SKRIPSI
SKRIPSI
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Farmasi pada Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Sutriyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
skripsi ini;
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian ini;
3. Dr. Iskandarsyah M.S., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan dan nasehat selama saya menempuh
pendidikan di Departemen Farmasi, FMIPA UI;
4. Amanah Amini, S. Farm., Apt. dan PT Jebsen & Jessen Chemicals
Indonesia, PT. Kalbe Farma, serta PT Lawsim Zecha yang telah
memberikan bantuan bahan baku untuk penelitian.
5. Seluruh staf pengajar, karyawan dan laboran Departemen Farmasi FMIPA
UI, terutama Mbak Deva, Pak Imi, Pak maruf dan Pak Suroto yang telah
banyak membantu saya selama pendidikan dan penelitian.
6. Segenap cinta dan kasih sayang untuk Bapak dan Ibu, Singgih serta
keluarga besar yang telah meluangkan waktu, perhatian, berusaha keras
memperjuangkan pendidikan saya, memberikan bantuan dukungan materi
dan moral hingga sampai ke perguruan tinggi. Semoga Allah memberikan
yang terbaik untuk kita.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
2011
vi
HPMCP HP-55 dan Eudragit L 100-55 adalah polimer sensitif pH yang dapat
menahan pelepasan obat pada pH asam dan melepaskan obat pada pH diatas 5,5
serta digunakan sebagai bahan penyalut dalam sediaan lepas tunda. Natrium
diklofenak merupakan golongan antiinflamasi AINS yang memiliki efek samping
mengiritasi mukosa lambung dipilih sebagai model obat. Mikrokapsul HPMCP
HP-55 dibuat dengan metode penguapan pelarut sedangkan mikrokapsul Eudragit
L 100-55 dengan metode semprot kering. SEM, PSA, sieve analizer, dan uji
pelepasan obat secara in vitro digunakan untuk mengkarakterisasi mikrokapsul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrokapsul HPMCP HP-55 terdistribusi
pada rentang 181-1180 m dan mikrokapsul Eudragit L 100-55 pada rentang 0,4-
20 m. Uji pelepasan natrium diklofenak dari mikrokapsul HPMCP HP-55
dengan rasio 1:2 dan 1:3 menunjukkan pelepasan sebesar 7,31 dan 5,75% dalam
medium HCl pH 1,2 serta 96,04% dan 93,27% dalam medium dapar fosfat pH
6,8. Sedangkan mikrokapsul Eudragit L 100-55 pada rasio 1:1 menunjukkan
pelepasan sebesar 0,47% dalam medium HCl pH 1,2 dan 88,75% dalam medium
dapar fosfat pH 6,8. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
mikrokapsul HPMCP HP-55 rasio 1:2 dan 1:3 serta mikrokapsul Eudragit L 100-
55 rasio 1:1, memenuhi persyaratan sebagai sediaan lepas tunda.
HPMCP HP-55 and Eudragit L 100-55 are pH sensitive polymers which can
retain drug release at acidic pH, releases drug at pH above 5.5 and used as coating
material in the delayed release dosage form. Diclofenac sodium is an
antiinflammatory NSAID which has side effect irritating gastric mucosa, was
chosen as model drug. HPMCP HP-55 microcapsules prepared by solvent
evaporation method, while Eudragit L 100-55 microcapsules by spray-dry
method. SEM, PSA, sieve analyzer, and drug release test in vitro is used to
characterize microcapsules. The results showed that HPMCP HP-55
microcapsules distributed in range 181-1180 m and microcapsules Eudragit L
100-55 in range 0.4 to 20 m. The release test of diclofenac sodium microcapsules
HPMCP HP-55 with ratio 1:2 and 1:3 showed the release 7.31 and 5.75% in
medium HCl pH 1.2, 96.04% and 93.27% in the medium buffer phosphate pH 6.8.
Meanwhile, Eudragit L 100-55 microcapsules at ratio of 1:1 showed the release of
0.47% in acid medium pH 1.2 and 88.75% at phosphat medium pH 6.8. From the
results it is concluded that the HPMCP HP-55 microcapsules ratio 1:2 and 1:3 and
Eudragit L 100-55 microcapsules ratio 1:1, qualify as delayed release dosage
form.
ix Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Proses Mikroenkapsulasi dan Ukuran Partikel yang Dihasilkan .... 4
Tabel 3.1 Formula Mikrokapsul HPMCP HP-55 ............................................ 24
Tabel 3.2 Formula Mikrokapsul Eudragit L 100-55 ....................................... 24
Tabel 4.1 Formula Mikrokapsul HPMCP HP-55 Sebelum Optimasi ............. 61
Tabel 4.2 Formula Mikrokapsul HPMCP HP-55 Setelah Optimasi ............... 61
Tabel 4.3 Uji Perolehan Proses Mikrokapsul HPMCP HP-55 ........................ 61
Tabel 4.4 Uji Perolehan Proses Mikrokapsul Eudragit L 100-55 ................... 61
Tabel 4.5 Data Kalibrasi Natrium Diklofenak pada Medium Dapar pH 6,8.... 62
Tabel 4.6 Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul HPMCP HP-55 ............... 63
Tabel 4.7 Distribusi Ukuran Partikel Mikrokapsul Eudragit L 100-55 ........... 63
Tabel 4.8 Penetapan Kandungan Zat Aktif pada Mikrokapsul HPMCP HP-
55 ..................................................................................................... 64
Tabel 4.9 Penetapan Kandungan Zat Aktif pada Mikrokapsul Eudragit L
100-55 .............................................................................................. 64
Tabel 4.10 Hasil Uji Pelepasan Obat pada Mikrokapsul HPMCP HP-55 dan
Eudragit L 100-55 ........................................................................... 65
xv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
pada penyalut Surelease mampu manahan pelepasan obat hingga 1,32% (Kim,
et al, 2007).
Eudragit L 100-55 merupakan kopolimer asam metakrilat, yang digunakan
sebagai bahan penyalut sensitif pH untuk menahan pelepasan obat di lambung dan
diprioritaskan pelepasannya di usus (Gangadhar, Sunder, Varma, Raju, dan Kiran,
2010); (Reddy, Gnanaprakash, Badarinath, dan Chetty, 2009). Penelitian
menunjukkan bahwa pada pembuatan mikrosfer indometasin, Eudragit L 100-55
dapat menahan pelepasan obat pada medium HCl kurang dari 10% pada rasio
penyalutan 1:1 (Gangadhar, Sunder, Varma, Raju, dan Kiran, 2010). Faktor
penting yang mempengaruhi kinerja polimer adalah nilai pH terjadinya disolusi.
Tidak ada pelepasan polimer pada pH rendah dalam lambung namun pelepasan
terjadi pada deudenum sehingga Eudragit L 100-55 dipilih sebagai polimer
penyalut (Rhom GmbH dan Co.KG, 2004). Hidroksi Propil Metil Selulosa Ftalat
HPMCP HP-55 dan Eudragit L 100-55 digunakan sebagai bahan penyalut untuk
mengurangi iritasi terhadap lambung.
Natrium diklofenak merupakan obat golongan analgesik antiinflamasi non
steroid (AINS) yang banyak dipakai untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti
artritis rheumatoid, osteoarthritis, dan penyakit pirai baik untuk kronis maupun
dalam keadaan akut. Narium diklofenak memiliki absorbsi yang lengkap dan
cepat pada saluran gastrointestinal (Gunawan dan Wilmana, 2007), tapi dalam
penggunaannya memiliki efek samping yaitu mengiritasi mukosa lambung,
pendarahan lambung, hingga kematian (Chuasuwan, et al, 2009). Oleh karena itu
pemakaian obat ini harus dibatasi terutama pada pasien yang memiliki riwayat
tukak lambung (Gunawan dan Wilmana, 2007).
Pada penelitian ini natrium diklofenak dimikroenkapsulasi agar dapat
menahan pelepasan obat dilambung dan dilepaskan di usus sehingga mengurangi
efek samping yang merugikan seperti iritasi terhadap lambung, khususnya pada
penderita dengan riwayat penyakit persendian yang mendapatkan terapi dengan
natrium diklofenak. Sistem pelepasan yang dikontrol oleh polimer tersebut
diharapkan dapat mengatur pelepasan natrium diklofenak pada organ yang tepat
yaitu pada usus.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1 Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi adalah teknologi penyalutan partikel-partikel inti berupa
padat, cair maupun dispersi menggunakan bahan penyalut yang dapat mengontrol
pelepasannya dari pengaruh kondisi tertentu. Ukuran mikrokapsul berkisar dari
satu sampai 5000 m. Mikrokapsul yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari
metode yang digunakan. Berikut ini ukuran mikrokapsul berdasarkan metode
pembuatannya (Lachman, Herbert, dan Kanig, 1994).
4 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penyalut yang biasa dilakukan dengan teknik panas atau ikatan silang untuk
membentuk suatu mikrokapsul.
2.2.3.3 Semprot Kering dan Semprot Beku (Lachman, Herbert, dan Kanig, 1994;
Thies, 1996)
Proses pengeringan semprot dan pembekuan semprot sama-sama meliputi
pendispersian bahan inti dalam bahan penyalut yang dicairkan dan
menyemprotkan campuran inti-penyalut ke dalam suatu kondisi lingkungan
sehingga terjadi pemadatan yang relatif cepat dan terbentuk mikrokapsul.
Perbedaan kedua metode ini adalah cara dilaksanakannya pemadatan penyalut.
Pada metode semprot kering, pemadatan penyalut dipengaruhi oleh penguapan
pelarut, sedangkan pada metode semprot beku, pemadatan penyalut dilakukan
dengan membekukan secara termal suatu bahan penyalut yang melebur.
Universitas Indonesia
2.2.3.5 Proses Multi Lubang Sentrifugal (Lachman, Herbert, dan Kanig, 1994)
Southwest Research Institute (SWRI) telah mengembangkan proses
mekanik untuk memproduksi mikrokapsul yang menggunakan gaya sentrifugal
untuk melingkari suatu bahan inti melalui suatu lapisan membran
mikroenkapsulasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan : A) Skema interpretasi pelepasan komponen terlarut dari dinding penyalut (B)
Difusi obat melalui pori-pori yang telah terbentuk
[Sumber : Krowezynski, 1987]
Universitas Indonesia
Keterangan :
Fp = persentase zat aktif yang terlarut
Fm = fraksi zat aktif sesungguhnya
Universitas Indonesia
(2.2)
Keterangan :
Wp = Faktor perolehan kembali proses
Wm = Bobot mikrokapsul yang diperoleh
Wt = Bobot bahan pembentuk mikrokapsul
(2.3)
Keterangan :
dM/dt = laju disolusi
D = koefisien difusi zat yang terlarut dalam larutan
S = luas permukaan zat padat yang menyentuh larutan
h = ketebalan lapisan difusi
Cs = kelarutan zat padat
C = konsentrasi zat terlarut pada waktu t
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sifatnya dan kelarutannya pada pH tertentu (Wade dan Weller, 1994; Hogan,
2002).
Pada penelitian ini, HPMCP jenis HP-55 lebih cocok dipilih sebagai
polimer salut enterik, karena mampu terlarut pada pH yang lebih tinggi dan lebih
mendekati dengan pH cairan dalam usus. HP-55S merupakan polimer dengan
viskositas yang paling tinggi serta memiliki daya rentang film yang paling besar,
sehingga lebih cocok digunakan untuk mencegah cracking pada tablet atau granul
yang rapuh (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan : (1) Perlindungan polimer terhadap obat (2) Kompleksasi polimer karena ikatan
hidrogen diantara ikatan polimer (3) Pelepasan obat pada duodenum (4)
Dekompleksasi dan pertambahan ukuran partikel yang terjadi karena pemutusan
ikatan hidrogen pada pH lebih tinggi
[Sumber : Peppas, Wood, dan Blanchette, 2004]
Gambar 2.8 Pelepasan obat dari polimer sensitif pH (telah diolah kembali)
Universitas Indonesia
usus. Faktor penting yang mempengaruhi kinerja dari polimer adalah nilai pH di
mana terjadi disolusi. Pada lambung, polimer Eudragit L 100-55 tidak tererosi,
namun erosi polimer terjadi pada deudenum (Dan, 2005).
Turunan metakrilat dengan substitusi yang berbeda-beda dipersiapkan
untuk evaluasi sebagai penyalut yang potensial untuk sistem penghantaran
penargetan pada usus (Rodriguez, Vila Jato, dan Torres, 1998).
Universitas Indonesia
Multipartikulat sistem lepas tunda terdiri atas zat aktif sebagai inti, dan
membran penyalut seperti derivat selulosa asetat serta turunan metakrilat yang
telah banyak dikembangkan. Membran penyalut bersifat semipermeabel dan
bersifat permeabel setelah bagian zat aktif terbasahi, kemudian terbentuk pori-
pori pada penyalut yang menyebabkan tekanan gradien osmosis dan pemasukan
air. Jadi pelepasan obat dapat dikontrol oleh inti dan penyalutnya (Bodmeier,
1999).
Sediaan salut enterik memberikan efek pelepasan yang tertunda, biasanya
diaplikasikan untuk penyalutan yang tahan terhadap cairan lambung. Pada kasus
ini, lapisan penyalut diaplikasikan dalam bentuk sediaan multipartikulat atau
monolitik yang melindungi obat-obatan terhadap pengaruh cairan asam lambung.
Polimer penyalut yang digunakan sensitif terhadap pH, ketika berada pada pH
rendah tidak dapat tererosi, sedangkan pada pH tinggi seperti pada usus, dapat
tererosi dan melepaskan obat (Siahboomi, 2003).
Obat yang rentan terhadap hidrolisis asam lambung atau degradasi enzim
pada lambung disarankan untuk dibuat sistem sediaan lepas tunda, yang paling
tepat dengan penyalutan untuk mencegah pelepasan obat pada lambung dan lepas
pada tempat yang lebih cocok yaitu usus. Pendekatan ini terbukti efektif untuk
mencapai respon dinamik yang lebih stabil, tingkat penyerapan yang bervariasi
dan stabilitas obat di berbagai wilayah saluran gastrointestinal. Faktor lain yang
mendukung pelepasan obat di usus adalah obat yang tampak dari absorbsinya
yang mampu menentukan pada daerah mana obat menjadi potensial untuk diserap.
Waktu dan lokasi penyerapan obat diarahkan seefisien mungkin agar dapat lepas
pada tempat yang cocok sehingga mencapai efek pencernaan yang memadai.
Beberapa contoh formulasi oral menggunakan teknologi lepas tunda adalah
aspirin, omeprazol dan eritromisin (Fix, 1999).
Universitas Indonesia
3.2 Bahan
Natrium diklofenak (Yung Zip Chemical, Taiwan), HPMCP HP-55
(ShinEtsu, Jepang), Eudragit L 100-55 (Evonik, Jerman), aseton, etanol, n-
Heksana, span 80 (diperoleh dari PT Brataco, Indonesia), paraffin cair (diperoleh
dari PT Brataco, Indonesia), HCl (Merck, Jerman), NaOH (Merck, Jerman), dan
KH2PO4 (Merck, Jerman).
3.3 Alat
Homogenizer (CKL Multimix, Amerika), penangas air (Maspion S-301,
Indonesia), timbangan analitik (Mettler Toledo, Amerika), kertas saring,
spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu UV tipe 1800, Jepang), alat uji dissolusi
(Electrolab TDT 08-L, Jerman), pH meter (Eutech Instrument pH 510), magnetic
stirrer (IKA C-MAG HS 7, Cina), oven (Memmert, Jerman), termometer,
Scanning Electron Microscope (JEOL-5310LV), Seive analyzer (Retsh, Jerman),
pengaduk ultrasonik (Bronson 3200), alat spray dry (Buchi mini spray dryer B-
290), mikroskop optik (Nikon Eclipse E200, Jepang), dan alat-alat gelas yang
umum digunakan di laboratorium.
21 Universitas Indonesia
adalah 1%, 2%, dan 3%. Kecepatan pengadukan yang digunakan untuk optimasi
ini adalah 2000 rpm dan lama pengadukan 2 jam (Rahman, Islam, Sharmin,
Chowdhury, dan Jalil, 2010). Kecepatan dan lama pengadukan dipilih berdasarkan
literatur yang umum digunakan. Untuk optimasi, 2 gram HPMCP HP-55
dilarutkan dalam 5 ml aseton, kemudian diemulsikan ke dalam 10 ml paraffin cair
yang masing-masing mengandung emulgator sebanyak 1%, 2%, dan 3%. Setelah
itu dilakukan pengadukan hingga terbentuk emulsi. Pengadukan dilakukan selama
2 jam dengan kecepatan 2000 rpm, kemudian dilihat konsentrasi emulgator yang
menghasilkan emulsi paling optimal.
Universitas Indonesia
Bahan F1 F2 F3
HPMCP (HP-55) (g) 5 10 15
Natrium diklofenak (g) 5 5 5
Aseton (ml) 60 60 60
Paraffin cair mengandung 2% span 80 (ml) 100 100 100
Keterangan :
F1 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Bahan F1 F2 F3
Natrium diklofenak (g) 8,00 4,00 2,67
Eudragit L 100-55 (g) 8,00 8,00 8,00
Amonia 0,037% (ml) 200 200 200
Keterangan :
F1 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(3.1)
Keterangan :
Fp = persentase zat aktif yang terlarut
Fm = fraksi zat aktif sesungguhnya
Ft = fraksi teoritis zat aktif
Universitas Indonesia
Keterangan :
Wp = Faktor perolehan kembali proses
Wm = Bobot mikrokapsul yang diperoleh
Wt = Bobot bahan pembentuk mikrokapsul
Universitas Indonesia
3.4.9.2 Uji Pelepasan Natrium Diklofenak pada Medium Dapar Fosfat pH 6,8
Uji pelepasan natrium diklofenak pada medium dapar fosfat pH 6,8
dilakukan dengan cara adjust pH. Ditambahkan 250 ml larutan KH2PO4 0,2M ke
dalam medium HCl pH 1,2 pada suhu 37 0,5C dengan kecepatan 50 rpm. Jika
perlu ditambahkan larutan HCl 2N atau larutan NaOH 2N hingga pH 6,8 0,05.
Alat kemudian dijalankan selama 45 menit. Sepuluh mililiter sampel diambil dari
dalam media disolusi dalam interval waktu 5, 10, 15, 25, 35 dan 45 menit,
kemudian larutan yang diambil diganti dengan medium dapar fosfat pH 6,8 dan
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum menggunakan
spektofotometer UV-VIS. Pengaturan pH tidak boleh lebih dari 5 menit.
Universitas Indonesia
28 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
100-55 terlihat halus dan merata serta tidak terlihat lubang maupun serat seperti
pada mikrokapsul HPMCP HP-55 (Gambar 4.4; Gambar 4.5; dan Gambar 4.6).
Bentuk bulat sempurna dari mikrokapsul Eudragit L 100-55 kemungkinan karena
penguapan pelarut yang sangat cepat dan merata pada saat pembentukan
mikrokapsul pada alat penyemprot. Ketika dispersi polimer disemprotkan, droplet
yang terbentuk akan masuk ke dalam tabung pengering bersuhu 150C sehingga
pelarut dapat menguap dengan cepat. Ukuran droplet yang relatif kecil juga
mendukung pengeringan yang lebih cepat.
Universitas Indonesia
mudah serta semakin sedikit yang menempel pada dinding-dinding alat. Oleh
karena itu, droplet yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Viskositas larutan
yang lebih tinggi menyebabkan proses pengeringan menjadi sulit dan
membutuhkan waktu pengerjaan yang lambat. Hal ini memungkinkan lebih
banyak bahan menempel pada alat dan sukar mengalir untuk disemprot, sehingga
uji perolehan kembali proses yang diperoleh menjadi kecil.
Jika dibandingkan dengan mikrokapsul HPMCP HP-55, hasil perolehan
kembali proses mikroenkapsulasi Eudragit L 100-55 lebih kecil dibandingkan
dengan perolehan kembali proses mikroenkapsulasi HPMCP HP-55. Hal ini
dikarenakan pada waktu proses pembuatan mikrokapsul Eudragit L 100-55,
banyak material pembuat mikrokapsul yang menempel di dinding tabung spray
dry yang tidak dapat diambil, sedangkan pada pembuatan mikrokapsul HPMCP
HP-55, presentase perolehan kembali prosesnya lebih besar karena alat yang
digunakan lebih sederhana dan lebih mudah untuk mengumpulkan hasil
mikrokapsul yang telah terbentuk.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.5.6 Uji Pelepasan Obat Secara In Vitro (Farmakope Indonesia Ed.VI, 1995;
Apparao, 2010)
4.4.6.1 Pelepasan pada Medium HCl pH 1,2
Pada uji pelepasan in vitro dalam medium HCl pH 1,2, mikrokapsul
HPMCP HP-55 pada F1; F2; dan F3 berturut-turut yang terlepas sebanyak
11,596%; 7,3067%, dan 5,5759%. Perbedaan banyaknya natrium diklofenak yang
dilepaskan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah polimer pada setiap formula.
Semakin banyak jumlah polimer, maka penahanan pelepasan di asam akan
semakin besar, karena dinding mikrokapsul semakin tebal. Pada F1 natrium
diklofenak yang terlepas paling banyak sedangkan jumlah polimernya paling
sedikit dibandingkan F2 dan F3 (Gang, Feng, Mei, Jin, Xiu, dan Yun, 2004).
Pengaruh permukaan morfologi mikrokapsul juga mempengaruhi
pelepasan obat. Pada mikrokapsul HPMCP HP-55 F1, pada perbesaran 1000 kali
Universitas Indonesia
terlihat adanya pori-pori yang lebih besar, hal ini akan meningkatkan penetrasi
medium ke dalam mikrokapsul dan meningkatkan laju pelepasan obat. Sedangkan
pada F2 pori-pori mikrokapsul terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan F1,
sedangkan F3 hampir tidak terlihat adanya pori-pori pada permukaan
mikrokapsul. Pada kasus ini penahanan pelepasan natrium diklofenak pada F1
lebih kecil dibandingkan F2 dan F3.
Pelepasan natrium diklofenak secara umum mengikuti persamaan
Washburn yaitu:
(4.1)
(4.2)
Universitas Indonesia
SEM, morfologi permukaan mikrokapsul Eudragit L 100-55 terlihat halus dan rata
serta tidak terlihat pori-pori seperti pada mikrokapsul HPMCP HP-55. Keadaan
morfologi mikrokapsul Eudragit L 100-55 memberikan pengaruh peningkatkan
penahanan permeasi pada medium asam.
Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan hasil pelepasan obat pada
mikrokapsul HPMCP HP-55, nilai pelepasan mikrokapsul Eudragit L 100-55
lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh ketebalan dinding mikrokapsul yang
dipengaruhi banyaknya polimer, pori-pori permukaan mikrokapsul dan jenis
polimer yang digunakan. HPMCP HP-55 merupakan polimer semi sintetis turunan
selulosa dengan substitusi gugus ftalat yaitu gugus fungsi yang berperan dalam
penahanan permeasi medium asam. Ditinjau dari kandungan gugus ftalat pada
HPMCP HP-55 (18-22%) (Wade dan Weller, 1994), kemungkinan derajat
substitusi gugus ftalat dalam polimer HPMCP HP-55 kurang mencukupi untuk
menahan permeasi medium asam. Selain itu, ada kemungkinan terjadinya
degradasi gugus ftalat sehingga kadar ftalat kurang dari 18%. Sedangkan Eudragit
L 100-55 merupakan polimer sintetis turunan metakrilat yang mengandung
kopolimer anionik poli (asam metakrilat, etil akrilat) 1:1, yang dirancang dengan
komposisi yang tepat untuk penargetan obat pada suasana pH di atas pH 5,5.
Banyaknya komposisi akrilat pada Eudragit L 100-55 telah dipersiapkan untuk
evaluasi sebagai penyalut yang potensial untuk sistem penghantaran penargetan
yang tepat (Rodriguez, Jato, dan Torres, 1998).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
1. Perbandingan obat dengan polimer pada mikrokapsul HPMCP HP-55
mempengaruhi pelepasan natrium diklofenak dari uji pelepasan obat pada
medium HCl pH 1,2.
2. Formula mikrokapsul HPMCP HP-55 dengan rasio 1:2 (F2) dan 1:3 (F3)
serta Eudragit L 100-55 dengan rasio 1:1 (F1) memenuhi persyaratan
sebagai sediaan lepas tunda, dengan jumlah pelepasan obat pada medium
HCl pH 1,2 sebesar 7,31%; 5,58% dan 0,47% setelah dua jam, serta pada
medium dapar fosfat pH 6,8 sebesar 96,04%; 93,27% dan 88,75% setelah
45 menit.
3. Mikrokapsul natrium diklofenak dengan penyalut Eudragit L 100-55
memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dengan ukuran 0,41-20 m,
dibandingkan dengan mikrokapsul dengan penyalut HPMCP HP-55
dengan modus ukuran 355-500 m.
5.2 Saran
1. Perlu metode dan zat aktif lain untuk mikroenkapsulasi HPMCP HP-55
dan Eudragit L 100-55.
2. Perlu dilakukan mikroenkapsulasi dengan kombinasi polimer HPMCP HP-
55 dan Eudragit L 100-55 untuk meningkatkan penahanan permeasi
mikrokapsul HPMCP HP-55 pada medium HCl pH 1,2.
42 Universitas Indonesia
Apparao, B., Shivalingam, M., Reddy, Y. K., Sunitha, N., Jyothibasu, T., dan
Shyam, T. (2010). Design and Evaluation of Sustain Release Microcapules
Containing Diclofenac Sodium. International Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Research, 1(3), 90-93.
Bai, J. P., Guo, J. H., dan Chaubal, M. V. (2006). Use of Nanoactive
Pharmaceutical Excipients ini Oral Drug Formulation : Biopharmaceutical
Classification System Consideretions. Dalam A. Katdare, dan M. V.
Chaubal, Excipient Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and
Drug Deivery Systems (hal. 181-190). New York: Informa Healthcare
USA, Inc.
Banakar, U. (1992). Pharmaceutical Dissolution Testing. New York: Marcel
Dekker, Inc.
Banker, G., dan Rhodes. (1989). Modern Pharmaceutics 2nd Rd. New York:
Marcel Dekker, Inc.
Benoit, J. P., Marchais, H., Rolland, H., dan Velde, V. V. (1996). Biodegradable
Michrospheres : Advances in Production Technology. Dalam S. Benita,
Microencapsulation, Methods and Industrial Application (hal. 42-49).
New York: Marcel Dekker, Inc.
Bodmeier, R. (1999). Nondegradable polymers for Drug delivery. Dalam E.
Mathoiwitz, Encyclopedia of Controled Drug Delivery Volumes 1&2 (hal.
664-674). 1999: John Wiley dan Son, Inc.
Chella, N., Yada, K. K., dan Vempati, R. (2010). Preparation and Evaluation of
Ethyl Cellulose Microspheres Containing Diclofenac Sodium by Novel
W/O/O Emulsion Method. Journal of Pharmaceutical Science and
Research., Vol.2 (12), 884-888.
Chourasia, M., dan Jain, S. (2003). Pharmaceutical Approaches to Colon Targeted
Drug Delivery System. J. Pharm Pharmaceutical Science, 40-43.
Chuasuwan, B., Binjesoh, V., Polli, J. E., Zhang, H., Amidon, G. L., Junginger, H.
E., et al. (2009). Biowaiver Monographs for Immediate Release Solid Oral
43 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Fix, J. (1999). Oral Drug Delivery, Small Intestine dan Colon. Dalam E.
Mathiowitz, Encyclopedia of Controled Drug Delivery Volume 1 dan 2
(hal. 698-701). Canada: John Wiley dan Sons, Inc.
Galichet, L. Y. (2005). Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3rd. London:
Pharmaceutical Press.
Gang Cheng, Feng An, Mei Juan Zou, Jin Sun, Xiu Hua Hao, dan Yun Xia He.
(2004). Time and pH dependent colon specific drug delivery for orally
administered diclofenac sodium and 5-aminosalicylic acid. World Journal
of Gastroenterology, 10(12), 1769-1774.
Gangadhar, C., Sunder, S., Varma, V. K., Raju, S., dan Kiran, S. (2010).
Formulation and Evaluation of Indomethacin Microspheres using natural
and synthetic polymers as Controlled Release Dosage Forms.
International Journal of Drug Discovery, 2(1), 08-16.
Ghosh, S. (2006). Microencapsulation : A General Perspective. Dalam S. Ghosh,
Functional Coating by Polymer Microencapsulation (hal. 1-20).
Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH dan Co. KGaA.
Gunawan, S. G., dan Wilmana, P. F. (2007). Analagesik-Antipiretik Analgesik
Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam D.
F. Indonesia, Farmakologi dan Terapi (hal. 230-258). Jakarta: Gaya Baru.
Hanson, W. (1990). Handbook of Dissolution Testing. California: Aster
Publishing Corporation. 27-41.
Hanzic, L., Kosec, L., & Anzel, I. (2009, October 17). Capilary absorbtion in
concentrate and the Lucas Washburn equation. Cement and Concrete
Composites, 32, 84-91.
Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Jakarta: Cipta Kreasi Bersama,
26-28.
Hogan, J. E. (2002). Film Coating materials and their properties. Dalam G. Cole,
Pharmaceutical Coating Technology (hal. 1-20). London: Taylor dan
Francis Ltd.
Jacob, J. S. (1999). Characterization of Delivery Systems, Microscopy. Dalam E.
Mathiowitz, Encyclopedia of Controled Drug Delivery Vol.1dan2 (hal.
233-320). New York: John Wiley dan Sons.
Universitas Indonesia
Kamal, M. M., Ahmed, M., Wahed, M. I., Amran, M. S., Shaheen, S. M., Rashid,
M., et al. (2008, June). Development of Indomethacin Sustained Release
Microcapsules using Ethyl Cellulose and Hydroxy Propyl Methyl
Cellulose Phtalate by O/W Emulsification. Journal Pharmacy Science,
7(1), 83-88.
Kinam Park, dan Yoon Yeo. (2007). Microencapsulation Technology. Dalam J.
Swarbrick, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3th Edition Vol.1
(hal. 2315-2326). New York: Informa, Healthcare.
Krowezynski, L. (1987). Extended-Release Dosage Forms. Boca Raton: CRC
Press, Inc. 31-34, 122-124.
Lachman, L., Herbert, L., dan Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri edisi 2. Terjemahan dari The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy. oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press. 861-889.
Malinowski, H. J., dan Marroum, P. J. (1999). Food and Drug Administration
Requirements for Controled Release Products. Dalam E. Mathiowitz,
Encyclopedia of Controled Drug Delivery Volume 1 dan 2 (hal. 381-384).
Canada: John Wiley dan Son, Inc.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (1993). Dasar-dasar farmasi fisik
dalam ilmu farmasetik edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia UI
Press.
Mathiowitz, E., Kreithz, M. R., dan Peppas, L. B. (1999). Microencapsulation.
Dalam E. Mathiowitz, Encyclopedia of Controled Drug Delivery Vol.1&2
(hal. 493-533). New York: A Wiley-Interscience.
Min Soo kim, Jeong Soo Kim, Ho Sun Kang, Hee Yeon Yoo, Sibeum Lee, Jeong
Sook Park, et al. (2007). Influence of Water Soluble Additives and
HPMCP on Release from Surelease Coated Pellets Containing Tamsulosin
Hydrochloride. Archives of Pharmacal Research, 30(8), 1008-1013.
Nair, A. B., Gupta, R., Kumria, R., Jacob, S., dan Attimarad, M. (2010).
Formulation and Evaluation of Enteric Coated Tablets of Proton Pump
Inhibitor. Journal of Basic and Clinical Pharmacy, 001(004), 215-221.
Najmuddin, M., Patel, V., Ahmed, A., Shelar, S., dan Khan, T. (2010).
Preparation and Evaluation of Flurbiprofen Microcapsule for Colonic
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(a) (c)
(b) (d)
Gambar 4.1 (a) Natrium diklofenak; (b) Hidroksi Propil Metil Selulosa
Ftalat HPMCP HP-55; (c) Eudragit L 100-55; (d) Mikrokapsul kosong
HPMCP HP-55
(a) (b)
(c)
Keterangan : setelah dibiarkan selama satu jam, droplet yang terbentuk kembali menggumpal dan
membentuk massa seperti jeli.
Gambar 4.2 Hasil optimasi waktu pengadukan: (a) Selama 1 jam tanpa
pemanasan; (b) Selama 2 jam tanpa pemanasan; (b) Selama 3 jam tanpa
pemanasan
(a) (d)
(b) (e)
(c) (f)
(a) (d)
(b) (e)
(c) (f)
(a) (d)
(b) (e)
(c) (f)
(a) (d)
(b) (e)
(c) (f)
Keterangan : a = 0,0059
b = 0,0293
y = 0,0293x + 0,0059,
dengan koefisien relasi (r) = 0,9998
Gambar 4.9 Kurva kalibrasi natrium diklofenak pada medium dapar fosfat
pH 6,8
Bahan F1 F2 F3
HPMCP HP-55 (g) 5,00 10,00 15,00
Natrium diklofenak (g) 5,00 5,00 5,00
Aseton (ml) 20 40 60
Paraffin cair mengandung 2% span 80 (ml) 100 100 100
Keterangan :
F1 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Bahan F1 F2 F3
HPMCP HP-55 (g) 5,00 10,02 15,01
Natrium diklofenak (g) 5,00 5,00 5,00
Aseton (ml) 20 40 60
Paraffin cair mengandung 2% span 80 (ml) 100 100 100
Keterangan :
F1 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Keterangan F1 F2 F3
HPMCP HP-55 (gram) 5,00 10,02 15,01
Natrium Diklofenak (gram) 5,00 5,00 5,00
Massa teoritis (gram) 10,00 15,02 20,01
Massa yang terbentuk (gram) 8,27 13,10 18,38
% Perolehan proses 82,69 87,21 91,82
Keterangan :
F1 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Keterangan F1 F2 F3
Eudragit L 100-55 (gram) 8,00 8,00 8,00
Natrium Diklofenak (gram) 8,00 4,00 2,67
Massa teoritis (gram) 16,00 12,00 10,67
Massa yang terbentuk (gram) 6,49 6,23 6,11
% Perolehan proses 40,56 51,92 57,26
Keterangan :
F1 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Tabel 4.5 Data Kalibrasi Natrium Diklofenak pada Medium Dapar pH 6,8
Keterangan :
F1 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Keterangan :
F1 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 : Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Tabel 4.8 Penetapan Efisiensi Penjerapan dan Kandungan Zat Inti pada
Mikrokapsul HPMCP HP-55
Keterangan :
F1 = Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 = Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 = Perbandingan HPMCP HP-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Keterangan :
F1 = Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:1)
F2 = Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:2)
F3 = Perbandingan Eudragit L 100-55 dan natrium diklofenak (1:3)
Larutan induk
(1000 ppm)
Pipet 10,0 ml
Ad 100,0 ml
(100 ppm)
Pipet 4,0 ml Pipet 4,0 ml Pipet 10,0 ml Pipet 4,0 ml Pipet 10,0 ml Pipet 6,0 ml Pipet 14,0 ml
Ad 100,0 ml Ad 50,0 ml Ad 100,0 ml Ad 25,0 ml Ad 50,0 ml Ad 25,0 ml Ad 50,0 ml
Kadar (mg) =
Menit ke-30 =
Menit ke-60 = +
Menit ke-90 = + +
Menit ke-120 = + + +
Optimasi HPMCP
Nilai optimum
Evaluasi Mikrokapsul
Bentuk mikrokapsul