Biopsi sumsum tulang adalah salah satu dari dua prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan
sumsum tulang, selain aspirasi sumsum tulang. Biopsi sumsum tulang dilakukan dengan
mengambil sampel kecil dari tubuh pasien untuk pemeriksaan lebih lanjut, yang dapat membantu
mendiagnosis penyakit yang telah diderita (atau penyakit yang sangat berisiko diderita pasien)
dan menentukan rencana pengobatan yang dapat efektif mengobati penyakit tersebut atau
mengendalikan gejalanya.
Dapat ditemukan di dalam tulang, sumsum tulang adalah jaringan lentur yang menghasilkan sel
darah merah. Proses ini dikenal sebagai hemapotopoiesis dan terjadi di bagian inti sumsum
tulang yang dapat ditemukan di tulang panjang seseorang. Setiap orang biasanya memiliki
sumsum tulang yang menyusun empat persen dari massa tubuhnya.
Memeriksa komponen biokimia dan sel dari sumsum tulang dapat membantu menentukan
keberadaan berbagai penyakit. Apabila pasien memiliki sumsum tulang yang sehat, maka
sumsum tulang akan menghasilkan sel darah dalam jumlah yang normal. Ketidaknormalan atau
kelainan jumlah sel darah yang dihasilkan oleh jaringan-jaringan ini dapat menunjukkan masalah
pada bagian tubuh lainnya. Biopsi sumsum tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan
mengawasi penyakit pada sumsum tulang, darah, dan beberapa kanker. Beberapa dokter juga
menggunakan tindakan ini untuk mengetahui penyebab demam yang tidak dapat dijelaskan.
Kumpulan jaringan yang menyusun sumsum tulang memiliki dua tekstur yang berbeda bagian
yang lebih cair, hampir seperti cairan, dan bagian yang lebih padat. Kedua jaringan ini
dibutuhkan untuk pemeriksaan sumsum tulang; bagian yang lebih padat akan diambil dengan
jarum dalam biopsi, sedangkan bagian yang lebih cair akan diambil melalui aspirasi sumsum
tulang. Kedua tindakan ini sering dilakukan pada saat yang bersamaan, sehingga dokter bisa
mendapatkan informasi yang berbeda namun saling mendukung.
Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk mengawasi kondisi sel darah pasien, serta
mengawasi proses perawatan, apabila pernah dilakukan.
Faktor risiko yang mungkin terjadi adalah timbulnya nyeri, perdarahan ringan sampai berat
pada tempat penyisipan jarum, infeksi (pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah),
dan ketidaknyamanan umum.
Pada penderita hipertensi, obat penenang dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti gatal, mual,
pusing dan detak jantung meningkat.
Semua keluhan tersebut umumnya akan mereda seiring dengan waktu.