Anda di halaman 1dari 19

icusurgikal

Kamis, 27 September 2012


ventilasi mekanik

Konsep dasar ventilasi mekanik

A. Pengertian

1. Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik
yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif
pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan wajib pada
unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
2. Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas
pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas
buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi
untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).
3. Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian
dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan
memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

B. Tujuan pemasangan ventilasi mekanik


1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
C. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik

1. Pasien dengan gagal nafas.


Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah
mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang
sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi.
Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien
dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan
(sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung
kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga
beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga mendapatkan
ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien
serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative
sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

D. Klasifikasi
1. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a) Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-
paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular,
sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena
tidak bias melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan negative ini
digunakan pada awal awal penggunaan ventilator.
b) Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.

2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi empat
jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.
1) Volume Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan unit
perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan
volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume
tidal yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan
paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan
pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini
dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga
dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan
pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
2) Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada
titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type
ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
3) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
4) Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset.

D. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) bila :
a) Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b) Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c) PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d) AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e) Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

E. Modus operasional ventilasi mekanik


Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Pemberian volume dan frekuensi
pernapasan diambil alih oleh ventilator. Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
b. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal
untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi
pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian
ventilator.
c. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan
efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada
aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas
kurang adekuat.
d. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah
bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis
dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

E. Setting ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan
untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting
normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah
nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas
12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali
bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan
jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB,
sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume
diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika
pasien menggunakan time cycled.
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke
pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator
direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit
pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan
pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih
lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan
terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang
telah disetting permenitnya.
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam
memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai
-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai
pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya
digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas
ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin
susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien
yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat
tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien
(ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain.
Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap
dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP
mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan
penyerapan O2 oleh kapiler paru.

F. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat
bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Pada paru

a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
h. Kerus akan jalan nafas bagian atas

2. Pada sistem kardiovaskuler


Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
a. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.
b. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem gastrointestinal
a. Distensi lambung, illeus
b.Perdarahan lambung

5. Gangguan lainnya
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

A. Pengkajian

1. pengkajian persistem
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam
mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
Biodata klien
Riwayat penyakit atau riwayat keperawatan
Tanda-tanda vital
Bukti adanya hipoksia
Frekuensi dan pola pernafasan
Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
Kebutuhan pengisapan
Upaya ventilasi spontan klien
Pemerikasaan system respirasi
a) Gerakan napas sesuai dengan irama ventilator.
b) Keadaan ekspansi dada kanan dan kiri.
c) Suara napas : Ronchi, wheezing, vesikuler
d) Gerakan cuping hidung, dan penggunaaan otot bantu tambahan
e) Secret : jumlah, konsistensi, warna, bau
f) Humidifier, kehangtan, dan batas air
g) Keadaan tubbing/ circutit ventilator
h) Hasil analisa gas darah terakhir, SPO2
i) Hasil poto torax terakhir.
Sistem kardivaskuler
a) Perfusi (sianosis)
b) Berkeringat banyak
c) Gangguan irama jantung
d) Perubahan tanda vital
e) Gangguan hemodinamik yang diakibatkan :
Setting ventilator dan hipoksia
Sistem neurologi
a) Tingkat kesadaran
b) Nyeri kepala
c) Rasa ngantuk
d) Gelisah
e) Kekacauan mental
Sistem urogenital
a) Penurunan produksi urine (berkurangnya urine menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
Status cairan dan nutrisi
a.) Adanya gangguan statrus nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
Status psikososial
a) Depresi mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa
terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

2. Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat
dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Jenis ventilator
Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
Pengaturan volume tidal dan frekunsi
Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.

3.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
Pemeriksaan fungsi paru
Analisa gas darah arteri
Kapasitas vital paru
Kapasitas vital kuat
Volume tidal
Inspirasi negative kuat
Ventilasi semenit
Tekanan inspirasi
Volume ekspirasi kuat
Aliran-volume
Sinar X dada
Status nutrisi / elaktrolit.

1. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan intubasi, ventilasi, proses
penyakit, dan kelelahan
Tujuan :
Jalan napas pasien terpelihara baik

Intervensi :
Auskultasi sura napas setiap 2-4 jam
Lakukan suction apabila terdapat secret
Pantau humidifier ventilator dan temperature (950-1000 F)
Pantau status hidrasi pada pasien
Pantau tekanan jalan napas pada ventilator
Lakukan fisioterapi dada, ubah posisi pasien setiap 2-4 jam
Berikan bronchodilator (kolaborasi dengan dokter)

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengembangan paru yang belum efektif
Tujuan :
PaO2 = 80 - 100 mmHg
PaCO2 dalam batas normal
PH darah arteri dalam batas normal

Intervensi :
Periksa analisa gas darah 10-30 menit setelah perubahan modus ventilator
Pantau analisa gas darah selama proses penyapihan
Observasi posisi pasien yang mengakibatkan penurunan PaO2 atau pernapasan tidak nyaman
Pantau tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
3) Gangguan pola napas berhubungan dengan gangguan ventilasi atau sumbatan pada ETT
Tujuan :
Ventilator berfungsi baik
Sumbatan pada ETT tidak ada
Intervensi :
Periksa ventilator setiap 2 jam
Evaluasi semua fungsi alarm dan pastikan sebelum pemakaian
Pastikan bahwa resuscitator secara manual selalu tersedia disamping tempat tidur
Lakukan pemantauan untuk mengetahui bahwa tidak ada sambungan selang yang terlepas,
tertekuk, dan tersumbat
Evaluasi kebocoran balon ETT
Pasang guedel untuk mencegah pasien menggigit ETT
Kaji fiksasi ETT, suara paru kiri dan kanan
Atur pasien pada posisi yang nyaman sehingga ETT tidak menganggu
Jelaskan pada pasien untuk tidak mencabut ETT, jika pasien orientasinya tidak bagus dapat
diberikan ikatan pada tangannya
Kaji letak ETT yang tepat pada photo rontgen dan auskultasi bunyi paru

4) Ketidakmampuan mempertahankan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot


pernapasan, ARDS, gangguan metabolik
Tujuan:
Setelah intervensi keperawatan pasien mampu memperthankan ventilasi spontan dengan Kriteria
hasil :
RR = 12-16 x/ menit
Tidal volume cukup
Tidak mengguanakan otot bantu napas
Tidak ada sianosis
Saturasi O2 95-100%

Intervensi :
Monitor otot-otot pernapasan
Set dan aplikasikan mesin ventilator
Jelaskan pada pasien atau keluarga alasan penggunaan mesin ventilator
Monitor setting ventilator secara kontinyu
Pastikan system alarm dalam kondisi ON
Cek keberadaan konektor-konektor
Jaga humidifikasi
Monitor saturasi oksigen
Monitor tanda-tanda sianotik
Monitor AGD
Observasi efek penggunaan mesin ventilator

5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru, ARDS


Tujuan :
Setelah intervensi keperawatn, pertukaran gas optimal dengan Kriteria hasil :
RR= 12-16 x/menit
PaO2 = 95-100%
PCO2= 35-45 mmHg
Tidak sianosis
Ventilasi alveolar meningkat

Intervensi :
Manajemen airway
Manajemen cairan
Ventilasi mekanik
Manajemen asam basa
Monitor respirasi
Kolaborasi antibiotic

6) Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik


Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan nyeri hilang atau berkurang dengan Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan rasa nyeri atau ketidaknyamanan
Mampu mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi nyeri
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai dengan
kebutuhan individu
Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :
Manajemen nyeri :
Kaji adanya nyeri, bantu pasien menidentifikasi tingkat nyeri
Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, dan pantau perubahan tanda-tanda vital.
Berikan tindakan peningkatan rasa nyaman dengan perubahan posisi, massage, kompres hangat/
dingin sesuai toleransi pasien
Dorong penggunaan teknik relaksasi atau latihan napas dalam bila mungkin
Kolaborasi pembertian analgetik :
Identifikasi nyeri sebelum pengobatan
Cek riwayat alergi
Tentukan pilihan analgetik secara tepat berdasarkan keparahan nyeri
Monitor tanda vital sebelum dan setelah pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Monitor reaksi dan efek samping obat
Dokumentasikan

7) Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut tehadap ancaman kematian


Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan cemas dapat berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil :
Mampu mengekspresikan kecemasan
Tidak gelisah
Kooperatif
Intervensi :
Lakukan komunikasi terapeutik
Dorong pasien agar mampu mengekespresikan perasaanya
Berikan sentuhan
Berikan support mental
Berikan kesempatan kunjungan keluarga pada saat-saat tertentu
Berikan informasi realistis pada tingkatan pemahaman klien
8) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang alat intubasi
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien mampu mempertahankan komunikasi non verbal
menggunakan metode al;ternatif dengan Kriteria hasil :
Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
Mampu berkomunikasi secara tertulis
Mampu berkomunikasi dengan gambar
Pasien mengerti tentang pesan yang disampaikan
Dapat menangkap pesan secara langsung

Intervensi :
Sediakan metode komunikasi alternative
Libatkan keluarga bila mungkin
Lakukan komunikasi dengan lambat dan suara yang jelas
Gunakan kalimat yang singkat
Berikan support system untuk mengatasi ketidakmampuan
Berikan reinforcemen positif pada pasien dan yakinkan bahwa suara akan kembali bila alat
dilepas

9) Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat-alat invasive


Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan infeksi atau tanda-tanda infeksi tidak terjadi dengan Kriteria hasil
:
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Tanda vital dalam batas normal
Hasil lab dalam batas normal
Intervensi :
Monitor tanda infeksi local dan sistemik
Monitor kulit membran mukosa
Monitor nilai lab terutama angka leukosit
Monitor tanda vital
Terapkan prinsip steril
Cuci tangan sebelum ke klien

10) Resiko cedera berhubunmgan dengan ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas,
stress.
Tujuan :
Setelah intervensi keperawatan Pasien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik dengan
Kriteria hasil :
Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas
Tidak terjadi barotrauma
Babas dari jatuh
Bebas dari abrasi, laserasi kulit

Intervensi :
Monitor ventilator terhadap peningkatan secara tajam
Yakinkan napas pasien sesuai dengan irama ventilator
Mencegah terjadinya fighting kalau perlu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
Observasi tanda dan gejala barotrauma
Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak dan
ujungnya tidak tajam
Lakukan fiksasi bila pasien gelisah
Atur posisi selang/ tubing ventilator dengan cepat
Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta

Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I,
Universitas Airlangga, Surabaya
Diposkan oleh nuraini zahar di 01.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2012 (2)

o September (2)

ASKEP POST OP CABG

ventilasi mekanik

Mengenai Saya

nuraini zahar
Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai