PENGERTIAN
ARSITEKTUR DAN ENERGI
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN
DESAIN, rancangan.
HEMAT, tidak boros, hati-hati, cermat.
ENERGI, daya/kekuatan yang dapat digunakan untuk
melakukan berbagai proses kegiatan, tenaga.
DESAIN HEMAT ENERGI = Suatu perancangan arsitektur
yang dilakukan dengan cermat memperhatikan penggunaan
energi yang digunakan baik dalam perencanaan,
pembangunan dan pengelolaan bangunan.
Keywords:
desain arsitektur, proses pembangunan, pengelolaan dan
operasional bangunan, sumber energi, efisiensi energi,
energi terbarukan, teknologi.
Arsitektur = seni atau ilmu
merancang serta membuat
konstruksi bangunan; metode dan
gaya rancangan suatu konstruksi.
Energi = kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu, daya
kekuatan
Energi merupakan modal untuk
menghasilkan karya Arsitektur
Karya Arsitektur dapat berlangsung
dengan dukungan Energi
Sumber Mulai digunakan Bidang
Kayu Prasejarah; Awal sejarah Memasak, pemanasan;
pertukangan
Angin Awal sejarah Pengangkutan, pengairan
Air Awal sejarah Pertukangan
Batubara Abad 13 Pemanasan, memasak,
transportasi
Minyak bumi Abad 19 Pemanasan, memasak,
trasportasi
Listrik Abad 19 Industri, penerangan
Gas bumi Abad 20 Pemanasan, memasak
Radiasi surya Abad 20 Rumah tangga, penggunaan
khusus, pembangkit listrik
Kelautan Abad 20 Pembangkit listrik
Latar Belakang
50
40
30 Arsitektutr
Industri
20 Transportasi
10
0
6/1/2003
Latar Belakang
40 % energi dan
material dunia
dikonsumsi
bangunan gedung
Bangunan Gedung
menggunakan 12 %
dari suplai Air
Minum
30-60 % reduksi energi yang
digunakan, melalui peningkatan
penerapan standar
pengoperasian bangunan
Kondisi Energi Saat Ini
KONDISI ENERGI SAAT INI ..(1)
Minyak 86,9 miliar barel 9,1 miliar barel 387 juta barel 23
Gas 384,7 TSCF 185,8 TSCF 2,95 TSCF 62
Batubara 57 miliar ton 19,3 miliar ton 132 juta ton 146
KAPASITAS
ENERGI NON FOSIL SUMBER DAYA SETARA PEMANFAATAN TERPASANG
Tenaga Air 845 juta BOE 75,67 GW 6.851 GWh 4.200 MW
Panas Bumi 219 juta BOE 27 GW 2.593,5 GWh 807 MW
Mini/Micro hydro 500 MW 500 MW 84 MW
Biomass 49,81 GW 445 MW
Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/hari 8 MW
Tenaga Angin 3-6 m/detik 0,6 MW
700,000
600,000
1970 P.Bumi 2005
Ribu SBM
500,000 Batubara
M.Bumi: 88% M.Bumi: 49%
T.Air
G.Bumi: 6% 400,000 G.Bumi: 19%
G.Bumi
B.Bara : 1% 300,000
B.Bara : 24%
T.Air : 5% T.Air : 3%
P.Bumi : 0% 200,000
P.Bumi : 5%
M.Bumi
100,000
0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Tahun
0.04%
100% 12.6%
34.1% 12.5%
1.2% 1.6%
80% 7.4%
18.4%
12.70%
0.5%
5.1%
60% 0.10%
32.18% 99.96%
40%
65.88%
60.22%
20%
Peranan
35.66%
BBM
0%
Masih
Industri Rumah Tangga & Transportasi Total Sangat
Komersial Dominan
BBM Gas Batubara LPG Listrik
500
index (Japan = 100)
400
300
200
100
0
Jepang OECD Thailand Indonesia MalaysiaAmerika Jerman
Utara
Intensitas Energi Energi per Kapita
6. Rasio Elektrifikasi
600 60
52 54
500 485 50
43
Konsumsi per Kapita (kWh
389.1
400 40
200 16 20
150.4
8
100 74.1 10
42.11
0 0
1980 1985 1990 1995 2000 2005
Diolah dari: Statistik PLN, 2005 Konsumsi Listrik per Kapita Rasio Elektrifikasi
BBM
63.8% Batubara
14.4%
Hydro
11.3%
Panas Bumi
ET Lainnya 3.8%
Biomass
0.3% 1.6%
Kapasitas
ET
Pembangkit per BBM Gas Batubara Hydro P. Bumi Biomassa Total
Lainnya
jenis bahan bakar
MW 18.182,2 1.365,4 4095 3.221 1.090 445 98 28.496,6
Tujuan
Mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan
pasokan energi dalam energi (security of supply) untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan
Sasaran pada tahun 2025
1. Elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu)
2. Energi (primer) mix yang optimal
Kebijakan Energi Nasional (2)
Batubara Biomassa
33% 0.7417%
Proyeksi konsumsi energi primer
6,000.0
2,000.0
1,000.0
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Skenario Tanpa Konservasi Skenario RIKEN
Energi Fosil
Keterbatasan infrastruktur energi
ketergantungan sektor transportasi terhadap BBM
belum dapat dialihkan kepada sumber energi lain
Intensitas energi yang masih tinggi menunjukkan
rendahnya efisiensi energi
Iklim investasi yang belum kondusif bagi
pengembangan industri energi
Hambatan dalam pengembangan energi(2/3)
Energi Non-Fosil
Beberapa jenis teknologi energi baru dan terbarukan masih
relatif mahal dan belum dapat bersaing dengan teknologi energi
komersial, karena:
Biaya investasi awal tinggi karena teknologinya masih import
Pada umumnya pengembangannya masih dalam skala kecil
sehingga biaya investasi per satuannya menjadi tinggi
Pemanfaatannya kurang tepat, yaitu hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik konsumtif yang relaitf sangat
kecil sehingga load factor-nya rendah
Kurang terjaminnya keberlanjutan suplai, karena sumber daya
energi terbarukan umumnya bersifat intermittent (kesediaannya
terputus-putus)
Hambatan dalam pengembangan energi(3/3)
Energi Non-Fosil (lanjutan)
Minat swasta khususnya di bidang bisnis energi baru dan
terbarukan masih sangat kurang karena pasar energi baru dan
terbarukan masih terbatas
Kemampuan jasa dan industri energi baru dan terbarukan dalam
negeri masih kurang
Subsidi yang terlalu lama untuk BBM mengakibatkan
pengembangan energi baru dan terbarukan semakin sulit
Kurangnya kebijakan yang bersifat operasional untuk energi
baru dan terbarukan
Kemampuan SDM relatif rendah terutama untuk energi baru dan
terbarukan yang belum komersial
Kebijakan pe
pendukung
ndukung di
bidang energi
Kebijakan, Peraturan & Regulasi di Bidang Energi(1/3)
Undang-Undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan
Undang-Undang No. 27/2003 tentang Panas Bumi
Undang-Undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi;
Keputusan Menteri ESDM No. 0983 K/16/MEM/ 2004 tentang Kebijakan Energi
Nasional
Keputusan Menteri ESDM No. 0002 tahun 2004 tentang Kebijakan Energi Hijau
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
Kebijakan, Peraturan & Regulasi di Bidang Energi(2/3)
Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Batubara yang dicairkan (liquefied coal) sebagai Bahan
Bakar Lain
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No 31 Tahun 2005
tentang Tata Cara Penghematan Energi
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik
Peraturan Menteri ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan
Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah
Kepmen ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang Pembangkit Skala
Kecil TERSEBAR
Kebijakan, Peraturan & Regulasi di Bidang Energi(3/3)
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0048 Tahun
2005 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) serta Pengawasan Bahan
Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Bahan Bakar Lain, LPG, LNG, dan
Hasil Olahan yang Dipasarkan di Dalam Negeri
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 3675
K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tentang spesifikasi BBM jenis
SOLAR yang diperdagangkan di dalam negeri; memperbolehkan
penambahan 10% BIODIESEL.
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 3674
K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tentang spesifikasi BBM jenis
BENSIN yang diperdagangkan di dalam negeri; memperbolehkan
penambahan 10% BIOETANOL.
Pola Pendanaan untuk
Pengembangan Energi
Anggaran pemerintah
Pembiayaan swasta/badan usaha
Swadaya masyarakat
Kemitraan publik dan swasta (public-
private partnerships)
one kilowatt hour
every year
from hydro power
MINGGU DEPAN:
Strategi perancancangan
hemat energy