Isi Sistem Imun
Isi Sistem Imun
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
1.4.7 Mampu menjelaskan hubungan sistem imun dengan imunisasi
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
penemuan besar itu. World Health Organization (WHO) menyatakan smallpox
musnah pada tahun 1979. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Jenner
belum bisa menjelaskan perihal smallpox dengan baik. Ketika Jenner
menemukan vaksin untuk smallpox, Jenner sendiri tidak tahu apa penyebab
penyakit yang mematikan itu. Baru abat 19 Robert Koch bisa menjelaskan
adanya beberapa agen penginfeksi berupa mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit. Mikroorganisme tersebut meliputi, virus, bakteri, fungi, dan
beberapa eukaryotik yang selanjutnya disebut parasit. Organisme parasit
sampai saat ini masih menjadi pekerjaan yang sulit bagi para ilmuan. Penyakit
malaria yang ditimbulkan oleh plasmodium, kaki gajah oleh Wuchereria
bancrofti, masih merambah di belahan bumi ini terutama di daerah tropis.
Penemuan oleh Robert Koch dan penemuan besar lain pada abat 19 telah
mengilhami penemuan-penemuan vaksin beberapa penyakit. Pada tahun 1880,
Lois Pasteur menemukan vaksin kolera yang biasa menyerang ayam. Pada
perkembangannya Lois Pasteur berhasil menemukan vaksin rabies.
Penemuan-penemuan tersebut di atas mendasari perkembangan ilmu
Imunologi yang mendasarkan kekebalan sebagai alat untuk menghindari
serangan penyakit. Pada tahun 1890, Emil von Behring dan Shibasaburo
Kitasato menemukan bahwa individu yang telah diberi vaksin akan
menghasilkan antibodi yang bisa diamati pada serum. Antibodi ini selanjutnya
diketahui bersifat sangat spesifik terhadap antigen. Respon tubuh yang
diperantarai oleh antibodi dikenal dengan istilah respon imunitas adaptif,
sebab produksi antibodi tersebut melalui suatu proses adaptasi terhadap
patogen yang menginfeksi. Respon imunitas adaptif ini memiliki peranan
sangat penting bagi pertahanan selanjutnya untuk patogen yang sama.
Mekanisme kerja respon imunitas adaptif sangat berbeda dengan yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit. Sel fagosit seperti makrofag, neutrofil, dan sel
dendritik dapat merespon patogen yang masuk secara langsung tanpa
menunggu waktu adaptasi. Di samping tanpa menunggu waktu, sel fagosit
melakukan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen. Sifat-sifat
5
imunitas yang bekerja tanpa memerlukan waktu untuk menjadi sel efektor dan
tanpa spesifikasi dalam mengenali antigen isebut imunitas innate. Makrofag
bisa dikatakan kunci terpenting pada imunitas innate, yaitu pertahanan
bawaan yang responnya secara langsung tanpa menunggu waktu. Hal ini sama
sekali berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh antibodi. Antibodi
hanya tersintesis jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan
waktu. Baik respon imunitas innate maupun imunitas adaptif sangat
tergantung pad aktivitas sel darah putih, leukosit. Imunitas innate dilakukan
oleh sel-sel granulosit dan makrofag, sedangkan imunitas adaptif dilakukan
oleh sel-sel limfosit. Kemampuan kerja secara bersama-sama dari kedua
sistem tersebut sangat menentukan efektivitas dalam mengeliminasi patogen
yang masuk. Walaupun pada dasarnya kita tidak pernah bebas dari patogen
penginfeksi di sekitar kita, namun pada kenyataannya jarang sekali kita jatuh
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa respon imunitas innate dan imunitas adaptif
kita bekerja dengan baik. Banyak patogen penginfeksi langsung dieliminasi
oleh makrofag maupun neutrofil yang berperan sebagai imunitas innate
sehingga tidak sempat menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika sel-sel yang
tergolong dalam imunitas innate ini tidak bisa menyelesaikan tugasnya maka
akan memicu respon imunitas adaptif. Suatu hal yang sangat penting dan
menarik bahwa imunitas adaptif akan menyebabkan munculnya sel-sel
memori, yaitu sel-sel yang mengingat antigen yang pernah menginfeksi. Sel-
sel memori ini akan bekerja sangat cepat jika pada waktu yang lain terdapat
patogen yang sama masuk dalam tubuh. Reaksi sel-sel memori jauh lebih
cepat dibandingkan reaksi sel-sel nave, yaitu sel-sel yang tidak pernah
terpapar antigen, jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan
waktu. Baik respon imunitas innate maupun imunitas adaptif sangat
tergantung pad aktivitas sel darah putih, leukosit. Imunitas innate dilakukan
oleh sel-sel granulosit dan makrofag, sedangkan imunitas adaptif dilakukan
oleh sel-sel limfosit. Kemampuan kerja secara bersama-sama dari kedua
sistem tersebut sangat menentukan efektivitas dalam mengeliminasi patogen
6
yang masuk. Walaupun pada dasarnya kita tidak pernah bebas dari patogen
penginfeksi di sekitar kita, namun pada kenyataannya jarang sekali kita jatuh
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa respon imunitas innate dan imunitas adaptif
kita bekerja dengan baik. Banyak patogen penginfeksi langsung dieliminasi
oleh makrofag maupun neutrofil yang berperan sebagai imunitas innate
sehingga tidak sempat menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika sel-sel yang
tergolong dalam imunitas innate ini tidak bisa menyelesaikan tugasnya maka
akan memicu respon imunitas adaptif. Suatu hal yang sangat penting dan
menarik bahwa imunitas adaptif akan menyebabkan munculnya sel-sel
memori, yaitu sel-sel yang mengingat antigen yang pernah menginfeksi. Sel-
sel memori ini akan bekerja sangat cepat jika pada waktu yang lain terdapat
patogen yang sama masuk dalam tubuh. Reaksi sel-sel memori jauh lebih
cepat dibandingkan reaksi sel-sel nave, yaitu sel-sel yang tidak pernah
terpapar antigen.
7
Respon imun spesifik untuk antigen yang berbeda. Sistem imun pada dasarnya
mengenali perbedaan targetnya melalui perbedaan struktur suatu komponen.
Komponen itu terutama terdiri dari protein dan polisakarida. Bagian yang
dikenali oleh limfositlimfosit yang berbeda itu disebut determinants atau
epitop. Limfosit yang spesifik untuk antigen itu dapat berkembang tanpa
memerlukan antigen yang kompeten itu, sehingga klon yang mempunyai
reseptor yang berbeda-beda telah terdapat pada setiap individu. Jumalah total
klon yang mempunyai spesifikasi berbeda-beda itu disebut lymphocyte
repertoire. Diperkirakan pada mamalia mempunyai klon sebanyak 10 9. Jumlah
klon yang sangat besar ini untuk memastikan bahwa apapun antigen yang
masuk akan memperoleh respon dari dalam tubuh. Paparan antigen terhadap
sel-sel limfosit menyebabkan terjadinya sel-sel memori. Sel-sel memori
mempunyai masa hidup yang panjang, sehingga dapat dipersiapkan untuk
merespon antigen yang masuk tubuh berikutnya.
8
2.2 Pengertian Sistem Imun
Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia
yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi
tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah yang disebut Imunitas. Imunitas
sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu
penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap
berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. Dalam arti
luas imunologi mengacu pada semua mekanisme pertahanan tubuh dapat
memobilisasi untuk melawan ancaman invasi asing . Kulit dan struktur yang
menyertainya yang tangguh penghalang untuk pertumbuhan dan penetrasi
oleh virus dan bakteri . Keringat dan sekresi lainnya cenderung untuk menjaga
pH rendah di permukaan epidermis , yang melarang penyebaran banyak
patogen ( organisme penyebab penyakit ) . Flora alami , terdiri dari bakteri
adat yang menjaga setiap yang lain populasi di cek , yang hadir pada
permukaan kulit dan dalam banyak celah-celah dan saluran tubuh ; bakteri ini
tidak hanya menjaga populasi masing-masing di cek , tetapi juga bertindak
sebagai hambatan untuk pertumbuhan mikroorganisme asing . Dimana bukaan
memang terjadi , struktur internal berdekatan dengan bukaan dilapisi dengan
lapisan lendir pelindung , yang tidak hanya melumasi tetapi juga dapat
menjebak penjajah , yang kemudian diekskresikan .
2.3 Fungsi Sistem Imun dan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun
Fungsi sistem imun sendiri ada 3, yaitu :
1. Untuk pertahanan yaitu melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit
dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi
asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam
tubuh.
2. Untuk peremajaan yaitu menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
untuk perbaikan jaringan.
9
3. Untuk homeostasi tubuh yaitu mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit
merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel
mast).
Respon imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan yang
pertama kalinya dengan antibodi. Antibodi yang terbentuk pada respon imun ini
kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respon
imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai
timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder.
10
Respon imun terbagi menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme pertahanan
tubuh yaitu :
1. Respon imun spesifik
11
Menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya. Dikatakan spesifik
karena terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak memberikan proteksi terhadap
mikroorganisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini melalui pejanan terhadap agen
infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk sistem imun. Pertahanan
spesifik dilakukan oleh sel darah putih yaitu limfosit yang membentuk kekebalan
tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi pembentukan antibody
dan setiap antibody spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas
yang diperantarai sel dan antibodi.
Dalam pertahanan tubuh spesifik terdapat :
a. Imunitas
Kemampuan tubuh untuk pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk
membawanya ke dalam sel dari orang atau hewan lain.
Karakteristik sistem imun :
- Spesifitas,dapat membedakan berbagai zat asing
- Memikroorganismeri dan amplifikasi, mengingat kembali kontak
sebelumnya
- Pengenalan bagian diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri
Komponen respon imun :
- Antigen, yaitu zat yang menyebabkan respon imun spesifik
- Antibodi, yaitu suatu protein yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai
respon terhadap keadaan antigen
12
imun alamiah terhadap mikroorganisme tersebut. Adapun perbedaan antara respon
imun spesifik dan nonspesifik adalah sebagai berikut :
Lizosim
Molekul yang Antibodi
Komplemen
penting Sitokin
Interferon
Respon Imun Spesifik terbagi dua sistem kerja yaitu :
Imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang merupakan turunan limfosit B
Imunitas yang diperantarai oleh sel yang merupakan limfosit T
Pada limfosit B, antibodi diproduksi dan melakukan mekanisme pertahanan tubuh
sesuai aktifitas biologisnya.
Antibodi berdasarkan aktifitas biologisnya, dibagi menjadi :
1. IgM, reseptor permukaan sel B, tempat antigen melekat
2. IgG, dihasilkan jika tubuh terpajan ulang antigen sama IgG & IgM
bakteri dan beberapa jenis virus
3. IgE, untuk respons alergi seperti asma & biduran
4. IgA, dalam seleksi sistem pencernaan, pernafasan, genitourinaria, air
susu dan air mata
5. IgD, dipermukaan sel B, fungsi belum jelas
Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan
antibodi. Terdapat dua jenis imunitas dalam pembentukan antibodi pada limfosit B,
yaitu :
13
a. Imunitas aktif : Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen
b. Imunitas pasif : Imunitas yang diperoleh setelah menerima antibodi yang
sudah dikenal
Sel B berikatan dengan antigen menyebabkan sel plasma yang menghasilkan
antibodi. Antibodi dikeluarkan ke dalam darah/limfe kemudian memperoleh akses
kedalam darah selanjutnya Globulin/Imunoglobulin.
Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas berbagai sistem
pertahanan melalui :
1. Pengaktifan sistem komplemen
2. Peningkatan fagositosis
3. Stimulasi sel pembunuh.
Pada Limfosit T, sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya apabila antigen tersebut
membawa identitas individu yang bersangkutan.
Terdapat 3 sub populasi Sel T :
1. Sel T sitotoksik mengancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing
(contoh : virus, kanker)
2. Sel T penolong menaikkan perkembangan sel B aktif menuju sel plasma
dengan cara :
a. Memperkuat sel T sitotoksik dan sel T penekan.
b. Mengaktifkan makrofag
3. Sel T penekan Menekan produksi antibody sel B dan aktifkan sel T
sitotoksik, sel T penolong
Respon Imun Non Spesifik mencakup empat sistem kerja yaitu :
1. Peradangan Cedera jaringan, yang berperan : fagositik, neutrofil dan
makrofag
2. Interferon Protein yang menjaga tubuh dari Infeksi virus
3. Sel NK Infeksi virus dan sel kanker
4. Sistem komplemen Dapat diaktifkan oleh benda asing dan antibodi
Respon Peradangan :
1. Pertahanan oleh makrofag residen
2. Vasodilatasi lokal aliran darah leukosit fagositik dan protein plasma
3. Peningkatan permeabilitas kapiler protein plasma lolos ke jaringan
14
4. Edema lokal akibat pergeseran keseimbangan cairan
5. Pembatasan daerah yang meradang : Cedera Fibrin membentuk bekuan cairan
interstisium di ruang sel. Bakteri Enzim Plasminogen Plasmin yang
melarutkan bekuan fibrin
6. Emigrasi Leukosit Melibatkan marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan
kemotaksis
7. Destruksi bakteri oleh leukosit
15
protozoa, dan cacing parasit. Apabila antigen tersebut masuk ke dalam tubuh,
secara otomatis tubuh meningkatkan sistem pertahanannya. Peningkatan
sistem pertahanan dilakukan untuk melawan serangan-serangan dari
organisme dan substansi asing tersebut. Caranya yakni dengan memproduksi
suatu zat sejenis protein atau polisakarida. Zat yang demikian dinamakan
antibodi. Pada umumnya, antibodi terletak dan melekat pada permukaan sel.
Namun, apabila tidak melekat, antibodi berada dalam darah dan dalam sekresi
jaringan eksokrin. Awalnya, antibodi ditemukan pada serum darah, yakni
cairan darah yang dipisahkan dari sel-selnya. Oleh karena itu, banyak penyakit
yang dapat didiagnosis dengan keberadaan antibodi khusus dalam serum. Ilmu
yang mempelajari cara seperti ini dinamakan serologi yang merupakan cabang
immunologi.
16
Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada pada fraksi-
fraksi globulin serum. Fraksi-fraksi globulin serum ini dinamakan
imunoglobulin atau disingkat Ig. Imunoglobulin ini bermanfaat apabila di
dalam tubuh terjadi reaksi imun. Manusia memiliki beberapa tipe
imunoglobulin dengan berbagai struktur. Adapun tipe-tipe imunoglobulin
tersebut meliputi imunoglobin M (IgM), imunoglobulin G (IgG),
imunoglobulin A (IgA), imunoglobulin D (IgD), dan imunoglobulin E (IgE).
17
Cara pelenyapan antigen berikutnya adalah aglutinasi. Aglutinasi atau
penggumpalan merupakan proses pengikatan antibodi terhadap bakteri atau
virus sehingga mudah dinetralkan dan diopsonisasi. Misalnya, IgG yang
berikatan dengan dua sel bakteri atau virus secara bersama-sama. Mekanisme
yang sama juga terjadi pada cara berikutnya yakni presipitasi. Presipitasi atau
pengendapan merupakan pengikatan silang molekul-molekul antigen yang
terlarut dalam cairan tubuh. Setelah diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan
dan dibuang melalui fagositosis. Selain berbagai cara tersebut, pembuangan
antigen dapat melalui fiksasi komplemen. Fiksasi komplemen merupakan
pengaktifan rentetan molekul protein komplemen karena adanya infeksi.
Prosesnya menyebabkan virus dan sel-sel patogen yang menginfeksi bagian
tubuh menjadi lisis
18
Langkah pertama dalam memusnahkan patogen atau sel asing adalah
mengenal antigen sebagai bahan asing. Baik sel T maupun sel B mampu
melakukan hal ini, namun mekanisme immunya diaktivasi dengan sangat baik,
bila pengenalan ini dilakukan oleh makrofag dan kelompok khusus limfosit T
yang disebut sel T helper. Antigen asing difagosit oleh suatu makrofag, dan
bagian-bagian dipresentasi pada membran sel makrofag. Pada membran
makrofag juga terdapat antigen self yang merupakan representasi semua
antigen yang terdapat di semua sel individu. Oleh karena itu, sel T helper yang
bertemu makrofag ini tersaji tidak hanya bersama antigen self sebagai
pembandingnya. Sel T helper sekarang menjadi tersensitisasi dan spesifik bagi
antigen asing. Satu hal yang tidak dimiliki tubuh. Pengenalan antigen sebagai
benda asing mengawali satu atau kedua mekanisme imunitas. Mekanisme
19
tersebut adalah imunitas selular, yang dalamnya sel T dan makrofag
berpartisipasi dan imunitas humoral (dengan perantara antibodi) yang melibatkan
dalam sel T, sel B dan makrofag.
1. Imunitas Selular
2. Imunitas Humoral
20
sel B memori, yang akan mengingat antigen spesifik. Sel-sel B lain menjadi
sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi spesifik bagi antigen asing yang
satu ini. Antibodi kemudian berikatan dengan antigen, membentuk kompleks
antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang berarti
bahwa antigen sekarang dilabel untuk di fagosit oleh makrofag atau
neutrofil. Kompleks antigen antibodi juga menstimulasi proses fiksasi
komplemen.
Apabila antigen asing bukan sel, misalnya virus, maka akan berlangsung
fiksasi, komplemen parsial, yakni beberpa protein komplemen berikatan
dengan kompleks antigen-antibodi. Hal ini merupakan faktor kemotaktik.
Kemotaksit berarti Pergerakan kimiawi dan sebenarnya merupakan
penanda yang menarik makrofag untuk memangsa dan merusak antigen asing.
Bila antigen asing telah dirusak, sel T supresor tersensitisasi untuk
menghentikan respon imun. Hal ini penting dalam membatasi produksi
antibodi sampai jumlah yang diperlukan untuk mengeliminasi patogen tanpa
memicu respons tanpa memicu respons autoimun.
21
Ditinjau dari cara memperolehnya imunitas dibagi menjadi 2, yaitu imunitas
aktif dan imunitas pasif.
1. Imunitas aktif
Imunitas aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu panyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi
dapat bertahan lama. Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus
sistem imunitas yang menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler dan
bertahan lebih lama dibanding imunitas pasif.
2. Imunitas pasif
Imunitas pasif, yaitu bila imunitas itu berasal dari luar yang kemudian
masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh. Imunisasi pasif merupakan
pemberian suntikan atau antibody/immunoglobulin kepada resipien,
22
dimaksudkan untuk pengobatan atau pencegahan terhadap infeksi. Transfer
imunitas memberikan proteksi segera terhadap pathogen, akan tetapi bersifat
sementara selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien. Pada bayi baru
lahir imunitas didapat dari transfer transplasental immunoglobulin B dari ibu.
Kadar tergantung umur kehamilan dan spesifik terhadap infeksi lokal.
a) Imunitas pasif yang diturunkan (Congenital immunity)
Seperti kekebalan pada bayi , karena mendapatkan zat anti yang
diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada di dalam kandungan.
Antibodi dari darah ibu, melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu.
Macam dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam
dan jumlah zat anti yang dimiliki ibunya. Macam kekebalan yang
diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri, pertussis, typhus.
Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat
anti ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak
membuatnya.
b) Imunitas pasif yang disengaja (Artificially induced passive immunity)
Seperti kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat
anti dari luar. Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika)
maupun sebagai usaha pencegahan (propilactic).
Misalnya: seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia takut
menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha
pencegahan.
23
substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun
internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel
limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Sebelum pertemuan
pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul
immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai
100.000 per sel dan semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah
antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya
molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk
antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk
antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama
memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer
antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat
molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut
antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun
disebut imunogenitas.
Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Landsteiner. Ia menggabungkan
radikal-radikal organik kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi menunjukkan antibodi
dapat membedakan antara kelompok berbeda pada protein ataupun kumpulan
kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. Ikatan yang terjadi terdiri dari
ikatan non kovalen (seperti ikatan hidrogen, van der Waals, elektrostatik,
hidrofobik), sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible).
Kekuatan ikatan ini bergantung kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian
tertentu pada epitop.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut
antara lain:
1 Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen
dengan antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
24
2 Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di
antaranya:
a Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan
mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi
dengan sel yang rentan.
b Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi
darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran
terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di
larutan dan akhirnya mengendap.
d Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga
memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan
sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan
natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran
dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis
membran plasmanya.
3 Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari
interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi
penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri,
lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh
merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
25
2.10 Mekanisme Peradangan
Ketika satu bagian dari tubuh terluka seperti, telapak kaki, maka kuman akan
masuk ke dalam telapak kaki yang terluka. Kuman penyakit akan mengeluarkan
kinin, histamin, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak
menyebabkan pembuluh darah bereduksi masuk ke dalam jari kaki yang terluka.
Luka tersebut akan merah, panas, sakit bengkak, dan fungsi kaki terganggu pembuluh
darah membawa lebih banyak nutrisi serta oksigen ke daerah yang luka,karena
metabolisme bertambah, suhu menjadi panas pada sel. Jika proses ini berjalan dengan
baik maka luka akan cepat sembuh.
Masuknya kinin, histamin, dan zat lain melalui pembuluh kapiler bocor
menyebabkan terjadinyaedema dan protein menggumpal di daerah luka. Hal ini
menimbulkan nyeri serta bengkak sementara dan keterbatasan bergerak. Saat protein
menggumpal di daerah luka akan terbentuk fibrin sehingga luka akan sembuh.
Dengan masuknya kini, histamin, dan zat lain, neutrofil dan monosit menangkap dan
memfagosit serta menimbulkan kerusakan dan kematian bakteri. Jika ini berjalan
dengan baik maka luka akan sembuh.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau
jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.
26
Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa
membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka
adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum
tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit
termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik.
Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
Basofil.
Eosinofil.
Neutrofil.
Halo .
Limfosit.
Monosit.
27
% dalam
Tipe Gambar Diagram tubuh Keterangan
manusia
28
yang dapat mengikat patogen,
tapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan
mempertahankan
kemampuannya dalam
menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem memori.)
29
potongan patogen kepada sel T
sehingga patogen tersebut dapat
dihafal dan dibunuh, atau dapat
membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.
Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan
menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-
serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,
menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka
dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk
nanah. Nanah beisi jenazah dari kawan dan lawan fagosit yang terbunuh dalam
30
kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam
nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan
sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai
fagosit.
Histiosit, ada dalam sistem limfa bersama jarigan lainnya, tetapi tidak umum
di dalam darah:
o Makrofaga
o Sel dendritik
Mastosit
Merupakan
1 Eosinofil
31
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah
putih dengan ukuran sekitar 12 17 mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks
otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan
lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya,
pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda
adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12
jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak
terdapat stimulasi
2 Neutrofil
32
neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai
macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum
tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
3 Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01
0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik
dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju
jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara
lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan
beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti
asma).
Fagosit berasal dari bahasa Yunani, dari kata fago atau fagus yang
berarti memakan dan sit, akhiran dalam biologi yang bermakna sel. Fagosit
merupakan sel darah putih yang melindungi tubuh dari antigen dengan menelan
partikel asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati atau sekarat. Proses memakan
partikel ini disebut fagositosis.
33
Mikroba atau mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran
sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) seperti bakteri, virus, parasite. Ilmu
yang mempelajari tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil disebut
mikrobiologi.
34
2.13 Kelainan Sistem Imunitas
35
merangsang sel-sel B plasma untuk menyekresikan antibodi lgE. Alergan yang
masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi. Namun lgE yang
terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya ketika alergan masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergan akan terikat pada lgE yang telah
berikatan dengan mastosit. Keadaan ini menyebabkan sel-sel mastosit
melepaskan histamine yang berperan dalam proses pembesaran dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah , respon ini mengakibatkan timbulnya gejala
alergi misalnya bersin gatal, dan lain sebagainya. Alergi dapat terjadi secara tiba-
tiba dan bersifat fatal terhadap penderita. Seseorang yang alergi akan mengalami
gangguan emosi, konsentrasi, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
36
bagi tubuh manusia. Fungsi sistem imun sendiri ada 3, yaitu pertahanan,
homeostasi tubuh, peremajaan. Respon imun merupakan respon yang
ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul yang menyusun sistem imunitas setelah
berhadapan dengan substansi asing (antigen). Respon imun dibedakan
menjadi respon imun primer dan respon imun sekunder. Fagosit merupakan
sel darah putih yang melindungi tubuh dari antigen dengan menelan partikel
asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati atau sekarat. Proses memakan
partikel ini disebut fagositosis. Contoh kelainan sistem imunitas adalah
imunodefisiensi, hipersensitivitas (alergi), dan autoimunitas.
3.2 Saran
37