1. Stadium 0.
2. Stadium I.
3. Stadium II.
4. Stadium III.
5. Stadium IV.
Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati
atau paru paru.
6. Kambuh .
Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh
kembali setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi.
Penyakit ini dapat kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di
bagian tubuh yang lain.
(Smeltzer, Suzanne C , 2005)
D. Manifestasi Klinis.
1. Perubahan kebiasaan defekasi (merupakan gejala yang paling sering
ditunjukkan), keluar darah bersama dengan feses (merupakan gejala
yang paling sering).
2. Anemia, anoreksia, penurunan berat badan, dan kelelahan.
3. Lesi sebelah kanan : nyeri abdominal tumpul dan melena.
4. Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram, feses mengecil, konstipasi
dan distensi, darah merah segar dalam feses.
5. Lesi rektal : tenesmus (nyeri rectal, merasakan evakuasi tidak lampias
setelah defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian.
(Brunner & Suddarth, 2005)
E. Patofisiologi.
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui
secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas
tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat
berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di colon. Hipotesa
penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa
menyebabkan kanker.
Dimulai dari faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencakup
diet tinggi lemak dan rendah serat, yang menyebabkan kanker kolon dan
rektum terutama (95%) adekarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus)
sebagai polip jinak tetapi menjadi ganas dan menyusup serta meluas
kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
kebagian tubuh yang lain (paling sering kehati).
Tumor tumor pada recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada
umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian
menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi
secara limfogenik, hematogenik, atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ
lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal di bagi 3 fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini
berjalan lama sampai sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase
pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang
berlangsung bertahun tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya
keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut perlahan
lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan
menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam
stadium lanjut.
(Jan Tambayong, 2005)
F. Pathways.
A
G. Pemeriksaan Penunjang.
1. Dengan RECTAL TOUCHER biasanya diketahui :
a. Tonus sfingterani keras atau lembek.
b. Mukosa kasar, kaku biasanya tidak dapat digeser
c. Ampula rektum kolaps atau kembung terisi feses atau tumor yang
dapat teraba ataupun tidak
2. Foto sinar X pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada
pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 6 cm
berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan
gambaran mukosa rusak.
3. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA). Pemeriksaan CEA dapat
dilakukan, meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi
menyekresi CEA.
4. Tes tes Khusus
a. Proktosigmoidoskopi. Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai
menderita karsinoma usus besar. Jika tumor terletak dibawah, bisa
terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian proksimal sering
berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
b. Sistoskopi. Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau
pemeriksaan yang mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
5. Tes darah samar pada feses / kotoran (Fecal Occult Blood Test FOBT).
Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat
mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes
ini hanya mendeteksi darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah
yang sangat sedikiy dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi
darah, tes tes lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah
tersebut. Kondisi jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah
dalam kotoran.
6. Sigmoidoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon
dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
7. Kolonoskopi. Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan
polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa
diangkat.
8. Enema barium kontras ganda (Double contrast barium enema).
Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair
putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan
demikian, ketidakabnormalan (seperti polip) dapat terlihat dengan jelas.
9. Pemeriksaan rektal secara digital. Pemeriksaan rektal seringkali menjadi
bagian pemeriksaan (check up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan
jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi kedalam rektum, untuk
merasakan ketidaknormalan.
H. Penatalaksaan.
1. Penatalaksanaan Medis.
Satu satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah,
dengan tujuan utamanya memperlancar saluran cerna. Kemoterapi dan
radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah :
a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus
limfatik).
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolosti sigmoid permanene
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal).
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosisi lanjut dari kolostomi
(memungkinkan dekomperasi usus awal dan persiapan usus sebelum
reseksi).
d. Kolostomi permanen (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi). (Brunner & suddarth, 2005)
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam
bentuk pendukung / terapi ajufan yang mencakup kemoterapi, radiasi
dan imunoterapi (Brunner & Suddart, 2005).
Obat sitostatika diberikan bila :
a. Inoperabel
b. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah
menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian
residif kembali
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut
turut. Pemberian berikutnya pada hari ke- 36 (siklus sekali 5
minggu) dengan total 6 siklus
b. Futraful 3 4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus
operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih
efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan
trombosit darah. Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan pada pasien.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal pada pasien.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi mengenai proses atau kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan. (Bruuner & Suddarth, 2005)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
1. Pengkajian Dasar.
a. Anamnesa.
1) Identitas pasien.
2) Identitas penanggung jawab pasien.
b. Keluhan utama.
2. Fokus Pengkajian.
a. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
Gejala :
Gejala :
i. Keamanan.
Gejala :
1) Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
2) Pemajanan matahari lama.
Tanda :
1) Demam.
2) Ruam kulit, ulserasi
j. Seksualitas.
Gejala :
1) Masalah seksual.
2) Pasangan seks multiple.
k. Interaksi sosial.
Gejala :
1) Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung.
2) Riwayat perkawinan.
3. Penyuluhan / pembelajaran.
a. Riwayat kanker pada keluarga.
b. Riwayat pengobatan.
(doengoes, 2004)
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan pertumbuhan/metastase tumor
2. Nyeri akut berhubungan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan akibat
metastase tumor.
3. Mual/Nause berhubungan parmesetik (kemotherapi)
4. Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal/
ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker, perasan putus asa dan tak
berdaya/ ketidak cukupan pengetahuan tentang kanker dan pengobatan
C. Intervensi
3 Mual berhubungan Setelah dilakukan1. Kaji penyebab mual dan muntah Dengan diketahui penyebab
dengan kemotherapi tindakan klien. maka perawat dapat
keperawatan 2. Jaga kebersihan klien setelah menentukan tindakan yang
selama ... x 24 jam muntah dan letakan tissue tepat untuk menangani
mual klien akan pembersih pada likasi yang mudah mual/muntah.
berkurang dengan dijangkau oleh klien. Kebersihan dan perawatan
KH : 3. Berikan perawatan oral setelah mulut dapat menghilangkan
Klien akan merasa klien muntah. aroma dan rasa dari muntahan,
lebih nyaman,4. Berikan/ajarkan metose distraksi dan mampu mereduksi stimulus
status cairan dari sensasi mual misalnya terhadap mual/muntah.
seimbang, intake menggunakan musik dsb. Bau dari dapur, kamar mani
nutrisi adekuat 5. Jaga lingkungan yang bersih, dapat merangsang mual/
tenang dan ventilasi yang baik. muntah.
6. Hindarkan pergerakan yang tiba- Pergerakan dapat merangsang
tiba, biarkan klien tetap terlentang. lebih jauh terhadap timbulnya
7. Kolaborasi pemberian antiemetik. mual/muntah.
8. Berikan antiemetik satu jam Pemberian antiemetik lebih
sebelum pemberian khemoterapi. efektif dalam mengurangi/
9. Motifasi klien untuk makan/minum mencegah mual pada klien
sedikit-sedikit tetapi sering. dengan kemoterapi.
10. Berikan diit yang disukai Makan/minum sedikit-sedikit
dalam kondisi hangat dan sajikan tapi sering dapat mengurangi
dengan menarik. sensasi muntah akibat lambung
yang penuh.
Diit yang menarik dan disukai
oleh klien dapat menimbulkan
selera makan klien sehingga
kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
4 Ansietas Setelah dilakukan1. Berikan kesempatan klien, Kontak yang sering oleh
berhubungan dengan tindakan keluarga untuk mengungkapkan pemberi perawatan
lingkungan rumah keperawatan perasaan (marah, rasa bersalah, menunjukan penerimaan dan
sakit yang tak selama..x 24 jam kehilangan, dan nyeri) : menumbuhkan rasa percaya
dikenal/ klien akan mampu- Lakukan kontak yang sering dan klien. Klien mungkin menolak
ketidakpastian mengontrol cemas, berikan suasana yang untuk didekati karena gangguan
tentang hasil mengembangkan meningkatkan ketenagan dan konsep diri, peraweat t8idak
pengobatan kanker, koping yang rileks boleh membuat asumsi tentang
perasan putus asa adaptif dengan KH - Tunjukian sikap tidak menilai dan reaksi klien atau keluarga;
dan tak berdaya/ klien mampu : mendengar dengan penuh memvalidasi rasa takut dan
ketidak cukupan Mengidentifikasi perhatian beban tertentu klien membantu
pengetahuan tentang dan - Gali perasaan dan perilaku sendiri meningkatkan kesadaran,
kanker dan mengungkapkan 2. Dorong untuk mendiskusikan perawat harus sadar tentang
pengobatan kecemasan secara terbuka tentang kanker, bagaimana klien dan keluarga
Mengidentifikasi, pengalaman orang lain, dan bereaksi, dan bagaimana reaksi
mengung kapkan potensial mengontrol dan mereka mempengaruhi
dan mendemons penyembuhannya. perasaan dan perilaku perawat.
trasikan teknik3. Jelaskan rutinitas rumah sakit dan Diskusi terbuka tentang hidup
mengontrol pertegas penjelasan dokter setelah terdiagnosis kanker
ansietas tentang jadwal pemeriksaan dan dapat menumbuh kan harapan
Mengungkapkan tujuan rencana pengobatan. dan dorongan.
terbebas/ Fokuskan pada apa yang Aktifitas fisik memberikan
penurunan distress diharapkan klien pengalihan dan rasa normal,
yang dirasakan 4. Tunjukan adanya harapan pasien yang melakukan aktifitas
TTV memberi5. Tingkatkan aktifitas dan latihan fisik dapat memperbaiki
gambaran fisik kualitas hidup mereka.
terbebas dari6. Identifikasi adanya ego yang
disstress buruk, kemampuan pemecahan
Ekspresi tubuh, masalah yang tidak efektif, kurang
wajah, sikap motifasi, kesehatan secara umum
terbebas dari memburuk, kurang sistem
disstres pendukung
Mampu
berkonsentrasi dan
akurasi perhatian
Mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
faktor-faktor yang
menimbulkan
kecemasan, konflik
dan
penanganannya
Mendemonstrasika
n ketrampilan
mengatasi
masalah
DAFTAR PUSTAKA
EGC
Corwin, J. Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC
Doengoes, Marillyn.2004.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Soeparman & Waspadji.2005.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : FKUI
Tambayong, Jan.2005.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta : EGC