PENDAHULUAN
Biopsi sumsum tulang adalah prosedur mengambil sampel dan memeriksa sumsum
tulang dan jaringan spons di dalam tulang (Anonim a, 2019). Biopsi sumsum tulang
sering dilakukan baik di rawat inap maupun rawat jalan untuk mendiagnosis berbagai
gangguan hematologi. Tindakan biopsi memiliki akurasi diagnostik yang tinggi. Krista
iliaka superior posterior adalah lokasi pengambilan sampel yang biasanya dipilih karena
alasan kenyamanan dan keamanan pasien. Krista iliaka anterior superior juga dapat
digunakan pada pasien yang memiliki jaringan adiposa dalam jumlah besar atau
kontraindikasi lain seperti luka di atas krista iliaka posterior. Sternum proksimal dapat
menjadi target untuk pasien berusia di atas 12 tahun (Rindy & Chambers, 2022)
D. Indikasi
Indikasi utama pemeriksaan sumsum tulang adalah evaluasi pansitopenia (37%),
trombositopenia (25,9%), anemia (18,50%), leukemia (7,40%), demam yang tidak
diketahui asalnya (3,70%), atau dengan keluhan pucat, perdarahan gusi dan hidung, serta
hepatosplenomegali (Pande et al., 2020). Indikasi pemeriksaan sumsum tulang dan
penentuan kriteria aspirasi sumsum tulang atau biopsi sumsum tulang berdasarkan (Tabel
1) (Diem et al., 2020).
Tabel 1. Indikasi Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang (Diem et al., 2020).
Perubahan pada darah tepi atau diagnosis Sitologi Sumsum Tulang Histologi Sumsum Tulang
(Aspirasi) (Biopsi)
Neutropenia + (+)
Anemia + (+)
Trombositopenia + (+)
Dry Tap Aspiration +
Pansitopenia + +
Myelodysplastic Syndrome (MDS) + +
Leukemia Akut + +
Malignant Lymphomas + +
Chronic Myelogenous Leukaemia (CML) + +
Polisitemia Vera + +
Chronic Idiopathic Myelofibrosis (CIMF) + +
Trombositemia Esensial + +
Multiple Myeloma + +
Metastasis Tulang (+) +
Granulomatous Diseases - +
Hodgkin’s Disease - +
Keterangan: +: pemeriksaan yang membutuhkan; (+): pemeriksaan yang wajib dilakukan
E. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk dilakukan biopsi sumsum tulang yaitu infeksi lokal pada daerah
biopsi, terdapat hematologic neoplasm yang aktif meskipun sudah dilakukan terapi,
mendapatkan pengobatan antikogulan yang tidak dapat dihentikan, terdapat immune
compromise (Friedlis & Centeno, 2016).
BAB II
BIOPSI SUMSUM TULANG
2. Prosedur Biopsi
Jarum aspirasi dengan stylet dilewatkan melalui sayatan kulit menuju tulang. Jarum
kemudian diputar untuk menembus korteks beberapa milimeter sampai kuat. Setelah disematkan,
stylet dilepas dan jarum ditarik hinggan cairan aspirasi memenuhi jarum. Masukkan plunger ke
dalam syringe. Tekan syringe plunger dengan gentle lalu lepaskan syringe dan jarum secara
bersamaan. Teteskan darah pada objek glass untuk pembuatan preparat.
Teknik untuk memperoleh sampel tulang pada biopsi mirip dengan aspirasi kecuali inti mirip
dengan biopsi kecuali stylet dilepas sebelum jarum biopsi tertanam di tulang. Jarum dimajukan
sekitar 1 cm dengan gerakan memutar halus pergelangan tangan sampai kokoh tertanam ke dalam
tulang. Untuk memotong dan mempertahankan sampel tulang, jarum tajam diputar 360 derajat
baik searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam. Jarum ditarik dengan gerakan
memutar. Jarum biopsi didorong keatas hingga sampel memasuki ujung jarum yang lebih sempit.
Sampel inti sumsum tulang diletakkan di atas kaca glass agar memungkinkan pengelupasan bahan
sumsum sebelum ditempatkan ke dalam fiksatif jaringan. Bagian dari inti sumsum tulang
disiapkan dan dikirim ke ahli histopatologi untuk evaluasi. Ketebalan inti sumsum tulang yang
disarankan yaitu 3 milimeter.
3. Penyimpanan Sampel Biopsi Sumsum Tulang
Sampel sumsum tulang harus diproses secepat mungkin setelah pengambilan. Hasil terbaik
diperoleh saat film disiapkan dalam waktu 2 jam setelah proses pengambilan. Untuk
penyimpanan jangka pendek (8 jam), dianjurkan sampel disimpan kering dan didinginkan pada
suhu 4oC namun, penyimpanan pada suhu kamar 25 oC masih dapat diterima. Untuk menghindari
perubahan pada sampel sumsum tulang, film sumsum tulang harus cepat kering sebelum
diwarnai. Pengeringan yang lambat dapat menyebabkan sel menyusut, sedangkan kelebihan air
dalam larutan pengikat methanol (3%) dapat menyebabkan pembengkakan sel dan morfologi
yang terdistorsi. Gambaran eritroblas dapat disalahartikan sebagai dyserythropoiesis. Semua
preparat diberi label dengan tanggal dan informasi identitas pasien.
4. Pewarnaan Preparat Sumsum Tulang
Preparat sumsum tulang dapat diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky, seperti May-
Grunwald-Giemsa, Wright-Giemsa, atau Wright (Tabel 2). Apusan aspirat sumsum tulang
membutuhkan waktu pewarnaan yang lebih lama daripada apusan darah tepi.
Tabel 2. Pewarnaan Histokimia untuk Evaluasi Sumsum Tulang
1. Giemsa untuk dapat menilai eosinofil, sel mast, prekursor erythroid
2. Periodic Acid Schiff (PAS) untuk menilai granulosit, histiosit, sel megakariosit, dan sel plasma
3. Prussian blue untuk menilai deposit hemosiderin
4. Pewarnaan Argentiphilic untuk menilai reticulin fibers
5. Trichrome untuk menilai collagen fibers
Biopsi sumsum tulang adalah prosedur untuk memeriksa sumsum tulang. Biasanya dianjurkan
untuk mendiagnosis dan memantau beberapa jenis kanker. Biopsi sumsum tulang dilakukan melalui
prosedur aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Sampel sumsum tulang biasanya diambil dari tulang panggul
(iliaka). Biopsi sumsum tulang dilakukan dengan anestesi lokal untuk membuat kulit dan jaringan mati
rasa sampai ke tulang. Potongan kecil (sekitar seperempat inci) dibuat di kulit. Jarum khusus digunakan
untuk menusuk tulang. Sampel yang didapat dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim a. 2019. Bone Marrow Biopsy and Bone Marrow Aspiration. Vinmec Healthcare
System.
2. Rindy J.L & Chambers A.R. 2022. Bone Marrow Aspiration And Biopsy. National Center
for Biotechnology Information. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559232/
3. Mahbub M & Chauhan N. 2022. Pb2342: A Review Of Bone Marrow Biopsies Performed At
A London Teaching Hospital: Do Bone Marrows Aid Diagnosis And At What Cost?. National
Center for Biotechnology Information. P:2211-2212.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9429856/
4. Anonim b. 2014. Bone Marrow Biopsy. Cancer Center. P:1-2
5. Pande K., Sinha A.K., Pradhan A., et al. 2020. Role of Bone Marrow Trephine
Biopsies in the Diagnosis of Hematological and Non-Hematological Disorders.
Nepalese Medical Journal. Vol 3;247-351.
6. Diem H., Funk A., Haferlach T., et al. 2020. Indication for Bone Marrow
Examination and Decision Criteria for Bone Marrow Cytology or Bone Marrow
Histology.
7. Friedlis M.F., Centeno C.J. 2016. Performing a Better Bone Marrow Aspiration. Phys
Med Rehabil Clin N Am. P:919-939.