Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN OBESITAS PADA

MAHASISWA PSKd FKK UMJ ANGKATAN 2015


BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut
Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi
pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.
Berdasarkan data WHO, terdapat 1,6 miliar orang dewasa yang
memiliki berat badan berlebih (overweight) dan 400 juta diantaranya
mengalami obesitas atau kegemukan (WHO, 2011). Menurut data dari
American Heart Association (AHA) pada tahun 2011, terdapat 12 juta
(16,3%) anak di Amerika yang berumur 2-19 tahun sebagai penyandang
obese (AHA, 2011). Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang
dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obese. Sedangkan di
Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15
tahun adalah 10,3% (laki -laki 13,9%, perempuan 23,8%) (Depkes RI,
2009).
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki berat
badan berlebih atau obesitas (CDC, 2009). Diantaranya adalah: 1.
Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan
penggunaan kalori sebagai energi pada aktivitas fisik. 2. Lingkungan
tempat tinggal dan tempat bekerja. 3. Faktor genetik. 4. Faktor lain seperti
obat-obatan. Orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan
mengalami penambahan berat badan.
Selain itu, Sherwood (2001) juga mengatakan bahwa, makanan
yang dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan
sebagai cadangan makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini,
makanan yang dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang
menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih
awal.
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan-
perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang,
mengancam atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium
dinamis seseorang. (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan menurut WHO
(2003) dalam Sriati (2008) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap
stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).
Menurut Warner stresor dapat didefinisikan sebagai kejadian,
kondisi, situasi dan atau kunci internal atau eksternal yang berpotensi
untuk membawa atau sebenarnya untuk mengaktifkan reaksi fisik dan
psikososial yang bermakna. (Smeltzer & Bare, 2002) . Adapun sumber
dasar pemicu stres :
a. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi dan menuntut kita
untuk menyesuaikan diri. Contoh stres lingkungan termasuk cuaca,
kebisingan, polusi udara, lalu lintas, perumahan yang tidak aman dan
lancar, serta kejahatan.
b. Stresor sosial Stres bisa timbul dari beberapa tuntutan sosial
yang kita tempati, seperti orangtua, pasangan, pengasuh, dan karyawan.
Beberapa contoh stres sosial termasuk masalah keuangan, wawancara
kerja, presentasi, perbedaan pendapat, tuntutan waktu dan perhatian atu
kehilangann orang yang dicintai. c. Fisiologis Situasi dan kondisi yang
mempengaruhi tubuh kita dapat dialami sebagai stres fisiologis. Contoh
stres fisiologis termasuk pertumbuhan yang cepat, menopause, sakit,
penuan, melahirkan, kecelakaan, kurang olahraga, gizi buruk, dan
gangguan tidur. d. Pikiran Otak dapat menafsirkan dan merasakan situsai
seperti stres, kesulitan, sakit, atau menyenangkan. Beberapa situasi
dalam hidup stres sebagi pemicu tetapi pikiran yang menentukan masalah
yang muncul. (Klinic Community Health Centre, 2010).
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan
Desminiarti (1990) dalam Sunaryo (2004) dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu
tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau
tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat
beracun, hormon, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit
yang menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.
e. Stres proses pertumbuhan da perkembangan, disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
f. Stres psikis/emisional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai