Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.2 Hipertensi adalah

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90

mmHg. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi naik dan

bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks.8

2. Epidemiologi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

memberikan gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.

Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada

di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.8 Diperkirakan sekitar

80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari

sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,115 milyar kasus

di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini. 8

Universitas Lambung Mangkurat


8

3. Patofisiologi

Tekanan darah diatur oleh interaksi komplek antara ginjal, central nervous

system (CNS) dan peripheral nervous system (PNS), dan vascular endothelium di

seluruh tubuh. Adapun sympathetic nervous system (SNS), sistem renin-

angiotensin, vasopressin, nitric oxide (NO) juga mengatur tekanan darah.8

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, sehingga

semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan

mempengaruhi tekanan darah. Tekanan darah dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Tekanan darah = Curah Jantung X Tahanan Perifer

Selain curah jantung dan tahanan perifer, tekanan darah juga dipengaruhi

oleh tekanan atrium kanan. Pada tahap awal hipertensi essensial, curah jantung

meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan oleh

peningkatan aktifitas tonus simpatis. Selanjutnya, curah jantung kembali normal

sedangkan tahanan perifer meningkat, akibat terjadi efek autoregulasi. Efek

autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan

hemodinamik dalam keadaan yang normal. Karena curah jantung meningkat,

maka terjadi konstriksi sfingter prekapiler, yang menyebabkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer. Karena peningkatan tahanan perifer pada

hipertensi essensial terjadi secara bertahap dalam waktu yang lama, sedangkan

proses autoregulasi berlangsung dalam waktu yang cepat, maka diduga ada faktor

lain yang mempengaruhi hipertensi essensial. Kelainan hemodinamik ini diikuti

juga dengan kelainan struktural yang mengenai pembuluh darah dan jantung. Pada

Universitas Lambung Mangkurat


9

pembuluh darah terjadi hipertropi dinding, sedangkan pada jantung terjadi

penebalan dinding intraventrikular. Selain faktor tersebut, di dalam tubuh terdapat

sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut akibat

gangguan sirkulasi, dan mempertahankan tekanan darah dalam jangka waktu yang

panjang. Refleks kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol

yang bereaksi segera. Contohnya, baroreseptor yang terletak pada sinus karotis

dan arkus aorta, yang bertugas mendeteksi perubahan tekanan darah. Pergeseran

cairan kapiler antara sirkulasi dan interstisial, sistem hormon (angiotensin atau

vasopressin) termasuk sistem kontrol yang mempertahankan tekanan darah jangka

panjang, diatur oleh cairan tubuh, yang terutama melibatkan ginjal.8

Sistem renin-angiotensin juga berperan dalam menimbulkan hipertensi.

Ketika aliran darah ke ginjal berkurang, sel juxtaglomerular mengahsilkan renin,

yang beraksi dengan angiotensinogen (plasma protein yang diproduksi oleh hati)

untuk membentuk angiotensin I yang nantinya akan diubah menjadi angiotensin II

di paru-paru. Angiotensin II inilah yang menyebabkan vasokonstriksi pada

pembuluh darah, selain itu angiotensin II juga menstimulasi sekresi aldosterone

yang dapat meningkatkan volume darah sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah. 23

Menurut Bustan, hipertensi terjadi karena adanya gangguan struktur anatomi

pembuluh darah perifer yang mengakibatkan kekakuan pembuluh darah. Hal ini

sering disertai dengan penyempitan pembuluh darah dan pembesaran plak yang

dapat menghambat aliran darah, sehingga kerja jantung untuk memompa darah

lebih berat. Maka, terjadilah peningkatan tekanan darah.14

Universitas Lambung Mangkurat


10

4. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint National Committee (JNC) 7.11

Stadium Hipertensi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Hipertensi Tingkat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tingkat 2 >160 Atau >100

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya.10

Jenis Hipertensi Penyebab


Hipertensi primer Tidak diketahui pasti, kemungkinan
disebabkan oleh beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah, serta
perubahan gaya hidup
Hipertensi sekunder Diketahui, disebabkan oleh parenkim
ginjal, renovaskular, dan endokrin

5. Manifestasi klinis

Peningkatan tekanan darah akan menimbulkan rasa berdebar, rasa melayang

(dizzy), dan pusing. Hipertensi vascular akan menimbulkan rasa cepat lelah, sesak

nafas, sakit dada, bengkak kedua kaki dan perut. Gangguan vascular lainnya

adalah epistaksis, hematuria, dan pandangan kabur karena perdarahan retina. 8

Pada hipertensi, tekanan darah yang naik secara drastis dapat merusak

lapisan dalam pembuluh darah kecil, sehingga dapat mengakibatkan akumulasi

fibrin (protein berwarna agak putih) di dalam pembuluh darah, edema lokal, dan

kemungkinan terjadinya pembekuan intravascular (pembekuan di dalam

pembuluh darah).8

Universitas Lambung Mangkurat


11

6. Faktor risiko

Faktor risiko adalah faktorfaktor atau keadaan-keadaan yang

mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan. Istilah

mempengaruhi disini mengandung pengertian menimbulkan risiko lebih besar

pada individu atau masyarakat untuk terjangkitnya suatu penyakit atau terjadinya

status kesehatan tertentu. Faktor risiko yang dapat berpengaruh pada kejadian

hipertensi ada faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat

diubah.14

a. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah

1) Umur

Umurnya seseorang yang berisiko menderita hipertensi adalah usia diatas 45

tahun dan serangan darah tinggi baru muncul sekitar usia 40 walaupun dapat

terjadi pada usia muda.14 Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi.

Bertambahnya umur maka risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga

prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%

dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut hipertensi ditemukan

hanya berupa kenaikan tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat

dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Progresifitas hipertensi

dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya

curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-

50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60

tahun.21

Universitas Lambung Mangkurat


12

2) Jenis kelamin

Data di Amerika menunjukan bahwa sampai usia 45 tahun tekanan darah

laki-laki lebih tinggi sedikit dibandingkan wanita, antara usia 45 tahun sampai 55

tahun tekanan antara laki-laki dan wanita relatif sama, dan selepas usia tersebut

tekanan darah wanita meningkat jauh daripada laki-laki. Hal ini kemungkinan

diakibatkan oleh pengaruh hormon.8

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.22 Wanita

yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang

berperan dalam meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL). Kadar

kolersetrol HDL yang tinggi merupakan faktor perlindungan dalam mencegah

terjadinya proses arteriosclerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause

wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana

hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara

alami, yang umurnya mulai pada wanita umur 45-55 tahun. 26

3) Keturunan (genetik)

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan

hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.29 Pada 70-80 kasus

hipertensi esensial didapatkan juga riwayat hipertensi pada orang tua mereka.

Adanya faktor genetik pada keluaraga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

Universitas Lambung Mangkurat


13

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

individu dengan orang tua menderita hipertensi daripada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.27

4) Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam daripada

orang yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Namun, pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih

rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar.8

b. Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah

1) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida dalam rokok

dapat memacu pengeluaran hormone adrenalin yang dapat merangsang

peningkatan denyut jantung. Merokok juga dapat menurunkan kadar kolesterol

baik (HDL) dalam darah. Jika kadar HDL turun maka jumlah kolesterol dalam

darah yang akan diekskresikan melalui hati juga akan berkurang. Hal ini dapat

mempercepat proses arteriosklerosis penyebab hipertensi.28

Rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang

setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak

jantung 5-20 kali per menit. Rokok dapat meningkatkan risiko kerusakan

pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung

koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. Pasien yang terkena hipertensi

Universitas Lambung Mangkurat


14

essensial biasanya menghabiskan rokok lebih dari satu bungkus per hari dan telah

berlangsung lebih dari satu tahun.2

2) Kegemukan

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada

kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for

Health USA, prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,

dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang

memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).22

Menurut Hull, perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara

kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin

dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem reninangiotensin, dan

perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan

insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi

natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.22

3) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress

berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.

Meskipun dapat dikatakan bahwa stress emosional benar-benar meningkatkan

tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut lenyap kembali

seiring dengan menghilangnya penyebab stress tersebut. Hanya jika stress menjadi

permanen, dan tampaknya tidak ada jalan untuk mengatasinya atau

Universitas Lambung Mangkurat


15

menghindarinya, maka organ yang demikian akan mengalami hipertensi terus-

menerus sehingga stress menjadi resiko. 8

4) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga dapat menjaga tubuh tetap sehat, meningkatkan

mobilitas, menghindari faktor risiko tulang keropos, dan mengurangi stres.

Penelitian membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor risiko

lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan

kolesterol tinggi. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-

50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, latihan fisik antara 30-45 menit

sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.22 Salah satu

bentuk latihan fisik adalah dengan berolahraga. Prinsip terpenting dalam olahraga

bagi orang yang menderita hipertensi adalah mulai dengan olahraga ringan yang

dapat berupa jalan kaki ataupun berlari-lari kecil. Program latihan fisik yang

didesain untuk meningkatkan kemampuan fisik dan menjaga kesehatan dibuat

berdasarkan rumus FIT. Pengukurannya didasarkan pada tiga hal yaitu frekuensi

(seberapa sering misalnya berapa hari dalam seminggu), intensitas (seberapa berat

latihan yang dilakukan apakah ringan, sedang, atau sangat aktif), dan time yaitu

berapa lama misalnya sebulan untuk masing-masing sesi. 8

5) Faktor asupan garam (natrium)

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah.

Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya

menunjukkan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya usia.

Sebaliknya, masyarakat yang mengkonsumsi garam yang rendah menunjukkan

Universitas Lambung Mangkurat


16

hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan

bertambahnya usia. 10

6) Faktor tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak pada hipertensi

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk

berbagaisenyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme

normal lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak

usus, meningkatkan konsumsi protein, mineral dan vitamin. 8

Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalam

lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Hal ini berkaitan dengan intake lemak dan

karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Keadaan tersebut akan

menimbulkan resiko terjadinya artherosklerosis. Pembuluh darah koroner yang

menderita artherosklerosis selain menjadi tidak elastis, juga mengalami

penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik,

yang nantinya akan memicu terjadinya hipertensi.8

Ketidakseimbangan antara konsumsi karbohidrat dan kebutuhan energi,

dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan atau

pemakaian energi akan menimbulkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi

dalam tubuh disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal,

jaringan lemak ditimbun dalam beberapa tempat tertentu, diantaranya di jaringan

subkutan dan didalam jaringan usus (omentum). Jaringan lemak subkutan didaerah

dinding perut bagian depan (obesitas sentral) sangat berbahaya daripada jaringan

lemak di pantat. Karena menjadi resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.17

Universitas Lambung Mangkurat


17

Metabolisme lemak sehingga menyebabkan hipertensi adalah lipoprotein,

lipoprotein sebagai alat angkut lipid yang bersirkulasi dalam tubuh dan dibawa ke

sel-sel otot, dan lemak begitu juga pada trigliserida dalam aliran darah dipecah

menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase yang berada

pada sel-sel endotel kapiler. Reseptor LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati

akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini

penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh

darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL, yaitu melalui jalur sel-sel

perusak yang dpat merusak LDL. Melalui jalur ini (scavenger pathway), molekul

LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah.

Kolesterol yang banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk pada dinding

pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan

ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium yang akhirnya berkembang menjadi

artherosklerosis. Pembuluh darah koroner yang menderita artherosklerosis selain

menjadi tidak elastis, juga mengalami penyempitan sehingga tahanan aliran darah

dalam pembuluh koroner juga naik. Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh

darah tidak elastis serta naiknya tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh

darah disebut juga tekanan darah tinggi atau hipertensi. 8

7) Tingkat konsumsi serat

Serat dapat dibedakan atas serat kasar (crude fiber) dan serat makanan

(dietary fiber). Serat makanan adalah komponen makanan yang berasal dari

tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Serat makanan

total terdiri dari komponen serat makanan yang larut (misalnya: pektin, gum) dan

Universitas Lambung Mangkurat


18

yang tidak dapat larut dalam air (misalnya selulosa, hemiselulosa, lignin). Kadar

serat makanan berkisar 2-3 kali serat kasar.8

Serat bukanlah zat yang dapat diserap oleh usus. Namun peranannya sangat

penting karena pada penderita gizi lebih dapat mencegah atau mengurangi resiko

penyakit degeneratif. Serat larut lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol

yaitu LDL dan meningkatkan kadar HDL. Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa kerusakan pembuluh darah bisa dicegah dengan mengkonsumsi serat. Serat

pangan dapat membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui feces

dengan jalan meningkatkan waktu transit bahan makanan melalui usus kecil.

Selain itu, konsumsi serat sayuran dan buah akan mempercepat rasa kenyang.

Keadaan ini menguntungkan karena dapat mengurangi pemasukan energi dan

obesitas, dan akhirnya akan menurunkan risiko hipertensi.8

Dalam sebuah penelitian Harvard terhadap lebih dari 40.000 laki-laki, para

peneliti menemukan bahwa asupan serat tinggi berpengaruh terhadap penurunan

sekitar 40% risiko penyakit jantung koroner, dibandingkan dengan asupan rendah

serat. 8

8) Konsumsi alkohol

Yang perlu diperhatikan oleh penderita penyakit kardiovaskuler adalah

konsumsi alkohol, karena adanya bukti yang saling bertolak belakang antara

keuntungan dan resiko minum. Para pakar setuju bahwa mengkonsumsi alkohol

yang berlebihan sepanjang waktu akan menimbulkan pengaruh yang berlebihan,

termasuk tekanan darah tinggi, serosis hati dan kerusakan jantung.8

Universitas Lambung Mangkurat


19

7. Diagnosis

a. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah harus diukur secara akurat dan reliabel. Seseorang dikatakan

hipertensi jika angka pengukuran 140 mmHg sistolik dan atau 90 mmHg diastolik

atau lebih. Diagnosis hipertensi berdasarkan pada paling sedikit dua kali

pengukuran pada dua kesempatan yang berbeda, agar hasil pengukuran akurat dan

reliabel maka selama pengukuran pasien harus dikondisikan merasa nyaman dan

tenang. Pengukuran dilakukan setelah pasien dalam keadaan duduk atau berbaring

selama 5 menit.8

b. Evaluasi klinis

Sebagian besar pasien asimptomatik selama tubuhnya masih bisa

berkompensasi, sehingga pasien tidak sadar kalau ia menderita hipertensi. Klinis

muncul tidak terlalu spesifik. Keluhan hipertensi antara lain sakit atau nyeri

kepala, tidak nyaman kepala, gelisah, mudah lelah, mudah marah, mudah

tersinggung, jantung berdebar-debar, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, rasa

sakit di dada.8

B. Ikan Asin

1. Pengertian

Ikan sebagai salah satu bahan makanan yang mengandung protein tinggi

dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Ikan

merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi

masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami

proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui oleh semua

Universitas Lambung Mangkurat


20

lapisan masyarakat untuk penghambatan kebusukan dari ikan. Salah satu cara

pengawetan ikan secara tradisional yaitu proses penggaraman.25 Contoh olahan

ikan yang diawetkan salah satunya adalah ikan asin. Ikan asin adalah bahan

makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan

banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya

membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan untuk jangka waktu berbulan-

bulan.

2. Cara pengolahan

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang

diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga)

cara penggaraman dalam pembuatan ikan asin, yaitu penggaraman kering,

penggaraman basah, dan kombinasi keduanya. penggaraman kering dilakukan

dengan cara menaburkan garam pada seluruh bagian ikan dan rongga perut.

Sedangan penggaraman basah dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan

garam jenuh, kemudian dikristalkan. Selama proses penggaraman, terjadi

penetrasi garam ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena

perbedaan konsentrasi. Cairan itu dengan cepat dapat melarutkan kristal garam

atau mengencerkan larutan garam. Selanjutnya bersamaan dengan keluarnya

cairan dari dalam tubuh ikan, partikel garam akan memasuki tubuh ikan. Lama

kelamaan kecepatan proses pertukaran garam dan cairan semakin lambat dengan

menurunnya konsentrasi garam di luar tubuh ikan dan meningkatnya konsentrasi

garam didalam tubuh ikan. Bahkan pertukarn garam dan cairan tersebut berhenti

sama sekali setelah terjadi keseimbangan. Proses itu mengakibatkan pengentalan

Universitas Lambung Mangkurat


21

cairan tubuh yang masih tersisa dan penggumpalan protein denaturasi serta

pengerutan selsel tubuh ikan sehingga sifat dagingnya berubah.

Pengawetan ikan asin dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam

badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan

berkembang lagi. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri dari dua

proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama

dari penggaraman sama dengan tujuan pengawetan dan pengolahan lainnya, yaitu

untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami

proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau

membunuh bakteri penyebab kebusukan pada ikan. Garam merupakan faktor

utama dalam proses penggaraman ikan. Garam juga merupakan bahan pembantu

yang sengaja ditambahkan atau diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan

konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta

dapat memantapkan bentuk dan rupa.24 Kandungan natrium dalam 50 gram ikan

asin dapat mencapai 200- 400 mg, sedangkan konsumsi ikan dan hasil olahannya

dianjurkan tidak lebih dari 85 gram per hari. Konsumsi natrium yang berlebih

memiliki efek langsung terhadap tekanan darah, karena dapat menyebabkan

konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat, untuk

menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut yang

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak terhadap

terjadinya hipertensi.24

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

LANDASAN TEORI

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90 mmHg.8 Penyakit hipertensi dapat memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung

koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.15

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi menurut teori

Mozaik, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol (umur, jenis kelamin, genetik dan

etnis) dan faktor yang dapat dikontrol (merokok, kegemukan, latihan fisik, pola

makan tinggi natrium, konsumsi tinggi lemak, konsumsi serat, dan tingkat

konsumsi alkohol).7 Orang dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko

dua kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan dengan keluarga yang tidak

memiliki riwayat hipertensi.8 Begitu juga dengan pertambahan usia, semakin tua

seseorang maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan

dinding arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen

pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit

dan menjadi kaku.21 Kecenderungan untuk menderita hipertensi pada pria dan

wanita adalah sama besarnya, hanya saja wanita akan dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar high density lipoprotein

(HDL) sebagai pelindung terhadap hipertensi pada usia sebelum menopause.

Etnis, obesitas, stress juga merupakan faktor yang berpengaruh besar dalam

kejadian hipertensi.8

22

Universitas Lambung Mangkurat


23

Pola makan tinggi natrium menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik

ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah dan

menyebabkan jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan lebih tinggi

sehingga tekanan darah naik.10

Jenis makanan yang mengandung tinggi natrium yang banyak dijumpai di

masyarakat seperti ikan asin, nasi goreng, keju, mie instan, kornet, margarin,

sardenes, dan lain-lain.12 Pada makanan khas suku Dayak, banyak makanan yang

mengandung tinggi natrium. Salah satunya ikan asin yang merupakan bahan

makanan yang terbuat dari daging ikan dengan menambahkan banyak garam.

Manfaat penambahan garam pada ikan sebagai bahan pengawet agar ikan dapat

bertahan lebih lama dan terhindar dari kerusakan akibat mikroorganisme.

Makanan lain yang juga mengandung natrium seperti juhu singkah (makanan

berkuah dari umbut rotan), juhu kujang, kalumpe, dan sebagainya. Makanan khas

Kalimantan Tengah seperti ikan asin tersebut hampir dikonsumsi setiap hari oleh

masyarakat Dayak, sehingga resiko terjadinya hipertensi semakin meningkat.13

Susunan kerangka teori berdasarkan uraian tinjauan pustaka dan landasan

teori adalah:

Universitas Lambung Mangkurat


24

Faktor Risiko
Hipertensi
Tidak dapat Dapat
dimodifikasi dimodifikasi

Umur Obesitas

Keturunan (genetik) aAktivitas fisik

Etnis Pola Makan

Kebiasaan Konsumsi
Ikan Asin

Lama Jumlah Frekuensi


konsumsi konsumsi konsumsi

Konsentrasi natrium

Volume Ekstraselular

Volume Darah

Pompa jantung

Hipertensi

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian Gambaran Kebiasaan Konsumsi Ikan


Asin pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Tamiang Layang
Kabupaten Barito Timur

Universitas Lambung Mangkurat


25

Lama
konsumsi

Kebiasaan Jumlah
Konsumsi Ikan Hipertensi
konsumsi
Asin

Frekuensi
konsumsi

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Kebiasaan Konsumsi Ikan


Asin pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Tamiang Layang
Kabupaten Barito Timur

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan rancangan cross

sectional pada pasien hipertensi di Puskesmas Tamiang Layang Kabupaten Barito

Timur periode Agustus-Oktober 2016.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipetensi yang berobat di

Puskesmas Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur periode Agustus-Oktober

2016.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Sampel

penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan peneliti dengan menggunakan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pasien bersedia menjadi responden

2. Usia pasien antara 40-65 tahun

Sampel diambil secara accidental sampling, yaitu semua pasien yang datang

memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden akan dimasukkan ke

dalam penelitian.

26

Universitas Lambung Mangkurat


27

C. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

persetujuan menjadi responden berkaitan dengan etika penelitian informed

consent, lembar identitas, dan data isian penderita hipertensi.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi ikan asin pada penderita

hipertensi ditinjau dari lama, jumlah, dan frekuensi konsumsi ikan asin.

E. Definisi Operasional

1. Penderita hipertensi adalah pasien yang didiagnosis oleh dokter atau tenaga

kesehatan yang bertugas di Puskesmas Tamiang Layang mengalami tekanan

darah tinggi (140 mmHg sistolik dan atau 90 mmHg diastolik) yang tercatat

dalam rekam medik dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

2. Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin ditinjau dari aspek lama, jumlah, dan

frekuensi konsumsi ikan asin oleh penderita hipertensi.

Lama konsumsi ikan asin dikategorikan menjadi:

a. < 1 tahun

b. 1-5 tahun

c. > 5 tahun

Jumlah konsumsi ikan asin dikategorikan menjadi:

a. Cukup: jika dalam sekali mengkonsumsi ikan asin gabus 1 potong

(ukuran 1 potong ikan asin gabus sebesar 3 jari), ikan asin lais 2 potong

Universitas Lambung Mangkurat


28

(ukuran 1 potong ikan asin lais sebesar 4 jari), ikan asin tapah 1 potong

(ukuran 1 potong ikan asin tapah sebesar 3 jari), ikan asin teri 50 ekor,

ikan asin sepat 10 ekor.

b. Lebih: jika dalam sekali mengkonsumsi ikan asin gabus > 1 potong

(ukuran 1 potong ikan asin gabus sebesar 3 jari), ikan asin lais > 2 potong

(ukuran 1 potong ikan asin lais sebesar 4 jari), ikan asin tapah > 1 potong

(ukuran 1 potong ikan asin tapah sebesar 3 jari), ikan asin teri > 50 ekor,

ikan asin sepat > 10 ekor.

Frekuensi konsumsi ikan asin dikategorikan menjadi:

a. Sering: jika ikan asin dikonsumsi setiap hari atau 4-6 kali/minggu

b. Jarang: jika ikan asin dikonsumsi 2-3 kali/minggu

c. Sangat jarang: jika ikan asin dikonsumsi 1 kali/minggu

Universitas Lambung Mangkurat


29

F. Prosedur Penelitian
Penyerahan surat izin kepada:
Meminta surat ijin penelitian ke UPKTI
Meminta surat ijin penelitian ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Barito Timur
Meminta surat ijin penelitian ke Puskesmas
Tamiang Layang
Tahap Persiapan
Mengambil data di Puskesmas Tamiang
Layang

Menentukan sampel penelitian dengan


teknik accidental sampling

Prosedur pengumpulan data :


- Perkenalan
Tahap Pelaksanaan - Pengecekan rekam medik
- Menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat
penelitian
- Pemberian dan pengisian informed
consent
- Pengisian identitas, data isian, dan
melakukan wawancara terpimpin.
- Pengumpulan data

Tahap - Memasukkan data pada tabel


Pengolahan Data - Membuat kesimpulan

Gambar 4.1 Skema Prosedur Penelitian Gambaran Kebiasaan Konsumsi Ikan


Asin pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Tamiang Layang
Kabupaten Barito Timur

Universitas Lambung Mangkurat


30

G. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini didapatkan melalui data primer,

yaitu data penderita hipertensi diperoleh dengan wawancara dan pengisian data

isian, nilai tekanan darah.

H. Cara Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif.

Data mengenai kebiasaan konsumsi ikan asin dikelompokkan berdasarkan

variabel yang diteliti akan dideskripsikan dengan tabel sitribusi frekuensi yang

akan menghasilkan frekuensi dan presentase.

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di

Puskesmas Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Demografi

Puskesmas Tamiang Layang terletak di Kecamatan Dusun Timur Kabupaten

Barito Timur mempunyai luas 866.4 km2, terdiri dari 10 desa dan 1 kelurahan.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamiang Layang adalah 15.027

jiwa dengan kepadatan penduduk 25,30 jiwa/km2. Jumlah penduduk laki-laki

adalah sebanyak 7.779 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 7.280 jiwa.

Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Tamiang Layang dengan jumlah 7.678

jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah di desa Harara yang berjumlah

167 jiwa. Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Dusun Timur khususnya

wilayah kerja Puskesmas Tamiang Layang terdiri dari tingkat TK hingga SMA,

yang terdiri dari 13 TK, 20 SD, 4 SMP, dan 5 SMA.

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tamiang Layang Kabupaten Barito

Timur. Karakteristik yang didapatkan pada 53 responden di Puskesmas wilayah

tersebut dapat dilihat pada gambar 5.1, gambar 5.2, dan gambar 5.3.

31
Universitas Lambung Mangkurat
32

Usia
40-45 tahun
23% 19%
46-50 tahun
51-55 tahun
15%
56-60 tahun
21%
61-65 tahun
22%

Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 5.1 menunjukkan penderita hipertensi paling banyak berusia 51-55

dan 61-65 tahun yaitu masing-masing sebanyak 12 orang dan yang paling sedikit

berusia 46-50 tahun yaitu sebanyak 8 orang. Hal ini disebabkan karena pada saat

memasuki usia lanjut, terjadi perubahan struktur pada pembuluh darah besar,

sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi kaku. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan

darah.25

Jenis Kelamin
40 38
35
30
25
20
15
15
10
5
0
Laki-laki Perempuan

Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Universitas Lambung Mangkurat


33

Gambar 5.2 menunjukkan mayoritas penderita hipertensi di Puskesmas

Tamiang Layang berjenis kelamin perempuan. Selain karena jumlah responden

yang kebanyakan adalah perempuan, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh hormon

estrogen yang terdapat pada perempuan. Seiring dengan bertambahnya usia, maka

hormon estrogen akan menurun. Penurunan hormon estrogen ini dapat

menyababkan penurunan kadar high density lipoprotein (HDL). High density

lipoprotein (HDL) berfungsi untuk mencegah terjadinya proses aterosklerosis

yang dapat merusak pembuluh darah.25

Pekerjaan
9%
26%
PNS
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
42%
Petani
23%

Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 5.3 menunjukkan penderita hipertensi terbanyak memiliki

pekerjaan ibu rumah tangga dan pekerjaan yang paling sedikit adalah petani. Hal

ini disebabkan karena sebagian besar responden yang datang ke Puskesmas adalah

perempuan. Selain itu, pekerjaan juga dapat mempengaruhi kejadian hipertensi,

karena pekerjaan berpengaruh kepada aktivitas fisik. Menurut penelitian

Wahiduddin, aktivitas yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.

Ibu rumah tangga memiliki aktivitas yang cenderung lebih ringan dibandingkan

dengan pekerjaan lainnya, sehingga risiko kejadian hipertensinya lebih tinggi.31

Universitas Lambung Mangkurat


34

C. Gambaran Kebiasaan Konsumsi Ikan Asin

Gambaran kebiasaan konsumsi ikan asin berdasarkan jumlah konsumsi,

lama konsumsi dan frekuensi konsumsi ikan asin di wilayah Puskesmas Tamiang

Layang Kabupaten Barito Timur dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini.

Lama konsumsi

< 1 tahun
1-5 tahun
> 5 tahun

100%

Gambar 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Konsumsi Ikan Asin


di Puskesmas Tamiang Layang

Berdasarkan gambar 5.4 dapat diketahui bahwa lama konsumsi ikan asin

pada seluruh responden adalah > 5 tahun. Menurut penelitian Sung konsumsi

makanan tinggi garam (15g/hari) selama 20 bulan berturut-turut dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi. Semakin lama seseorang mengkonsumsi

makanan tinggi garam seperti ikan asin maka risiko kejadian hipertensi akan

meningkat.30

Universitas Lambung Mangkurat


35

Jumlah konsumsi

19%

Cukup
Lebih

81%

Gambar 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Ikan Asin di


Puskesmas Tamiang Layang

Berdasarkan gambar 5.5 tentang jumlah konsumsi ikan asin, dapat diketahui

bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada responden yang

mengkonsumsi ikan asin dalam jumlah yang lebih dibandingkan dengan

responden yang mengkonsumsi ikan asin dalam jumlah yang cukup. Sebaiknya,

konsumsi ikan asin dan hasil olahannya tidak lebih dari 85 gram per hari.24

Ukuran 85 gram setara dengan 1 potong ikan asin gabus sebesar 3 jari, 2 potong

ikan asin lais (1 potong ikan asin lais sebesar 4 jari), 1 potong ikan asin tapah

sebesar 3 jari, 50 ekor ikan asin teri, atau 10 ekor ikan asin sepat. Jika seseorang

mengkonsumsi garam lebih dari 85 gram per hari dengan frekuensi sering, risiko

ia menderita hipertensi akan meningkat.

Universitas Lambung Mangkurat


36

Frekuensi konsumsi

19%
setiap hari atau 4-6
kali /minggu
2-3 kali/minggu
21%
60% <1 kali/minggu

Gambar 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Konsumsi Ikan Asin di


Puskesmas Tamiang Layang

Berdasarkan gambar 5.6 tentang frekuensi konsumsi ikan asin didapatkan

bahwa lebih banyak responden yang mengkonsumsi ikan asin dengan frekuensi

sering. Risiko terjadinya hipertensi bagi orang yang mengkonsumsi garam yang

berlebihan 5-6 kali per hari lebih besar dibandingkan dengan orang yang

mengkonsumsi garam dalam jmlah yang rendah.25

Konsumsi ikan asin dalam waktu yang lama, jumlah yang lebih, dan

frekuensi yang sering diduga akan meningkatkan kadar natrium didalam darah.

Asupan natrium yang berlebih memiliki efek langsung terhadap peningkatan

tekanan darah. Kelebihan natrium didalam tubuh akan meningkatkan volume

ekstraseluler karena osmolaritas cairan tubuh akan meningkat. Kenaikan

osmolaritas cairan ekstraseluler juga dapat merangsang mekanisme sekresi

kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresi lebih banyak hormon antidiuretik.

Hormon ini dapat menyebabkan ginjal mengabsorbsi kembali air dalam jumlah

Universitas Lambung Mangkurat


37

yang besar dari cairan tubulus ginjal. Hal ini merupakan kompensasi untuk

menormalkan tekanan darah.25

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden (100%) mengkonsumsi

ikan asin dalam waktu lebih dari 5 tahun, 81% responden mengkonsumsi ikan

asin dalam kategori lebih, dan 60% responden mengkonsumsi ikan asin setiap

hari atau 4-6 kali/minggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ayu yang didapatkan sebesar 63,01% yang mengkonsumsi ikan

asin dengan kategori lebih dan sebesar 36,99% yang termasuk dalam kategori

cukup. Sebanyak 54,8% subjek penelitian yang memiliki tekanan darah tinggi,

17,8% yang mengalami pre hipertensi dan 27,4% dengan tekanan darah normal.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan jumlah konsumsi ikan asin

dengan tekanan darah pada laki-laki usia 45-59 tahun di Dusun Bulu Kelurahan

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p = 0.001).24

Berdasarkan penelitian Anggraini tahun 2009 didapatkan bahwa pola asupan

garam terbanyak pada kelompok kasus (yang mengalami hipertensi) adalah

asupan garam tinggi (65,2%), dan pola kelompok kontrol (yang tidak hipertensi)

asupan garam terbanyak adalah asupan garam rendah (76,1%).10 Berdasarkan hasil

penelitian Syukraini Irza tahun 2009 diketahui bahwa adanya peningkatan tekanan

darah seiring dengan bertambahnya usia dan merupakan akibat dari tingginya

garam yang dikonsumsi.25

Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan belum mencapai

target yaitu sebanyak 100 responden. Penelitian ini hanya meneliti pada 53

responden. Selain itu, penelitian ini juga tidak dapat memastikan apakah kejadian

Universitas Lambung Mangkurat


38

hipertensi yang dialami oleh responden disebabkan karena konsumsi ikan asin

atau karena faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sebanyak 100% responden biasa mengkonsumsi ikan asin dalam waktu > 5

tahun.

2. Sebanyak 81% responden biasa mengkonsumsi ikan asin dalam jumlah yang

masuk kategori lebih.

3. Sebanyak 60% responden biasa mengkonsumsi ikan asin setiap hari atau 4-6

kali/minggu.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan lama

penelitian diperpanjang, serta melakukan penelitian dengan menggunakan

metode case control.

2. Diharapkan tenaga kesehatan dapat menyampaikan kepada masyarakat tentang

bahaya mengkonsumsi ikan asin dalam waktu yang lama, jumlah yang lebih

dan frekuensi yang sering.

3. Diharapkan responden dapat membatasi jumlah konsumsi ikan asin dengan

cara lebih memvariasikan menu makanan lainnya.

39

Universitas Lambung Mangkurat


40

DAFTAR PUSTAKA

1. Feryadi, R. Hubungan kadar profil lipid dengan kejadian hipertensi pada


masyarakat etnik Minangkabau di kota Padang tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2014; 3(2): 206-211.

2. Sustrani. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.

3. World Healt Organization. Non-Communicable Dissease Country Profiels.


Geneva, Switzerland: WHO Press, 2011.

4. Laporan Hasil Riset Kesehatan dasar (riskesdas) Indonesia. Jakarta:


Balitbangkes Depkes RI; 2013.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Profil kesehatan Provinsi


Kalimantan Tengah 2006. Palangkaraya; 2012

6. Puskesmas Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur.

7. Anggara, Febby HD, Nanang P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


tekanan darah di puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2013;5(1):20-25.

8. Widyaningrum, S. Hubungan antara konsumsi dengan kejadian hipertensi


pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember [skripsi]. Bagian
Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. 2012.

9. Stefhany, E. Hubungan pola makan, gaya hidup, dan indeks massa tubuh
dengan hipertensi pada pra lansia dan lansia di posbindu Lelurahan Depok
Jaya tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
2012.

10. Anggraini, AD. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi


pada pasien yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari Sampai Juni 2008. Universitas Riau. 2009.

11. Chobanian AV. The seventh eport of the joint national commite on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure: the
JNC 7 report. JAMA. 2003;289(19): 2561-2572.

12. Lubis, HR. Sejarah hipertensi. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan; 2008.

Universitas Lambung Mangkurat


41

13. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Profil kesehatan Provinsi


Kalimantan Tengah 2012. Palangkaraya; 2012
.
14. Bustan. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

15. Sutanto. Cegah dan Tangkal Penyakit Modern. Yogyakarta: Andi; 2010.

16. Engberink. Inversa association between dairy intake and hypertension : The
Rotterdam Study. American Journal of Clinical Nutrition. 2009;89(2):1877-
83.

17. Yuniastuti,A. Gizi dan Kesehatan. Semarang: Graha Ilmu; 2007.

18. Irfan, A. Hipertensi: Faktor risiko dan penatalaksanaannya, Pusat Jantung.


Nasional Harapan Kita, 2008.

19. Sudoyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Penerbit; 2009.

20. Corwin, Elisabeth J. Buku saku patofisiologi. EGC, 2009.

21. Sharma S. 2008. Hypertension. http//:www. Emedicine.com. Diakses


tanggal 24 April 2016.

22. Cortas K. Hypertension. http://emedicine.mescape.com/article/241381-


overview. Diakses tanggal 24 April 2016.

23. Yogiantoro M. Hipertensi esensial dalam buku ajar ilmu penyakit dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta : FKUI, 2006.

24. Sari AM. Hubungan konsumsi ikan asin dengan tekanan darah pada laki
laki usia 45-59 tahun di Dusun Bulu Kelurahan Kalongan Kecamatan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Gizi dan Kesehatan. 2015;
7(14): 20-27.

25. Ratnasari, D. Hubungan kebiasaan konsumsi ikan pindang dengan kejadian


hipertensi pada lansia usia 55-64 tahun di Dusun Madak Desa
Candikmalaya Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat [skripsi].
Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Ungaran. 2015.

26. Nuraini, B. Risk Factors Of Hypertension. Journal Majority. 2015;4(5):12.

27. Yunis, T. Blood Presure Survey Indonesia. Norvask Epidemiology Study.


Medika Volume. 2003; 4: 234.

Universitas Lambung Mangkurat


42

28. Nurhamidi. Studi konversi satuan ukuran rumah tangga kedalam berat
(gram) pada beberapa jenis makanan tradisional hasil olahan Masyarakat
Banjar Di Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan. 2015;5(2):4.

29. Korneliani, K. Obesitas dan stress dengan kejadian hipertensi. Jurnal


Kesehatan Masyarakat.2012;7(2):117-121.

30. Ha, SK. Dietary salt intake and hypertension. Journal Electrolyte Blood
Press. 2014; 12(1): 7-18.

31. Wahiduddin. faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas


Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 [skripsi]. Bagian Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. 2012.

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai