Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem pertahanan manusia


sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan
organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga
berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang
terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.

Sistem imun dalam tubuh kita berperan penting dalam memberikan


perlindungan terhadap masuknya mikroorganisme dan bahan eksogen (bahan asing)
ke dalam tubuh kita. Sistem imun sendiri ikut berperan dalam menangani sel-sel
dalam tubuh kita misalnya sel tumor. Akan tetapi kadang-kadang sistem imun sendiri
dapat merusak jaringan normal dan bereaksi terhadap antigen homolog dan kadang-
kadang antigen endogen sebagai dasar kelainan autoimun (Parker,2006).

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang


mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat
poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap
berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologi spesifik
mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu
juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri
intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula. Sistem imun sangat penting untuk
dipelajari guna untuk mengetahui lebih jauh mengenai kekebalan tubuh yang terdapat
didalam tubuh manusia maupun diluar tubuh manusia. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai sistem imun lebih lanjut.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana sejarah imunologi ?

1.2.2 Apa pengertian sistem imun ?

1.2.3 Apa fungsi sistem imun ?

1.2.4 Bagaimana respon sistem imun ?

1.2.5 Bagaimana pembagian pertahanan tubuh ?

1.2.6 Bagaimana mekanisme imunitas ?

1.2.7 Bagaimana hubungan sistem imun dengan imunisasi ?

1.2.8 Bagaimana interaksi antibodi dengan antigen ?

1.2.9 Bagaimana respon peradangan?

1.3.0 Apa yang dimaksud dengan sel polimorfonuklear ?

1.3.1 Bagaimana interaksi mikroba dan fagositosit ?

1.3.2 Apa saja jenis-jenis kelainan sistem imun ?

1.3 TUJUAN

Mahasiswa mampu memahami mengenasi sistem imun dalam tubuh manusia.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Mampu menjelaskan sejarah imunologi

1.4.2 Mampu menjelaskan pengertian sistem imun

1.4.3 Mampu memahami fungsi sistem imun

1.4.4 Mampu memahami respon sistem imun

1.4.5 Mampu menjelaskan pembagian pertahanan tubuh

1.4.6 Mampu menjelaskan mekanisme imunitas

2
1.4.7 Mampu menjelaskan hubungan sistem imun dengan imunisasi

1.4.8 Mampu memahami interaksi antibodi dengan antigen

1.4.9 Mampu memahami respon peradangan

1.5.0 Mampu menjelaskan sel polimorfonuklear

1.5.1 Mampu memahami interaksi mikroba dan fagositosit

1.5.2 Mampu menjelaskan jenis-jenis kelainan sistem imun

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Imunologi dan Konsep Umum Imun


Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem
pertahanan tubuh. Terminologi kata imunologi berasal dari kata immunitas
dari bahasa latin yang berarti pengecualian atau pembebasan. Istilah itu
awalnya dipakai oleh senator Roma yang mempunyai hak-hak istimewa untuk
bebas dari tuntutan hukum pada masa jabatannya. Immunitas (imunitas)
selanjutnya dipakai untuk suatu pengertian yang mengarah pada perlindungan
dan kekebalan terhadap suatu penyakit, dan lebih spesifik penyakit infeksi.
Konsep imunitas yang berarti perlindungan dan kekebalan sesungguhnya telah
dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu. Pada saat ilmu imunologi belum
berkembang, nenek moyang bangsa Cina membuat puder dari serpihan kulit
penderita cacar untuk melindungi anak-anak mereka dari penyakit tersebut.
Puder tersebut selanjutnya dipaparkan pada anak-anak dengan cara dihirup.
Cara yang mereka lakukan berhasil mencegah penularan infeksi cacar dan
mereka kebal walaupun hidup pada lingkungan yang menjadi wabah. Saat itu
belum ada ilmuwan yang dapat memberikan penjelasan, mengapa anak-anak
yang menghirup puder dari serpihan kulit penderita cacar menjadi imun
(kebal) terhadap penyakit itu. Imunologi tergolong ilmu yang baru
berkembang. Ilmu ini sebenarnya berawal dari penemuan vaksin oleh Edward
Jenner pada tahun 1796. Edward Jenner dengan ketekunannya telah
menemukan vaksin penyakit cacar menular, smallpox. Pemberian vaksin
terhadap individu sehat selanjutnya dikenal dengan istilah vaksinasi. Vaksin
ini berupa strain yang telah dilemahkan dan tidak punya potensi menimbulkan
penyakit bagi individu yang sehat. Walaupun penemuan Jenner ini tergolong
penemuan yang besar dan sangat sukses, namun memerlukan waktu sekitar
dua abat untuk memusnahkan penyakit cacar di seluruh dunia setelah

4
penemuan besar itu. World Health Organization (WHO) menyatakan smallpox
musnah pada tahun 1979. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Jenner
belum bisa menjelaskan perihal smallpox dengan baik. Ketika Jenner
menemukan vaksin untuk smallpox, Jenner sendiri tidak tahu apa penyebab
penyakit yang mematikan itu. Baru abat 19 Robert Koch bisa menjelaskan
adanya beberapa agen penginfeksi berupa mikroorganisme yang menimbulkan
penyakit. Mikroorganisme tersebut meliputi, virus, bakteri, fungi, dan
beberapa eukaryotik yang selanjutnya disebut parasit. Organisme parasit
sampai saat ini masih menjadi pekerjaan yang sulit bagi para ilmuan. Penyakit
malaria yang ditimbulkan oleh plasmodium, kaki gajah oleh Wuchereria
bancrofti, masih merambah di belahan bumi ini terutama di daerah tropis.
Penemuan oleh Robert Koch dan penemuan besar lain pada abat 19 telah
mengilhami penemuan-penemuan vaksin beberapa penyakit. Pada tahun 1880,
Lois Pasteur menemukan vaksin kolera yang biasa menyerang ayam. Pada
perkembangannya Lois Pasteur berhasil menemukan vaksin rabies.
Penemuan-penemuan tersebut di atas mendasari perkembangan ilmu
Imunologi yang mendasarkan kekebalan sebagai alat untuk menghindari
serangan penyakit. Pada tahun 1890, Emil von Behring dan Shibasaburo
Kitasato menemukan bahwa individu yang telah diberi vaksin akan
menghasilkan antibodi yang bisa diamati pada serum. Antibodi ini selanjutnya
diketahui bersifat sangat spesifik terhadap antigen. Respon tubuh yang
diperantarai oleh antibodi dikenal dengan istilah respon imunitas adaptif,
sebab produksi antibodi tersebut melalui suatu proses adaptasi terhadap
patogen yang menginfeksi. Respon imunitas adaptif ini memiliki peranan
sangat penting bagi pertahanan selanjutnya untuk patogen yang sama.
Mekanisme kerja respon imunitas adaptif sangat berbeda dengan yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit. Sel fagosit seperti makrofag, neutrofil, dan sel
dendritik dapat merespon patogen yang masuk secara langsung tanpa
menunggu waktu adaptasi. Di samping tanpa menunggu waktu, sel fagosit
melakukan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen. Sifat-sifat

5
imunitas yang bekerja tanpa memerlukan waktu untuk menjadi sel efektor dan
tanpa spesifikasi dalam mengenali antigen isebut imunitas innate. Makrofag
bisa dikatakan kunci terpenting pada imunitas innate, yaitu pertahanan
bawaan yang responnya secara langsung tanpa menunggu waktu. Hal ini sama
sekali berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh antibodi. Antibodi
hanya tersintesis jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan
waktu. Baik respon imunitas innate maupun imunitas adaptif sangat
tergantung pad aktivitas sel darah putih, leukosit. Imunitas innate dilakukan
oleh sel-sel granulosit dan makrofag, sedangkan imunitas adaptif dilakukan
oleh sel-sel limfosit. Kemampuan kerja secara bersama-sama dari kedua
sistem tersebut sangat menentukan efektivitas dalam mengeliminasi patogen
yang masuk. Walaupun pada dasarnya kita tidak pernah bebas dari patogen
penginfeksi di sekitar kita, namun pada kenyataannya jarang sekali kita jatuh
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa respon imunitas innate dan imunitas adaptif
kita bekerja dengan baik. Banyak patogen penginfeksi langsung dieliminasi
oleh makrofag maupun neutrofil yang berperan sebagai imunitas innate
sehingga tidak sempat menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika sel-sel yang
tergolong dalam imunitas innate ini tidak bisa menyelesaikan tugasnya maka
akan memicu respon imunitas adaptif. Suatu hal yang sangat penting dan
menarik bahwa imunitas adaptif akan menyebabkan munculnya sel-sel
memori, yaitu sel-sel yang mengingat antigen yang pernah menginfeksi. Sel-
sel memori ini akan bekerja sangat cepat jika pada waktu yang lain terdapat
patogen yang sama masuk dalam tubuh. Reaksi sel-sel memori jauh lebih
cepat dibandingkan reaksi sel-sel nave, yaitu sel-sel yang tidak pernah
terpapar antigen, jika ada antigen yang sesuai, dan produksinya memerlukan
waktu. Baik respon imunitas innate maupun imunitas adaptif sangat
tergantung pad aktivitas sel darah putih, leukosit. Imunitas innate dilakukan
oleh sel-sel granulosit dan makrofag, sedangkan imunitas adaptif dilakukan
oleh sel-sel limfosit. Kemampuan kerja secara bersama-sama dari kedua
sistem tersebut sangat menentukan efektivitas dalam mengeliminasi patogen

6
yang masuk. Walaupun pada dasarnya kita tidak pernah bebas dari patogen
penginfeksi di sekitar kita, namun pada kenyataannya jarang sekali kita jatuh
sakit. Hal ini menunjukkan bahwa respon imunitas innate dan imunitas adaptif
kita bekerja dengan baik. Banyak patogen penginfeksi langsung dieliminasi
oleh makrofag maupun neutrofil yang berperan sebagai imunitas innate
sehingga tidak sempat menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika sel-sel yang
tergolong dalam imunitas innate ini tidak bisa menyelesaikan tugasnya maka
akan memicu respon imunitas adaptif. Suatu hal yang sangat penting dan
menarik bahwa imunitas adaptif akan menyebabkan munculnya sel-sel
memori, yaitu sel-sel yang mengingat antigen yang pernah menginfeksi. Sel-
sel memori ini akan bekerja sangat cepat jika pada waktu yang lain terdapat
patogen yang sama masuk dalam tubuh. Reaksi sel-sel memori jauh lebih
cepat dibandingkan reaksi sel-sel nave, yaitu sel-sel yang tidak pernah
terpapar antigen.

7
Respon imun spesifik untuk antigen yang berbeda. Sistem imun pada dasarnya
mengenali perbedaan targetnya melalui perbedaan struktur suatu komponen.
Komponen itu terutama terdiri dari protein dan polisakarida. Bagian yang
dikenali oleh limfositlimfosit yang berbeda itu disebut determinants atau
epitop. Limfosit yang spesifik untuk antigen itu dapat berkembang tanpa
memerlukan antigen yang kompeten itu, sehingga klon yang mempunyai
reseptor yang berbeda-beda telah terdapat pada setiap individu. Jumalah total
klon yang mempunyai spesifikasi berbeda-beda itu disebut lymphocyte
repertoire. Diperkirakan pada mamalia mempunyai klon sebanyak 10 9. Jumlah
klon yang sangat besar ini untuk memastikan bahwa apapun antigen yang
masuk akan memperoleh respon dari dalam tubuh. Paparan antigen terhadap
sel-sel limfosit menyebabkan terjadinya sel-sel memori. Sel-sel memori
mempunyai masa hidup yang panjang, sehingga dapat dipersiapkan untuk
merespon antigen yang masuk tubuh berikutnya.

8
2.2 Pengertian Sistem Imun
Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia
yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi
tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah yang disebut Imunitas. Imunitas
sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu
penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap
berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. Dalam arti
luas imunologi mengacu pada semua mekanisme pertahanan tubuh dapat
memobilisasi untuk melawan ancaman invasi asing . Kulit dan struktur yang
menyertainya yang tangguh penghalang untuk pertumbuhan dan penetrasi
oleh virus dan bakteri . Keringat dan sekresi lainnya cenderung untuk menjaga
pH rendah di permukaan epidermis , yang melarang penyebaran banyak
patogen ( organisme penyebab penyakit ) . Flora alami , terdiri dari bakteri
adat yang menjaga setiap yang lain populasi di cek , yang hadir pada
permukaan kulit dan dalam banyak celah-celah dan saluran tubuh ; bakteri ini
tidak hanya menjaga populasi masing-masing di cek , tetapi juga bertindak
sebagai hambatan untuk pertumbuhan mikroorganisme asing . Dimana bukaan
memang terjadi , struktur internal berdekatan dengan bukaan dilapisi dengan
lapisan lendir pelindung , yang tidak hanya melumasi tetapi juga dapat
menjebak penjajah , yang kemudian diekskresikan .
2.3 Fungsi Sistem Imun dan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun
Fungsi sistem imun sendiri ada 3, yaitu :
1. Untuk pertahanan yaitu melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit
dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi
asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam
tubuh.

2. Untuk peremajaan yaitu menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
untuk perbaikan jaringan.

9
3. Untuk homeostasi tubuh yaitu mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit
merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel
mast).

2.5 Respon imun


Respon imun merupakan respon yang ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul
yang menyusun sistem imunitas setelah berhadapan dengan substansi asing (antigen).
Respon imun didefinisikan sebagai respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang
kompleks terhadap antigen. Respons ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan
protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling
berinteraksi secara kompleks. Respon imun bertanggung jawab mempertahankan
kesehatan tubuh, yaitu mempertahankan tubuh terhadap serangan sel patogen maupun
sel kanker.
Respon imun terbagi atas respon imun primer dan respon imun sekunder yaitu :

1. Respon imun primer

Respon imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan yang
pertama kalinya dengan antibodi. Antibodi yang terbentuk pada respon imun ini
kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respon
imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai
timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder.

2. Respons imun sekunder


Pada respons imun ini, antibodi yang dibentuk terutama adalah IgG, dengan
titer dan afinitas lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respon imun
primer. Hal ini disebabkan karena sel memori yang terbentuk pada respon imun
primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi
menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Imunitas seluler, sel limfosit T akan
lebih cepat mengalami transformasi blast dan berdeferensiasi menjadi sel T aktif
sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori (Ranuh, 2001).

10
Respon imun terbagi menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme pertahanan
tubuh yaitu :
1. Respon imun spesifik

11
Menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya. Dikatakan spesifik
karena terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak memberikan proteksi terhadap
mikroorganisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini melalui pejanan terhadap agen
infeksius spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk sistem imun. Pertahanan
spesifik dilakukan oleh sel darah putih yaitu limfosit yang membentuk kekebalan
tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi pembentukan antibody
dan setiap antibody spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas
yang diperantarai sel dan antibodi.
Dalam pertahanan tubuh spesifik terdapat :
a. Imunitas
Kemampuan tubuh untuk pertahanan diri melawan infeksi dan berupaya untuk
membawanya ke dalam sel dari orang atau hewan lain.
Karakteristik sistem imun :
- Spesifitas,dapat membedakan berbagai zat asing
- Memikroorganismeri dan amplifikasi, mengingat kembali kontak
sebelumnya
- Pengenalan bagian diri, membedakan agen asing dan sel tubuh sendiri
Komponen respon imun :
- Antigen, yaitu zat yang menyebabkan respon imun spesifik
- Antibodi, yaitu suatu protein yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai
respon terhadap keadaan antigen

2. Respon imun nonspesifik


Terhadap sel atipikal (sel asing, mutan yang cedera) mencakup peradangan,
interferon, sel NK dan sistem komplemen. Respon sistem imun tubuh pasca
rangsangan substansi asing (antigen) adalah munculnya sel fungsional yang akan
menyajikan antigen tersebut kepada limfosit untuk dieliminasi. Respon imun seluler
bertujuan mengeliminasi mikroorganisme intrasel dan terutama dilakukan oleh
limfosit T yang teraktifasi. Aktifasi limfosit membutuhkan paparan antigen dan
stimulus dari sinyal-sinyal yang berasal dari mikroorganisme atau berasal dari respon

12
imun alamiah terhadap mikroorganisme tersebut. Adapun perbedaan antara respon
imun spesifik dan nonspesifik adalah sebagai berikut :

Non Spesifik Spesifik Spesifik


Tidak Berubah oleh Membaik oleh infeksi
Resistensi
infeksi berulang
Umumnya efektif Spesifik untuk
Spesifitas terhadap semua mikroorganisme yang sudah
mikroorganisme mensensitisasi sebelumnya
Fagosit
Sel NK
Sel yang penting Limfosit
Sel K

Lizosim
Molekul yang Antibodi
Komplemen
penting Sitokin
Interferon
Respon Imun Spesifik terbagi dua sistem kerja yaitu :
Imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang merupakan turunan limfosit B
Imunitas yang diperantarai oleh sel yang merupakan limfosit T
Pada limfosit B, antibodi diproduksi dan melakukan mekanisme pertahanan tubuh
sesuai aktifitas biologisnya.
Antibodi berdasarkan aktifitas biologisnya, dibagi menjadi :
1. IgM, reseptor permukaan sel B, tempat antigen melekat
2. IgG, dihasilkan jika tubuh terpajan ulang antigen sama IgG & IgM
bakteri dan beberapa jenis virus
3. IgE, untuk respons alergi seperti asma & biduran
4. IgA, dalam seleksi sistem pencernaan, pernafasan, genitourinaria, air
susu dan air mata
5. IgD, dipermukaan sel B, fungsi belum jelas
Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan
antibodi. Terdapat dua jenis imunitas dalam pembentukan antibodi pada limfosit B,
yaitu :

13
a. Imunitas aktif : Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen
b. Imunitas pasif : Imunitas yang diperoleh setelah menerima antibodi yang
sudah dikenal
Sel B berikatan dengan antigen menyebabkan sel plasma yang menghasilkan
antibodi. Antibodi dikeluarkan ke dalam darah/limfe kemudian memperoleh akses
kedalam darah selanjutnya Globulin/Imunoglobulin.
Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas berbagai sistem
pertahanan melalui :
1. Pengaktifan sistem komplemen
2. Peningkatan fagositosis
3. Stimulasi sel pembunuh.
Pada Limfosit T, sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya apabila antigen tersebut
membawa identitas individu yang bersangkutan.
Terdapat 3 sub populasi Sel T :
1. Sel T sitotoksik mengancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing
(contoh : virus, kanker)
2. Sel T penolong menaikkan perkembangan sel B aktif menuju sel plasma
dengan cara :
a. Memperkuat sel T sitotoksik dan sel T penekan.
b. Mengaktifkan makrofag
3. Sel T penekan Menekan produksi antibody sel B dan aktifkan sel T
sitotoksik, sel T penolong
Respon Imun Non Spesifik mencakup empat sistem kerja yaitu :
1. Peradangan Cedera jaringan, yang berperan : fagositik, neutrofil dan
makrofag
2. Interferon Protein yang menjaga tubuh dari Infeksi virus
3. Sel NK Infeksi virus dan sel kanker
4. Sistem komplemen Dapat diaktifkan oleh benda asing dan antibodi
Respon Peradangan :
1. Pertahanan oleh makrofag residen
2. Vasodilatasi lokal aliran darah leukosit fagositik dan protein plasma
3. Peningkatan permeabilitas kapiler protein plasma lolos ke jaringan

14
4. Edema lokal akibat pergeseran keseimbangan cairan
5. Pembatasan daerah yang meradang : Cedera Fibrin membentuk bekuan cairan
interstisium di ruang sel. Bakteri Enzim Plasminogen Plasmin yang
melarutkan bekuan fibrin
6. Emigrasi Leukosit Melibatkan marginasi, diapedesis, gerakan amuboid dan
kemotaksis
7. Destruksi bakteri oleh leukosit

2.6 Pertahanan Tubuh

A. Antigen dan Antibodi

Suatu sistem dalam tubuh yang memiliki peran utama dalam


pertahanan diri ini disebut sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Sistem
ini terdiri atas struktur dan sel yang didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Fungsi utamanya adalah sebagai pelindung dari serangan benda-benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Sementara ilmu yang mempelajari sistem imun
atau kekebalan tubuh disebut immunologi. Apabila sistem imun di dalam
tubuh kita baik, tentu serangan penyakit dapat ditangkal sedini mungkin.
Sebaliknya, bila sistem imun tubuh kita lemah, kemungkinan terserang
penyakit pun menjadi besar. Di dalam tubuh, sistem imun melawan berbagai
penyerang asing atau antigen dengan garis pertahanan yang bertahap.
Tahapannya dimulai dari garis pertahanan pertama seperti kulit, membrane
mukosa, sekresi dari kulit dan mukosa. Garis pertahanan kedua dengan
fagositosis oleh sel darah putih, protein antimikroba, dan respon peradangan.
Sementara garis pertahanan ketiga melalui limfosit yang menghasilkan
antibodi.

1. Pengertian Antigen dan Antibodi

Berbagai organisme dan substansi asing yang masuk ke dalam tubuh


disebut antigen. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, fungi,

15
protozoa, dan cacing parasit. Apabila antigen tersebut masuk ke dalam tubuh,
secara otomatis tubuh meningkatkan sistem pertahanannya. Peningkatan
sistem pertahanan dilakukan untuk melawan serangan-serangan dari
organisme dan substansi asing tersebut. Caranya yakni dengan memproduksi
suatu zat sejenis protein atau polisakarida. Zat yang demikian dinamakan
antibodi. Pada umumnya, antibodi terletak dan melekat pada permukaan sel.
Namun, apabila tidak melekat, antibodi berada dalam darah dan dalam sekresi
jaringan eksokrin. Awalnya, antibodi ditemukan pada serum darah, yakni
cairan darah yang dipisahkan dari sel-selnya. Oleh karena itu, banyak penyakit
yang dapat didiagnosis dengan keberadaan antibodi khusus dalam serum. Ilmu
yang mempelajari cara seperti ini dinamakan serologi yang merupakan cabang
immunologi.

2. Struktur dan Fungsi Antibodi

Antigen merupakan protein dan permukaan polisakarida berbagai


mikroba, jaringan cangkokan yang tidak cocok, ataupun sel-sel darah yang
ditransfusikan. Selain itu, antigen dapat pula berwujud protein asing seperti
racun lebah atau serbuk sari yang dapat menyebabkan alergi atau
hipersensitivitas. Sebuah antigen mempunyai bagian pada permukaan suatu
organisme atau substansi tertentu yang dapat berikatan dengan antibodi.
Bagian tersebut dinamakan epitopatau determinan antigenik. Semua epitop
tentu akan berikatan dengan antibodi yang sesuai. Sehingga permukaan
bakteri, misalnya yang berperan sebagai antigen seluruhnya dapat ditutupi
oleh banyak jenis antibodi. Antibodi merupakan protein terdiri atas satu atau
lebih molekul yang berbentuk huruf Y. Empat rantai proteinnya disusun oleh
ikatan sulfida. Dua rantai berat yang identik merupakan batang dan sebagian
lengan Y. Sedangkan dua rantai ringan yang identik berada pada bagian
lainnya. Pada kedua molekul berbentuk Y terdapat daerah variable (V) rantai
berat dan rantai ringan. Dinamakan seperti itu karena pada bagian V memiliki
urutan asam amino yang bervariasi dari satu antibodi ke antibodi lainnya.

16
Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada pada fraksi-
fraksi globulin serum. Fraksi-fraksi globulin serum ini dinamakan
imunoglobulin atau disingkat Ig. Imunoglobulin ini bermanfaat apabila di
dalam tubuh terjadi reaksi imun. Manusia memiliki beberapa tipe
imunoglobulin dengan berbagai struktur. Adapun tipe-tipe imunoglobulin
tersebut meliputi imunoglobin M (IgM), imunoglobulin G (IgG),
imunoglobulin A (IgA), imunoglobulin D (IgD), dan imunoglobulin E (IgE).

3. Pembentukan Antigen dan Antibodi

Di dalam tubuh manusia, antibodi dihasilkan oleh organ limfoid


sentral yang terdiri atas sumsum tulang dan kelenjar timus, terutama oleh sel-
sel limfosit. Ada dua macam sel limfosit, yaitu sel limfosit B dan sel limfosit
T. Kedua sel ini bekerja sama untuk menghasilkan antibodi dalam tubuh. Baik
antibodi maupun antigen keduanya mempunyai hubungan spesifik yang
sangat khas. Keadaan ini terlihat sewaktu antigen masuk ke dalam tubuh. Saat
itu, dengan seketika sel limfosit T mendeteksi karakteristik dan jenis antigen.
Kemudian sel limfosit T bereaksi cepat dengan cara mengikat antigen tersebut
melalui permukaan reseptornya. Setelah itu, sel limfosit T membelah dan
membentuk klon. Sementara pada permukaan membrannya menghasilkan
immunoglobulin monomerik. Berikutnya, molekul antigen dan molekul
antibodi saling berikatan dan ikatan kedua molekul ini ditempatkan pada
makrofaga. Secara berurutan, makrofaga menghadirkan antigen pada sel
limfosit B. Sel limfosit B berpoliferasi dan menjadi dewasa. Sementara itu,
pembuangan antigen setelah diikat antibodi dapat menggunakan berbagai
cara, yakni netralisasi, aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi komplemen.
Netralisasi merupakan cara yang digunakan antibodi untuk berikatan dengan
antigen supaya aktivitasnya terhambat. Sebagai contoh, antibodi melekat pada
molekul yang akan digunakan virus untuk menginfeksi inangnya. Pada proses
ini, antibodi dan antigen dapat mengalami proses opsonisasi, yakni proses
pelenyapan bakteri yang diikat antibodi oleh makrofaga melalui fagositosis.

17
Cara pelenyapan antigen berikutnya adalah aglutinasi. Aglutinasi atau
penggumpalan merupakan proses pengikatan antibodi terhadap bakteri atau
virus sehingga mudah dinetralkan dan diopsonisasi. Misalnya, IgG yang
berikatan dengan dua sel bakteri atau virus secara bersama-sama. Mekanisme
yang sama juga terjadi pada cara berikutnya yakni presipitasi. Presipitasi atau
pengendapan merupakan pengikatan silang molekul-molekul antigen yang
terlarut dalam cairan tubuh. Setelah diendapkan, antigen tersebut dikeluarkan
dan dibuang melalui fagositosis. Selain berbagai cara tersebut, pembuangan
antigen dapat melalui fiksasi komplemen. Fiksasi komplemen merupakan
pengaktifan rentetan molekul protein komplemen karena adanya infeksi.
Prosesnya menyebabkan virus dan sel-sel patogen yang menginfeksi bagian
tubuh menjadi lisis

2.7 Mekanisme Imunitas

18
Langkah pertama dalam memusnahkan patogen atau sel asing adalah
mengenal antigen sebagai bahan asing. Baik sel T maupun sel B mampu
melakukan hal ini, namun mekanisme immunya diaktivasi dengan sangat baik,
bila pengenalan ini dilakukan oleh makrofag dan kelompok khusus limfosit T
yang disebut sel T helper. Antigen asing difagosit oleh suatu makrofag, dan
bagian-bagian dipresentasi pada membran sel makrofag. Pada membran
makrofag juga terdapat antigen self yang merupakan representasi semua
antigen yang terdapat di semua sel individu. Oleh karena itu, sel T helper yang
bertemu makrofag ini tersaji tidak hanya bersama antigen self sebagai
pembandingnya. Sel T helper sekarang menjadi tersensitisasi dan spesifik bagi
antigen asing. Satu hal yang tidak dimiliki tubuh. Pengenalan antigen sebagai
benda asing mengawali satu atau kedua mekanisme imunitas. Mekanisme

19
tersebut adalah imunitas selular, yang dalamnya sel T dan makrofag
berpartisipasi dan imunitas humoral (dengan perantara antibodi) yang melibatkan
dalam sel T, sel B dan makrofag.

1. Imunitas Selular

Mekanisme imunitas ini tidak menghasilkan antibodi, tetapi tetap efektif


melawan patogen intrasel (misalnya virus), fungi , sel-sel ganas, dan tandur
jaringan asing. Setelah pengenalan antigen asing oleh makrofag dan sel T
helper yang menjadi teraktivasi dan spesifik kemudian membelah berkali-kali
membentuk sel T memori dan sel T sitotoksik (killer). Sel T memori akan
mengingat antigen asing yang spesifik dan menjadi aktif bila antigen tersebut
masuk lagi ke dalam tubuh. Sel T sitotoksik secar kimiawi mampu merusak
antigen asing dengan mengoyak membran sel. Dengan cara ini, sel T sitotoksik
merusak sel-sel yang terinfeksi oleh virus, dan mencegah virus berepsroduksi.
Sel T ini juga memproduksi sitokinin, yang secara kimiawi menarik makrofag
menuju area tersebut dan mengaktifkan makrofag untuk memfagosit antigen
asing. Sel T teraktivitasi lainnya menjadi sel T supresor, yang akan
menghentikan respons imun ketika antigen asing telah dirusak. Namun, sel T
memori secara cepat akan melakukan respons imun selular begitu terjadi
pajanan selanjutnya terhadap antigen.

2. Imunitas Humoral

Mekanisme imunitas ini tidak melibatkan produksi antibodi. Tahap


pertama yaitu pengenalan antigen asing, yang kali ini dilakukan oleh sel B
serta makrofag dan sel T helper. Sel T helper yang tersensitisasi menyajikan
antigen asing pada sel B, yang memberikan stimulus kuat bagi aktivasi sel B
yang spesifik untuk antigen ini. Sel B teraktivasi mulai membelah berkali-kali
dan membentuk dua jenis sel. Beberapa sel B baru yang dihasilkan adalah sel-

20
sel B memori, yang akan mengingat antigen spesifik. Sel-sel B lain menjadi
sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi spesifik bagi antigen asing yang
satu ini. Antibodi kemudian berikatan dengan antigen, membentuk kompleks
antigen-antibodi. Ikatan kompleks ini menyebabkan opsonisasi yang berarti
bahwa antigen sekarang dilabel untuk di fagosit oleh makrofag atau
neutrofil. Kompleks antigen antibodi juga menstimulasi proses fiksasi
komplemen.

Komplemen adalah suatu kelompok yang terdiri atas 20 protein plasma


yang bersirkulasi dalam darah sampai teraktivasi atau terfiksasi oleh suatu
kompleks antigen-antibodi. Fiksasi komplemen bisa komplet atau parsial. Jika
antigen asingnya seluler, protein komplemen mengikat kompleks antigen-
antibodi, lalu slaing berikatan satu dengan lainnya, dan menyusun cincin
enzimatik yang membentuk satu lubang dalam sel, yang dapat menyebabkan
kematian sel. Ini adlaha fiksasi komplemen komplet (menyeluruh) dan
merupakan keadaan yang terjadi pada sel-sel bakteri (yang bisa terjadi pada
reaksi transfusi, juga dapat meyebabkan hemolisis).

Apabila antigen asing bukan sel, misalnya virus, maka akan berlangsung
fiksasi, komplemen parsial, yakni beberpa protein komplemen berikatan
dengan kompleks antigen-antibodi. Hal ini merupakan faktor kemotaktik.
Kemotaksit berarti Pergerakan kimiawi dan sebenarnya merupakan
penanda yang menarik makrofag untuk memangsa dan merusak antigen asing.
Bila antigen asing telah dirusak, sel T supresor tersensitisasi untuk
menghentikan respon imun. Hal ini penting dalam membatasi produksi
antibodi sampai jumlah yang diperlukan untuk mengeliminasi patogen tanpa
memicu respons tanpa memicu respons autoimun.

2.8 Hubungan Imunitas dengan Imunisasi

21
Ditinjau dari cara memperolehnya imunitas dibagi menjadi 2, yaitu imunitas
aktif dan imunitas pasif.

1. Imunitas aktif
Imunitas aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu panyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi
dapat bertahan lama. Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus
sistem imunitas yang menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler dan
bertahan lebih lama dibanding imunitas pasif.

Kekebalan aktif ada 2 macam:


a. Naturally Acquired (imunitas yang didapat secara alami)
Misalnya pada anak terkena difteri /poliomyelitis dengan proses anak
terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh selanjutnya kebal
terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena paparan penyakit terhadap sistem
kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah dan apabila
suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang sama, sel limfosit akan
memeproduksi antibodi untuk mengembalikan kekuatan imunitas terhadap
penyakit tersebut.
b. Imunitas aktif buatan
Merupakan kekebalan yang dibuat tubuh setelah pemberian vaksin.
Dikenal dengan imunisasi dasar dan booster. Misalnya pemberian vaksin
(cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan
(virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid (toksis).

2. Imunitas pasif
Imunitas pasif, yaitu bila imunitas itu berasal dari luar yang kemudian
masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh. Imunisasi pasif merupakan
pemberian suntikan atau antibody/immunoglobulin kepada resipien,

22
dimaksudkan untuk pengobatan atau pencegahan terhadap infeksi. Transfer
imunitas memberikan proteksi segera terhadap pathogen, akan tetapi bersifat
sementara selama antibodi masih aktif di dalam tubuh resipien. Pada bayi baru
lahir imunitas didapat dari transfer transplasental immunoglobulin B dari ibu.
Kadar tergantung umur kehamilan dan spesifik terhadap infeksi lokal.
a) Imunitas pasif yang diturunkan (Congenital immunity)
Seperti kekebalan pada bayi , karena mendapatkan zat anti yang
diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada di dalam kandungan.
Antibodi dari darah ibu, melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu.
Macam dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam
dan jumlah zat anti yang dimiliki ibunya. Macam kekebalan yang
diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri, pertussis, typhus.
Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat
anti ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak
membuatnya.
b) Imunitas pasif yang disengaja (Artificially induced passive immunity)
Seperti kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat
anti dari luar. Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika)
maupun sebagai usaha pencegahan (propilactic).
Misalnya: seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia takut
menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha
pencegahan.

2.9 Reaksi Antigen dan Antibodi

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil


yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi
antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa
berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-

23
substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun
internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel
limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Sebelum pertemuan
pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul
immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai
100.000 per sel dan semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah
antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya
molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk
antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk
antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama
memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer
antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat
molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut
antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun
disebut imunogenitas.
Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Landsteiner. Ia menggabungkan
radikal-radikal organik kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi menunjukkan antibodi
dapat membedakan antara kelompok berbeda pada protein ataupun kumpulan
kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. Ikatan yang terjadi terdiri dari
ikatan non kovalen (seperti ikatan hidrogen, van der Waals, elektrostatik,
hidrofobik), sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible).
Kekuatan ikatan ini bergantung kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian
tertentu pada epitop.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut
antara lain:
1 Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen
dengan antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.

24
2 Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di
antaranya:
a Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan
mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi
dengan sel yang rentan.
b Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi
darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran
terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di
larutan dan akhirnya mengendap.
d Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga
memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan
sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan
natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran
dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis
membran plasmanya.
3 Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari
interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi
penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri,
lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh
merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

25
2.10 Mekanisme Peradangan

Ketika satu bagian dari tubuh terluka seperti, telapak kaki, maka kuman akan
masuk ke dalam telapak kaki yang terluka. Kuman penyakit akan mengeluarkan
kinin, histamin, dan zat lain sehingga darah yang keluar semakin banyak
menyebabkan pembuluh darah bereduksi masuk ke dalam jari kaki yang terluka.
Luka tersebut akan merah, panas, sakit bengkak, dan fungsi kaki terganggu pembuluh
darah membawa lebih banyak nutrisi serta oksigen ke daerah yang luka,karena
metabolisme bertambah, suhu menjadi panas pada sel. Jika proses ini berjalan dengan
baik maka luka akan cepat sembuh.

Masuknya kinin, histamin, dan zat lain melalui pembuluh kapiler bocor
menyebabkan terjadinyaedema dan protein menggumpal di daerah luka. Hal ini
menimbulkan nyeri serta bengkak sementara dan keterbatasan bergerak. Saat protein
menggumpal di daerah luka akan terbentuk fibrin sehingga luka akan sembuh.
Dengan masuknya kini, histamin, dan zat lain, neutrofil dan monosit menangkap dan
memfagosit serta menimbulkan kerusakan dan kematian bakteri. Jika ini berjalan
dengan baik maka luka akan sembuh.

2.11SEL DARAH PUTIH


A. Pengertian
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh
melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel
darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan
dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4109 hingga 11109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil
darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus
leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau
jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal.

26
Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa
membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka
adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum
tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit
termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik.

B. Jenis Sel Darah Putih

Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:

Basofil.

Eosinofil.

Neutrofil.

Halo .

dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

Limfosit.

Monosit.

27
% dalam
Tipe Gambar Diagram tubuh Keterangan
manusia

Neutrofil berhubungan dengan


pertahanan tubuh terhadap infeksi
bakteri serta proses peradangan kecil
lainnya, serta biasanya juga yang
Neutrofil 65%
memberikan tanggapan pertama
terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan
matinya neutrofil dalam jumlah yang
banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil terutama berhubungan


dengan infeksi parasit, dengan
Eosinofil 4%
demikian meningkatnya eosinofil
menandakan banyaknya parasit.

Basofil terutama bertanggung jawab


untuk memberi reaksi alergi dan
Basofil <1% antigen dengan jalan mengeluarkan
histamin kimia yang menyebabkan
peradangan.

Limfosit 25% Limfositlebih umum dalam sistem


limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit:

Sel B: Sel B membuat


antibodi yang mengikat
patogen lalu
menghancurkannya. (Sel B
tidak hanya membuat antibodi

28
yang dapat mengikat patogen,
tapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan
mempertahankan
kemampuannya dalam
menghasilkan antibodi sebagai
layanan sistem memori.)

Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T


mengkoordinir tanggapan
ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) sarta
penting untuk menahan
bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh
sel yang terinfeksi virus.

Sel natural killer: Sel


pembunuh alami (natural
killer, NK) dapat membunuh
sel tubuh yang tidak
menunjukkan sinyal bahwa
dia tidak boleh dibunuh
karena telah terinfeksi virus
atau telah menjadi kanker.

Monosit 6% Monosit membagi fungsi pembersih


vakum (fagositosis) dari neutrofil,
tetapi lebih jauh dia hidup dengan
tugas tambahan: memberikan

29
potongan patogen kepada sel T
sehingga patogen tersebut dapat
dihafal dan dibunuh, atau dapat
membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.

Monosit dikenal juga sebagai


(lihat di makrofag setelah dia meninggalkan
Makrofag
atas) aliran darah serta masuk ke dalam
jaringan.

C. Fungsi sel Darah putih

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan


terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan),
mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui
mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh
sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan
kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar
pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia
dapat:

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan
menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan-
serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim
yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,
menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka
dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan

Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk
nanah. Nanah beisi jenazah dari kawan dan lawan fagosit yang terbunuh dalam

30
kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam
nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan
sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai
fagosit.

Sel jaringan lainnya

Histiosit, ada dalam sistem limfa bersama jarigan lainnya, tetapi tidak umum
di dalam darah:

o Makrofaga

o Sel dendritik

Mastosit

Merupakan

Alergi dapat menyebabkan perubahan jumlah sel darah putih.

Granulosit ( granulocytes, polymorphonuclear, PMN) adalah sebuah sub-kelompok


sel darah putih yang mempunyai granula dalam sitoplasmanya. Tiga jenis granulosit
dengan inti sel yang berlainan dikeluarkan oleh sumsum tulang sebagai protein
komplemen wewenang (regulatory complement system).

1 Eosinofil

Eosinofil (eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari kategori


granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit
multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-sama dengan sel
biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.

31
Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.

Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil


peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, [[plasminogen] dan beberapa
asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-
zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel
substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil
diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.

Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel darah
putih dengan ukuran sekitar 12 17 mikrometer.

Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks
otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan
lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya,
pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda
adanya suatu penyakit. Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12
jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak
terdapat stimulasi

2 Neutrofil

Neutrofil (neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic leukocyte, PMN) adalah


bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel granulosit
lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil
berwarna merah kebiruan dengan 3 inti sel.

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan


proses peradangan kecil lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi
infeksi di suatu tempat. Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga,

32
neutrofil menyerang patogen dengan serangan respiratori menggunakan berbagai
macam substansi beracun yang mengandung bahan pengoksidasi kuat, termasuk
hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.

Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum
tulang normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan
meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.

Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap


morfologis: mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil
segmen.Neutrofil segmen merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang
mengandung granula sitoplasmik (primer atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan
inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil yang rusak terlihat sebagai nanah.

3 Basofil

Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01
0,3% dari sirkulasi sel darah putih. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik
dengan dua lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju
jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara
lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan
beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti
asma).

2.12 Interaksi Mikroba dengan Fagosit

Fagosit berasal dari bahasa Yunani, dari kata fago atau fagus yang
berarti memakan dan sit, akhiran dalam biologi yang bermakna sel. Fagosit
merupakan sel darah putih yang melindungi tubuh dari antigen dengan menelan
partikel asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati atau sekarat. Proses memakan
partikel ini disebut fagositosis.

33
Mikroba atau mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran
sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) seperti bakteri, virus, parasite. Ilmu
yang mempelajari tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil disebut
mikrobiologi.

Interaksi antara mikroba dengan fagosit terjadi dalam beberapa tahap :

- Fase pengenalan, ketika mikroba masuk ke dalam sel, kemudian terdeteksi


oleh sel-sel fagosit.
- Fase pergerakan, setelah partikel mikroba sudah dikenali, maka sel fagosit
akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat
dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena mikroba/mikroorganisme
mengeluarkan semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat
memikat sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya.
- Fase perlekatan, setelah sel fagosit bergerak menuju partikel mikroba, partikel
tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.
- Fase penelanan, ketika partikel mikroba telah berikatan dengan reseptor di
membran plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan
menyelubungi seluruh permukaan mikroba dan menelannya hidup-hidup ke
dalam sitoplasma. Sekali telan, partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di
dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang disebut fagosom.
- Fase pencernaan, fagosom yang berisi mikroba di dalam sitoplasma sel
fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi
enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berinteraksi
dengan fagosom membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut tumpah ke
dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan mikroba.
- Fase pengeluaran, produk sisa partikel asing yang tidak dicerna dan akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.

34
2.13 Kelainan Sistem Imunitas

1. Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat


lemah atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya.
Imunodefisiensi dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di
waktu dewasa. Imunodefisiensi yang paling mematikan adalah AIDS (acquired
immune deficiency syndrome) yang disebabkan oleh HIV (human
immunodeficiency virus). Penderita AIDS umumnya meninggal karena
mengidap komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat diatasi oleh
sistem kekebalannya yang lemah. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin
maupun obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Cara terbaik untuk melawan
penyakit ini adalah menghindarinya.

2. Hipersensitivitas (alergi) adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu.


Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergan. Umumnya alergi bersifat
khusus dan hanya muncul jika penderita melakukan kontak dengan penyebab
alergi. Alergi dapat diturunkan dari orang tua/keluarga dekat. Proses terjadinya
alergi diawali dengan masuknya alergan kedalam tubuh. Alergan tersebut

35
merangsang sel-sel B plasma untuk menyekresikan antibodi lgE. Alergan yang
masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi. Namun lgE yang
terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya ketika alergan masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergan akan terikat pada lgE yang telah
berikatan dengan mastosit. Keadaan ini menyebabkan sel-sel mastosit
melepaskan histamine yang berperan dalam proses pembesaran dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah , respon ini mengakibatkan timbulnya gejala
alergi misalnya bersin gatal, dan lain sebagainya. Alergi dapat terjadi secara tiba-
tiba dan bersifat fatal terhadap penderita. Seseorang yang alergi akan mengalami
gangguan emosi, konsentrasi, dan lain-lain.

3. Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibody


yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat
mengakibatkan beberapa kelainan seperti diabetes melitus, myasthenia gravis,
Addisons disease.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem


pertahanan tubuh. Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh
manusia yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing

36
bagi tubuh manusia. Fungsi sistem imun sendiri ada 3, yaitu pertahanan,
homeostasi tubuh, peremajaan. Respon imun merupakan respon yang
ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul yang menyusun sistem imunitas setelah
berhadapan dengan substansi asing (antigen). Respon imun dibedakan
menjadi respon imun primer dan respon imun sekunder. Fagosit merupakan
sel darah putih yang melindungi tubuh dari antigen dengan menelan partikel
asing berbahaya, bakteri dan sel-sel mati atau sekarat. Proses memakan
partikel ini disebut fagositosis. Contoh kelainan sistem imunitas adalah
imunodefisiensi, hipersensitivitas (alergi), dan autoimunitas.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami sistem imun pada


tubuh manusia baik dalam segi internal maupun eksternal agar dapat
mengimplementasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

37

Anda mungkin juga menyukai