Anda di halaman 1dari 6

Steroids in Central Retinal Vein Occlusion : Is There a Role in

Current Treatment Practice?


Sumber :

Journal of Ophthalmology (2015)

Article ID 594615

Penulis :

Mohammed Ashraf dan Ahmed A.R. Souka

Present By :

Ellissa

406151052

2017
Judul :

Steroids in Central Retinal Vein Occlusion : Is There a Role in Current Treatment Practice?

Penulis :

Mohammed Ashraf dan Ahmed A.R Souka

Sumber :

Hindawi Publishing Corporation

Volume 2015, Article ID 594615

Latar belakang :

Edema macula merupakan penyebab tersering menurunnya ketajaman penglihatan pada


pasien dengan oklusi vena sentral retina. Mekanisme dari edema macula pada oklusi vena
sentral retina OVSR belum sepenuhnya diketahui. Salah satu faktor utama pada
berkembangnya edema macula selain dari peningkatan tekanan vena adalah
meningkatnya kadar dari faktor endothelial vascular dengan yang kemudian diikuti
rusaknya pembatas darah retina dan mengakibatkan terjadinya kebocoran. Adanya
sedikit peran pada peningkatan regulasi dari mediator inflamasi lain (Interleukin IL 1,
IL-2, IL-5, IL-8, IL-9, IL-10, IL-12, IL-13, eotaxin, granulocyte colony stimulating
factor, interferon inducible 10 kDa protein, monocyte chemotactic protein-1, dan
interferon-) serta disregulasi tight junction endotel.

Standar pengobatan saat ini berdasarkan pada beberapa uji coba terkontrol secara ajak
yang besar adalah injeksi anti VEGF. Injeksi anti VEGF intravitreal menargetkan VEGF
dalam rongga vitreous.
Kortikosteroid juga mempunyai peran anti inflamasi menurunkan permeabilitas vascular,
menghambat pergerakan leukosit, menekan menetapnya dan migrasi dari sel inflamasi,
menstabilisasikan tights junction.

Dengan meluasnya penggunaan anti-VEGFs saat ini dalam pengobatan Oklusi Vena
Sentral Retina (OVSR), peran untuk steroid menjadi sangat berkurang. Percobaan
terkontrol secara acak dalam skala besar terbaru telah membuktikan keampuhan dan
keamanan anti-VEGs dalam mengobati OSVR. Steroid diketahui menyebabkan
peningkatan tekanan intraocular serta meningkatkan resiko pembentukan katarak. Oleh
karena itu banyak dokter mata yang jarang menyuntikkan steroid.

Tujuan :

Makalah ini bertujuan untuk meninjau beberapa data yang berkaitan dengan penggunaan steroid
baik sebagai alternatif lini pertama, terapi tambahan, atau terapi alternatif untuk membantu
menjawab pertanyaan : apakah ada peran steroid pada manajemen OSVR saat kini?

Metodologi :

Secara retrospektif melihat efek dari dua steroid utama pengobatan dari oklusi vena sentral retina
yaitu triamcinolone asetonide dan implant dexametasone. Kedua obat ini diteliti pada dua
percobaan besar terkontrol secara acak SCORE untuk triamcinolone dan GENEVA untuk implant
dexametasone.

Kriteria inklusi dan ekslusi : -


Hasil :

1. SCORE
a. Penelitian SCORE merupakan penelitian terkontrol secara acak pertama skala
besar yang mencari efektifitas steroid sebagai rejimen pengobatan. SCORE
merupakan uji klinis multisenter acak yang menggunakan 271 peserta acak yang
dibagi dalam 3 kelompok: Kelompok observasi , 1mg triamcinolone dan 4 mg
traimcinolone
b. Studi SCORE menunjukkan bahwa 6,8 %, 26,5% dan 25,6% mencapai 15 huruf
atau lebih pada masing-masing kelompok observasi, 1mg, dan 4mg. Terdapat
perubahan pada rata-rata skor ketajaman penglihatan huruf kehilangan 1-2 huruf
dibandingkan kehilangan 12 huruf pada kelompok observasi.
Hal ini berbeda dengan hasil dari uji CRUISE yang menunjukkan bahwa pada 6
bulan 46,2 % dan 47,4 % dari pesien menunjukkan 15 huruf dan perkembangan
pada kelompok 0,3mg dan 0,5 mg ranibizumab, dibandingkan dengan 16,9 %
pada kelompok plasebo. Sebagai tambahan, rata-rata pencapaian huruf adalah
masing-masing 12,7 , 14.9, dan 0.8 pada kelompok 0,3 mg, 0,5 mg dan placebo.
2. GENEVA
a. Pada bulan ke 6, tingkat respon kumulatif (waktu untuk mencapai perbaikan 15
huruf dari kriteria dasar) pada pasien dengan kedua BRVO dan CRVO adalah
41% pada kelompok 0.7 mg, 50% pada kelompok 0,35 mg, dan 23 % pada
kelompok placebo
b. Pada hari ke 180, proporsi mata mencapai perbaikan 15 huruf pada kelompok
DEX (22%) tidak berbeda secara statistic dengan kelompok pasebo (18%).
c. Rata-rata ketajaman penglihatan standar awal meningkat secara signifikan lebih
besar pada kedua kelompokm implant DEX daripada kelompok placebo dengan
perbedaan terbesar antara mereka adalah pada hari ke 60 (7 huruf)
d. Pencapaian huruf tertinggi adalah sekitar 10 huruf pada kelompok 0,35 mg dan 9
huruf pada kelompok 0,7 mg pada hari ke 60. Selain itu, persentasi pasien yang
menunjukkan peningkatan sebanyak 15 huruf secara signifikan lebih tinggi pada
kelompok dosis 0,35 mg dan 0,7 mg dibandingkan dengan kelompok placebo
pada hari ke 30,60, 90 mencapai puncaknya pada hari ke 60 dengan 33 % pada
keoompok 0,35 mg, 29 % pada kelompok 0,7 mg, dan 9 % pada kelompok
placebo. Namun, hari ke 180, perbedaan tidak signifikan ( 18 % pada kelompok
0,7 mg, 17 % pada kelompok 0,35 mg, dan 12 % pada kelompok placebo).
e. Ketajaman penglihatan maksimal dicapai pada hari ke 60 dan pencapaian ini akan
berangsur-angsur hilang seiring hilangnya khasiat obat dari waktu ke waktu.
Implant DEX nampaknya mempunyai durasi kerja yang pendek dan setelah 6
bulan tidak lagi efektif
f. Analisis menunjukkan bawah durasi edema macula pada standar awal
mempengaruhi hasil penglihatan akhir; mata dengan durasi macula edema yang
lebih singkat (<90 hari) menunjukkan respon yang lebih baik daripada pasien
dengan durasi macula edema lebih panjang. Pada hari ke 60, angka pasien yang
mencapai perbaikan lebih dari 15 huruf adalah 38 % pada kelompok 0,7 mg dan
35 % pada kelompok 0,35mg pada mata dengan edema < 90 hari, dibanding 27 %
pada kedua kelompok DEX pada mata dengan edema > 90 hari. Namun pada
analisis subkelompok, pasien dengan CRVO tidak menunjukkan adanya
perbedaan respon pengobatan sehubungan dengan durasi edema
3. Perbedaan pada hasil penglihatan (atau tidak ada pada beberapa kasus), begitu juga
insidens komplikasi yang tinggi berarti anti VEGF adalah obat lini pertama yang lebih
disukai. Meskipun demikian, steroid dapat digunakan sebagai obat lini kedua pada kasus
resitensi atau sebagai terapi tambahan dari awal.

Kesimpulan :

Sebagai monoterapi, steroid sendiri tidak terbukti lebih superior dibandingkan anti
VEGF. Dengan insidens efek samping yang lebih tinggi, terutama setelah dosis yang berulang,
anti VEGF tetap menjadi obat lini pertama untuk mengobati CVRO. Sebagai terapi awal,
kombinasi steroid dan anti VEGF pada CRVO tidak terbuktti memberi keuntungan di
bandingkan dengan anti VEGF sendiri dan oleh karena itu tidak dapat direkomendasikan
berdasarkan data saat ini. Meskipun begitu peran steroid sebagai terapi alternative pada kasus
yang resisten (sendiri atau dengan kombinasi dengan anti VEGFs) tetap menjadi pilihan yang
layak. Dexametason dan triamcinolon keduanya muncul sebagai pilihan pada kasus resisten.
Kesimpulannya, masih terdapat sedikit peran steroid pada prektek saat kini. Diperlukan
lebih banyak penelitian terkontrol secara acak untuk benar-benar mengevaluasi khasiatnya pada
kasus-kasus resistensi.

Rangkuman dan Hasil Pembelajaran :

Efek yang dapat timbul dari terjadinya oklusi vena sentral retina adalah edema macula
yang merupakan penyebab tersering menurunnya ketajaman penglihatan. Faktor-faktor
penyebab terjadinya edema macula adalah adanya peningkatan tekanan vena serta
meningkatnya kadar dari faktor endothelial vascular yang dapat menyebabkan rusaknya
pembatas darah retina kemudian mengakibatkan terjadinya kebocoran dan adanya sedikit
peran pada peningkatan regulasi mediator inflamasi. Pengobatan lini pertama yang
digunakan saat ini adalah injeksi anti VEGF intravitreal menargetkan VEGF dalam
rongga vitreous. Sedangkan kotikosteroid bekerja mekanisme yang berbeda, yaitu dengan
menargetkan jalur inflamasi. Namun steroid mempunyai efek samping yaitu peningkatan
tekanan intraocular serta meningkatkan resiko pembentukan katarak. Oleh karena
tingginya efek samping, steroid tidak disarankan sebagai terapi lini pertama terapi atau
terapi kombinasi dengan anti VEGF. Sehingga terrapi lini pertama untuk oklusi vena
sentral adalah anti VEGF.

Anda mungkin juga menyukai