FAKULTAS EKONOMI
DEPOK
SEPTEMBER 2014
2
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Universitas Indonesia
3
1. Review Kasus
Judul : The Freeport Mine, Irian Jaya, Indonesia: Tailings & Failings
Stakeholder Analysis
Di fase pertama (1945 1996) merupakan awal mula operasi freeport dalam
membangun area tambang. Di tahun 1988 PT FI memproduksi sekitar 25.000 ton
hasil tambang yang terdiri atas tembaga, emas, dan perak dalam setiap harinya.
Jumlah output ini bertambah sebanyak 200.000 ton di 8 tahun kemudian. Jumlah
hasil tambang terus bertambah ketika terjadi deplesi atas Gunung Ertsberg dan
penemuan Gunung Grasberg sebagai lahan eksplorasi. Produksi PT FI kian
meningkat menjadi 115.000 ton dalam setiap harinya di tahun 1993. Karena besarnya
keuntungan negara yang didapatkan dari direct investment PT FI, Pemerintah pada
saat itu melakukan ekspansi terharap kontrak lahan eksploitasi dan perpanjangan
kontrak untuk melindungi investasi yang dikontribusikan untuk negara. Setelah 20
tahun beroperasi, freeport menimbulkan dampak lingkungan yang sangat masif
terhadap area bisnis serta wilayah Irian Jaya. PT FI secara terus menerus
melakukan ekploitasi terhadap lahan tambang tanpa memperhatikan isu
keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan data pada tahun 1993, operasi Grasberg telah
menghasilkan akumulasi limbah sebanyak 2,8 miliar ton. Walaupun di tahun 1991
PT FI telah memulai untuk membangun manajemen lingkungan yang baik
(seorang ahli lingkungan bernama Bruce Marshall dipekerjakan di Indonesia),
namun PT FI terus melakukan eksploitasi untuk memaksimalkan profit. Bahkan
untuk mendukung permodalannya, PT FI menjual 11,4% saham kepada U.K. based
RTZ guna penyuntikkan investasi bagi PT FI dengan syarat penambahan jumlah
Universitas Indonesia
4
produksi hasil tambang menjadi 250.000 ton per hari. Di tahun 1995, PT FI
menunjukan kenaikan revenue secara signifikan sebesar dua kali lipat
dibandingkan dalam kurun 3 tahun sehingga memberikan kontribusi semakin besar
untuk cadangan devisa RI.
Universitas Indonesia
5
Tahun 1998, merupakan salah satu momentum besar untuk revolusi politik di
Indonesia yang diawali dengan berakhirnya masa kejayaan Soeaharto. Kondisi ini
membuat kondisi PT FI menjadi sedikit banyak kurang menguntungkan
dikarenakan pada saat itu, seluruh pihak yang memiliki relasi dengan keluarga
Soeharto menjadi objek sentimen masyarakat. Belum lagi terdapat kebijakan dari
pemerintahan baru untuk melakukan kajian terhadap seluruh kontrak perusahaan
asing yang ditandatangani oleh Soeahrto pada saat masa jabatannya. Hal ini tentu
menjadi sebuah ancaman bagi PT FI
Perusahaan adalah suatu entitas yang kompleks dimana manajer harus mampu untuk
menyeimbangkan berbagai macam faktor. Terdapat lima tekanan yang perlu
diseimbangkan dalam mengimplementasikan sistem pengukuran kinerja dan control
secara efektif, yaitu:
Manajer harus mengetahui bahwa control merupakan fondasi dari bisnis yang
sehat. Apabila perusahaan memiliki control yang baik, manajer dapat
memfokuskan tujuan mereka untuk menghasilkan keuntungan. Hanya ketika
suatu perusahaan menguntungkan, maka manajer dapat focus untuk
meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
Universitas Indonesia
6
Growth
Business
Strategy
Profit Control
Net income yang diperoleh oleh PT Freeport Indonesia dari tahun 1992 -2002 dapat
dilihat di tabel berikut:
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa dari tahun 1992 1995, PT Freeport
Indonesia mengalami peningkatan net income, bahkan hampir meningkat sebesar dua
Universitas Indonesia
7
Untuk melihat pertumbuhan PT Freeport Indonesia, antara lain dapat dengan melihat
pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba operasi, dan pertumbuhan laba bersih.
Pertumbuhan PT Freeport Indonesia dari tahun 1992 2002 dapat dilihat di tabel
berikut:
Revenue
Growth 158.06% -4.67% 6.34% 2.24%
Operating
Income
Growth 115.01% -2.75% -14.82% 30.03%
Net Income
Growth 95.30% -39.36% -49.96% 113.87%
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sebelum tahun 1998, pertumbuhan
pendapatan maupun keuntungan PT Freeport Indonesia mengalami pertumbuhan
yang positif. Di tahu 1998 2000, pertumbuhan pendapatan dan keuntungan
mengalami penurunan terutama di pertumbuhan net income, bahkan mencapai
-49.96% di tahun 2000. Namun, di tahun 2002, PT Freeport Indonesia dapat kembali
memperbaiki keadaan sehingga pertumbuhan keuntungan dan pendapatan di tahun
tersebut mengalami pertumbuhan yang positif.
Universitas Indonesia
8
Apabila kita lihat dari ringksan kasus dari PT Freeport Indonesia, dapat kita
simpulkan bahwa PT Freeport Indonesia belum memiliki sistem pengawasan yang
baik. PT Freeport Indonesia masih memfokuskan strategi perusahaan mereka untuk
mendapatkan keuntungan dan pertumbuhan setinggi-tingginya sehingga fungsi
pengawasan di PT Freeport Indonesia tidak berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari
tingkat eksploitasi PT Freeport Indonesia yang selalu meningkat dari tahun ke tahun
tanpa memperhatikan kondisi lingkungan di Indonesia. Fungsi pengawasan yang
tidak berjalan dengan baik juga terbukti di tahun 1997 dimana PT Freeport Indonesia
mengingkari proposal dan kembali meningkatkan jumlah produksinya yaitu
sebanyak 300.000 ton dalam setiap harinya. Selain itu, PT Freeport Indonesia juga
terlibat kontroversi publik karena dugaan adanya tindak kolusi dengan keluarga
Soeharto terkait dengan aktivitas bisnisnya.
Universitas Indonesia
9
pasar baru dengan produk yang baru, dan menginvestasikan modal untuk
penelitian dan pengembangan agar mampu bersaing dan memenuhi
kebutuhan konsumen yang selalu berubah-ubah.
Sistem pengukuran kinerja dan control memiliki peran yang kritikal dalam
mengelola tekanan antara tuntutan laba jangka pendek dan kebutuhan
perusahaan untuk melakukan investasi jangka panjang. Sistem ini
melakukannya dengan melayani tujuan sebagai berikut:
Secara jangka pendek, PT Freeport Indonesia pasti ingin selalu memiliki kinerja
keuangan yang baik demi kelangsungan usaha Freeport kedepannya. Hal ini
ditunjukkan dengan keuntungan perusahaan Freeport yang pada awal-awal
berdirinya sudah menunjukkan keuntungan, bahkan tahun 1988, Freeport
mendapatkan pendapatan tahunan lebih dari $300.000.000. di tahun 1992,
pendapatan Freeport meningkat sangat pesat mencapai $714.300.000 dan meningkat
jauh lebih pesat lagi mencapai $1.843.300.000 di tahun 1995.
Universitas Indonesia
10
Kerusakan Lingkungan
Produksi tailing yang mencapai 220 ribu ton per hari dalam waktu 10 tahun
terakhir menghasilkan kerusakan wilayah produktif berupa hutan, sungai, dan
lahan basah (wetland) seluas 120 ribu hektar. Sungai sungai yang
merupakan salah satu sumber kehidupan bagi warga papua, telah
terkontaminasi oleh limbah yang dihasilkan PT Freeport Indonesia
Sekitar 2.5 milyar ton limbah batuan Freeport telah dibuang ke alam. Hal ini
mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan sekitar pertambangan
dengan terbukti adanya yang terjadi dikawasan tersebut. Bahkan salah satu
anggota Panja DPR RI untuk kasus Freeport menemukan fakta bahwa
kecelakaan longsor akibat limbah batuan terjadi rutin setiap tiga tahunan.
Tailing
Universitas Indonesia
11
1. Investasi
3. Program Kesehatan
4. Program Pendidikan
Keuntungan yang diraih oleh PT Freeport Indonesia sampai sekarang juga sudah
mulai menunjukkan keuntungan yang positif.
Universitas Indonesia