Anda di halaman 1dari 85

82

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan anugrah tuhan yang tidak ternilai harganya untuk

orang tua dengan anak yang sehat pasti akan membuat orang tua bangga.

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada

usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai

fase Golden Age. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk

memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin

dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang

sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat

dicegah (Soejiningsih, 2003). Dengan adanya keinginan orang tua yang

menginginkan anaknya pintar pasti akan diberikan yang terbaik untuk mereka

begitu juga dengan pemberian alat permainan. pemilihan permainan yang

benar dan tepat bisa meningkatkan kekreatifitas anak serta bisa menstimulus

perkembangannnya. saat ini banyak sekali permainan yang sifatnya hanya

sebagai permainan dan belum menstimulus perkembangan dan kreativitas

pada anak maka perlu pemilihan yang tepat dari orang tua dan lingkungan

sekolah untuk memberikan permainan yang bisa menunjang stimulus pada

anak sehingga bisa membentuk kekreatifitas dan perkembangan anak. Pada

anak usia prasekolah memiliki kreatif secara alamiah, tetapi tanpa disadari

selama ini orang tua hanya menekan daya kreatif anak. Karena banyak orang

yang meninginkan anaknya pintar dikelas sehingga kebebasan anak untuk


82

bermain terampas. Padahal kreativitas anak dapat dikembangkan melalui

bermain dengan alat permainan yang mendukung. Seperti alat permainan

konstruktif. Pada permainan ini, anak diberi kebebasan untuk

mengembangkan daya imajinasinya. Jenis permainan konstrutif yang populer

adalah membuat sesuatu. Misalnya, dari lempung, balok, dan kertas. Anak

tidak akan bosan menggabungkan dan menyusun bentuk-bentuk kombinasi

yang baru dengan alat permainan konstruktif. Namun, pengembangan

kreativitas anak sekarang juga semakin berkurang. Masih banyak anak yang

hanya diberi alat permainan yang memiliki tujuan tunggal. Adanya permainan

tunggal maka akan mematikan pemikiranpemikirandan ide kreasi pada anak

Penekanan utamanya adalah bukan apa yang dapat dilakukan oleh mainan,

melainkan apa yang dapat dilakukan anak dengan permainan tersebut

sehingga perkembangan motorik halus juga akan terbentuk.

Berdasarkan hasil survey awal dengan salah sutu guru pembimbing

play group PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas didapatkan 60 %

dari siswa yang banyak diantar orang tuanya terkadang orang tua atau yang

mengantar anak menemani mereka didalam kelas karena usia anak rata-rata

20-24 bulan sejumlah 32 siswa sehingga hal ini bisa menimbulkan kurangnya

permainan yang mereka lakukan untuk perkembangan dan kekreatifitas pada

anak.

Dengan memilih permainan diharapkan dapat menunjang stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi sensorik, motorik, sosial

maupun segi kognitif. Dengan adanya permainan yang tepat bisa

menstimulasi perkembangan motorik pada anak sehingga memunculkan


82

kekretifitas pada anak. Hurlock (1978), mengatakan bahwa perkembangan

kreativitas anak harus dirangsang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa

kreativitas tampak sejak awal dan pertama-tama terlihat dari cara anak

bermain dengan mainannya. Pada saat bermain anak bisa dikatahui

perkembangan serta dapat memunculkan kekreatifitas pada anak adanya

perkembangan dan kekreatifitas perlu adanya rangsangan Salah satu yang

menyebabkan kurangnya kreativitas pada anak yaitu kurangnya rangsangan.

Kurangnya rangsangan dapat disebabkan ketidaktahuan orang tua dan orang

lain dalam lingkungan tentang pentingnya bermain dan kreativitas, sehingga

secara alami akan mengatur perkembangannya dan akhirnya rangsangan tidak

diperlukan. Hal itu menimbulkan anak dalam perkembangan dan

kreativitasnya kurang. Agar anak dapat meningkatkan perkembangan

khususnya motorik halus dan kreativitas sesuai kemampuan yang dimilikinya,

anak membutuhkan stimulasi dari luar seperti alat permainan. Dengan

pemilihan alat permainan yang tepat maka akan meningkatkan perkembangan

dan kreativitas pada anak. Anak akan dapat membuat sesuatu hal yang baru

sesuai dengan ide-ide yang dimiliki dengan alat permainannya.

Dunia anak adalah dunia bermain untuk itu diperlukan alat permainan

yang tepat dan benar, dengan pemilihan yang tepat dan benar bisa

meningkatkan perkembangan dan kreatifitas pada anak dan jika terdapat

kekurangan dalam perkembangan motorik atau lainnya harus diberikan latihan

sejak dini agar keterlambatan tersebut dapat diminimalkan. Hal ini dapat

dilakukan dengan alat permainan untuk menciptakan perkembangan anak yang

lebih optimal. Adanya uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian


82

tentang pengaruh permainan lego terhadap perkembangan motorik, dan

perkembangan kreativitas anak usia pra sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : Adakah Pengaruh Permainan Lego terhadap perkembangan motorik

halus dan perkembangan Kreativitas pada Anak Prasekolah di Di PAUD AL-

Firdaus bahrul Ulum Tambakberas.?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya Pengaruh Permainan Lego terhadap

Perkembangan motorik halus dan perkembangan kreatifitas pada Anak

Prasekolah Di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

1.3.2 TujuanKhusus

1. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak pra sekolah

yang tidak diberi alat permainan lego

2. Mengidentifikasi perkembangan kreativitas anak yang tidak diberi

Alat Permainan lego.

3. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus anak pra sekolah

yang diberi alat permainan lego

4. Mengidentifikasi perkembangan kreativitas anak yang diberi Alat

Permainan lego.

5. Mengetahui Pengaruh Permainan Lego terhadap Perkembangan

motorik halus dan perkembangan Kreativitas pada Anak Prasekolah

di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang.


82

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Dapat meningkatkan perkembangan motorik halus dan

perkembangan kreativitas pada anak usia prasekolah di PAUD AL-

Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

1.4.2 Bagi Institusi Tempat Penelitian

Agar para pendidik dapat menggembangkan motorik halus dan

kreativitas siswanya dengan memberikan rangsangan-rangsangan

melalui permainan lego

1.4.3 Bagi penulis

Penulis dapat memberikan informasi tentang hasil penelitian

mengenai PengaruhPermainan Lego terhadap Perkembangan motorik

halus dan perkembangan Kreativitas pada Anak Usia Prasekolah di

PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bermain


82

2.1.1 Pengertian Bermain

Bermain merupakan cara efektif untuk belajar. Bagi anak

bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan.Lewat permainan,

anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita syaraf

atau neuron di otak akan dengan cepat saling berkoneksi untuk

membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya anak-anak dengan

mudah mempelajari sesuatu melalui permainan (Kurniasih, 2012).

Bermain merupakan pekerjaan anak. Dalam bermain anak secara

kontinu mempraktikkan proses hidup yang rumit dan penuh stres,

komunikasi dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang

lain (Wong, 2009).

Bermain menurut Hidayat (2005), merupakan suatu aktivitas di

mana anak dapat melakukan atau mempraktikkan ketrampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,

mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa dan

merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan

satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak, dan

penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak

(Champbelldan Glaser, 1995 dikuti oleh Supartini, 2004).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain

merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak

sehari-hari.Karena bermain merupakan kebutuhan dasar anak yang

dapat menurunkan stres anak. Dan juga media yang baik bagi anak
82

untuk belajar berkomunikasi dengan lingkungannya, menyesuaikan

diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar

kehidupannya, dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan

mental serta sosial anak.

2.1.2 Tujuan Bermain

Menurut Supartini (2004), pada prinsipnya bermain mempunyai

tujuan sebagai berikut:

a. Untuk melakukan pertumbuhan dan perkembanganyang normal

Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama

anak dirawatdirumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga

kesinambungannya.

b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-

idenya

Seperti yang telah diuraikan diatas, pada saat sakit dan

dirawat dirumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang

sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat

mengekspresikannya secara verbal, permainan adalah media yang

sangat efektif untuk mengekspresikannya.

c. Mengembangkankreativitasdankemampuan yang memecahkan

masalah

Permainan akan mestimulasi daya fikir, imajinasi, dan

fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam


82

pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga dapat

dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya, semakin

lama anak bermain dan semakin tertantang untuk dapat

menyelesaikannya dengan baik.

d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan

dirawat dirumah sakit

Stres yang dialami anak saat dirawat dirumah sakit tidak

dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tuanya.

Untuk itu yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan anak

dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stresoryang

dialaminya di rumah sakit secara efektif. Permainan adalah media

yang efektif untuk peradaptasi karena telah terbukti dapat

menurunkan rasa cemas, takut, nyeri, dan marah.

2.1.3 Fungsi Bermain

Menurut Wong (2009), bermain mempunyai fungsi sebagai

berikut:

a. Perkembangan Sensorik-Motorik

Aktivitas sensorik-motorik adalah komponen utama bermain

pada semua usia. Melalui permainan sensorik-motorik, anak

menggali sifat dunia fisik. Prasekolah sangat menyukai gerakan

tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan. Dengan

meningkatnya permainan sensorik-motorik, menjadi semakin

berbeda.

b. Perkembangan Intelektual
82

Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar

mengenali warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan fungsi objek-objek.

Mereka mempelajari fungsi angka-angka dan cara

menggunakannya, mereka belajar menghubungkan kata dengan

benda, dan mereka mengembangkan pemahaman tentang konsep

yang abstrak dan hubungan spasial seperti naik, turun, bawah, dan

atas. Kegiatan seperti puzzle dan permainan membantu mereka

mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Permainan

memberikan sarana untuk mempraktikkan dan memgembangkan

ketrampilan berbahasa.

c. Perkembangan Sosial

Melalui bermain dengan anak lain, anak belajar membentuk

hubungan sosial dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan

hubungan sosial. Mereka belajar untuk saling memberi dan

menerima, mereka banyak belajar dari kritikan teman sebayanya

dibandingkan dari orang dewasa.

d. Perkembangan Kreativitas

Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam

bermain melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk

permainan puzzle. Kreativitas terkekang oleh tekanan untuk

menyamakan, oleh sebab itu usaha keras untuk dapat diterima

oleh teman sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak

prasekolah. Ketika anak merasakan kepuasan dari menciptakan


82

sesuatu yang baru dan berbeda, mereka mentransfer minat kreatif

ini ke situasi di luar dunia bermain.

e. Perkembangan Kesadaran Diri

Bermula dari eksplorasi aktif tubuh anak dan kesadaran diri

bahwa mereka terpisah dari ibunya, proses identifikasi diri

difasilitasi melalui kegiatan bermain.Anak-anak belajar

mengenali siapa diri mereka dan di mana posisi mereka. Mereka

semakin mampu mengatur tingkah laku mereka sendiri,

mempelajari kemampuan diri mereka, dan membandingkan

dengan anak-anak yang lain.

f. Perkembangan Terapeutik

Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Dalam

bermain, anak dapat mengekspresikan emosi.Melalui bermain

anak-anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut,

dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka

ekspresikan karena keterbatasan keterampilan bahasa mereka.

g. Perkembangan Moral

Dengan bermain anak dapat berinteraksi dengan teman

sebayanya dan beperan secara bermakna pada pembentukan moral

mereka. Anak agar dapat diterima oleh kelompok, dalam bermain

mereka harus mentaati peraturan perilaku yang diterima temannya

misalnya; Adil, jujur, dan mempertimbangkan orang lain.

h. Bermain Sebagai Terapi


82

Pada saat dirawat dirumah sakit, anak akan mengalami

berbagai perasaan yang tidak menyenangkanseperti; marah, takut,

cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampakdari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa

stresor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan

melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan

stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak

akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan

permainan.

2.1.4 Manfaat Bermain

Menurut Agus (2008),bermain mempunyai manfaat sebagai

berikut:

a. Melatih Kemampuan Motorik

Motorik adalah unsur dalam suatu permainan yang dapat

membantu anak mengembangkan koordinasi, keseimbangan dan

kekuatan.Stimulus untuk motorik halus diperoleh saat anak

mengambil mainannya, meraba memegang dengan kelima

jarinya, dan sebagainya.Sedangkan rangsangan motorik kasar

didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar,

mengangkat, dan sebagainya. Kemampuan motorik anak akan

terus tumbuh dan berkembang ketika bentuk atau objek

permainan yang diperoleh anak mendukung untuk itu.

b. Melatih Konsentrasi
82

Permainan konstruktif dirancang untuk menggali ke-

mampuan anak, termasuk dalam kemampuan

berkonsentrasi.Contoh saat menyusun puzzle, anak dituntut untuk

fokus pada gambar atau bentuk yang ada didepannya, anak tidak

melakukan aktivitas yang lain sehingga konsentrasinya dapat

lebih tergali. Tanpa konsentrasi, tidak dapat menghasilkan karya

yang memuaskan.

c. Mengenalkan Konsep Sebab-Akibat

Ketika bermain anak dapat belajar tentang sebab-akibat.

Contohnya anak bermain dengan menggunakan suatu benda, tiba-

tiba benda tersebut menyakitinya, ia akan berusaha menghindari

permainan dengan benda yang sama. Meskipun ini tidak berlaku

mutlak, tetapi menjadi hukuman sebab-akibat alami yang pasti

pernah dialami anak.

d. Melatih Pengembangan Bahasa dan Wawasan

Permainan konstruktif sangat baik bila dibarengi dengan

tambahan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat

anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan

wawasannya. Wawasan ini pula yang secara umum membentuk

kemampuan berbahasa dalam diri seorang anak. Dengan wawasan

yang luas, biasanya diiringi kemampuan berbahasa yang baik dan

benar. Bahkan akan menjangkau beberapa bahasa lain yang tidak

sanggup dicapai orang tua.

e. Mengenalkan Aneka Warna dan Bentuk


82

Permainan yang baik adalah yang mengandung banyak

unsur warna, bentuk, model, gaya dan tampilannya. Itu semua

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pola pikir anak. Di

samping mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak juga

penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan anak tentang

dunia nyata. Dari permainan konstruktif, anak dapat mengenal

ragam bentuk dan warna. Misalnya: ada benda berbentuk kotak,

segi empat, bulat dengan berbagai warna seperti; biru, merah,

hijau, kuning, dan lainnya. Bentuk, pola, jenis, dan tampilan

permainan anak suatu saat akan sangat berguna untuknya ketika ia

dewasa dan menemui hal-hal baru yang unik dan mungkin tidak

terduga. Anak akan lebih cepat tanggap, dewasa berfikir dan tidak

tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan hanya karena

kekaguman akan hal yang baru. Inilah pentingnya mengenalkan

beraneka ragam bentuk dan warna permainan untuk anak.

f. Bersifat Multifungsi

Bersifat multifungsi maksudnya, permainan yang digunakan

anak mengandung banyak fungsi atau manfaat. Dari satu mainan

mendapatkan berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang

didapat anak juga lebih beragam. Contoh puzzle atau lego. Karena

terdiri dari potongan-potongan, maka dapat digunakan untuk

membentuk berbagai macam objek seperti rumah, robot, mobil

dan lain sebagainya.

g. Berwujut Pemecahan Masalah


82

Dalam memainkan alat permainan anak diminta untuk

melakukan pemecahan masalah (problem solving). Misalnya

dalam permainan puzzle, anak diminta untuk menyusun potongan-

potongan menjadi utuh. Dengan permainan tersebut anak dilatih

untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dalam

permainannya tersebut. Permainan juga melatih imajinasi dan

mencari jalan agar imajinasinya tersebut dapat terwujut melalui

permainan yang dihadapi.

h. Bersifat Mengembangkan Imajinasi dan Kemampuan Berpikir

Pengembangan berpikir adalah tingkat dimana suatu

permainan membantu kemampuan berpikir dan analisa pada diri

anak. Sedangkan unsur imajinasi dalam suatu permainan biasanya

bertujuan mengembangkankemampuan anak untuk berpikir dan

mengerti dunia. Dengan permainan anak diharapkan memiliki

imajinasi yang kuat dan luas.

i. Melatih Ketelitian dan Ketekunan

Ciri permainan yang mendidik adalah melatih ketelitian dan

ketekunan. Beberapa contoh telah disebutkan diatas yang juga

masuk kategori permainan yang melatih ketelitian dan ketekunan.

Namun ada juga jenis pekerjaan orang dewasa yang dapat masuk

permainan yang melatih ketekunan dan ketelitian, contohnya

memasak, merangkai bunga. Dengan permainan konstruktif, anak

tidak hanya sekedar menikmati tetapi juga dituntut untuk teliti

dan tekun ketika mengerjakannya.


82

j. Mengembangkan Kreativitas

Permainan ini mengajak anak untuk selalu kreatif lewat

berbagai variasi mainan yang dilakukan. Bila sejak kecil anak

terbiasa untuk menghasilkan karya, lewat permainan rancang

bangunan misalnya, kelak dia akan lebih berinovasi untuk

menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja. Sebenarnya

jenis permainan yang merangsang kreativitas sangat banyak

hanya kadang tidak disadari oleh orang tua.

k. Mengembangkan Kemampuan Berbicara, Membaca, dan Menulis

Permainan yang bersifat melatih dan mengajari berbicara.

Maksudnya suatu permainan yang dapat mengenalkan pada

berbagai macam bentuk suara dan kata sehingga memotivasi

perkembangan anak berbicara. Sama halnya dengan permainan

yang mengajari untuk membaca. Unsur yang penting adalah

mencocokan gambar dengan suara dan huruf. Sedangkan

permainan yang bersifat mengembangkan kemampuan menulis

adalah permainan yang mampu membantu anak belajar

menerjemahkan apa yang dipikirkan ke dalam suatu tulisan atau

gambar.

l. Memperkuat Percaya Diri

Memperkuat percaya diri atau kadang disebut juga sebagai

Instill Confidence adalah suatu unsur dalam permainan yang


82

mampu menciptakan perasaan aman, kebahagiaan dan

penghargaan diri yang baik. Ini unsur permainan yang sulit

ditemukan, karena biasanya tidak berwujut permainan benda,

tetapi sebagai suatu aktivitas bermain yang mampu meningkatkan

rasa percaya diri, perasaan nyaman dan ketenangan batindalam

bermasyarakat. Namun ada juga permainan yang berfungsi

memperkuat percaya diri sekaligus mengasah kecerdasan otak

seperti teka-teki silang, cerdas cermat, bahkan menyanyi.

2.1.5 Kategori Bermain

Menurut Adriana (2011), bermain mempunyai kategori sebagai

berikut:

a. Bermain Aktif

1. Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah

memeriksa alat permainan tersebut.Anak memperhatikan alat

permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,

meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.

2. Bermain Konstruktif (construction play)

Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain dimana

anak membentuk sesuatu dari alat permainan. Alat permainan

konstruktif misalnya ; balok atau potongan lego.

3. Bermain Drama

Misalnya main sandiwara boneka, dan dokter-dokteran

dengan temannya.
82

4. Bermain Bola dan Tali

b. Bermain Pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat

dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah

lelah bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi

kebosanan dan keletihannya.Contoh bermain pasif adalah sebagai

berikut.

1. Melihat gambar-gambar di buku/majalah

2. Mendengar cerita atau musik

3. Menonton televisi, dan lain-lain

2.1.6 Jenis-Jenis Bermain

1. Bermain Fisik

Merupakan kegiatan bermain yang berkaitan dengan

upayapengembangan aspek motorik anak seperti berlari,

melompat, memanjat, berayun-ayun.

2. Bermain Kreatif

Merupakan bentuk bermain yang erat hubungannya dengan

pengembangan kreativitas seperti menyusun balok.

3. Bermain Imajinatif
82

Merupakan kegiatan bermain yang menyertakan fantasi

anak seperti bermain sandiwara, dimana anak dapat

mengembangkan imajinasi dengan peran yang berbeda-beda.

4. Bermain Manipulasi

Merupakan kegiatan bermain yang menggunakan alat

tertentu seperti gunting, obeng, palu, lem kertas lipat dan

sebagainya untuk mengembangkan kemampuan khusus anak.

Bermain yang menyenangkan bagi anak ini akan memberikan

rasa aman dan bebas secara psikologis, suatu kondisi yang amat

dibutuhkan bagi upaya pengembangan kreativitas anak.

2.1.7 Klasifikasi Bermain

Menurut Wong (2009), bahwa permainan dapat diklasifikasikan:

a. Berdasarkan Isinya

1. Permainan Sosial-Afektif

Bermain dengan permainan sosial-afekti, membuat

anak merasakan kesenangan dalam berhubungan dengan

orang lain. Bila orang dewasa berbicara, menyentuh,

mencium, dan dalam berbagai cara membuat anak berespons,

anak segera belajar untuk menstimulasi emosi dan respons

orang tua dengan perilaku seperti tersenyum, mengeluarkan

suara, memulai permainan dan aktivitas.

2. Permainan Rasa Senang


82

Permainan rasa senang adalah pengalaman stimulasi

nonsosial yang muncul begitu saja. Objek permainan dalam

lingkungan, sinar dan warna, rasa dan bau, tekstur dan

konsistensi itu akan menarik perhatian anak, merangsang

indra mereka, dan memberikan kesenangan. Pengalaman rasa

senang berasal dari memegang bahan mentah (air, pasir,

makanan), gerakan tubuh (diayun, diangkat, ditimang), dan

dari pengalaman lain yang menggunakan indra dan

kemampuan tubuh (mencium, bersenandung).

3. Permainan Keterampilan

Bila anak telah mengembangkan kemampuan untuk

menggenggam dan memanipulasi, mereka secara terus-

menerus menunjukkan dan melatik kemampuan yang baru

mereka kuasai melalui permainan keterampilan, yang

mengulangi tindakan tersubut secara berulang-ulang

(misalnya;belajar membuat bentuk robot dengan lego).

4. Perilaku Unoccupied

Pada perilaku unoccupied, anak tidak bermain tetapi

memfokuskan perhatian mereka secara singkat pada apapun

yang menarik perhatian mereka.Anak melamun, memainkan

pakaian atau objek lain, atau berjalan tanpa tujuan.

5. Permainan Dramatik atau Pura-Pura


82

Salah satu elemen pada proses identifikasi anak adalah

permainan dramatik, yang juga disebut sebagai permainan

simbolik atau pura-pura. Permainan ini mulai pada masa bayi

akhir (11 sampai 13 bulan) dan merupakan bentuk permainan

yang dominan pada anak prasekolah.

6. Permainan Game

Anak disemua budaya terlibat dalam permainan baik

sendiri atau dengan anak lain. Aktivitas soliter mencakup

permainan yang dimulai ketika anak yang masih sangat kecil

berpartisipasi dalam aktivitas dan berlanjut ke permainan

yang lebih rumit yang menantang keterampilan mandiri

mereka seperti menata puzzle, bermain kartu, dan permainan

komputer atau video.

b. Berdasarkan Jenis Permainan menurut Supartini(2004):

1. Permainan (Game)

Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang

menggunakan perhitungan atau skor.Permainan ini biasanya

dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak

sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional

maupun modern seperti ular tangga, congklak, puzzle dan

lain-lain.

2. Permainan yang hanya memperhatikan saja (Unoccupied

Behaviour)
82

Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,

tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, mainan

kursi, meja atau apa saja yang ada disekililingnya. Anak

melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi

sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu

dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang

digunakan sebagai alat permainan.Anak memusatkan

perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatian. Peran

ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif

mengamati aktivitas anak lain.

c. Berdasarkan Karakter Sosial Permainan

1. Permainan Pengamat

Selama permainan pengamat, anak memperhatikan apa

yang dilakukan anak lain tetapi tidak berusaha untuk terlibat

dalam aktivitas bermain tersebut. Memperhatikan kakak

menendang bola adalah contoh umum dari peran pengamat.

2. Permainan Tunggal

Selama permainan tunggal, anak bermain sendiri

dengan mainan yang berbeda dengan mainan yang digunakan

oleh anak lain di tempat yang sama. Mereka menikmati

adanya anak lain tetapi tidak berusaha untuk mendekati atau

berbicara dengan mereka. Minat mereka dipusatkan pada

aktivitas mereka sendiri, yang mereka lakukan tanpa tekait

dengan aktivitas anak lain.


82

3. Permainan Paralel

Selama aktivitas paralel, anak bermain secara mandiri

tetapi diantara anak-anak lain. Mereka bermain dengan

mainan yang sama seperti mainan yang digunakan anak lain

disekitar mereka, tetapi ketika anak tampak kompak, mereka

tidak saling mempengaruhi. Masing-masing anak bermain

berdampingan, tetapi tidak bermain bersama.Tidak ada

asosiasi kelompok.

4. Permainan Asosiatif

Pada permainan asosiatif, anak bermain bersama dan

mengerjakan aktivitas serupa atau bahkan sama, tetapi tidak

ada organisasi, pembagian kerja, penetapan kepemimpinan,

atau tujuan bersama. Misalnya, dua anak bermain boneka,

saling meminjam pakaian boneka dan melakukan percakapan

serupa, tetapi tidak ada yang mengarahkan tindakan teman

lain atau menetapkan aturan mengenai batasan sesi

permainan.

5. Permainan Kooperatif

Permainan kooperatif kerja sama bersifat teratur, dan

anak bermain dalam kelompok dengan anak lain. Mereka

mendiskusikan dan merencanakan aktivitas untuk tujuan

pencapaian akhir, untuk membuat sesuatu, untuk memerankan

situasi kehidupan orang dewasa atau kelompok, atau untuk

memainkan permainan formal.kelompok ini terbentuk secara


82

renggang, tetapi terdapat rasa memiliki atau tidak memiliki

yang nyata.

2.1.8 Prinsip dalam Aktifitas Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain

dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:

a. Ekstra Energi

Untuk bermain diperlukan energi ekstra.Anak-anak yang

sakit, kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain

sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.

c. Alat Permainan

Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan

usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif

bagi anak.

d. Ruang untuk Bermain

Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,

halaman, bahkan di tempat tidur.

e. Pengetahuan Cara Bermain

Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih

terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam

menggunakan alat permainan tersebut.

f. Teman Bermain
82

Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi

anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan.Bila

permainan dilakukan bersama dengan orang tua, maka hubungn

orang tua dan anak menjadi lebih akrab.

2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi anak dalam bermain yaitu:

a. Tahap Perkembangan Anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus

sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,

karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Status Kesehatan Anak

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan

bearti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.

c. Jenis Kelamin Anak

Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki

atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,

imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial.Akan tetapi,

perrmainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal

identitas diri.

d. Lingkungan yang Mendukung


82

Dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak

dalam bermain.

e. Alat dan Jenis Permainan yang Cocok

Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh

kembang anak.

2.1.10 Alat Permainan Anak Prasekolah

Ditinjau dari kelompok usia, jenis permainan dibagi menjadi

permainan untuk bayi, toddler, prasekolah, sekolah dan remaja. Tetapi

disini peneliti hanya membahas tentang anak prasekolah (>3 tahun

sampai 6 tahun) yaitu:

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia

pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang

lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif,

kreatif, dan imajinatif.Demikian juga kemampuan berbicara dan

berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.

Oleh karena itu, jenis permainan yang sesuai adalah associative

play, dramatic play, dan skill play.Anak melakukan permainan

bersama-sama dengan temannya dan komunikasi yang sesuai dengan

kemampuan bahasanya.Anak juga sudah mampumemainkan peran

orang tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu, dan bapak atau

ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik

(skill play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat

permainan yang tepat diberikan pada anak, misalnya permainan lego,

puzzle,dan permainan balok-balok besar (Supartini 2004).


82

2.2 Konsep Permainan Lego

2.2.1 Pengertian Permainan Lego

Menurut Adriana (2011), permainan merupakan stimulasi yang

sangat tepat bagi anak. Untuk menumbuhkan kreatifitas juga dapat

dilakukan dengan suatu permainan.

Permainan lego adalah permainan yang memacu kreativitas

anak, permainan berbentuk balok-balok plastik berwarna-warni

ukuran mini yang dapat disusun menjadi beragam bentuk seperti

mobil, rumah, pesawat terbang, ataupun robot, tergantung pada

imajinasi dan kreativitas anakdan permainan ini berasal dari Denmark

yang telah berusia lebih dari setengah abad. Lego bukan semata-mata

mainan tetapi merupakan alat permainan yang mengacu kreativitas anak

(Soebachman, 2012).

2.2.2 Manfaat Permainan Lego

Menurut salah satu promotor mainan lego Ardi Lazuardi (2012),

ada beberapa manfaat yang diperoleh dari mainan legoyaitu:

a. Aspek Kognisi

Ini adalah salah satu aspek yang penting untuk dimiliki dan

dilatih oleh setiap anak yang sedang dalam masa

pertumbuhan.Aspek ini melatih seseorang untuk menciptakan

daya cipta, imajinasi dan kreativitas. Walaupun dapat dimainkan

oleh segala usia, namun permainan lego juga memiliki klasifikasi

umur. Misalnya ada lego yang dapat dimainkan oleh anak usia

dua sampai lima tahun dan usia dua hingga 12 tahun.


82

b. Menyatukan Ide

Dengan memainkan lego tentunya anak dapat saling

bertukar ide untuk mewujudkan kreasi imajinasi.Dengan lego,

anak dapat mewujudkan sebuah seni.

c. Mengajar Anak Bersosialisasi

Dengan mainan lego, anak dapat belajarcara untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Dan melalui permainanlego

anak dapat mengembangkan aspek sosial.

Sedangkan menurut Pramudian (2008), permainan lego

mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Belajar Menciptakan Visi

Bagaimana hasil bangunan yang dikehendaki, berapa lantai,

berapa jumlah jendela kamar, berapa jumlah garasi. Biasanya visi

ini dinyatakan dulu di awal agar menjadi pedoman dalam proses

pembuatannya nanti.

b. Belajar Mengerti Fondasi

Langkah awal pembuatan lego adalah pembangunan

pondasi. Pondasi ini ini akan menentukan kekuatan bangunan

yang nanti akan dibuat.

c. Belajar Mengerti Alat Bantu


82

Ada beberapa cara untuk membuat konstruksi/ rangka yang

kuat, dan kadang membutuhkan alat bantu sebagai penyangga

untuk memperkuat konstruksi.

d. Belajar Berkomunikasi dan Sharing Ide

Pembuatan bangunan pada lego membutuhkan komunikasi

yang konstruktif apabila dilakukan bersama-sama.Ide yang

dimiliki harus berani disampaikan, dan dicoba bersama.

e. Belajar Resource Allocation

Jumlah bricks pada lego terbatas untuk masing-masing

jenisnya, sehingga perlu dipikirkan keterbatasan jumlah bricks

namun bangunan dapat sesuai dengan yang direncanakan.

f. Belajar Seni

Memahami dan mengerti tentang seni dan keindahan.Karena

permainan lego memiliiki berbagai warna dan bentuk yang

menarik anak, disitu dapat membantu anak terinspirasi.

g. Belajar Bersabar

Dalam memainkan lego anak akan terlatih untuk bersabar

dalam menyusun bricks kedalam bentuk yang diinginkan anak.

Karena permainan lego sendiri membutuhkan kesabaran untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

2.3 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


82

2.3.1 Tumbuh Kembang

Kartono, (2007) dalam kehidupan anak ada dua proses yang

beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Kedua proses ini berlangsung secara interdependen, saling bergantung

satu sama lainnya. Kedua proses itu tidak bisa dipisahkan dalam

bentuk-bentuk yang murni berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa

dibedakan untuk maksud lebih mudah memahaminya.

Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil

dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara

normal pada anak yang sehat dalam passage (predaran waktu) tertentu.

Sedangkan perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik

sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis; pada anak,

ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage

waktu tetentu menuju kedewasaan (Kartono, 2007).

Pertumbuhan adalah proses bertambah sempurnanya fungsi

dari alat tubuh. Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan

anak, kita akan mengetahui tumbuh kembang anak normal, dapat

berkomunikasi secara efektif sesuai dengan fase tumbuh kembang

anak serta sebagian bahan dasar dalam mengkaji tingkat kesehatan

anak (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran tubuh yaitu

bertambahnya tinggi badan, berat badan, ukuran lingkar kepala, tulang,

otot dan organ-organ tubuh lainnya (Soejatmiko, 2009).


82

Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat

tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar. Dalam

perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang dialaminya yaitu

masa percepatan dan perlambatan. Masa tesebut akan berlainan dalam

satu organ tubuh. Percepatan dan perlambatan merupakan suatu

kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh tetapi masih saling

berhubungan satu sama lain. Peristiwa perkembangan anak dapat

terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi. Pematangan organ mulai

dari aspek sosial, emosional dan intelektual (Hidayat, 2008).

Menurut Soejatmiko, (2009) perkembangan merupakan

bertambahnya fungsi-fungsi individu, yaitu fungsi-fungsi:

a. Penginderaan (melihat, mendengar, meraba, mencium dan

merasa)

b. Pergerakan (tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, berlari,

memegang dan lain-lain)

c. Komunikasi (bicara dan bahasa)

d. Kognitif (mengenal, membandingkan, mengingat, mengerti

dan lain-lain)

e. Kreatifitas (membuat, merangkai, membentuk dan

menciptakan)

f. Emosi sosial (berinteraksi dengan orang lain dan

pengendalian diri)

Dari beberapa pengertian perkembangan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa perkembangan merupakan pertambahan


82

kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Dengan

demikian, perkembangan berperan penting dalam kehidupan manusia.

2.3.2 Ciri-ciri Perkembangan Anak

Hidayat, (2008) dalam peristiwa pertumbuhan dan

perkembangan anak memiliki berbagai ciri khas yang membedakan

komponen satu dengan yang lain. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik seperti ukuran berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada dan lain-lain.

b. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat

telihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai

dari masa konsepsi hingga dewasa.

c. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri

lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya

kelenjar timus, lepasnya gigi susu atau hiangnya refleks-refleks

tertentu.

d. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan

mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah

aksila, pubis atau dada.

Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perkembangan selalu melibatkan proses perkembangan yang

diikuti dari perubahan fungsi seperti perkembangan sistem

reproduksi akan diikuti perubahan fungsi alat kelamin.


82

b. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap,

yaitu perkembangan dapat tejadi dari daerah kepala menuju kearah

kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.

c. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari

kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan

hal yang sempurna.

d. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan percapaian

perkembangan yang berbeda.

e. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya,

dimana tahap perkembangan harus dilewati tahap-demi tahap

(Narendra, 2002).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

a. Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang

terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:

1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner).

2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan

hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya.

3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam

pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.

4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan

mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh.

5. Anemia atau penyakit darah lainnya.


82

6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau

hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.

b. Faktor Ekstrinsik

Yang merupakan faktor ekstrinsik:

1. Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat

penolakan atau kekerasan dari orang tua).

2. Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang.

Depresi bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan

rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat terjadi

pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada

anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang

tuanya.

3. Faktor ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian

makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku orang

tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan

anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk

perkembangan dan pertumbuhannya.

4. Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi,

parasit atau racun).

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai

atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan

yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

merupakan lingkungan bio-psiko-fisiko-sosial yang


82

mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai

akhir hayatnya.

c. Faktor Pendukung

Faktor faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :

1. Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut

2. Peran aktif orang tua

3. Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan

anak

4. Peran aktif anak

5. Pendidikan orang tua

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai

hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan

yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa/ bahasa,

gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan

oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang,

gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga

faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang

anak yang optimal.

2.3.4 Hal-hal yang menentukan Kualitas Tumbuh Kembang Anak

Kualitas tumbuh kembang anak ditentukan oleh:

a. Faktor intrinsik, yaitu faktor-faktor bawaan sejak lahir

(genetik - heredokonstitusional).
82

b. Faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor sekeliling

(lingkungan) yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

sejak di dalam kandungan hingga lahir dan bertumbuh

kembang menjadi seorang anak.

2.3.5 Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus Anak Usia

Pra Sekolah (3-4 tahun)

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian

gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot

yang terkoordinasi. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan

tetap tidak berdaya. Akan tetapi, kondisi ketidak berdayaan tersebut

berubah secara cepat. Selama 3 atau 4 tahun pertama kehidupan pasca

lahir, anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut

melibatkan bagian badan yang luas digunakan dalam berjalan, berlari,

melompat, berenang dan sebagainya. Setelah berumur 4 tahun, terjadi

perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih

baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan

untuk menggenggam, melempar, menagkap bola, menulis dan

menggunakan alat.

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik

halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-

otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan

duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot


82

halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh

kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan

memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,

menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut

sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak.

Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin

matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot

memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik

anak.

Perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia

3-4 tahun diantaranya:

Usia Motorik kasar Motorik halus

3-4 tahun berdiri pada 1 kaki 10 mengikuti membuat kotak


detik/ 2 dari 3 menggambar orang 3 bagian
menangkap bola 2 dari 3 mengikuti, membuat +
berjalan pada tumit jari membedakan garis lebih panjang
kaki 2 dari 3 (3 dari 4 atau 5 dari 6)
lompat pada 1 kaki meniru jembatan
berdiri pada 1 kaki 5 menara dari 6 kubus
detik/ 2 dari 3 mengikuti membuat lingkaran
lompatan lebar

Tabel 2.1 Perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada


anak usia pra sekolah 3-4 tahun.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik

adalah :

a. Stimulasi
82

Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak

merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga

tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan

dan perkembangan. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting

dalam perkembangan anak, karena anak yang mendapatkan stimulasi

yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan

anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi.

Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang

bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan kasih

sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi perkembangan

motorik anak. Orang tua yang memberikan stimulasi dini maka

kemampuan motorik anak berkembang dengan baik. Sedangkan orang

tua yang sibuk bekerja mempunyai waktu yang sedikit untuk

menstimulasi anak berkembang secara optimal.

b. Gizi

Tandyo J, (2002) menyatakan bahwa gizi sangat penting untuk

anak terutama pada usia 3-4 tahun. Pada masa ini pertumbuhan

berlangsung sangat cepat sehingga memerlukan konsumsi protein dan

zat pengatur seperti vitamin dan mineral. Perkembangan mental juga

memerlukan lebih banyak protein, terutama untuk pertumbuhan sel

otaknya. Pertumbuhan sel otak sangat cepat dan akan berhenti atau

mencapai taraf sempurna pada usia 3-4 tahun. Makanan memegang

peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang

tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa,


82

kekurangan makanan yang bergizi akan menyababkan retardasi

pertumbuhan anak.

c. Kecerdasan

Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan, anak yang

kecerdasannya tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat

ketimbang anak yang kecerdasannya normal atau dibawah normal.

2.3.6 Tahap Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah (3-4 tahun)

Menurut teori Erikson dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari,

(2010) pada usia 3-4 tahun anak berada pada fase inisiatif vs rasa

bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, anak berkembang rasa

ingin tahu dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya

mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahui. Setelah

anak mempunyai rasa percaya dan otonomi, anak siap untuk

memperluas lingkup (cakrawala) yang dengan kemampuan berbahasa

dan anak mulai aktif diluar rumah.

Anak usia 3-4 tahun sudah dapat naik turun tangga sendiri,

demikian pula halnya berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau

melompat. Anak mulai berkembang super egonya (suara hati), yaitu

merasa bersalah bila ada tindakan yang keliru.

Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,

menulis dan mengenal angka serta bentuk atau warna benda. Pada

tahap ini, orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk

sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana,


82

perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua serta orang-orang

disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak (Nurslam, 2005).

2.3 Konsep Anak Prasekolah

2.3.1 Pengertian Anak Prasekolah

Menurut Cahyaningsih (2011), Anak prasekolah adalah anak

usia 4 sampai dengan 6 tahun.

Para ahli psikologi menggunakan sejumlah sebutan pada awal

masa kanak-kanak, salah satunya adalah usia kelompok karena anak-

anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi

kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk

menyesuaikan diri pada waktu mereka masuk kelas satu. Awal masa

kanak-kanak juga merupakasn usia menjelajah karena anak prasekolah

mempunyai keinginan untuk mengetahui keadaan lingkungannya,

bagaimana mekanismenya dan perasaannya, serta bagaimana dia dapat

menjadi bagian dari lingkungan. Usia menjelajah juga sering disebut

dengan usia bertanya. Dalam masa prasekolah, yang paling menonjol

adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain hal ini dikenal

sebagai usia meniru. Meskipun demikian, anak lebih cenderung

menunjukkan kreativitasnya melalui bermain dengan kehidupannya,

sehingga periode ini disebut usia kreatif (Hurlock, 1980).

2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah

a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


82

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang

dapat diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik

retensi kalsium dan nitrogen tubuh. Sedangkan perkembangan

adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Andriana,

2011).

Menurut Soetjiningsih (1995), pertumbuhan berkaitan

dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang dapat diukur

dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang maupun

keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

Whaley dan Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan

sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan

perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi

secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang

paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran. Pertumbuhan adalah berhubungan dengan

perubahan pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada


82

jumlah dan ukuran sel tubuh, yang ditunjukkan dengan adanya

peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian

tubuh.Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara

kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk

berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan,

dan pembelajaran. Proses ini akan terjadi secara terus-menerus

dan saling berhubungan antara satu komponen dan komponen lain

(Supartini, 2004).

Menurut Hidayat (2005), pertumbuhan dan perkembangan

pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan

secara fisik, intelektual, maupun emosional. Peristiwa

pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam

perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat

sel hingga perubahan organ tubuh.Pertumbuhan dan

perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari

kemampuan secara symbol maupun abstrak seperti berbicara,

bermain, berhitung, membaca dan lain-lain.Sedangkan

perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku

sosial di lingkungan anak.

b. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah menurut Supartini

(2004), yaitu:

1. Perkembangan Psikoseksual (Freud)


82

Menurut Freud fase ini genetalia menjadi area yang

menarik dan area tubuh yang sensitif.Anak mulai

mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan

danlaki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat

kelamin.Sering kali anak sangat penasaran dengan pertanyaan

yang diajuknya dengan perbedaan ini.Orang tua harus bijak

dalam memberi penjelasaan tentang hal ini sesuai dengan

kemampuan perkembangan kognitifnya agar anak

mendapatkan pemahaman yang benar.

2. Perkembangan Psikososial (Erikson)

Menurut Erikson perkembangan inisiatif diperoleh

dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan

indranya. Anak mengembangkan keinginannya dengan cara

eksporasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil

akhirnya yang diperoleh adalah kemampuan untuk

menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah

akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi

sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak

tercapai.

3. Perkembangan Kognitifnya (Piaget)

Menurut Piaget karakteristik utama perkembangan

intelektual pada tahapan praoperasional didasari oleh sifat


82

egosentris. Ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri

ditempat orang lain. Pemikiran didominasi oleh apa yang

mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada

anak usia 2 sampai 3 tahun, anak berada diantara sensoris-

motor dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan

sebab-akibat,trial and error, dan menginterpretasi benda atau

kejadian.Anak prasekolah mempunyai tugas untuk

menyiapkan diri memasuki dunia prasekolah.

2.3.3 Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Ciri-ciri anak prasekolah menurut Yusuf (2009)yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik anak usia prasekolah yaitu

meningkatnya pertumbuhan tubuh dan perubahan fisiologis tubuh

secara keseluruhan. Anak usia prasekolah sudah dapat

mengembangkan keterampilan fisik, dan eksplorasi terhadap

lingkungannya dengan tanda adanya bantuan dari orang tuanya.

Perkembangan fisik anak juga ditandai dengan berkembangnya

kemampuan atau keterampilan motorik, baik kasar maupun yang

lembut.

b. Perkembangan Intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada

pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum


82

mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksud

dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara

mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya

representasional, atau symbolic function, yaitu kemampuan

menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan sesuatu yang lain

dengan menggunakan simbol (kata-kata, bahasa gerak, dan

benda). Melalui kemampuan tersebut, anak mampu berimajinasi

tentang berbagai hal.

c. Perkembangan Emosional

Pada usia ini anak sudah dapat membedakan dirinya dan

orang lain. Anak sudah berkembang pula perasaan harga diri yang

menuntut pengakuan dari lingkungan. Beberapa jenis emosi yang

berkembang pada masa anak, yaitu: Takut, Cemas, Cemburu,

Kegembiraan/kesenangan/kenikmatan, Kasih sayang, Phobia,

Ingin tahu.

d. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat

diklasifikasikan ke dalam dua tahap yaitu;

1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan

1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang

sempurna.

2) Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan.

3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di

mana dan dari mana.


82

4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang

berawalan dan yang berakhiran.

2. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan

1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk

beserta anak kalimatnya.

2) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak

menanyakan soal waktu sebab-akibat melalui

pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan

bagaimana.

e. Perkembangan Sosial

Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah

tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan

dengan teman sebayanya.

f. Perkembangan Bermain

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa

bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain.

Karena masa ini anak bisa mengembangkan ide-ide kreatif

dengan bermain.

g. Perkembangan Kepribadian

Ambron dalam Yusuf (2009), mengatakan masa ini disebut

masa krisis pertama. Krisis ini karena anak mulai sadar akan

Akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan

atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya ketika berbicara

dengan orang lain. Dapat diartikan pada masa ini anak


82

berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan

dan tangung jawab.

h. Perkembangan Moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap

moralitas terhadap kelompok sosialnya. Melalui pengalaman

berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang

kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui

atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui.

i. Perkembangan Kesadaran Beragama

Kesadaran agama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Sifat keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun

banyak bertanya.

2. Penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan

Perkembangan Anak

Menurut Wong dalam Supartini(2004) setiap individu berbeda

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan karena pertumbuhan

dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara

herediter maupun lingkungan. Faktor tersebut adalah faktor: herediter,

lingkungan, dan internal.

a. Faktor Herediter

Menurut Maslow dalam Supartini (2004), faktor pertumbuhan

yang dapat diturunkan (herediter) adalah jenis kelamin, ras, dan


82

kebangsaan.Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam

kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir.Ras atau suku bangsa

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak.Beberapa suku bangsa menunjukkan karakteristik yang khas,

misalnya Suku Asmat di Irian Jaya secara turun-temurun berkulit

hitam.Demikian juga kebangsaan tertentu menunjukkan

karakteristik tertentu seperi bangsa Asia cenderung pendek dan

kecil, sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan

besar.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup

baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan

yang kurang baik akan menghambatnya. Faktor lingkungan ini

secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu

masih di dalam kandungan (faktor prenatal) misalnya gizi ibu

pada waktu hamil, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi,

stress, imunitas dan lain-lain.

2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak setelah lahir (postnatal) misalnya lingkungan

biologis, faktor keluarga dan adat istiadat, dan lain-lain.

Lingkungan diluar individu anak akan dapat memberikan


82

stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

(Soetjiningsih, 1995).

c. Faktor Internal

Berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi:

1. Kecerdasan

Kecerdasan yang dimiliki anak sejak dilahirkan. Anak

yang dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak

akan mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulasi

yang diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara anak

yang dilahirkan dengan kecerdasan tinggi dapat didorong

oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.

2. Pengaruh Hormonal

Ada tiga hormon utama yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu hormon

somatotropik (growth hormone) terutama digunakan selama

masa kanak-kanak yang memengaruhi pertumbuhan tinggi

badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago

dan system skeletal. Apabila kelebihan, hal ini

akanmenyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh sangat

tinggi dan besar; dan apabila kekurangan, menyebabkan

dwarfism atau kerdil. Hormon tiroid menstimulasi

metabolism tubuh, sedangkan hormon gonadotropik

menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk


82

memproduksi testosteron, dan ovarium untuk memproduksi

estrogen. Selanjutnya, testosteron akan menstimulasi

perkembangan karakteristik seks sekunder anak laki-laki,

yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen akan

menstimulasi perkembangan karakteristik seks sekunder anak

perempuan, yaitu menghasilkan ovum.

3. Pengaruh Emosi

Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat

anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang.Anak belajar

dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

sendiri. Dengan demikian, apabila orang tua memberi contoh

perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu

bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat

jengkel, anak akan belajar untuk meniru perilaku orang

tuanya. Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan

mengembangkan perilaku emosional seperti

diatas.Karenaorang tua adalah model peran bagi anak.

2.4 Konsep Kreativitas

2.4.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan 1) daya cipta;

2) perihal berkreasi (Pusat Bahasa, 2008).

Menurut Guilford dalam Munandar (2009), kreativitas adalah

salah satu aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini.

Kretivitas merupakan kemampuan atau cara berfikir seseorang untuk


82

menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, sebelum

ada sebelumnya yang berupa suatu gagasan, ide, hasil karya serta

respon dari situasi yang tidak terduga.

Sedangkan Munandar dalam Susanto (2011), juga

mengungkapkan tentang pengertian kreativitas dengan beberapa

rumusan yang merupakan kesimpulan para ahli antara lain:

1. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat komposisi baru,

berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

2. Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah

kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap sesuatu

masalah, di mana penekannya adalah pada kuantitas,

ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

3. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai

kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan

untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci)

suatu gagasan.

2.4.2 Kreativitas Anak Prasekolah

Periode anak prasekolah merupakan usia periode kreatif.

Keadaan anak usia prasekolah menguntungkan untuk pengembangan

kreativitas, karena pada masa ini masih banyak waktu luang untuk

melakukan kegiatan-kegiatan kreatif.


82

Perkembangan kreativitas anak terus berkembang sejalan dengan

perkembangan individu, tetapi perkembangan kreativitas akan

mengalami masa-masa kritis yaitu masa dimana perkembangan

kreativitas dapat mengalami hambatan bila tidak adanya dukungan

yang maksimal dari lingkungan sekitarnya.

Periode-periode kritis tersebut terjadi pada usia lima sampai

enam tahun dimana periode ini anak mulai memasuki dunia sekolah

dan siap untuk menyesuaikan diri dengan peraturan dan perintah

orang lain, peran orang sekitarnya sangat mempengaruhi

perkembangan kreativitas anak. Akan tetapi pada usia tersebut anak

yang mulai masuk taman kanak-kanak menunjukkan kreativitas yang

lebih besar pada usia itu dari pada anak yang belum masuk sekolah.

Ini sebagian karena lingkungan taman kanak-kanak memperkenalkan

kreativitas yang tidak begitu terstruktur dan evaluatif ketimbang

lingkungan rumah.

Pada usia ini perkembangan kreativitas seorang anak sangat

ditentukan oleh lingkungan dan perkembangan yang ada sekarang

sangat mempengaruhi perkembangan anak yang selanjutnya. Oleh

karena itu dilakukan tes untuk mengetahui seberapa besar

perkembangan kreativitas pada seorang anak dengan menggunakan tes

kreativitas untuk anak usia dibawah sepuluh tahun karena dianggap

sudah dapat berkreasi dengan bentuk-bentuk.

Menurut Munandar ciri-ciri kreatif anak usia prasekolah adalah :

1. Mereka senang menjajaki lingkungannya


82

2. Mereka senang melakukan eksperimen

3. Anak prasekolah selalu ingin mendapatkan pengalaman-

pengalaman baru

4. Mereka bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran

sebagaimana adanya, tanpa hambatan

5. Anak prasekolah jarang mersa bosan

6. Biasanya mereka senang mengajukan pertanyaan

7. Mereka mempunyai rasa takjub dan imajinasi yang kuat

Munandar juga menyatakan bahwa ciri-ciri anak kecil yang

mempunyai kreativitas alamiah yaitu :

1. Spontanitas

2. Keterbukaan dalam sikap

3. Rasa ingin tahu yang kuat

4. Semangat memajukan pertanyaan

5. Memiliki daya imajinatif

6. Selalu ingin mencari pengalaman baru

Ciri-ciri tersebut tercermin dari pengalaman perilaku anak

sehari-hari yang asyik bersibuk diri secara kreatif.

2.4.3 Ciri-Ciri Kreativitas

Guilford mengemukaan bahwa cara berfikir kreatif (kreativitas)

merupakan cara berfikir yang dapat menghasilkan macam-macam idea

tau gagasan. Berdasarkan faktor analisis tersebut, Munandar (2009)

mendefinisikan ciri-ciri kreativitas yang termasuk dalam bervikir


82

divergen, yaitu; (a) Fluency (kelancaran), (b) Flexibility

(Fleksibilitas), (c) Orisinality (Keaslian),

(d) Elaboration (Keteperincian atau penguraian).

a. Fluency (kelancaran)

Fluency (kelancaran) adalah anak dapat memberikan lebih

dari satu jawaban, gagasan, pertanyaan, hasil atau produk dan

kemampuan untuk membarikan berbagai cara atau saran untuk

melakukan berbagai hal untuk mengatasi suatu masalah tertentu.

b. Flexibility (Fleksibilitas)

Flexibility (Fleksibilitas) adalah anak dapat menghasilkan

gagasan, jawaban yang bervariasi, serta memiliki kemampuan

untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-

beda. Anak memiliki kemampuan untuk mengubah cara

pendekatan atau cara pemikiran dan biasanya penekanannya pada

kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Jadi tidak

semata-mata banyaknya jawaban yang diberikan yang

menentukan kualitas atau mutu dari jawaban.

c. Orisinality (Keaslian)

Anak dapt menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang

ditemui dan juga unik.Biasanya anak menghasilkan ide yang jauh

dari kenyataan yang ada atau hanya ada di imajinasi anak saja.

Oleh karena itu, dianggap sebagai ide yang lain dari biasanya.

Orisinalitas pun dapat mempunyai arti sebagai kemampuan untuk

menciptakan hal-hal baru walaupun sesungguhnya yang


82

diciptakan itu tidak perlu berupa hal-hal yang baru sama sekali,

tapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah

ada sebelumnya.

d. Elaboration (Keteperincian atau penguraian)

Anak dapat mengembangkan suatu gagasan, produk atau

hasil karya untuk menambah atau memperinci detail-detail dari

suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Anak memiliki kemampuan dalam menambah atau

melengkapi unsure-unsur paling penting pada jawaban-jawaban

yang diberikan, agar dapat menghasilkan jawaban yang lebih

lengkap dan jelas.Dalam hal ini dapat juga merupakan aktivitas

untuk merangkai sebuah idea tau jawaban-jawaban yang umum

atu simple agar menjadi lebih khusus atau mendetail.Serta

menjadi suatu runtutan atau sistematik yang merupakan tahapan

penting untuk sampai pada pelaksanaan ide tersebut.Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa elaborasi sebagai suatu

kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu

gagasan, produk dengan menambah, memperinci dan melengkapi

sesuatu.

2.4.4 Ciri-Ciri Kepribadian Orang Kreatif

Menurut Munandar dalam Arsynullah (2007), Ciri kepribadian

yang kreatif yaitu:

d. Mempunyai daya imajinasi yang kuat

e. Mempunyai inisiatif
82

f. Mempunyai minat yang luas

g. Bebas dalam berpikir (tidak kaku/ terhambat)

h. Bersifat ingin tahu

i. Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru

j. Percaya pada diri sendiri

k. Penuh semangat

l. Berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)

m. Berani dalam berpendapat meskipun mendapat kritik dan berani

mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya.

2.4.5 Perkembangan Kreativitas

Anak menemukan hal yang baru ketika ank berinteraksi dengan

lingkungannya.Secara tidak sadar anak meningkatkan kreativitasnya

melalui hal-hal yang sederhana dan kadang kala orang dewasa tidak

menyadari bahwa hal tersebut dapt meningkatkan perkembangan

kreativitasnya.Oleh sebab itu, pemberian kesempatan berinteraksi

secara bebas perlu diberikan kepada anak walaupun kontrol pada anak

tetap harus dilakukan, jangan sampai anak mengalami hal-hal yang

dapat membahayakan jiwanya namun tetap jangan terlalu protektif

karena hal tersebut mematikan mematikan kreativitasnya.

Perkembangan kreativitas menurut Lehman Hurlock (1990)

dipengaruhi oleh lingkungan, tekanan keuangan dan kurangnya waktu

bebas, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa menurutnya kreativitas

pada puncak perkembangannya dikarenakan faktor hereditas dengan

demikian lebih berpengaruh terhadap munculnya ekspresi kreativitas.


82

2.4.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Kreativitas

Hurlock (1992) mengemukakan ada beberapa kondisi yang

mempengaruhi kreativitas yaitu:

a. Waktu

Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak tidak boleh diatur,

karena hal itu akanmenyebabkan anak hanya mempunyai sedikit

waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep serta

mencobanya dalam bentuk baru dan orsinal.

b. Kesempatan Menyendiri

Anak dapat menjadi kreatif bila tidak mendapat tekanan dari

kelompok sosial.

c. Dorongan

Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk kreatif serta

tidak mengejek atau mengkritik anak.

d. Sarana Belajar dan Bermain

Untuk merangsang dan mendorong anak bereksperimen dan

eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari kreatif anak.

e. Lingkungan yang Merangsang

Lingkungan sangat mempengaruhi untuk menjadi anak

kreatif, jadi rumah dan sekolah harus memberikan bimbingan dan

dorongan untuk merangsang kreativitas anak.

f. Hubungan Orang Tua


82

Orang tua yang jangan terlalu melindungi dan terlalu

posesif, akan mendukung anak untuk kreatif.

g. Cara Mendidik Anak

Cara mendidik yang demokratis dan permisif akan

meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik yang otoriter

akan memedamkan kreativitas anak.

h. Kesempatan untuk Memperoleh Pengetahuan

Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak, anak

akan semakin baik untuk mencapai hasil yang kreatif.

2.4.7 Faktor Penghambat Kreativitas

Hurlock (1990) mengemukakan tentang kondisi-kondisi yang

dianggap menghambat perkembangan kreativitas, yaitu:

a. Ketidakmampuan mendeteksi kreativitas pada waktu yang tepat

b. Sikap sosial yang tidak menguntungkan bagi kreativitas. Faktor

penghambat ini terwujud dalam dua bentuk umum, yaitu:

1. Sikap yang tidak positif terhadap anak yang kreatif

2. Kurang penghargaaan sosial bagi kreativitas

c. Kondisi rumah yang tidak menguntungkan diantaranya ialah:

1. Membatasi eksplorasi

2. Keterpaduan waktu

3. Dorongan kebersamaan keluarga

4. Membatasi khayalan

5. Peralatan permainan yang sangat terstruktur

6. Orang tua yang konservatif, disiplin serta otoriter


82

Sedangkan menurut Lehman dalam Hurlock (1990), kreativitasakan

melemah apapila dihambat oleh lingkungan seperti:

a. Kesehatan yang Buruk

Dapat mematikan daya kreativitas anak karena anak tidak

mampu mengembangkan diri.

b. Lingkungan Keluarga yang Kurang Baik

Tidak memberi dorongan untuk meningkatkan kreativitas.

c. Adanya Tekanan Ekonomi

Mempersulit anak untuk mengembangkan bakat kreatifnya,

bila anak membutuhkan dana, misalnya membeli buku atau

mainan yang dapat menstimulasi anak.

d. Kurangnya Waktu Luang

Tidak adanya kesempatan dan kebebasan pada anak untuk

mengembangkan bakat kreatifnya.

Sedangkan menurut munandar (2009), ada beberapa sikap orang

tua yang tidak menunjang kreativitas adalah:

a. Mengatakan pada anak bahwa ia akan dihukum jika melakukan

kesalahan

b. Tidak membolehkan anak marah kepada orang tua

c. Tidak membolehkan anak untuk mempertanyakan keputusan orang

tua

d. Tidak memperbolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga

yang berbeda pandangan

e. Anak tidak boleh rebut


82

f. Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak

g. Orang tua memberikan saran-saran spesifik tentang penyelesaian

tugas

h. Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak

i. Orang tua tidak sabar terhadap anak

j. Orang tua dan anak adu kekuasaan

k. Orang tua menekan dan memaksakan anak untuk menyelesaikan

tugas

Kesimpulannya bahwa hal-hal yang menghambat kreativitas

terkadang terlihat sangat sederhana dan terlihat sepele, kadang orang

tua dan orang dewasa tidak menyadari hal tersebut, namun ternyata

dampaknya sangat berpengaruh bagi perkembangan kreativitas anak.

Oleh sebab itu, sikap, perilaku, cara mendidik, pembiasaan

dilingkungan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan anak agar

perkembangan kreativitasnya semakin baik.

2.4.8 Alat Tes Kreativitas

Banyak alat tes untuk mengukur tingkat kreativitas seseorang,

diantaranya adalah:

a. Tes Kemampuan Divergen

Macam-macam tes berfikir kreatif dari Guilford Munandar

(2009) yang mengukur kemampuan berpikir divergen biasanya

digunakan untuk populasi remaja dan orang dewasa, meskipun

ada juga anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 SD.


82

Menurut Munandar (2009) tes kreativitas yang disusun oleh

Guilford untuk anak-anak terdiri dari 10 sub-tes, yaitu: nama

untuk cerita, apa yang dapat dilakukan, arti yang sama, menulis

kalimat, macam-macam orang, membuat sesuatu, kelompok

berbeda, membuat objek, huruf yang tersembunyi, menambah

dekorasi. Masih dalam Munandar (2009) lima sub-tes pertama

adalah verbal, yang lainnya non-verbal. Tes berpikir divergen dari

Guilford mempunyai batas waktu, berdasarkan pertimbangan

bahwa penentuan waktu adalah penting untuk pengetesan cermat.

b. Torrance test of Creativity Thinking (TTCT)

Torrance seorang tokoh kreativitas menciptakan alat tes

yang dinamakan TTCT (Torrance test of Creativity Thinking)

yang terdiri dari kreativitas verbal dan kreativitas figural, yang

disusun berdasarkan model struktur Guilford.Torrance memiliki

dua bentuk alat tes yaitu yang verbal dan figural yang didasari

oleh pertimbangan fakta bahwa kebanyakan produk kreatif

dihasilkan dalam dua bentuk verbal dan figural.

1. Tes Kreativitas Verbal (TKV)

Konstruksi tes kreativitas verbal ini berlandaskan model

struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoritis.Tes ini

terdiri dari enam sub-tes yang semuanya mengukur dimensi

operasi berpikir divergen, dengan dimensi kontan verbal, tetapi

masing-masing berbeda dalam dimensi produk.Setiap sub-tes

mengukur aspek yang berbeda dari berfikir kreatif.


82

Menurut Munandar (2009) keenam sub-tes dari tes

kreativitas verbal adalah:

a. Permulaan kata

b. Menyusun kata

c. Membentuk kalimat tiga kata

d. Sifat-sifat yang sama

e. Macam-macam penggunaan

f. Apa akibatnya

2. Tes Kreativitas Figural (TKF)

Salah satu dari alat tes yang dapat mengukur tingkat

kreativitas anak adalah tes kreativitas figural. Menurut

Munandar Tes Kreativitas Figural (TKF) merupakan adaptasi

circle test dari Torrance yang terdiri dari 20 buah lingkaran

berdiameter 2 cm, yang kemudian pada tahun 1988 dilakukan

standarisasi. Lebih lanjut Munandar (2009) menjelaskan tes

kreativitas figural ini mengukur aspek kelancaran, kelenturan

atau keluwesan, originalitas dan elaborasi dari kemampuan

berpikir kreatif.Selain itu, Munandar (2009) menambahkan

pula bahwa nilai plus dari tes ini selain dapat mengukur

keempat aspek kreativitas diatas, juga memungkinkan

mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan untuk

kombinasi antar unsur-unsur yang diberikan.

Menurut Mc. Cann untuk alat tes yang berbentuk figural

keunggulannya adalah bentuk ini lebih bebas budaya. Subtes


82

dari kreativitas figural ini menurut Guilford untuk mengukur:

(a) Kelancaran (fluency), (b) Keluwesan (fleksibility), (c)

Keaslian (originality), (d) Penguraian (elaboration).

3. Test Berfikir Kreatif Produksi Menggambar (Test for

Creative Thinking Drawing Produktion)

Tes kreativitas yang termasuk baru ialah yang

dikonstruksi oleh Jellen dan Urban (1985) yang disebut Test

for Creative Thinking Drawing Produktion (TCT-DP). Tesini

berbeda dengan tes Guilford dan Torrance, karena skornya

tidak berdasarkan kelangkaan secara statistic, tetapi

berdasarkan apa yang disebut image production. Menurut

Munandar (2009) Responden diminta untuk menyelesaikan

gambar yang tidak lengkap, (rangsangan-rangsangan figural),

dan penilaiannya mencakup Sembilan dimensi yaitu

melengkapi, melanjutkan, unsur baru, hubungan yang dibuat

dengan garis, hubungan yang berkaitan dengan tema, melintasi

batas dua criteria, perspektif, dan humor.

Menurut Munandar (2009) TCT-DP disusun berdasarkan

teori tentang sifat berpikir kreatif dan bukan berdasarkan

perhitungan statistik.Di Indonesia TCT-DP pernah dilakukan

namun dalam tahap uji coba. Jellen dan Urban menggunakan

salah satu anak yang berasal dari Indonesia dari delapan

Negara yang tiap anaknya menjadi perwakilan dari sampel

populasi (Munandar, 2009)


82

Munandar (2009) menyatakan TCT-DP dengan rangsangan

figural diharapkan Adil-Budaya (Culture Fair) dalam arti

bahwa pengaruh budaya harus diminimalisir.Norma yang

digunakan harus disesuaikan dengan standar masing-masing

tempat. Kurang adil jika norma luar harus diberlakukan di

Indonesia kerana hasil yang dihasilkan akan menghasilkan

skor yang rendah.

4. Berpikir Kreatif dengan Bunyi dan Kata (Thinking Creatively

With Sound andWord)

Ukuran talenta kreatif lainnya berhubungan dengan

originalitas dan imajinasi; tamsil (imagery) dan analogi, yaitu

Thinking Creatively With Sound and Word ( Torrance, khatena

dan Cunnington, 1970). Menurut Munandar (2009) alat tes ini

terdiri dua ukuran originalitas verbal, salah satunya ialah tes

sound and images yang menampilkan rangsangan intelektual

manusia bersilang tindak (interact) dengan emosi untuk

memunculkan respon yang imajinatif.

5. Inventori Khatena Torrance mengenai persepsi kreatif

Menurut Munandar ( 2009) alat tes yang dapat digunakan

untuk mengenali bakat kreatif anak adalah menggunakan

pengamatan diri seseorang, dalam bentuk daftar periksa,

kuesioner, dan inventori. Masih dalam Munandar (2009) salah

satu inventori yang efektif untuk mengidentifikasi talenta

kreatif adalah Khatena Torrance Creative Perception


82

Inventor.K-TCPI ini terdiri dari dua alat ukur yaitu What Kind

of Person Are You?Dan Something About Myself.Anak ini

dipergunakan untuk remaja dan orang dewasa namun menurut

Munandar (2009) alat ini juga pernah dipergunakan untuk anak

umur 10 dan 11 tahun.

Untuk kedua alat ukur tersebut tidak ada batas waktu,

tetapi pada umumnya masing-masing memerlukan 5 15

menit untuk diisi.

2.5 Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (DDST)

2.5.1 Definisi

Salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan

anak. Test ini bukan test diagnostik atau test IQ.

2.5.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.

b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan

perkembangan.

2.5.3 Manfaat

a. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai

anak.

b. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan

anak sedini mungkin.

c. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak

untuk berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan

bagi perkembangan.
82

2.5.4 Dilakukan

a. Tahap pertama : dilakukan pada usia 0 6 tahun.

1. 3 6 bulan

2. 9 12 bulan

3. 18 24 bulan

4. 3 tahun

5. 4 tahun

6. 5 tahun

b. Tahap kedua

Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan

evaluasi diagnostik yang lengkap.

2.5.5 Aspek yang dinilai

Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan

menjadi 4 sektor, yaitu :

a. Sektor personal sosial.

Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

b. Sektor gerakan motorik halus.

Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan

gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi

mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil.


82

c. Sektor bahasa.

Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d. Sektor gerakan motorik kasar.

Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan

sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan

otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.

2.5.6 Persiapan

a. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang

tenang / tidak bising dan bersih.

b. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.

c.Formulir Denver.

1. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6

tahun, berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir

menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.

2. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi

dari umur dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai

berusia 6 tahun.

3. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai

anak berumur 24 bulan. Kemudian mewakili 3 bulan,

sampai anak berusia 6 tahun.

4. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125,

terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50%


82

75% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas

perkembangan tersebut.

25% 50% 75% 90%

Berjalan

5. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka

pada ujung kotak sebelah kiri, contohnya R singakatan dari

report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus

berdasarkan laporan dari orang tua / pengasuh anak, tetapi

apabila memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa

yang biasa dilakukan oleh anak.

6. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai

dengan nomor yang ada pada formulir.

d. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.

e.Dekat dengan anak.

f. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ.

a. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama

dilakukan test.

2.5.7 Alat

a. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)

b. Kismis/ manik-manik

c. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm


82

d. Kerincing dengan gagang yang kecil

e. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm

f. Bel/ lonceng kecil

g. Bola tennis

h. Pensil merah

i. Boneka kecil dengan botol susu

j. Cangkir plastik dengan gagang / pegangan

k. Kertas kosong

2.5.8 Prosedur

a. Sapa orang tua / pengasuh anak dengan ramah.

b. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.

c. Buat komunikasi yang baik dengan anak.

d. Hitung umur anak dan buat garis umur.

1. Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir dan tanggal

pemeriksaan pada formulir.

2. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan

dikurangi tanggal lahir.

e. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak

yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan

berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.

f. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal

pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat

digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna

yang berbeda.
82

g. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa

mainan dari kit sesuai dengan apa yang ingin dites kan.

h. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan

dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas

perkembangan yan terletak disebelah kiri garis umur, kemudian

dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.

1. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan

yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas

perkembanagan yang ditembus garis umur.

2. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba

pada langkahi (gagal / menolak / tidak ada kesempatan),

lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada

sektor yang sama sampai anak dapat lulus 3 tugas

perkembangan.

3. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan

pada langkahi, lakukan tugas perkembangan tambahan

kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai

anak gagal pada 3 tugas perkembangan.

i. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.

2.5.9 Hal yang harus diperhatikan

a. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku

yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas

tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku

tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut.


82

b. Bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat

memberikan perilaku yang mengahambat test.

c. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk

memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua.

d. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.

e. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.

f. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua

bahwa test hasil normal atau abnormal.

g. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.

h. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak

merupakan kemampuan atau perilaku pada waktu lain.

2.5.10 Skoring

a. Passed atau lulus (P/ L). Anak melakukan uji coba dengan baik,

atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya

bahwa anak dapat melakukannya).

b. Failure atau gagal (F/ G). Anak tidak dapat melakukan uji coba

dengan baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat)

bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik.

c. Refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji

coba. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak

apa yang harus dilakukan, jika tidak menanyakan kepada anak

apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu /

pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).


82

d. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak

tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena

ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan

tanda R.

2.5.11 Interpretasi penilaian individual

a. Lebih (advanced)

Bila mana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan

garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba

tersebut.

Garis umur

b. Normal

Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas

perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai

normal.

Garis umur Garis umur

F R

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada

tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25

dan 75, maka dikategorokan sebagai normal.


82

Garis umur Garis

umur

P F

Garis umur

c. Caution / peringatan

Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan,

dimana garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90.

Garis umur Garis umur

F R

Garis umur Garis umur

R d. Delay / keterlambatan
F
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak

lengkap disebelah kiri garis umur.

Garis umur Garis Umur

R
82

2.5.12 Langkah mengambil kesimpulan

a. Normal

1. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.

2. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

b. Suspect / di duga

1. Bila didapatkan 2 caution dan / atau 1 keterlambatan. Lakukan

uji ulang dalam 1 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat

seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.

c. Untestable / tidak dapat diuji

1. Bila ada skor menolak pada 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis

umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur

pada daerah 7590%.

2. Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu

Faktor yang
mempengar
2.6 Kerangka Konsep
uhi aktivitas
bermain:
Menurut Hidayat (2007) Kerangka konseptual adalah justifikasi ilmiah
1. Tahap
terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik
perkemba
ngan
yang dipilih sesuai identifikasi masalahnya.
Faktoranak
yang Tes DDST:
mempengaruhi
2. Status
perkembangan Anak pra sekolah Dengan
kreatifitas:
kesehatan Faktor yang penilaian:
1. Waktu anak Permainan mempengaruhi
2. Kesempatan lego Lebih
perkembangan motorik
menyendiri
3. Jenis
halus: (Advanced)= 1
3. Dorongan
kelamin
anak Normal = 2
1. Stimulasi
5. lingkungan Tes yang berbentuk: tes
4. Lingkunga Sangat 2. Gizi Caution
Perkembangan =3
motorik
6. orang tua
5. alat dan krativitas figural bentuk Sangat
n yang Tingkat krativitas
perkembangan Sedang
Sedang
rendah
halus(11-
(11-
(<9)
7.
4. cara
sarana
jenismendidik
belajar anak
menduku dan lingkaran rendah (> Delay = 4
kreativitas Tinggi
13)
13) (14-
3. hereditas
82

Keterangan:

Diteliti

Tidak Diteliti

Ada hubungan

Mempengaruhi

Saling mempengaruhi

Gambar 2.1 :Kerangka konseptual penelitian pengaruh


permainan lego terhadap perkembangan motorik halus dan
perkembangan pada kreativitas anak prasekolah Di PAUD AL-
Firdaus bahrul Ulum Tambakberas.

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah yang

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima

atau ditolak, bedasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan

dalam penelitian (Hidayat, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh permainan lego terhadap perkembangan motorik halus

dan perkembangan pada kreativitas pada anak prasekolah .

BAB 3

METODE PENELITIAN
82

Menurut Notoatmodjo (2004), metode penelitian adalah cara memecahkan

metode atau keilmuan atau cara yang digunakan dalam penelitian. Pada bab ini

menjalankan tentang desain penelitian, kerangka kerja penelitian, variabel

penelitian, definisi operasional, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampeldan

sampling, teknik pengumpulan datadan alat ukur penelitian, analisa data, etika

penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain True

Experiment (Pretest-posttest with Control Group) yaitu rancangan yang

dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggota-anggota kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan bedasarkan acak atau

random.Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan

diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu

dilakukan posttest (02) pada kedua kelompok tersebut (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Kerangka kerja

3.2.1 Pengertian
82

Kerangka kerja ini merupakan bagan kerja rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan. Kerangka kerja meliputi populasi,

sampel, dan teknik sampling penelitian, teknis pengumpulan data dan

analisa data (Hidayat, 2007:).

Desain Penelitian
True Experiment
(Pretest-posttest with Control Group)

Populasi
Di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas. yang berjumlah 32 siswa

Sampling
Total Sampling

Sampel
16 sampel eksperimen dan 16 sampel kontrol

Pra Pengumpulan Data

Pengukuran awal dari hasil Pengukuran awal dari hasil


pre test pre test

Perlakuan
Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Diberikan perlakuan Tidak diberikan perlakuan
permainan Lego permainan Lego
82

Pasca

Perkembangan kreativitas Perkembangan kreativitas

Analisa Data
Uji statistikWilcoxon & Mann-Whitney

Hasil penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian pengaruh permainan lego


terhadap perkembangan Motorik halus dan perkembangan kreativitas
pada anak prasekolah di anak Di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum
Tambakberas.
82

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) variabel juga merupakan

konsep dari berbagai level atau abstrak yang didefinisikan sebagai suatu

fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2003).

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi

oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen

(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah

stimulus permainan lego terhadap anak prasekolah Di PAUD AL-

Firdaus bahrul Ulum Tambakberas.

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah (tergantung) adalah variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel

terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,

2003). Pada penelitian ini variabel tergantungnya adalah

perkembangan motorik halus dan perkembangan kreativitas pada anak

prasekolah Di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas.

3.4 Definisi Operasional

Definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang

didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati dari (diukur) itulah yang

merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan


82

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu obyek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain

(Nursalam: 2008).

Table 3.1 : Definisi Operasional penelitian pengaruh permainan lego


terhadap perkembangan motorik halus dan perkembangan
kreativitas pada anak prasekolah di PAUD AL-Firdaus bahrul
Ulum Tambakberas Jombang
Definisi
No Variabel Indikator Alat ukur Skala Skor
operasional
1. Indepanden Kegiatan yang ---------------- ------ ------- ------------------
pengaruh dilakukan dengan
permainan cara memberikan
Lego alat permainan
Lego

2 Variabel Gerakan halus Observasi Ordinal Dengan


depanden pada anak usia dan tes penilaian:
perkem- pra sekolah Lebih
bangan (Advanced)= 1
motorik Normal = 2
halus Caution = 3
Delay = 4
2. Variabel Respon anak 4Aspek O 1. Sangat Tinggi
depanden terhadap stimulus kreativitas: B (>20)
perkem- atau objek yang1. Fluency S 2.Tinggi
bangan berkaitan dengan (kelancaran) E (14-19)
kreativitas kreativitas 2. Flexibilit R 3.Sedang
anak (keluwesan) V O (11-13)
prasekolah 3. Originality A R 4. Rendah
(keaslian) S D (9-10)
4. Elaboration I I 5.Sangat Rendah
(kerincian) N (<9)
D A
A L
N

T
E
S
82

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum

Tambakberas Jombang Waktu Penelitian

Waktu penelitian dijadwalkan...........di PAUD AL-Firdaus bahrul

Ulum Tambakberas Jombang yang berjumlah 32 orang. Dan pada

penelitian ini dilakukan selama 2 Minggu.

3.6 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini populasinya adalah

siswa kelas di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang

yang berjumlah 32 orang. .

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dari penelitian ini adalah

seluruh siswa di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas

Jombang yang berjumlah 32 orang.

3.6.3 Sampling
82

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik

sampling yang digunakan (Sugiyono, 2011).

Pada penelitian ini dalam menentukan sampel kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan besar sampel sama menggunakan teknik

Non Probability Sampling Cara pengambilan sampel pada penelitian

ini menggunakan Total sampling. Cara pengambilan sampel ini

adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

Cara ini dilakukan bila populasinya kecil. (Hidayat, 2007)

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Alat Ukur Penelitian

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti akan mendapatkan data yang mempengaruhi standar data yang

ditetapkan (Sugiyono, 2009).

Dalam penelitian ini, prosedur yang dilakukan sebagai berikut:

a. Mengurus perizinan pengambilan data awal kepada Kepala Sekolah

di PAUD AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang

b. Mengurus perizinan penelitian kepada Kepala Sekolah di PAUD

AL-Firdaus bahrul Ulum Tambakberas Jombang


82

a. Memberikan penjelasan kepada responden dan orang tua yang mewakili

tentang tujuan penelitian dan bila bersedia menjadi responden

dipersilahkan menandatangani informed concent.

b. Setelah itu memberikan pretest kepada kelompok eksperimen maupun

kelompok control.

c. Kemudian memberikan permainan lego kepada responden dan treatmen

diberikan 6 kali dalam seminggu yaitu mulai hari Senin sampai Sabtu

selama 2 minggu dengan waktu tiap kali treatmen selama 30 menit.

Setelah 2 minggu responden akan saya observasi dengan menggunakan

alat Tes Kreativitas Figural bentuk lingkaran dan DDST

d. Setelah observasi selesai dan semua daftar observasi terkumpul peneliti

melakukan pengolahan data sesuai hasil penelitian.

e. Jika ada siswa yang tidak mengikuti penelitian maka akan mengganti

sejumlah hari yang tidak diikuti oleh siswa tersebut.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner

(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang

berkaitan dengan pecatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010: 87).

Instrumen pada penelitian ini menggunakan metode tes. Tes

adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan Tes Kreativitas


82

Figural yang diadopsi dari Torannce yang berbentuk lingkaran Dan

DDST

3.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan

Editing, Coding,Data entry dan Melakukan teknik analisis (Hidayat, 2010 ).

a. Editing

Menurut Hidayat (2010), Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.Editing dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

kembali data yang telah terkumpul terdapat kesalahan dan kekosongan

atau tidak di dalam lembar observasi.

b. Coding

Menurut Hidayat (2010), Coding merupakan kegiatan pemberian kode

numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.

Dimana pada penelitian ini motorik halua kode lebih kode 1 Normal kode

2, Caution kode 3, Delay kode 4

1kreativitas tingkat sangat tinggi kode 1, kreativitas tingkat tinggi kode 2,

kreativitas tingkat sedang kode 3, kreativitas tingkat rendah kode 4,

kreativitas tingkat sangat rendah kode5.

c. Data entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi


82

frekuensi atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat,

2010).

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan statistik terapan, yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis (Hidayat, 2010).

Untuk mengetahui pengaruh permainan lego terhadap perkembangan

motorik halus dan perkembangan kreativitas pada anak prasekolah di Play

Group Dharma Wanita, digunakan Uji statistik Wilcoxon dan Mann-

Whitney dengan menggunakan SPSS. Dimana derajat kemaknaan

ditentukan < 0,05 artinya jika hasil uji statistik menunjukkan < 0,05

maka H1 di terima artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

3.9 Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan.Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain yaitu: lembar

persetujuan, tanpa nama, dan kerahasiaan.

3.9.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden peneliti dengan memberikan lembar


82

persetujuan.Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, dan untuk mengetahui dampaknya.

3.9.2 Tanpa Nama (Anomity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam menggunakan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau tidak mencamtumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan dijasikan.

3.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah keperawatan merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan dalam kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai