Anda di halaman 1dari 15

KEMOTERAPI

A. Definisi
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/
obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat proliferasi sel-sel
kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja
sel. Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal penggunaan
kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembangannya kini umumnya
dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk
mendapatkan hasiat lebih besar

B. Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.


Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker
tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut
Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin
rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di
inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3. Obat golongan Topoisomeraseinhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker tersebut.

C. Pola pemberian kemoterapi


1. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel
kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor)
atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga
dengan pengobatan penyelamatan.
2. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga
operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
D. Cara pemberian obat kemoterapi.
1. Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 120 menit,
atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih
akurat tetesannya.
2. Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini
antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran,
Myleran, Natulan, Puri-netol, hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.
5. Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.
6. Topikal
7. Intra arterial
8. Intracavity
9. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian
intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-
sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehentikan produksi efusi
pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.

E. Tujuan pemberian kemoterapi.


1. Pengobatan.
2. Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
F. Manfaat Kemoterapi
1. Kemoterapi sangat bermanfaat (karena dapat sembuh atau hidup lama).
a. Penyakit Hodgkin
b. Non Hodgkin limfoma jenis large sel
c. Kanker testis jenis germ sel
d. Leukemia dan Limfoma pada anak
2. .Kemotarapi bermanfaat (karena dapat dikendalikan cukup lama, kadang-
kadang sembuh)
a. Kanker Payudara
b. Kanker Ovarium
c. Kanker Paru jenis small sel
d. Limfoma non Hodgkin
e. Multiple Mieloma
3. Kemoterapi bermanfaat untuk paliatif (dapat mengulang gejala)
a. Kanker Nasofaring
b. Kanker Prostat
c. Kanker Endometrium
d. Kanker Leher dan Kepala
e. Kanker Paru jenis non small sel

4. Kemoterapi kadangkala bermanfaat


a. Kanker Nasofaring
b. Melanoma
c. Kanker usus besar

G. Efek samping kemoterapi


Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Tubuh manusia terdiri dari organ-organ tubuh. Organ tubuh terdiri dari
jaringan dan jaringan dari sel tubuh yang berubah atau mutasi menjadi ganas
dan membelah terus terkendali dan menjadi besar mendobrak, merusak,
jaringan sekitarnya dan akhirnya menyebar, bersarang diorgan lain dan
mengulangi pertumbuhan seperti tempat semula. Sel kanker inilah yang
menjadi target obat kemoterapi.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada
setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang
timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang
sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
Kemoterapi anti kanker akan menyebabkan sel kanker serta beberapa
jenis sel sehat yang juga sedang membelah atau tumbuh mengalami
kerusakan. Namun sel kanker akan mengalami kerusakan lebih parah
dibanding kerusakan pada sel sehat. Setelah beberapa periode 1-3 minggu sel
sehat pulih dan sel kanker juga akan pulih kembali namun mengalami
kerusakan berarti, sehingga atas dasar inilah obat anti kanker dipergunakan.
Untuk mencegah kerusakan permanent dari sel sehat, obat kanker tidak bisa
diberikan sekaligus 4-8 siklus. Hal ini dimaksud untuk memulihkan sel sehat.
Dilain pihak berangsur mengecilkan kanker sehingga akhirnya sel kanker
menjadi sangat kecil tidak terlihat lagi dan bisa dihancurkan dengan sinar atau
dihilangkan dengan operasi. Secara umum obat anti kanker mempunyai akibat
terhadap sel kanker yang sedang cepat membelah itu, namun sel sehat yang
cepat membelah pun termasuk kena akibat anti kanker tersebut.
Diantara sel sehat yang terkena akibat adalah sel-sel darah dimana
berfungsi memerangi infeksi, membantu pembekuan dan membawa oxygen
keseluruh tubuh. Bila sel-sel darah terkena pengaruh, maka penderita akan
gampang terkena infeksi, gampang memar dan serta mudah mengalami
pendarahan. Demikian pula badan terasa lemah karena kurang energi yang
dibakar oleh oxygen.
Sel-sel pada saluran cerna juga cepat membelah, sehingga akibat
gangguan saluran cerna, pasien akan merasa tidak nafsu makan, mual muntah
serta sariawan dan diare akibat rontoknya selaput lender mulut dan usus.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang
paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis
dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama
setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah
merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika
dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi
segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8
sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan
kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi
kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada
minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit
kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu
keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlebihan bila terjadi erosi
pada traktus gastrointestinal.
Efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan
hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal,
dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit
diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis
paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan
pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang
dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran
kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Rambut yang sedang tumbuh pun akan rontok yang dapat dari
kerontokan ringan dampai pada kebotakan, pertumbuhan terhenti, sementara
haid menjadi tidak ada dan laki-laki sementara mengalami sterilisasi. Pada
pusat kanker yang lengkap disediakan bank sperma untuk antisipasi apabilia
terjadi sterilisasi permanent pada pria.
Untuk kemoterapi yang sangat agresif dimana kerusakan sel darah sangat
berat, dipergunakan cangkok sum-sum tulang dari tubuh sendiri (autologus
bone marrow tranplantation). Sel susm-sum tulang kita diambil dan disimpan
dengan pengawet. Pada waktu kerusakan sel darah begitu berat akibat
kemoterapi yang agresif, sel sum-sum tulang badan kita yang disimpan
ditransfusikan kembali ketubuh untuk memulihkan kerusakan tersebut. Pada
prakteknya sehari-hari yang dikhawatirkan pasien terutama muntah, sariawan,
nafsu makan hilang dan terutama wanita adalah kebotakan. Hal ini wajar,
namun dengan penerangan dan persiapan lebih baik, antara lain pemeriksaan
laboratorium berkala, obat anti muntah, obat nafsu makan serta obat-obat lain,
semua dapat diatasi. Disamping itu gangguan tersebut tidak permanent akan
pulih sebelum dilakukan siklus berikutnya.
a) Perubahan Indra Pengecap
Penanganannya:
1) Hindari makanan yang pahit
2) Makan makanan yang lunak berprotein
3) Tes pengecapan
4) Tambahkan bumbu
b) Infeksi Mulut dan Lambung
Penanganannya :
1) Pemeriksaan gigi 14 hari sebelum kemoterapi pertama dan setelah
kemoterapi
2) Jaga bibir tidak kering
3) Hindari rokok dan alkohol
4) Hindari makanan yang: terlalu panas, terlalu dingin, banyak
mengandung zat kimia.
5) Bersihkan gusi dan gigi dengan sikat yang lembut untuk menghindari
perdarahan gusi, sedikitnya 4x sehari (sesudah makan dan menjelang
tidur).
6) Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride tapi tidak mengandung
zat-zat yang bersifat abrasif.
7) Jika Anda terbiasa membersihkan gigi dengan benang gigi (dental
floss), bersihkan sela-sela gigi dengan hati-hati setiap hari.
8) Larutkan sendok teh garam dan sendok teh baking soda dalam
segelas besar air hangat, dan sering-seringlah berkumur dengannya.
Jangan lupa bilas dengan air bersih/tawar.
c) Mual dan Muntah
1) Makanlah makanan yang agak tawar, seperti crackers atau roti
panggang/kering.
2) Jika mual hanya terjadi di antara waktu makan, makanlah lebih sering
dalam porsi kecil, juga makan kue menjelang dan saat terbangun dari
tidur.
3) Minumlah minuman bening (minuman yang tembus pandang seperti
air putih, teh, jus apel, wedang jahe, sirup, es jeruk, kuah sup, agar-
agar, dsb) yang dingin, dan hiruplah perlahan-lahan.
4) Makanlah makanan yang Anda sukai, tetapi tetap pertimbangkan
kandungan gizinya.
5) Hindari makanan panas, untuk mengurangi aromanya. Hindari juga
makanan berlemak, terlalu banyak bumbu, atau terlalu manis.
6) Makan buah.
7) Mengulum permen yang segar, seperti permen jeruk atau mint.
8) Istirahatlah dengan tenang sesudah makan.
9) Alihkan perhatian dengan menonton televisi, mendengarkan musik,
atau bercanda ringan.
10) Jika sedang mual, bersikaplah rileks dan bernafas dalam-dalam.
11) Mintalah obat antimual kepada dokter. Minumlah obat itu begitu Anda
mulai merasa mual, supaya tidak sampai muntah.
d) Susah Buang Air Besar
Penanganannya :
1) BAB secara teratur
2) Minum jus buah atau makan buah
3) Minum 3liter air (hangat)
4) Makan yang mengandung serat
5) Hindari makanan yang banyak mengandung tepung
6) Tingkatkan aktivitas fisik
e) Diare
Penanganannya :
1) Hindari makanan yang: mengiritasi lambung, banyak mengandung
gas, dan minuman yang mengandung kafein.
2) Minum 3 liter perhari
3) Makan sedikit tapi sering.
4) Hindari susu atau produk susu
f) Kerontokan Rambut
Penanganannya:
1) Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau
kerudung dari bahan katun. Jika ingin mengenakan wig, pastikan
bagian tepinya tidak menggesek kulit Anda.
2) Gunakan sampho yang lembut dan kondisioner setiap keramas
3) Minimalkan penggunaan hair dryer,
4) Hentikan penggunaan mesin dengan listrik, roll rambut, bandana yang
menekan rambut, hair spray, semir rambut
5) Hindari menggosok dan menyisir rambut terlalu keras.
6) Gunakan bantal yang lembut
7) Konsumsi makanan yang: Mengandung tinggi karbohidrat,
Mengandung tinggi protein, Mengkonsumsi suplemen/vitamin nutrisi.

H. Persiapan dan Syarat kemoterapi.


1. Persiapan
Sebelum pengobatan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang
meliputi:
a. Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b. Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c. Fungsi ginjal: Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum
creatinin meningkat.
d. Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e. EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
2. Syarat
a. Keadaan umum cukup baik.
b. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed
concent.
c. Faal ginjal dan hati baik.
d. Diagnosis patologik
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
g. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit >
5000 /mm, trombosit > 150 000/mm.

I. Prosedur
1. Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas
badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap,
EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian
obat sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
e. Siapkan obat sitostatika
f. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
h. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
j. Infus set dan vena kateter kecil
k. Alkohol 70 % dengan kapas steril
l. Bak spuit besar
m. Label obat
n. Plastik tempat pembuangan bekas
o. Kardex (catatan khusus)

2. Cara kerja
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi
dengan memakai alat biosafety laminary airflow kemudian dikirim ke bangsal
perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan
nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran. Bila tidak mempunyai
biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus
yang tertutup dengan cara :
a. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
b. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
c. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5%
atau intralit.
d. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada
puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka
dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah
cukup, dengan tidak mengambil 2 kali
e. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas
atau kasa steril diujung jarum spuit.
f. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan
volume cairan yang telah ditentukan
g. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat
kedalam flabot atau botol infus.
h. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir
pemberian atau dengan syringe pump.
i. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
j. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau
jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari
tusukan.
3. Prosedur cara pemberian kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan
dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infus
e. Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan,
zofran, kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump)
sesuai program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan
diikat serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi
etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan
awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.
J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada kanker dan kemoterapi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan pertumbuhan/metastase tumor
2. Nyeri akut berhubungan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan akibat
metastase tumor.
3. Mual/Nause berhubungan parmesetik (kemotherapi)
4. Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal/
ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker, perasan putus asa dan tak
berdaya/ ketidak cukupan pengetahuan tentang kanker dan pengobatan
K. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
berhubungan dengan tindakan Administrasi analgetik :
pertumbuhan/metast keperawatan Kaji pengalaman klien ketika- Intensitas, karakter, waktu
ase tumor selama ... x 24 jam berhadapan dengan nyeri untuk terjadinya, durasi faktor yang
klien mampu : pertama kali, jika memungkinkan memperberat dan yang
Menurunkan level lakukan intervensi untuk mengurangi nyeri harus dikaji
nyaeri menurunkan nyeri dan di dokumentasikan pada
Mengontrol nyeri saat setelah evaluasi awal
Anjurkan klien untuk
Meningkatkan rasa menggambarkan pengalamam- Perhatian mungkin
nyaman yang telah lalu mengenai nyeri dan memberikan efek terhadap
Dengan KH klien metode yang digunakan untuk perasaan klien untuk
mampu : menangani nyerinya, termasuk melaporkan tentang nyeri dan
Mengukur nyerinya pengalaman tentang efek penggunaan analgetik
dengan samping, tipe koping respon, dan- Intensitas dari nyeri dan
menggunakan bagaimana ia mengekspresikan ketidak nyamanan harus dikaji
skala nyeri, nyeri dan didokumentasikan setelah
menetapkan Mendeskripsikan tentang efek yang prosedur yang menyebabkan
tujuan untuk merugikan dari nyeri yang tidak nyeri dengan beberapa hal baru
penurunan nyeri tertahankan tentang nyeri dan interval dari
yang diharapkan Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri
dan membuat tentang lokasi, intensitas dan- Untuk menolong
rencana kegiatan kualitas dari nyeri ketika sedang merencanakan perawatan nyeri,
untuk mengelola mengalami nyeri penggunakan obat-obatan yang
nyerinya Minta klien untuk melakukan lalu
Mendiskripsikan pengelolaan tingkat nyeri, waktu,
tentang rencana pencetus, pengobatan dan
pengelolaan nyeri perawatan dan tindakan yang lain
baik farmakologis yang dapat mengurangi nyeri
maupun non Tentukan penggunaan obat yang
farmakologis dibutuhkan klien
termasuk
mengenali
keuntungan dan
kerugian
pengelolaan nyeri
menggunakan
obat dan non obat
Mendemontrasikan
kemampuan untuk
tenang,
beristirahat
Menerima keadaan
yang sedang
dialami dan
mampu
beraktifitas
dengan minimal
terjadinya nyeri
2 Nyeri akut Setelah dilakukan1. Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan Lakukan pengkajian nyeri secara
aktual atau potensial keperawatan komprehensif : lokasi, karek- Intensitas dari nyeri dan
kerusakan jaringan selama ... x 24 jam teristik, durasi, frekuensi, kuali tas ketidak nyamanan harus dikaji
akibat metastase nyeri berkurang dan faktor predisposisi. dan didokumentasikan setelah
tumor. dengan KH : prosedur yang menyebabkan
Observasi reaksi non verbal dari
Skala nyeri ketidaknyamanan. nyeri dengan beberapa hal baru
menurun 1-3 tentang nyeri dan interval dari
Gunakan teknik komunikasi
Klien melaporkan terapeutik nyeri.
untuk mengetahui
nyeri - Pendekatan dengan teknik
pengalama nyeri klien.
berkurang/hilang komunikasi terapeutik akan
Evaluasi pengalamam nyeri masa
Klien nampak rileks meningkatkan kepercayaan
lampau.
Klien mampu Bantu klien dan keluarga untuk klien.
beristirahat - Pengelamann klien terhadap
mencari dan menemukan
nyeri masa lampau dapat
dukungan.
dijadikan bahan evaluasi awal
Kontrol faktor lingkungan yang
untuk penanganan nyeri saat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ini.
ruangan, pencahayaan dan
- Minimalisasi pengaruh
kebisingan.
eksternal mampu membantu
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
klien untuk mengatasi nyeri dan
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
mencegah timbulnya nyeri.
(farmakologis/ non farmakologis).
Ajarkan teknik relaksasi. - Dapat memberikan ketenangan
Berikan analgetik sesuai program kepada klien dan membuat
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. klien lebih relaks sehingga nyeri
Tingkatkan istirahat. dapat berkurang.
Kolaborasi dengan dokter jika ada- Analgetik sangat diperlukan
komplain dan tindakan nyeri tidak pada kondisi nyeri yang berat
berhasil. dan tidak tertahankan.
Monitor penerimaan klien tentang- Respon klien terhadap prosedur
manajemen nyeri. dapat dijadikan bahan evaluasi
untuk penaganan nyeri
selanjutnya.
2. Administrasi analgetik :
Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan.
Tentukan pilihan analgesik
tergantung dari tipe dan beratnya
nyeri.
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Pilih rute pemberian secara iv, im- Intensitas dari nyeri, lokasi dan
untuk pengibatan nyeri secara kualitasnya merupakan dasar
teratur. terhadap penentuan intervensi
Monitor vital sign sebelum dan yang akan dilakukan.
sesudah pemberian analgetik. - Ketelitian dan ketepatan
Berikan analgetik tepat waktu administrasi program
terutama saat nyeri hebat. pemberiann analgetik sangat
Evaluasi keefektifan analgetik dan diperlukan dalam penanganan
efek samping. nyeri.
- Pilihan analgetik yang tepat
dan rute yang mampu
meminimalkan timbulnya nyeri
pada saat pemberian serta
semakin cepat efek
analgetiknya dirasakan oleh
klien sangat dibutuhkan dalam
penanganan nyeri.
- Evaluasi respon terhadap
pemberian analgetik dapat
digunakan untuk menilai
keefektifan analgetik yang
diberikan

3 Mual berhubungan Setelah dilakukan1. Kaji penyebab mual dan muntah Dengan diketahui penyebab
dengan kemotherapi tindakan klien. maka perawat dapat
keperawatan 2. Jaga kebersihan klien setelah menentukan tindakan yang
selama ... x 24 jam muntah dan letakan tissue tepat untuk menangani
mual klien akan pembersih pada likasi yang mudah mual/muntah.
berkurang dengan dijangkau oleh klien. Kebersihan dan perawatan
KH : 3. Berikan perawatan oral setelah mulut dapat menghilangkan
Klien akan merasa klien muntah. aroma dan rasa dari muntahan,
lebih nyaman,4. Berikan/ajarkan metose distraksi dan mampu mereduksi stimulus
status cairan dari sensasi mual misalnya terhadap mual/muntah.
seimbang, intake menggunakan musik dsb. Bau dari dapur, kamar mani
nutrisi adekuat 5. Jaga lingkungan yang bersih, dapat merangsang mual/
tenang dan ventilasi yang baik. muntah.
6. Hindarkan pergerakan yang tiba- Pergerakan dapat merangsang
tiba, biarkan klien tetap terlentang. lebih jauh terhadap timbulnya
7. Kolaborasi pemberian antiemetik. mual/muntah.
8. Berikan antiemetik satu jam Pemberian antiemetik lebih
sebelum pemberian khemoterapi. efektif dalam mengurangi/
9. Motifasi klien untuk makan/minum mencegah mual pada klien
sedikit-sedikit tetapi sering. dengan kemoterapi.
10. Berikan diit yang disukai Makan/minum sedikit-sedikit
dalam kondisi hangat dan sajikan tapi sering dapat mengurangi
dengan menarik. sensasi muntah akibat lambung
yang penuh.
Diit yang menarik dan disukai
oleh klien dapat menimbulkan
selera makan klien sehingga
kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
4 Ansietas Setelah dilakukan1. Berikan kesempatan klien, Kontak yang sering oleh
berhubungan dengan tindakan keluarga untuk mengungkapkan pemberi perawatan
lingkungan rumah keperawatan perasaan (marah, rasa bersalah, menunjukan penerimaan dan
sakit yang tak selama..x 24 jam kehilangan, dan nyeri) : menumbuhkan rasa percaya
dikenal/ klien akan mampu- Lakukan kontak yang sering dan klien. Klien mungkin menolak
ketidakpastian mengontrol cemas, berikan suasana yang untuk didekati karena gangguan
tentang hasil mengembangkan meningkatkan ketenagan dan konsep diri, peraweat t8idak
pengobatan kanker, koping yang rileks boleh membuat asumsi tentang
perasan putus asa adaptif dengan KH - Tunjukian sikap tidak menilai dan reaksi klien atau keluarga;
dan tak berdaya/ klien mampu : mendengar dengan penuh memvalidasi rasa takut dan
ketidak cukupan Mengidentifikasi perhatian beban tertentu klien membantu
pengetahuan tentang dan - Gali perasaan dan perilaku sendiri meningkatkan kesadaran,
kanker dan mengungkapkan 2. Dorong untuk mendiskusikan perawat harus sadar tentang
pengobatan kecemasan secara terbuka tentang kanker, bagaimana klien dan keluarga
Mengidentifikasi, pengalaman orang lain, dan bereaksi, dan bagaimana reaksi
mengung kapkan potensial mengontrol dan mereka mempengaruhi
dan mendemons penyembuhannya. perasaan dan perilaku perawat.
trasikan teknik3. Jelaskan rutinitas rumah sakit dan Diskusi terbuka tentang hidup
mengontrol pertegas penjelasan dokter setelah terdiagnosis kanker
ansietas tentang jadwal pemeriksaan dan dapat menumbuh kan harapan
Mengungkapkan tujuan rencana pengobatan. dan dorongan.
terbebas/ Fokuskan pada apa yang Aktifitas fisik memberikan
penurunan distress diharapkan klien pengalihan dan rasa normal,
yang dirasakan 4. Tunjukan adanya harapan pasien yang melakukan aktifitas
TTV memberi5. Tingkatkan aktifitas dan latihan fisik dapat memperbaiki
gambaran fisik kualitas hidup mereka.
terbebas dari6. Identifikasi adanya ego yang
disstress buruk, kemampuan pemecahan
Ekspresi tubuh, masalah yang tidak efektif, kurang
wajah, sikap motifasi, kesehatan secara umum
terbebas dari memburuk, kurang sistem
disstres pendukung
Mampu
berkonsentrasi dan
akurasi perhatian
Mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
faktor-faktor yang
menimbulkan
kecemasan, konflik
dan
penanganannya

Mendemonstrasika
n ketrampilan
mengatasi
masalah
DAFTAR PUSTAKA

Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and
Treatment, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los
Angeles
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2, EGC, Jakarta
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
Gale Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000
Instalasi Diklat RS. Kanker Darmais, 2003, Kumpulan Makalah Pelatihan
Perawatan Kanker Dengan Kemoterapi Di RS Kanker Darmais, RS.
Kanker Darmais, Jakarta
Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC ; 1997
Robert. T.Door & William.L.Fritz, 1981, Cancer Chemotherapy Handbook,
Elsevier, New York.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC; 2001
Subagian Onkologi Ginekologi, 1998, Penuntun Pelayanan-Pendidikan-
Penelitian, Bagian obstetriginekologi, FKUI, Jakarta.
http://rumahkanker.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=34&Itemid=59

Anda mungkin juga menyukai