Anda di halaman 1dari 47

anekaobatherbalalam.blogspot.

com Obat Herbal Tradisional tidak henti-hentinya dicari


oleh halayak masyarakat luas. Ini dikarenakan bahan alami yang di pakai untuk bahan
utamanya sangat lah mudah di cari di lingkungan sekitar kita. Seperti contoh Tanaman
Cocor bebek siapa sangka tanaman ini bisa kita olah sebagai alternatif pengobatan
dengan cara yang relatif mudah dan gampang. Sebenarnya kalau kita jeli saat
mengalami masalah-masalah kesehatan kita tidak perlu terburu-buru mengambil
langkah medis yang mungkin terkadang merepotkan dan memerlukan buget yang
lumayan untuk para orang daerah yang kebanyakan kantongnya pada tipis-tipis. Pahami
lah alam sekitar cari tanaman alami dan olah lah dengan benar maka jadilah tanaman
sebagai obat / jamu untuk mengobati keluhan-keluhan para sobat sekalian.

Seperti contoh diatas yang sudah saya sebut yaitu Tanaman Cocor bebek bisa kita
pergunakan pula untuk menjadi obat tradisional. Pasti semua sudah tau apa itu
tanaman Cocor Bebek. Tanaman yang banyak kita jumpai di daerah tropis Cocor bebek
juga bisa tumbuh di daerah panas maupun kering karena perkembang biakannya dapat
dilakukan dengan mudah dengan cara tunas adventik. Daun pada tanaman ini memiliki
warna hijau muda atau juga bisa berwarna abu-abu dengan rasa asam dan agak dingin.
bentuk daunnya yang memanjang seperti bulat telur dengan pinggirnya yang bergerigi
serta ujung tumpul sehingga terlihat seperti lidah bebek. Dengan begitu tanaman ini
mudah sekali dikenali.

Manfaat dan Khasiat Daun Cocor Bebek lumayan banyak dapat dipergunakan untuk
mengobati beberapa jenis penyakit ringan yang sering kita rasakan di kehidupan sehari-
hari. Ini dikarenakan kandungan yang terdapat pada daun Cocor bebek seperti zat-zat
kalium yang sangat tinggi, asam malat, asam lemon, damar, glikosida artthosiphonin,
alkaloid, asa apel, vitamin C, flavanoid, dan masih banyak lagi. Tapi yang pasti daun ini
besifat anti tumor dan dingin sehingga dapat sebagai penyejuk serta antiseptik dan anti
radang. Biasanya Daunnya juga dipergunakan untuk penyembuhan leishmaniasis. so
agar lebih detail lagi kegunaan daun dari tanaman ini saya jabarkan di bawah ini :

Manfaat Dan Khasiat Daun Cocor Bebek

Sebagai Obat Sakit Kepala dan obat batuk / sakit pada dada

Sebagai Obat Demam


Untuk Mengobati Haid yang tidak teratur

Mengobati Luka

Untuk Obat Bisul

Sebagai Obat wasir dan menghentikan pendarahan saat wasir

Sebagai Obat gigitan Nyamuk

Menyembuhkan pergelangan kaki/tangan yang keseleo

Sebagai obat sakit gigi

Mengatasi muntah darah

Obat radang amandel

Mengobati Radang Telinga luar

Mengatasi Nyeri pada Lambung

Mengobati Rematik

Meringankan Disentri dan diare

Mengatasi Asma

Mengobati kaki pecah-pecah

Mengobati Nyeri saat kencing

Cara Meramu Daun Cocor bebek untuk Obat Herbal

1. Penggunaannya bisa Dengan cara direbus bersama air dengan catatan takaran
air dan daun cocor bebek yang digunakan dengan jumlah yang pas dan sesuai
dengan jenis penyakitnya.

2. Dengan cara dilumatkan pada bagian yang terkena penyakit ( sesuai dengan
jenis penyakit tertentu )

3. Dengan cara diseduh seperti teh ( Sesuai dengan jenis penyakitnya )


Peringatan :

Kelebihan dosis pada penggunakan bisa berdampak pusing serta muntah-


muntah

Jika dikonsumsi oleh wanita hamil bisa mengakibatkan kematian pada janin.

Dilarang mengkonsumsi herbal ini untuk penderita gangguan fungsi pencernaan

untuk yang kulit sensitif hendaknya berhati-hati saat menggunakannya karena


bisa menimbulkan gatal dan melepuh.

Banyak sekali artikel yang membahas masalah kesehatan semoga saja apa yang tulis
ini bisa bermanfaat untuk para pembaca dan masyarakat dan menjadi alternatif yang
mungkin bisa dipertimbangkan.

Manfaat Daun Cocor Bebek Bagi


Kesehatan Tubuh
Kalanchoe Pinnata )Sosor Bebek (Jawa) Ceker Itik (sunda) berasal dari Madagaskar,
tersehar di daerah tropic,dipelihara di pekarangan rumah atau tumbuh liar di tepi jurang,
pinggir jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas dan
kering.Terna berbatang basah, daun tebal pinggir beringgit, banyak mengandung air.
Gambar daun cocor bebek (sumber : google.com)

Sifat Kimia dan Farmakologi : Agak asam, bau tanah, dingin. Anti radang, menghentikan
pendarahan, mengurangi pembengkakan, mempercepat penyembuhan.
Kandungan Kimia : Zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, quercetin,diarabinoside,
kaempferol dan glucoside.

Cocor bebek, sering diabaikan sebagai tanaman obat, kebanyakan orang lebih
memanfaatkan tanaman cocor bebek sebagai tanaman hias, padahal daun cocor bebek
bisa digunakan sebagai obat untuk mengatasi beberapa penyakit.

Khasiat daun cocor bebek pernah diteliti oleh para peneliti dari Universitas Osaka,
Jepang dan hasilnya daun cocor bebek mengandung senyawa yang sangat efektif untuk
memusnahkan sel mutan penyebab kanker (Bryopgikkian A). Selain itu daun cocor
bebek juga mengandung Vit. A, tannin, asam lemon dan asam apel.

Pada dasarnya seluruh bagian tanaman cocor bebek bisa digunakan sebagai obat, akan
tetapi kebanyakan yang sering dipakai adalah daun cocor bebek, bagian dari tanaman
cocor bebek yang paling banyak mengandung air dan berlendir.

Daun cocor bebek banyak mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium
malat, kalsium oksalat, asam formiat dan tanin.

Penykit yang dapat Disembuhkan dan Cara Penggunaannya :

Daun Cocor bebek untuk mengatasi wasir, Daun cocor bebek dicuci
bersih, diangin anginkan sampai kering lalu ditumbuk sampai menjadi
bubuk. Seduh satu sendok bubuk dengan air panas dalam cangkir,
tambahkan satu sendok madu, minum hangat hangat 3x/hari.
Daun cocor bebek untuk mengatasi nyeri lambung, Lima lembar daun
cocor bebek diperas tambah sedikit garam dan diminum air perasan
nya.
Daun cocor bebek untuk mengatasi muntah darah, Tujuh lembar daun
cocor bebek dilumatkan, tambahkan gula merah, tim dan minum selagi
hangat.
Daun cocor bebek untuk mengatasi radang amandel, 10 lembar daun
cocor bebek dilumatkan dan gunakan airnya untuk kumur kumur.
Daun cocor bebek untuk mengatasi radang telinga luar, Gunakan air
perasan daun cocor bebek sebagai obat tetes telinga.
Daun cocor bebek sebagai obat bisul, Ambillah 30 60 gr daun cocor
bebek segar dan dilumatkan, ambil air lumatannya, tambahkan dengan
madu dan diminum, sisa air lumatannya tersebut ditempelkan dibagian
yang sakit.
Sendi-sendi sakit (Rheumatik): Seluruh tanaman sosor bebek seberat
30 gr direbus, minum air atau: 4 lembar daun sosor bebek,1 sendok
teh adas,1 jari pulosari,2 jari gula enau, dan 3 gelas air.Semua bahan
direbus sampai menjadi 3/4-nya, sesudah dingin disaring, diminum 3 x
sehari @ 3/4 gelas.

Itulah penjelasan tentang manfaat daun cocor bebek bagi kesehatan tubuh kita yang
berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit seperti di atas yang sangat
mengganggu kesehatan tubuh kita maka dari itu kita harus selalu mencegah penyakit
tersebut dengan pengobatan tradisional.
Khasiat Daun Cocor Bebek

Cocor bebek atau suru bebek (Latin:Kalanchoe pinnata syn. Bryophyllum


calycinum syn. Bryophyllum pinnatum) adalah tumbuhan sukulen (mengandung
air) yang berasal dari Madagaskar. Tanaman ini terkenal karena metode
reproduksinya melalui tunas daun (tunas/adventif).

Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak
pula yang tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak
berbatu. Tanaman hias ini mengandung appelzuur, damar, zat lendir, magnesium
malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tannin. Berkhasiat menyembuhkan
sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya,
menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta
bisul.

Ramuan untuk sakit kepala, batuk, sakit dada, dan borok, daun cocor bebek
secukupnya digiling hingga halus dan tempelkan pada bagian yang sakit.
Sedangkan untuk obat demam, rebus lima lembar daun cocor bebek dengan 2-3
gelar air. Daun direbus selama 30 menit dengan api kecil, minum air rebusan
dua kali sehari. Bisa juga daun dipotong-potong tanpa direbus kemudian
tempelkan pada perut.

Untuk obat haid yang tidak teratur, giling halus 10 lembar daun cocor bebek, 5
jari labu air, 5 buah majakan, 1 buah mentimun, 10 lembar daun dadap srep, 10
lembar daun sambaing colok, tambahkan air garam secukupnya. Kemudian
diusapkan ke perut, lalu balut dan lakukan dua kali sehari.

Untuk obat luka, cuci 10 lembar daun cocor bebek, giling sampai halus,
tambahkan 1 sendok makan air kapur sirih. Usapkan pada luka dan bebat
dengan kain bersih. Lakukan dua kali sehari. Sedangkan untuk obat bisul, cuci
enam lembar daun cocor bebek dan giling sampai halus. Tambahkan air garam
secukupnya. Usapkan pada bisul dan sekelilingnya, kemudian balut. Lakukan 1-2
kali sehari sampai sembuh.Selama ini tanaman sosor bebek lebih sering
digunakan sebagai penghias halaman rumah. Namun, tanaman yang berasal dari
Madagaskar ini ternyata juga berkhasiat obat. Ia bisa digunakan sebagai obat,
baik obat luar maupun dalam.

Sosor bebek dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Kalanchoe pinnata Pers.
Daunnya yang cukup tebal, selain banyak mengandung air, juga menyimpan
berbagai bahan kimia yang bermanfaat bagi kesehatan.
Sebuah situs kesehatan, National Center for Biotechnology Information,
menyebutkan bahwa bufadienolides yang terdapat pada sosor bebek bersifat
antitumor. Penelitian yang dilakukan oleh Supratman beserta rekan-rekan dari
Divisi Biokimia Terapan Osaka Prefecture University di Sakai, Jepang,
menunjukkan bahwa isolasi terhadap lima bufadienolides dari daun sosor bebek
mempunyai efek menghambat pengaktifan antigen awal virus Epstein-Barr (EBV-
EA) pada sel Raji yang disebabkan oleh tumor.

Selain bufadienolides, sosor bebek yang mempunyai rasa sedikit asam, lunak,
dan dingin ini juga mengandung zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C,
alkaloid, flavonoid, quercetin-3-diarabinoside, dan kaempferol-3-glucoside.
Kandungan kimia tersebut membuat sosor bebek bisa digunakan untuk berbagai
pengobatan. Sosor bebek selain antitumor juga mempunyai sifat antiradang,
menghentikan perdarahan, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat
penyembuhan luka. Masyarakat China kerap menggunakan sosor bebek sebagai
ramuan untuk mengatasi masalah pencernaan, muntah darah, dan gangguan
pada telinga ataupun tenggorokan.

Kemudian, sosor bebek juga digunakan untuk mengatasi trauma luka akibat
kecelakaan, memar, ataupun perdarahan. Hal ini terutama dikarenakan sifat
daun sosor bebek yang dingin.

Deskripsi
Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging
dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu).
Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan
dingin.

Penyebaran
Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika seperti
Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes,
Galapagos, Melanesia, Polinesia, and Hawaii. Di banyak daerah tersebut, seperti
di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies yang invasif. Alasan utama
penyebarannya yang besar adalah karena kepopuleran tanaman ini sebagai
tanaman hias.

Kegunaan
Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat,
kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan sebagai obat
tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan
penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak
teratur, obat luka, serta bisul.

Untuk asma
Masyarakat di Kepulauan Bahama kerap menggunakan daun sejuk, sebutan
sosor bebek, untuk mengatasi gangguan asma atau pernapasan. Lalu, teh sosor
bebek diminum untuk mengatasi rasa seperti terbakar di bagian dada. Teh
tersebut juga sebagai antibakteri bagi luka memar atau luka pada tangan.
Sebenarnya, bagian yang sering digunakan sebagai ramuan obat adalah
daunnya.

Namun, tak sedikit pula ramuan yang menggunakan seluruh tanaman sosor
bebek. Hingga saat ini belum diberitakan akibat dari efek samping penggunaan
sosor bebek. Meski begitu, beberapa literatur menyarankan untuk tidak
menggunakan ramuan tersebut pada orang yang mempunyai gangguan
terhadap fungsi pencernaan. Adapun pada beberapa orang dengan kulit sensitif,
penggunaan ramuan langsung pada kulit dapat berakibat gatal atau
menimbulkan lepuhan.

Untuk itu, jika Anda ingin menggunakan sosor bebek sebagai ramuan obat,
maka sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan ahli tanaman obat.

Luka
Daun sosor bebek secukupnya diparut atau ditumbuk. Tambahkan sedikit air dan
balurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Ganti setiap tiga jam sekali.

Perut mulas
Beberapa helai daun dadap serep ditumbuk dengan beberapa lembar daun sosor
bebek. Beri sedikit air. Kemudian balurkan ramuan tersebut pada perut.

Menurunkan demam
Lumatkan daun sosor bebek, lalu balurkan pada dahi. Gunakan dua kali sehari.

Bisul atau memar


Hancurkan 30-60 gram daun sosor bebek kemudian peras. Tambahkan madu
dan diminum. Sisa daun ditempelkan pada bagian yang sakit.

Radang telinga luar


Lumatkan 5-10 daun sosor bebek, peras. Airnya digunakan sebagai obat tetes
telinga.

Radang amandel
Lumatkan 5-10 daun sosor bebek. Ambil airnya dan gunakan sebagai obat
kumur. Beberapa pengobatan tradisional memanfaatkan tumbuhan ini untuk
mengobati penyakit.

Mengobati Wasir
Daunnya dicuci bersih lalu diangin-anginkan sampai kering lalu dibuat bubuk.
Seduh satu sendok makan bubuk dengan air panas 1 cangkir. Tambahkan 1
sendok makan madu, dan minum selagi hangat (sehari 3X)

Mengobati Nyeri Lambung


Peras 5 lembar daun cocor bebek, tambahkan sedikit garam, lalu minum airnya

Mengobati Muntah Darah


Lumatkan 7 lembar daunnya, tambahkan gula merah, ditim dan diminum
hangat-hangat.

Kandungan:
- asam lemon
- asam apel
- vitamin C
- glukoside
- tanin
- bryophyllin A (senyawa anti tumor)

Khasiat:
Dalam pengobatan tradisional cocor bebek digunakan untuk mengobati infeksi,
peradangan, hipertensi, batu ginjal, dan rematik. Jadi buat kawan-kawan jangan
sepelekan atau menganggap remeh suatu tanaman, karena banyak manfaat
dalam tanaman yang kadang-kadang kita anggap tidak ada manfaatnya. Karena
mungkin di setiap tanaman yang lain terkandung manfaat berbeda yang berguna
juga untuk kita.

Tanaman Cocor Bebek


Cocor bebek atau suru bebek (Latin:Kalanchoe pinnata syn. Bryophyllum calycinum syn.
Bryophyllum pinnatum) adalah tumbuhan sukulen (mengandung air) yang berasal dari
Madagaskar. Tanaman ini terkenal karena metode reproduksinya melalui tunas daun
(tunas/adventif).
Tanaman Cocor Bebek

Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang
tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu.
Deskripsi Cocor Bebek
Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging dan
mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu). Bunga majemuk,
buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin.
Penyebaran Cocor Bebek
Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika seperti Asia, Australia,
Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes, Galapagos, Melanesia, Polinesia, and
Hawaii. Di banyak daerah tersebut, seperti di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies
yang invasif. Alasan utama penyebarannya yang besar adalah karena kepopuleran tanaman
ini sebagai tanaman hias.
Kegunaan Cocor Bebek
Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium
malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan
sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit
dada, borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam,
memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.
Penelitian yang dilakukan oleh Supratman beserta rekan-rekan dari Divisi
Biokimia Terapan Osaka Prefecture University di Sakai, Jepang,
menunjukkan bahwa isolasi terhadap lima bufadienolides dari daun sosor
bebek mempunyai efek menghambat pengaktifan antigen awal virus
Epstein-Barr (EBV-EA) pada sel Raji yang disebabkan oleh tumor.

Selain bufadienolides, cocor bebek yang mempunyai rasa sedikit asam,


lunak, dan dingin ini juga mengandung zat asam lemon, zat asam apel,
vitamin C, alkaloid, flavonoid, quercetin-3-diarabinoside, dan kaempferol-
3-glucoside. Kandungan kimia tersebut membuat sosor bebek bisa
digunakan untuk berbagai pengobatan.
Selain bisa dimanfaatkan untuk pengobatan dalam, cocor bebek juga bisa
digunakaan untuk penggunaan luar.
Luka : Daun cocor bebek secukupnya diparut atau ditumbuk. Tambahkan
sedikit air dan balurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Ganti
setiap tiga jam sekali.
Perut mulas: Beberapa helai daun dadap serep ditumbuk dengan
beberapa lembar daun cocor bebek. Beri sedikit air. Kemudian balurkan
ramuan tersebut pada perut.Menurunkan demam: Lumatkan daun cocor
bebek, lalu balurkan pada dahi. Gunakan dua kali sehari.
Bisul atau memar: Hancurkan 30-60 gram daun cocor bebek kemudian
peras. Tambahkan madu dan diminum. Sisa daun ditempelkan pada
bagian yang sakit.
Radang telinga luar: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek, peras. Airnya
digunakan sebagai obat tetes telinga.
Radang amandel: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek. Ambil airnya dan
gunakan sebagai obat kumur.
Cocor bebek adalah tanaman berair yang tidak suka banyak air
alias senang kering. Cocor bebek hidupnya suka pada tempat yang
panas 75% dengan cahaya yang banyak.Tanaman ini sangat mudah
beradaptasi dengan lingkungan. Perawatan yang tidak rumit
bahkan sangat gampang.
Cara menanam cocor bebek
cara menanam dengan melepas helai daun dan letakan di media
tanam maka delam beberapa hari kemudian akan timbuh akar dan
tunas baru di pangkal daun dan selanjutnya akan tumbuh menjadi
tanaman dewasa.
Media tanam terdiri dari dari campuran tanah pupuk, pasir, dan
sekam bakar yang diaduk jadi satu. Pada dasar pot beri pacahan
batu bata atau genting.
Penyakit yang paling sering yaitu busuk akar atau daun. Hal
tersebut terjadi karena tanaman tergenang air baik di dalam pot
maupun di dasar pot. Cara mengetasi busuk akar yaitu dengan
membuat darinase pada pot sehingga air tidak tergenang.
Sedangkan hama yang sering meyerang cocor bebek adalah kutu
putih dan ulat berkaki banyak dan semut.

Kutu putih dapat diatasi dengan membuang kutu yang menempel


kemudian disemprot dengan peptisida. Untuk ulat cukup dibuang
saja sedangkan untuk semut, rendam pot dalam air sebentar
semut-semut akan keluar atau ganti media tanam dengan yang
baru.
musdafarma
The greatest WordPress.com site
in all the land!

Search

Main menu

Skip to primary content


Home
About

Post navigation

Previous
Laporan Farmakognosi
SIMPLISIA FOLIUM
AKFAR 2012
Posted on February 5, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga

ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu

penggunaan secara serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala

segi yang perlu diketahui tentang obat.

Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat didunia ini

sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat bahwa sebagian

dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan pada bidang

farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang

farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat dalam tanaman

khususnya simplisia yang dapat dijadikansebagai obat.

Hal ini perlu kita ketahui agar pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai

jaringan didalam didalam suatu simplisia pada daun.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud percobaan

Adapun maksud percobaan dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui

fragmen-fragmen dalam suatu simplisia melalui pengamatan secara makroskopik

dan metode mikroskopik.

1.2.2 Tujuan percobaan

1. mengamati simplisia secara organoleptik, meliputi bentuk, rasa,

warna, dan bau.

2. Melakukan identifikasi simplisia dengan metode mikroskopik.

3. Dapat membedakan bagian-bagian atau fragmen-fragmen dari

simplisia satu dan yang lainnya.

I.3 Prinsip kerja

1. Dibuat preparasi sampel. Kemudian ditetesi dengan medium kloralhidrat, lalu

diamati dibawah mikroskopik.

2. Diambil beberapa macam haksel kemudian diamati secara organoleptis,

meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Teori Umum

Pengertian Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali

dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen

kesehatan RI :1989).

Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura

Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari

selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-

zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,

misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

c. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau

mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga

( Dep.Kes RI,1989).

Cara Pembuatan Simplisia

a. Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan

bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih
dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak

diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau

cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan.

Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh

terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam

waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang

berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan

juga harus dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang

peliharaan).

b. Penanganan Pasca Panen

Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap

tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain
untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang

baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca

panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman

yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca

panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang

digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti

masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan

simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai

jual yang tinggi.

c. Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang

muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang

baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses

penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan

yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa

dalam bahan.

d. Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi

mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan

setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan

air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-

babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.

Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat

kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan


bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk

menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian

bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain.

Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak

mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan

beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air

cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran

yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda

ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang

terkandung dalam bahan.

Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak

melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan

dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-

nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat

dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang

cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam

bahan.

Penyikatan (manual maupun oto-matis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang

keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat

bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu

diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap

bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan
dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan

bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun

meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri

atau mikro-organisme.

Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses

selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan

penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya

agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.

Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh

terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat

mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal,

maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang

lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh

jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 8 mm,

jahe, kunyit dan kencur 3 5 mm. Perajangan bahan dapat dilakukan secara

manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin

pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian.

Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah

membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-

lintang (slice).

e. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada

bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat

terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah

rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan
reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu

pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan

yang dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 60 0C dan

hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air

10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada

jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain

yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya

pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan

tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara

tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan

menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun

dengan fresh dryer.

Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan

menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 500C.

Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga

mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-

gunakan alat pengering energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang

pengering berkisar antara 36 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 53,3%

menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan

matahari lang-sung maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan

sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam

dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci

kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari

perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada

simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang

berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-

kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga


dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 500C. Kelebihan dari

alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan

dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis

pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir

sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat

ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan

dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup

dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-

anginkan saja.

Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis,

pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir

apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada

umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8 10%.

Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam

pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.

f. Penyortiran (kering).

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang

terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing

lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering

sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah

penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca

panen yang dilakukan.

g. Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.

Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,

mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu

pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh

mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ;

nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,

nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

h. Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun

di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering

dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang

lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy

dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman

obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama

penyimpanan 3 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus

diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :

a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun

penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.

b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan

masuk air hujan.

c. Suhu gudang tidak melebihi 300C.


d. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (65 0 C)

untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang

tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga

menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.

e. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.

f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan

simplisia yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009)

II.2 Klasifikasi Sampel

1. Klasifikasi Daun Beluntas

Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Family : Piperaceae

Genus : Plucea

Species : Plucea indica (L)

2. Klasifikasi Daun Cocor Bebek

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Family : Crassulaceae

Genus : Kalanchoe

Species : Kalanchoe bloss (Feldiana Poeln)

3. Klasifikasi Daun Dewa

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida
Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Gynura

Species : Gynura segetum (Merr)

4. Klasifikasi Daun Jambu Biji

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Mirtales

Family : Mirtaceae

Genus : Psidium

Species : Psidium guajava (L)

5. Klasifikasi Daun Katuk

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceae
Genus : Sauropus

Species : sauropus androgyum (L)

6. Klasifikasi Daun Kayu Putih

Regnum : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Mirtales

Family : Mirtaceae

Genus : Melaleuca

Species : Melaleuca kucadendra (L)

7. Klasifikasi Daun Salam

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Species : Syzygium bolyanthum (Wigh Walp)


8. Klasifikasi Daun Seledri

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Apium

Species : Apium graveolens (L)

9. Klasifikasi Daun Sereh

Regnum : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon nordus (L)

10. Klasifikasi Daun Pecut Kuda


Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Family : Verbenaceae

Genus : Stachytarpheta

Species : Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl

II.3 Morfologi
1. Morfologi daun salam

Daunnya bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips, atau

bulat telur sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang

5-15 cm, lebar 35-36 mm, terdapat 6-10 urat daun lateral, pangkal daun 5-12 mm.

2. Morfologi daun katuk

Tanaman katuk memiliki karakteristik antara lain : bentuk tanaman seperti

semak kecil dan bisa mencapai tinggi 3 m, batang muda berwarna hijau dan yang

tua berwarna coklat, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, seolah-olah

terdiri dari daun majemuk. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar, kadang-

kadang permukaan atasnya berwarna hijau gelap. Bunganya tunggal atau terdapat

diantara satu daun dengan daun lainnya.

3. Morfologi daun sereh

Daun tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali bagian

permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula).

4. Morfologi daun dewa

Berdaun tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk

bulat lonjong, berdaging, berbulu halus, ujung lancip,tepi bertoreh, pangkal

meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau, panjang daun sekitar 20 cm dan

lebar 10 cm.

5. Morfologi daun seledri

Daun tanaman seledri (Apium graveolens L.) daun majemuk

menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai, anak daun bertangkai yang
panjangnya 1-2,7 cm tangkai daun berwarna hijau keputih- putihan, helaian

daun tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing, tepi daun beringgit,

panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan daun menyirip, daun berwarna

hijau muda sampai hijau tua.

6. Morfologi daun cocor bebek

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau

tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk

daun.

Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan

memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.

7. Morfologi daun beluntas

Daun bertangkai pendek, letaknya berselang-seling, berbentuk

bulat telur sunsang, ujung bundar melancip. Tepi daun bergerigi, berwarna

hijau terang, bunga keluar di ujung cabang dan ketiak daun, berbentuk bunga

bonggol, bergagang atau duduk, dan berwarna ungu. Buahnya longkah agak

berbentuk gasing, berwarna cokelat dengan bersudut putih.

8. Morfologi daun jambu biji

Bagian ini adalah suatu bagian yang penting yaitu berfungsi sebagai alat

pengambilan zat-zat makanan, respirasi dan asimilasi transparansi. Daun jambu biji

tergolongkan tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja

disebut daun tangkai.


9. Morfologi daun kayu putih

Daunnya tunggal,dan sekulen, bertangkai pendek, letak tersebar (spiral),

Helaian daun berbentuk lanset, dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung

dan pangkal daun runcing, tepi rata dan tulang daun hampir sejajar. Daun bila

diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.

10. morfologi daun pecut kuda

Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut.

Bunga duduk tanpa tangkai pada bulir-buhr yang berbentuk seperti pecut, panjang

4-20 cm.

II.3 Uraian Bahan

1. Klorahidrat (FI Edisi III, 1975)


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

III. 1. 1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, objek dan deg glass,

mikroskop, pipet tetes dan sendok tanduk.

III. 1. 2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Daun Beluntas (Plucheae

Folium), Daun Dewa (Gynurae Folium), Daun Jambu Biji (psidii folium), Daun

Gandarusa (Justiciae Folium), Daun Kayu Putih (Melaleuca Folium), Daun

Sereh (Cybopogonis Folium), Daun Salam (Polyanthi Folium), Daun Seledri

(Apii graveolentis Folium), Daun Katuk (Sauropi folium), Daun Cocor Bebek
(Kalanchoe wakdheimii),Daun Prasman (Eupatorium

tripunerve), Daun Pecut Kuda(Stachytarheta

jamaicensis), Daun Cabe (Capsicum annum.L), DaunPaliasa (Kleihona

hoospita.L), Daun Adas (Foeniculum vulgare).

III. 2. Cara kerja

III. 2. 1. Pengamatan Haksel

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Haksel simplisia yang diamati secara mikroskopik digambar serta

keterangannya ditulis

III. 2. 2. Pengamatan Mikroskopik

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Sampel diletakan diobjek glass, ditetesi medium kloralidrat,

kloroform, dan aquadest lalu ditutup dengan deg glass, kemudian

diamati menggunakan mikroskopik

3. Hasil yang deperoleh di gambar dan dilengkapi keterangannya.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan

Daun Beluntas

Memiliki bau khas, warna coklat berwarna kecoklatan, bentuk daun


1. Memiliki rambut
kehitaman. Serbuk halus, tidak tidak beraturan, tidak mempunyai
penutup
berasa rasa, berbau khas
1. Memiliki rambut
penutup
Memiliki bau khas, warna coklat berwarna coklat, berbau khas,
2. Jaringan epidermis
tua. Serbuk kasar, tidak berasa berbentuk serbuk, tidak berasa

Daun Dewa

Daun Gandarusa

Tidak ber bau khas, warna coklat tua. Serbuk


1. Memiliki hablur kalsium oksalat
kasar, tidak berasa
Daun Jambu Biji

1. Memiliki rambut penutup


Memiliki bau khas, warna coklat, serbuk agak
halus, tidak berasa

Daun Katuk
Memiliki bau khas, warna berwarna hijau, tidak berbau,
coklat tua. Serbuk kasar, tidak Tidak terlihat jaringan- berbentuk tak beraturan, dan
berasa jaringannya tidak berasa

Daun Kayu Putih


Memiliki bau khas, warna coklat muda. Serbuk berwarna hijau, tidak berbau, berbentuk tak
kasar, rasa pahit beraturan, dan tidak berasa

Daun Sereh

1. Memiliki berkas
pembuluh
Memiliki bau khas, warna
coklat tua. Serbuk kasar, tidak berwarna coklat, berbau khas,
2. Jaringan epidermis
berasa berbentuk serbuk, tidak berasa
Daun Salam

1. Serabut

2. Berkas pembuluh
Memiliki bau khas, warna daun salam berwarna coklat,
coklat tua. Serbuk halus, tidak berbau khas, berbentuk serbuk,
3. Hablur kalsium oksalat
berasa tidak berasa
Daun Seledri

Memiliki bau khas, warna berwarna putih, berbau khas,


coklat tua. Serbuk kasar, tidak Hanya terlihat hablur kalsium berbentuk serbuk, dan tidak
berasa oksalat berasa.

Daun Pecut Kuda

Tidak memiliki bau khas, warna coklat tua. Serbuk kasar, tidak berasa
BAB V

PEMBAHASAN

Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan alam yang

digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali

dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman, eksudat tanaman

adalah isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan zat-zat nabati lainnya

dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Daun beluntas (Plucheae

Folium), daun dewa (Gynurae Folium), daun jambu biji (psidii folium),daun gandarusa

(Justiciae Folium), daun kayu putih (Melaleuca Folium), daun sereh (Cybopogonis

Folium), daun salam (Polyanthi Folium), daun seledri (Apii graveolentis Folium), daun katuk

(Sauropi folium), daun cocor bebek (Kalanchoe wakdheimii), daun prasman (Eupatorium

tripunerve), daun pecut kuda(Stachytarheta jamaicensis), daun cabe (Capsicum

annum.L), daun paliasa(Kleihona hoospita.L), daun adas (Foeniculum vulgare).

Daun beluntas (Plucheae Folium)

Pengamatan haksel, berwarna kecoklatan, bentuk daun tidak beraturan, tidak

mempunyai rasa, berbau khas. Pengamatan mikroskopik, tidak ditemukan jaringan

penyusun daun. Daun beluntas memiliki kegunaan sebagai antipiretik, meningkatkan napsu

makan, membantu pencernaan, peluru keringat. Cara pengguanaan dari daun beluntas

yaitu dengan mengambil daun sebanyak 10-15g, direbus lalu diminum.

Daun Dewa (Gynurae Folium)

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat, berbau khas, berbentuk serbuk,

tidak berasa. Pengamatan mikroskopik, tidak terlihat

jaringanpenyusunnya.Daun dewa memiliki kegunaan sebagai penyembuh luka

memar, melancarkan sirkulasi, menghentikan pendarahan, pembengkakan payudara, dan

digigit hewan berbisa. Cara penggunaannya yaitu dengan ditumbuk daunnya, diperas air,

kemudian diminum airnya.

Daun Gandarusa (Justiciae Folium)

Pada pengamatan haksel, yaitu terlihat berwarna hijau, berbentuk tipis, terpotong,

berkerut, tidak mempunyai rasa, bau dan kering. Pada pengamatan mikroskop, tidak terlihat

jaringan penyusunnya. Daun gandarusa memiliki kegunaa sebagai antibakteri, melancarkan

peredaran darah, peluru kentut, peluru keringat, astringen, dan obat batuk. Cara
penggunaannya yaitu diambil daun sebanyak 20g, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya.

Direbus dengan segelas air sampai tersisa nya. Ditambahkan sedikit madu,lalu diminum

3xsehari masing-masing gelas.

Daun Jambu biji (Psidii Folium)

Pada pengamatan haksel berwarna coklat, berbentuk tebal, berkerut,

tidak mempunyai rasa, dan tidak mempunyai bau. Pada pengamatan mikroskopik tidak

terlihat jaringan penyusunnya. Daun jambu biji memiliki kegunaan sebagai diare, masuk

angin, maag, dan sariawan. Cara penggunaannya yaitu disiapkan 8 lembar daun jambu biji

yang segar, yang telah dicuci bersih rebus bersamaan 1 air hingga mendidih, saring air

rebusan tersebut, setelah dingin kemudian diminu 3xsehari.

Daun katuk (Sauropi folium)

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna hijau, tidak berbau, berbentuk tak

beraturan, dan tidak berasa. Pada daun katuk diamati dengan menggunakan mikroskop

tidak terlihat jaringan-jaringannya. Daun katuk memiliki kegunaan untuk melancarkan ASI,

merendahkan atau menurunkan demam, mengatasi sembelit, menyembuhkan borok atau

bisul. Cara penggunaannya yaitu dengan dicuci bersih daun katuk, lalu direbus selama 10

menit, saring kedalam gelas 10mL, kemudian diminum 2xsehari.

Daun kayu putih (Melaleucae Folium)

Pada pengamatan haksel, berwarna hijau kecoklatan, berbentuk tipis, tidak

mempunyai rasa, dan tidak mempunyai bau. Pada pengamatan mikroskop, tidak diamati

serbuk daun ini. Daun kayu putih memiliki kegunaan sebagai penghilang bengkak, nyeri,

radang usus, diare, rematik, asm, insomnia, dan sembelit. Cara pengguanaanya yaitu

dengan diambil daun kayu putih, direbus dan diminum airnya 3xsehari.

Daun sereh (Cymboponis folium)


Pada pengamata haksel, berwarna coklat, tidak berbau, berbentuk serbuk, dan

tidak berasa. Daun sereh mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi, antipiretik,

penambah napsu makan, anti serangga. Cara penggunaannya yaitu dengan dirembus 60g

sereh hingga mendidih, setelah itu diminum sebagai teh.

Daun salam (Polyanthi Folium)

Pada pengamatan haksel, daun salam berwarna coklat, berbau khas, berbentuk

serbuk, tidak berasa. Daun salam memilki kegunaan sebagai pengobatan asam urat, diare,

maag, menurunkan hipertensi. Cara penggunaanya yaitu diambil 20 lembar daun salam,

kemudian dicuci bersih, direbus daun salam dengan 2 liter air, ditambahkan 2 sendok

garam, biarkan mendidi. Diminum selama masih hangat.

Daun seledri (Apii Graveolentis Folium)

Pada pengamatan haksel, berwarna putih, berbau khas, berbentuk serbuk, dan

tidak berasa. Pada pengamatan mikroskopik tidak terdapat jaringan penyusunnya. Daun

seledri memiliki kegunaan untuk meningkatan enzim pada pencernaan (stomatik)

menurunkan tekanan darah, menghentikan pendarahan. Cara penggunaannya dengan cara

direbus daun seledri 30-40 lembar lalu airnya diminum.

Daun pecut kuda (Stachytarpheta cayannensis)

Pada pengamatan serbuk, bau lemah, warna coklat tua, bentuk serbuk kasar, rasa

agak pahit, pada percobaan mikroskopik tidak diamati.

Dalam percobaan ini, digunakan medium kloralhidrat, aquadest, dam flourglusin.

Dari ketiga medium yang dipakai, medium kloralhidrat yang lebih jelas untuk melihat

jaringan-jaringan yang terdapat dalam daun.


BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan,

berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan

belum diserbukan.

2. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan,

berupa daun, biji, akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan

sudah diserbukan, tidak dapat dibedakan bentuknya.

3. Simplisia daun yang berupa halsel memiliki bentuk yang berbeda-beda,

warna dominannya coklat, tidak memiliki rasa, serta tidak berbau.

4. Pada pengamatan mikroskopik, tidak terdapat jaringan penyusun yang

sesuai literaturnya.

VI.2 Saran

Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta
Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo. Jakarta

http://www.plantamor.com

About these ads


SHARE THIS:

Twitter

Facebook6

Google

This entry was posted in Uncategorized by musdalifah1212. Bookmark


the permalink.

2 THOUGHTS ON LAPORAN FARMAKOGNOSI SIMPLISIA FOLIUM AKFAR 2012

1. internet marketing on June 13, 2014 at 9:52 pm said:

Greetings from California! Im bored to death at work so I


decided to check out your site on my iphone
during lunch break. I enjoy the knowledge you present here
and cant wait to take a look when I get home. Im shocked at
how quick your blog loaded on my phone .. Im not even using WIFI,
just 3G ..
Anyhow, very good site!

Reply
2. Laurel on October 21, 2014 at 1:18 pm said:

Write more, thats all I have to say. Literally, it seems as though you
relied on the video to make your point.
You obviously know what youre talking about, why throw
away your intelligence on just posting videos to your blog when you
could be giving us something informative to read?

Reply

Leave a Reply

Create a free website or blog at WordPress.com.

Follow

Anda mungkin juga menyukai