FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I : KASUS................................................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Keselamatan Pasien...................................................................................6
B. Analisis Kasus...........................................................................................7
C. Jalur Infeksi...............................................................................................7
1. Faktor yang Berhubungan dengan Host..............................................7
2. Faktor yang Berhubungan dengan Alat...............................................7
3. Faktor yang Berhubungan dengan Staf Kesehatan..............................8
D. Tindakan yang Telah Dilakukan................................................................9
E. Tindakan yang Belum Dilakukan..............................................................9
1. Perawatan Drainase Kepala.................................................................9
2. Perawatan Ventilator............................................................................9
3. Perawatan CVC...................................................................................10
4. Perawatan IVL.....................................................................................11
5. Perawatan Kateter Urine......................................................................11
6. Dukungan Nutrisi................................................................................12
7. Perawatan Mata...................................................................................12
LAMPIRAN
2
BAB I
KASUS
HASIL CT SCAN :
Fraktur ant. Wall sinus maxillaries D/5, SDH tipis region temporalis,
multipel haemorrage intra cerebral regio frontal.
Terapi yang diberikan :
1
- Ceftriaxone : 2x1 gr
- Metrodinazole : 3x500 mg
- NaCl : 2000 cc/24 jam
- Metamizole : 3x1 gr
- Ranitidine : 2x 50 mg
- Phenitoin : 3x 100 mg
- Manitol : 6x 100 cc bila osmolalitas < 320 mOs
- Program nebulizer dan suction setiap 6 jam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keselamatan Pasien
Terdapat 6 sasaran keselamatan pasien antara lain:
1. Ketetapan Identitas Pasien
Pada pasien Tn. S saat masuk di rumah sakit sudah dipasangkan gelang
berwarna biru (karena Laki-laki) dan perempuan berwarna pink di beri
klip berwarna. Didalam gelang tersebut tercantum nama pasien, tanggal
lahir, no RM, alamat, dan barcode.
3
1) Situation : menyebutkan nama dan nama departemen,
menyebutkan nama pasien Tn S, Umur Tn.S, Diagnosa medis dan
tanggal masuk, menjelaskan secara singkat kondisi pasien.
2) Background, latar belakang : menyampaikan data data yang
berkaitan dengan kondisi pasien saat ini misalnya obat obatan
dan infus yang digunakan Tn S, hasil laboratorium, tanda tanda
vital.
3) Assessment, penilaian : menyampaikan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan pada Tn S
4) Recommendation : tindakan selanjutnya untuk mengatasi masalah
pasien.
d. Untuk system pelaporan sesama perawat bisa menggunakan metode
SOAPIE
4
Saat akan dilakukan operasi dilakukan sign in kembali untuk memastikan
tidak ada kesalahan, time out dilakukan saat akan di mulai operasi dan
sign out dilakukan setelah operasi.
Pada kasus Tn. S merupakan pasien pasca craniotomy hari ke-2.
5
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien.
6
B. Analisis Kasus
Pada analisis kasus Tn. S terdapat tanda-tanda infeksi yang dapat dibuktikan
dengan hasil Laboratorium , hasil CT Scan dan pemeriksaan lainnya:
1. Peningkatan suhu 37o
2. Peningkatan Leukosit 11,58x103 / mm3
3. Penurunan albumin 2,8 g/dL
4. Penurunan Hb : 10,3 gr/dL
5. Penurunan Hact: 30,6 %
6. Kemudian Tn. S terpasang drainase kepala dengan pengeluaran 25 cc
berwarna merah
7. SDH, HIS, CT Scan: edema cerebri
C. Jalur Infeksi
1. Faktor Yang Berhubungan Dengan Host.
Pasien pasca craniotomy 2 hari. Mengalami penurunan kesadaran
menyebabkan terjadinya distress pernafasan (RR = 14 x/menit). Tn. S
mendapatkan terapi ventilator, Metrodinazole, Phenitoin, dan Menitol (bila
osmolalitas <320 mOs).
Proses infeksi yang terjadi pada Tn. S, dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satunya adalah faktor host, atau faktor akibat kondisi tubuh
yang terjadi pada Tn. S saat ini. Terjadi penurunan kesadaran pada Tn.S,
dapat mengakibatkan hilangnya reflex batuk dan reflek muntah. Ditambah
lagi dengan pemberian obat phenitoin, yang dapat menyebabkan
peningkatkan secret. Hal tersebut berkontribusi besar untuk terjadinya
resiko aspirasi dan peningkatkan resiko terjadinya VAP.
7
post craniotomy maupun dari selang drainase itu sendiri, mengingat
darah merupakan tempat perkembangbiakan yang tepat bagi bakteri.
b. Ventilator
Pemasangan ventilator pada Tn. S dapat menimbulkan risiko infeksi,
jika tidak diperhatikan faktor kebersihannya, ditambah pula faktor
pemberian terapi Phenitoin yang memiliki efek samping terjadinya
peningkatan secret pada saluran pernafasan. Secret akan menumpuk
pada saluran pernafasan, selang ventilator, pipa endotrakeal, dan
sirkuit ventilator. Genangan secret di atas balon dari pipa endotrakeal
tube dan tekanan balon yang rendah dapat memicu mikroorganisme
dan bakteri di sekitar balon menyebar sampai ke paru.
c. IVL
Tn. S mendapatkan terapi cairan intra vena serta obat-obatan IV,
sehingga dilakukan pemasangan intra vena line. Pemasangan IVL
dapat juga menjadi salah satu portal masuknya infeksi, karena adanya
perlukaan pada bekas tusukan jarum. Apalagi jika proses pemasangan
pada IVL tidak sesuai dengan SOP, maka bakteri akan masuk dan
dapat terjadi proses infeksi.
8
D. Tindakan yang Telah Dilakukan
Tindakan yang telah dilakukan perawat adalah kolaborasi pemberian terapi
Ceftriaxone 2x1 gr sebagai antibiotic dan Metrodinazole 3x500 mg sebagai
antimikroba. Untuk penanganan demam Tn. S diberikan terapi Metamizole
dengan dosis 3x1 gr. Tn. S juga diberikan terapi Phenitoin 3x100 mg untuk
mencegah terjadinya epilepsy.
Tindakan pencegahan risiko infeksi pada pemasangan ventilator yaitu perawat
memberikan terapi nebulizer dan suction setiap 6 jam.
2. Perawatan Ventilator
Pasien terpasang ventilator berisiko terkena VAP, ditambah pemberian
Phenitoin yang meningkatan secret, maka tindakan pencegahan infeksi
sangat diperlukan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah
resiko infeksi:
a. Humidifasi dan Suhu
Ventilasi mekanik yang melewati jalan nafas buatan dapat meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan penghangatan,
sehingga pada proses ini harus ditambahkan pelembab atau humidifier
dengan pengontrol suhu yang diisi air sebatas level yang ditentukan
(system boiling water). Terjadi kondensasi air dengan penurunan suhu
untuk mencapai 37o C pada ujung sirkuit ventilasi mekanik. Pada
kebanyakan kasus suhu udara kurang lebih sama dengan tubuh pada
pasien hipotermi, suhu dapat dinaikkan >37o C-38o C, tetapi kenaikan
suhu ini harus diwaspadai karena dapat menyebabkan luka bakar pada
trakea, lebih mudah terjadi pengentalan sekresi dan akibatnya
9
obstruksi jalan nafas dapat terjadi. Sebaliknya, jika suhu < 36o C
membuat kesempatan untuk tumbuhnya kuman.
b. Perawatan Jalan Nafas
1) Suction dilakukan seperlunya, karena dapat membuat pasien tidak
nyaman dan resiko terjadinya infeksi. Perhatikan sterilisasi.
2) Fisioterapi dada sangat diperlukan untuk mengurangi atelectasis
dan dapat mempermudah pengambilan sekresi saat suction,
dilakukan dengan clupping, fibrasing, perubahan posisi tiap 2 jam
jika memungkinkan, hal ini dilakukan untuk mengurangi
perlengketan sekresi.
c. Perawatan selang endotrakeal
1) Selang endotrakeal harus dipasang dengan aman untuk mencegah
terjadinya migrasi, kingking dan terekstubasi untuk itu fiksasi
yang adekuat sangat diperlukan;
2) Penggantian plester fiksasi minimal 1 kali sehari
3) Perhatikan apakah ada tanda lecet atau iritasi pada kulit area
pemasangan selang endotrakeal
4) Jika pasien terpasang ventilasi mekanik dalam waktu lama perlu
dipertimbangkan penanganan braekeostomi
d. Tekanan Cuft endotrakeal
1) Dimonitor minimal tiap shift untuk mencegah kelebihan inflasi
dan kelebihan tekanan dinding trakea
2) Jika memungkinkan cuft di kempeskan secara periodic untuk
mencegah terjadinya nekrosis pada trakea.
3. Perawatan CVC
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan CVC adalah kebersihan
kateter, kondisi kateter yang tidak tertekuk, rembesan darah dari
sambungan tutup kateter, kateter lepas atau berubah posisi, tanda tanda
peradangan dan keluhan pasien.
Prosedur perawatan kateter CVC antara lain:
a. Kaji warna kulit disekitar lokasi pemasangan, apakah ada kemerahan.
10
b. Kaji daerah lokasi penusukan, apakah ada tanda-tanda phlebitis seperti
kemerahan, nyeri, bengkak
c. Monitor respon pasien
4. Perawatan IVL
Penggunaan IVL yang tidak sesuai dengan prosedur yang baik dan benar
menjadi salah satu penyebab komplikasi seperti: infeksi lokal atau
sistemik termasuk septik thrombophleblitis, endocarditis, infeksi aliran
darah yang diakibatkan oleh terinfeksinya bagian tubuh tertentu karena
kateter yang terkolonisasi.
Prinsip perawatan IVL antara lain dilakukan dengan prinsip aseptik
(steril) seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memakai handscoon tujuannya agar pasien terhindar dari infeksi
nasokomial.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan IVL:
a. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam
b. Evaluasi tanda infeksi
c. Observasi tanda/reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
d. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir saat melakukan
perawatan infus
e. Bersihkan lokasi penusakan dengan anti septik.
f. Mendokumentasikan waktu pemeriksaan kateter (terhadap adanya
embolus), serta reaksi klien (terhadap tempat/ lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus).
11
saat kateterisasi; (2) melalui jalur dalam lapisan tipis cairan uretra yang
berada di luar kateter ketika kateter dan membran mukosa bersentuhan;
dan (3) cara yang paling sering melalui migrasi ke dalam kandung kemih
di sepanjang lumen internal kateter setelah kateter terkontaminasi
(Brunner & Suddarth, 2000).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merawat pasien yang terpasang
kateter:
a. Mengosongkan urine bag secara teratur
b. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar
urine tidak mengalir kembali ke buli-buli
c. Membersihkan darah, nanah, secret periuretra dan mengolesi kateter
dengan antiseptic secara berkala
d. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali.
6. Dukungan Nutrisi
a. Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan resiko infeksi lebih tinggi pada
pasien terpasang ventilator. Pemasangan NGT untuk pemberian nutrisi
secara adekuat perlu dipertimbangkan
b. Jika NGT tidak memungkinkan untuk dipasang, maka nutrisi
diberikan secara parenteral
7. Perawatan Mata
a. Pada pasien yang kehilangan reflek berkedip, kelopak mata harus
diplester untuk mencegah abrasi kornea, kering dan trauma.
b. Atur posisi kepala ekstensi, karena pada pasien yang terpasang
ventilator dapat terjadi edema sclera bila tekanan vena meningkat.
c. Pada pasien yang masih ada reflek berkedip dapat diberikan zalf atau
tetes mata untuk menurunkan keringnya kornea mata.
12
LAMPIRAN
13
14
15
16