PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam
dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif
memberikan sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja
sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru
harus terlibat.
B. Rumusan Masalah
menengah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, perlu
di bahas:
pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwah pengertian administrasi
tidak sebegitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culbertson (1982),
mengatakan bahwah Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana
50.000 masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. Angka ini
ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan administrasi pendidikan,
seperti masyarakat, sekolah guru, murid, orang tua, dan variabel yang berhubungan dengan
itu.
penulisan buku ini, karena hal itu menyangkut masalah pembicaraan yang lebih mendalam
tentang pendekatan, objek, dan etika dalam ilmu itu. Oleh karena itu, perlu dicari upaya
pemahaman tentang administrasi pendidikan sesuai dengan maksud penulisan buku ini.
barangkali pengertian itu akan lebih mudah difahami kalau kita mencoba melukiskan
administrasi pendidikan dari berbagai sudut pandang, dan mencoba memahaminya dari
Ibarat kita mempelajari manusia, salah satu cara yang dapat kita tempuh adalah
meninjaunya dari keadaan fisik manusia itu. Kita dapat melihat bagian-bagian tubuhnya,
kita juga dapat meninjaunya dari reaksi psikisnya, hubungan dengan kelompoknya atau dari
tinjauan aspek kemanusiaan lainnya. Dengan demikian, kita tidak perlu mendefinisikan
manusia. Mendefenisikan apa itu manusia ternyata sulit, meskipun kelihstannya mudah. Hal
ini disebabkan manusia mempunyai dimensi yang sangat banyak, yang sukar disatukan
kedalam satu defenisi. Kalau misalnya kita mendefenisikan manusia sebagai makluk yang
terdiri dari kepala, perut, dua tangan, dua kaki, dan seterusnya, Kemudian timbul pertanyaan
apakah manusia yang mempunyai satu kaki dan satu tangan bukan manusia, atau manusia
yang berperilaku seperti binatang masi dapat kita sebut manusia, meskipun organ tubuhnya
lengkap. Sebagai akibatnya, akan muncul pula berbagai pertayaan lainnya, yang juga tidak
dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari
berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.
tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang
sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung linkup dan tingkat pengrtian
pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajatran di kelas satu
sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan
dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa atau tujuan pendidikan nasiola.
Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuab itu juga kompleks, dan sering kali
tujuan demekian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama
Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan misalnya,
terdapat tujuan sekolah, untuk mencapai tujuan penididikan di sekolah itu di perlukan kerja
sama diantara semua personel sekolah (Guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha), dan
orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang tua, kepala kantor
depertemen P dan K, dokter puskesmas, dll). Kerja sama dalam menyelengarakan sekolah
harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan
sumbangannya secara maksimal. kerja sam untuk mencapai tujuan pendidikan denga
pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin
dicapai, bagaimana mencapainya, berao lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa
terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak
dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga aar tugas-tugas yang telah dibagi itu
tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menuruti peraturan
sehingga menyumbang terhadap pencapaian yang telah ditetapkan atau disepakati. tiap-tiap
orang harus mengetahaau tugas-tugas masing-masing sehingga tumpang tindih yang tidak
perlu dapat dihindarkan. Disamping itu dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan
waktu merupakan hal yang penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus
dilakukan kemudian dan ada pula yang harys dikerjakan secara berbarengan. Oleh karena
proses ini dilakukan denga kerja sama, bentuk kerja sama ini dapat diibaratkan seperti kerja
sama yang terjadi jika sekelompok orang bermain musik dalam suatu konser. ada yang
memainkan piano, ada yang memainkan gitar, ada yang memainkan seruling, tetapi semua
dalam tempo dan irama yang terkoordinasikan. Meskipun apa yang dilakukan oleh masing-
masing pemain yang berbeda-beda baik dalam isi tugasnya, waktu melakukan tugasnya,
maupun dalam kuat dan lemahnya bunyi yang dihasilkan, tetapi hasilnya adalah suatu
alunan musik yang indah. semua ini dikoordinasikan leh seorang konduktor.
Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur
yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya
pemborosan. semua orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelimnya harus tetap ingat dan secara konsisten menuju tujuan itu kadang-kadang karena
beberapa faktor perumusan tujuan itu tidak jelas, sehingga cara mencapainyapun tidak
jelas.dalam keadaan demikian, diperlukan pul a adanya pengarahan. Agar pengarahan ini
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, diperlukan pengarah yang mempunyai krmampuan
kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja
(monitarium), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui
sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan
apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-
bukti atau data dalam menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain,
kegiatan pemantauan atau monitorin adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang
mengidentifikasikan apakah proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik, apakah ada
penyimpangan dalam kegiatan itu, serta kelemahan apa yang didapatkan dalam
Proses kerja sama pendidika itu akhirnya harus dinilai untuk melihat apakah tujuan
yang telah ditetapkan tercapai, dan kalau tidak apakah hambatan-hambatannya. Penilaian ini
dapat berupa penilaian proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan itu.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikit sitem. Sistem
adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam
suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengertian ini kelihatannya sulit
tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambillah contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu
merupakan suatu keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat
a. Masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem (lingkungannya) yang
akan diolah oleh sitem ; dalam sistem sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang
menjadi keluaran. Contoh proses itu disekolah dasar adalah proses belajar mengajar,
bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah remaja, dan sebagainya.
Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber baik tenaga, sarana, dan prasarana,
c. keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal ini
berupa lulusan.
Mutu lulusa akan sangat tergantung kepada mutuh masukan, masukan instrumental, dan
proses itu sendiri. Dengan demikian, kemampuan awal murid, latar belakang murid, dan
keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah. Mutu juga sangat tergantung kepada
mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerja sama antara guru dengan
murid, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, sebagai masukan instrumental.
Kesemuanya ini menentuka kualitas proses belajar-mengajar, yang pada gilirannya sangat
menentuka kualitas lulusan itu. hal tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penilitian
Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika
administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah
pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai
sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan
.Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia,uang, sarana dan prasarana maupun
waktu. Upaya harus dicari dalam memanfaatkan sumber yang tersedia dengan sebaik-
baiknya. Seringkali sarana dan prasarana yang ada dalam proses belajar mengajar, misalnya
belum dimanfaatkan secara baik . Buku paket atau bantuan alat-alat seperti mikroskop
disekolah hanya menjadi pajangan saja. Disamping itu, sering pula kita temukan bahwa
waktu kontrak antara guru dan murid tidak dimanfaatkan secara baik,dan murid disibukkan
oleh kegitan-kegiatan yang kurang perlu, seperti menyambut pejabat datang kedesa,
mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menunggu guru yang terlambat
masuk kelas.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.
melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangu karso dan ing ngarso sungtulodo dalam
lain untuk bekerja lebih giat dengan mempengaruhi dan mengawasi, bekerja bersama-sama,
dan memberi contoh. Sudah barang tentu administrator yang ingin berhasil harus memahami
teori dan praktek kepemimpinannya, serta mampu dan mau melaksanakan penetahuan dan
kemauannya itu.
Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan.
Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegitan kelompok orang bukanlah
Setiap hari kita sebagai individu pun harus juga mengambil keputusan, sebab memang untuk
setiap aspek kehidupan kita mem`punyai tugas menjadi guru atau memimpin organisasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap saat guru harus mengambil keputusan apa yang
terbaik bagi muridnya. Karena mengambil keputusan selalu ada risikonya, maka guru harus
merupakan ilmu yang dapat menuntun pengambilan keputusan pendidikan yang baik.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kominikasi. Komunikasi
dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang
kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti
apa yang dimaksudkan orang lain itu. Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada
komunikasi, maka orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan
atau apa yang dimaui teman sekerjanya. Bila hal ini terjadi, sebenarnya kerja sama itu tidak
laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu salah, karena setiap aspek kegiatan
administrasi dengan pengertian diatas, selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang
perlu diingat, Kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian
administrasi dalam arti seperti yang dipaparkan pada butir-butir satu sampai tujuh diatas.
mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah disinggung dimuka, satu
definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang administrasi pendidikan, karena
administrasi pendidikan mempunyai banyak muka (dimensi). Perlu pula dicatat, bahwa
administrasi pendidikan dapat ditinjau pula dari cakupannya. Ada administrasi pendidikan
pada satuan pendidikan seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah,
pergruan tinggi serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang dilihat dari
cakupan wilayah,yaitu tingkat kecamatan, kabupaten,provinsi, dan nasional. Pusat perhatian
pada bagian ini adalah administrasi pendidikan pada tingkat sekolah menengah.
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional
adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Supaya
otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip langsung Bab I Pasal 1 ayat 3 Undang-
Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
yang termasud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak membatasi pada
pembentukan manusia indonesia. Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai sistem
terpadu. Semesta diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di
unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita pakai sebagai titik tolak
pembahasan.
sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam
bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan yang
kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai cita-cita
pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah yang alaminya
terdapat kegitan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai tujuan, sistem
unsur atau komponen dan kegiatan yang ada dinusantara. Unsur-unsur yang membentuk
sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Jika kita mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor
2/1989, maka dapat kita temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah :
nasional
b. Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem ( Bab III, X, XI, XII, XIII, Bab
Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen sistem
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam tahun
disekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama
( PP Nomor 1990 ). Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah
dasar luar biasa. Jika kita bicara tentang sekolah menengah, maka kita berbicara tentang
dua jenjang sekolah, karena sekolah menengah pertama berada di jenjang pendidikan
dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama berada pada jenjang
pada jenjang pendidikan menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel ( luwes )