda-beda baik dalam isi tugasnya, waktu melakukan tugasnya,

maupun dalam kuat dan lemahnya bunyi yang dihasilkan, tetapi hasilnya adalah suatu

alunan musik yang indah. semua ini dikoordinasikan leh seorang konduktor.

Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur

yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya

pemborosan. semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelimnya harus tetap ingat dan secara konsisten menuju tujuan itu kadang-kadang karena

beberapa faktor perumusan tujuan itu tidak jelas, sehingga cara mencapainyapun tidak

jelas.dalam keadaan demikian, diperlukan pul a adanya pengarahan. Agar pengarahan ini

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan pengarah yang mempunyai krmampuan

kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja

sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama.

Disamping pengarahan, suatu kerja sama juga memerlukan proses pemantauan

(monitarium), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui

sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan

apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-

bukti atau data dalam menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain,

kegiatan pemantauan atau monitorin adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang

penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan. Data itu mencapai untuk

mengidentifikasikan apakah proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik, apakah ada
penyimpangan dalam kegiatan itu, serta kelemahan apa yang didapatkan dalam

penyelenggaraan kegiatan tersebut

Proses kerja sama pendidika itu akhirnya harus dinilai untuk melihat apakah tujuan

yang telah ditetapkan tercapai, dan kalau tidak apakah hambatan-hambatannya. Penilaian ini

dapat berupa penilaian proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan itu.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikit sitem. Sistem

adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam

suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengertian ini kelihatannya sulit

tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambillah contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu

merupakan suatu keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat

sekolah sebagai suatu sistem kita hrus melihat:

a. Masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem (lingkungannya) yang

akan diolah oleh sitem ; dalam sistem sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang

masuk sekolah dasar itu.

b. prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan

menjadi keluaran. Contoh proses itu disekolah dasar adalah proses belajar mengajar,

bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya.

Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber baik tenaga, sarana, dan prasarana,

uang maupun waktu. Sumber ini seringkali dinamakan masukan instrumental.

c. keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal ini

berupa lulusan.
Mutu lulusa akan sangat tergantung kepada mutuh masukan, masukan instrumental, dan

proses itu sendiri. Dengan demikian, kemampuan awal murid, latar belakang murid, dan

keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah. Mutu juga sangat tergantung kepada

mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerja sama antara guru dengan

murid, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, sebagai masukan instrumental.

Kesemuanya ini menentuka kualitas proses belajar-mengajar, yang pada gilirannya sangat

menentuka kualitas lulusan itu. hal tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penilitian

tentang unjuk kerja sekolah dan murid.

Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika

administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah

pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai

sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan

.Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia,uang, sarana dan prasarana maupun

waktu. Upaya harus dicari dalam memanfaatkan sumber yang tersedia dengan sebaik-

baiknya. Seringkali sarana dan prasarana yang ada dalam proses belajar mengajar, misalnya

belum dimanfaatkan secara baik . Buku paket atau bantuan alat-alat seperti mikroskop

disekolah hanya menjadi pajangan saja. Disamping itu, sering pula kita temukan bahwa

waktu kontrak antara guru dan murid tidak dimanfaatkan secara baik,dan murid disibukkan

oleh kegitan-kegiatan yang kurang perlu, seperti menyambut pejabat datang kedesa,

mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menunggu guru yang terlambat

masuk kelas.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.

Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab

pertanyaan bagaimana kemampuan administrator pendidikan itu, apakah ia dapat

melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangu karso dan ing ngarso sungtulodo dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Dengan perkataan lain, bagaimana ia menggerakkan orang

lain untuk bekerja lebih giat dengan mempengaruhi dan mengawasi, bekerja bersama-sama,

dan memberi contoh. Sudah barang tentu administrator yang ingin berhasil harus memahami

teori dan praktek kepemimpinannya, serta mampu dan mau melaksanakan penetahuan dan

kemauannya itu.

Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan.

Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegitan kelompok orang bukanlah

pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam-macam

masalah, ia harus memecahkan masalah itu. Untuk memecahkan masalah tersebut

di`perlukan kemampuan, dalam mengambil kepurusan, yaitu memilih kemungkinan tidakan

yang terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkianan tindakan yang dapat dilakukan.

Setiap hari kita sebagai individu pun harus juga mengambil keputusan, sebab memang untuk

setiap aspek kehidupan kita mem`punyai tugas menjadi guru atau memimpin organisasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap saat guru harus mengambil keputusan apa yang

terbaik bagi muridnya. Karena mengambil keputusan selalu ada risikonya, maka guru harus

mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang baik. Administrasi pendidikan

merupakan ilmu yang dapat menuntun pengambilan keputusan pendidikan yang baik.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kominikasi. Komunikasi

dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang

kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti

apa yang dimaksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada

komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan

atau apa yang dimaui teman sekerjanya. Bila hal ini terjadi, sebenarnya kerja sama itu tidak

ada dan oleh karena itu administrasi pun tidak ada.

Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu

kegiatan tatausaha yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan

kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan

laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu salah, karena setiap aspek kegiatan

administrasi dengan pengertian diatas, selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang

perlu diingat, Kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian

administrasi dalam arti seperti yang dipaparkan pada butir-butir satu sampai tujuh diatas.

Uraian diatas mencoba menjelaskan pengertian administrasi pendidikan, tanpa

mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah disinggung dimuka, satu

definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang administrasi pendidikan, karena

administrasi pendidikan mempunyai banyak muka (dimensi). Perlu pula dicatat, bahwa

administrasi pendidikan dapat ditinjau pula dari cakupannya. Ada administrasi pendidikan

pada satuan pendidikan seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah,

pergruan tinggi serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang dilihat dari
cakupan wilayah,yaitu tingkat kecamatan, kabupaten,provinsi, dan nasional. Pusat perhatian

pada bagian ini adalah administrasi pendidikan pada tingkat sekolah menengah.

2. Konsep Administrasi Pendidikan

Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya denga administrasi pendidikan

disekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional itu.

a. Sistem Pendidikan Nasional

Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional

adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Supaya

otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip langsung Bab I Pasal 1 ayat 3 Undang-

Undang tersebut, sebagai berikut:

Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang terpadu dari semua satuan

dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan

tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan sistem

pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran nadsional

yang termasud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak membatasi pada

pengajaran saja, melainkan meluas ke`pada masalah yang berhubungan dengan

pembentukan manusia indonesia. Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai sistem

pendidikan nasional dalam Undang-Undang itu adalah :


a. Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat

penting dalam mencapai cita-cita nasional

b. Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan

terpadu. Semesta diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di

seluruh wilayah negara, menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan dan terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan

sistem pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha `pembangunan nasional

c. Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri P dan K

( UUS~PN No.2/89 ~Pasal 49 ). Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsur-

unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita pakai sebagai titik tolak

pembahasan.

Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Satuan

pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai wujud

sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam

bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan yang

penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh.

kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai cita-cita

pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah yang alaminya

terdapat kegitan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai tujuan, sistem

pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana arah dan bagaimana seharusnya

pendidikan nasional dikelola.


Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai keseluruhan

unsur atau komponen dan kegiatan yang ada dinusantara. Unsur-unsur yang membentuk

sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang dalam rangka pencapaian

tujuan pendidikan nasional. Jika kita mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor

2/1989, maka dapat kita temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah :

a. Berakar kepada kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

b. Merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan

nasional

c. Mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah

d. Mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan, tanggung jawab

penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat, kebebasan

penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan

yang sesuai dengan peserta didik.

Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 2/1989 itu

dapat dibedakan atas :

a. Unsur I : Dasar, Fungsi, dan tujuan sistem ( Bab I )

b. Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem ( Bab III, X, XI, XII, XIII, Bab

XVIII, XV, XVI, Bab XIX, Bab XX )

c. Unsur III : Jenjang pendidikan ( Bab V )

d. Unsur IV : Peserta didik ( Bab VI )

e. Unsur V : Tenaga Ke`pendidikan ( Bab VIII )


f. Unsur VI : Sumber daya `pendidikan ( Bab VIII )

g. Unsur V : Kurikulum ( Bab IX )

h. Unsur VII : Organisasi ( Bab XIV, XV )

b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional

Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen sistem

pendidikan nasional, yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang pendidikan

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan

dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam tahun

disekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama

( PP Nomor 1990 ). Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah

dasar luar biasa. Jika kita bicara tentang sekolah menengah, maka kita berbicara tentang

dua jenjang sekolah, karena sekolah menengah pertama berada di jenjang pendidikan

dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama berada pada jenjang

pendidikan menengah. Program pendidikan S1 dan LPTK, dirancang untuk mengajar

pada jenjang pendidikan menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel ( luwes )

lulusan S1 itu juga mampu mengajar pada jenjang pendidikan dasar.

Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang

pendidikan menengah,pendidikan menengah didefinisikan sebagai pendidikan yang

diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah mempunyai bentuk

satuan pendidikan yang terdiri atas:

a. Sekolah menengah umum


b. Sekolah menengah kejuruan

c. Sekolah menengah keagamaan

d. Sekolah menengah kedinasan

e. Sekolah menengah luar biasa

Anda mungkin juga menyukai