Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Analisis Kurikulum 1975


Guna memenuhi tugas matakuliah Telaah dan Pengembangan
Kurikulum
Dosen pengampu : Molas Warsi N., M.Pd.

Disusun oleh :
Oleh Kelompok 5
Nama:
1 Azizoel Metiadini (15103010)
2 Bondan Prakoso (1510301025)
3 Sari Puspita (15103010)
4 Silva Nurul F. (15103010)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar

2017
Kata Pengantar

Segala puji tercurah kepada Allah SWT yang telah


menganugerahkan begitu banyak limpahan nikmat sehingga
penyusun dapat menyusun makalah Analisis Kurikulum 1975
sebagai tugas pada matakuliah Telaah dan Pengembangan
Kurikulum.
Makalah ini berisi analisis atau uraian terhadap Kurikulum
1975. Analisis yang dimaksudkan berupa deskripsi mengenai
Kurikulum 1975, kelebihan dan kekurangannya, dan implementasi
mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tersebut.
Tak ada gading yang tak retak dan tak ada manusia yang
sempurna. Demikian pula dalam makalah ini, boleh jadi memiliki
beberapa kesalahan di dalamnya. Penyusun mengucapan
terimakasih kepada Molas Warsi N., M.Pd. selaku dosen pengampu
matakuliah Telaah dan Pengembangan Kurikulum yang telah
memberikan bimbingannya, juga kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

Magelang, 9 Maret 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan
kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan
dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu
penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat
dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara
pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu.
Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta
didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu
maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu
kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Masing-
masing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri. Warna
dan ciri khas tiap kurikulum menunjukkan kurikulum berusaha
menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan
zamannya.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa
alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati
oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan
sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut
untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan
penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses
pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun di
lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan
persoalan baru, sehingga pada tahap awal implementasinya
memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara
proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini
membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis
pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu adaptasi
terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah biasa
diterapkannya.
Berdasarkan uraian diatas, penyusun bermaksud untuk
menganalisis lebih lanjut mengenai seluk beluk kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 sendiri merupakan kurikulum pertama di
Indonesia yang dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur
yang didasarkan pada teori pengembangan kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini didapatkan beberapa
rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa itu kurikulum 1975?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan Kurikulum (1975-1984)?
4. Apa penyebab bergantinya kurikulum 1975 ke kurikulum
1984?
5. Bagaimana implementasi mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam kurikulum 1975?
6. Bagaimana implementasi pembelajaran Sastra Indonesia
dalam kurikulum 1975?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi kurikulum.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum
(1975-1984).
3. Untuk mengetahui Penyebab Bergantinya Kurikulum 1975
ke Kurikulum 1984
4. Untuk mengetahui implementasi pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia dalam kurikulum 1975.

1.4 Manfaat
Adapaun dari penulisan makalah ini, penulis mendapatkan
beberapa manfaat yaitu sebagai berikut.
1. Menambah wawasan pembaca maupun penulis tentang
definisi mengenai kurikulum.
2. Terpenuhinya tugas Mata Kuliah Telaah dan Pengembangan
Kurikulum.
3. Bartambahnya wawasan pembaca maupun penulis
mengenai kurikulum 1975 secara mendalam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kurikulum


Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan
jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Secara
etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum
dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran. Curriculum
berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari cepat, maju
dengan cepat, menjalani dan berusaha. Banyak defenisi
kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi
tersebut bersifat operasioanl dan sangat membantu proses
pengembangan kurikulum tetapi pengertian yang diajukan tidak
pernah lengkap. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum
adalah pernyataan mengenai tujuan (MacDonald; Popham), ada
juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu
rencana tertulis (Tanner, 1980).
Secara semantik, kurikulum senantiasa terkait dengan kegiata
pendidikan.Kurikulum sebagai jembatan untuk mendapatkan
ijasah.Secara konseptual, kurikulum adalah perangkat pendidikan
yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan
masyarakat (Olivia, 1997:60). Pengertian kurikulum ini sangat
fundamental dan menggambarkan posisi sesungguhnya
kurikulum dalam suatu proses pendidikan.
Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan
oleh para ahli:
2.1.1 Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
2.1.2 Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh
pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
2.1.3 Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans
(1967)
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan
dikemukakan oleh pihak sekolah.
2.1.4 Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi
mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui
berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.5 Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973)
Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan
pelajaran yang sistematik.
2.1.6 Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

2.2 Kurikulum 1975


2.2.1 Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1975
Dalam Kata Pengantar Kurikulum 1975, Menteri Pendidikan
Republik Indonesia Sjarif Thajeb, menjelaskan tentang latar
belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman
pelaksanaan pengajaran di sekolah. Penjelasan tersebut sebagai
berikut :
1. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak
perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya
pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru
terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yang
mempengaruhi program maupun kebijaksanaan pemerintah
yang menyebabkan pembaharuan itu adalah :
a. Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah
banyak timbul gagasan baru tentang pelaksanaan sistem
pendidikan nasional.
b. Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan
nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain
berbunyi : Mengejar ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya
pembangunan.
c. Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan
mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan
pendidikan nasional.
d. Adanya inovasi dalam sistem belajar-mengajar yang
dianggap lebih efisien dan efektif yang telah memasuki
dunia pendidikan Indonesia.
e. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan
untuk meninjau sistem yang kini sedang berlaku.
2. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka
pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan,
sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968
tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
sedang membangun.
Atas dasar petimbangan tersebut maka dibentuklah
kurikulum tahun 1975 sebagai upaya untuk mewujudkan
strategi pembangunan di bawah pemerintahan orde baru
dengan program Pelita dan Repelita.

2.2.2 Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968
menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah
merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa
yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang
meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus.
2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya
dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal
dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya
tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan
kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill).
Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme,
yakni memandang keberhasilan dalam ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah
dan guru.

2.2.3 Komponen Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang
meliputi unsur-unsur :
1. Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA. Tujuan Institusional
adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam
melaksanakan program pendidikannya.
2. Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program
pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.
3. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program
Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal yang
berhubungan dengan program pengajaran, yaitu.
a. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah
mengikuti program pengajaran yang bersangkutan
selama masa pendidikan.
b. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak
dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu
semester maupun satu tahun.
c. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk
dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
d. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun
pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya dan dari
semester satu ke semester berikutnya.
4. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional).
Sistem PPSI ini berpandangan bahwa proses belajar-
mengajar sebagai suatu sistem yang senantiasa diarahkan
pada pencapaian tujuan. Sistem pembelajaran dengan
pendekatan sistem instruksional inilah yang merupakan
pembaharuan dalam system pengajaran di Indonesia.
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi
yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi
individu dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar
Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang
disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan
pelajaran. Komponen PPSI meliputi.
a. Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan
tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam
merumuskan tujuan-tujuan khusus. Perumusan tujuan
khusus itu berdasarkan pada pendalaman dan analisis
terhadap pokok-pokok bahasan/ subpokok bahasan yang
telah digariskan untuk mencapai tujuan instruksional
dan tujuan kurikuler dalam GBPP.
b. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian.
Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian
memberikan petunjuk tentang prosedur penilaian yang
akan ditempuh, tentang tes awal (pre test) dan tes akhir
(post test), tentang jenis tes yang akan digunakan dan
tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari satuan
pelajaran. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut
criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk
mengukur efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.
c. Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses
kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru
untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar
siswa sesuai dengan bahan
d. Pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus
instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.
e. Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program
kegiatan guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru
untuk merencanakan program kegiatan bimbingan
sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan
rumusan TIK.
f. Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan
program merupakan petunjuk-petunjuk dari program
yang telah disusun. Petunjuk-petunjuk itu berkenaan
dengan dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan
dengan penyampaian materi pelajaran sampai pada
dilaksanakannya penilaian hasil belajar.
g. Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau
revisi yang merupakan pengembangan program setelah
selesai dilaksanakan. Perbaikan dilakukan berdasarkan
umpan balik yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian
akhir.
5. Sistem Penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap
akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu.
Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya
yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir
tahun saja.
6. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak
sama. Di samping itu mereka mereka memerlukan
pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi
manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik.
Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan
penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih
masa depan yang diharapkanya.
7. Supervisi dan Administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan
yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru,
administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah.
Bagaimana teknik supervisi dan administrasi sekolah ini
dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum
tentang supervise dan administrasi.Ketujuh unsur tersebut
merupakan satu kesatuan yang mewarnai Kurikulum 1975
sebagai suatu sistem pengajaran.
8. Organisasi Kurikulum
a. Pola penjenjangan menggunakan 6-3-3 (tahun).
b. SD menggunakan sistem Caturwulan.
c. SMP dan SMA menggunakan sistem Semester.
9. Mata Pelajaran dalam Kurikulum 1975
Mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 1975
sebagai berikut.
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang
terkenal saat itu. Kurikulum 1975 secara umum
mengharapkan lulusannya :
1. Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik.
2. Sehat jasmani dan rohani.
3. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar
yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan, bekerja di
masyarakat, dan mengembangkan, diri sesuai dengan
asa pendidikan seumur hidup.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum (1975-1984)


Dalam setiap kurikulum yang diberlakukan tentunya terdapat
kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Adapun
kelebihan dan kekurangan dalam Kurikulum Berorientasi
Pencapaian Tujuan (1975-1984) ini adalah sebagai berikut :
2.3.1 Kelebihan Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan
(1975-1984)
1. Berorientasi pada tujuan
2. Mengarah pembentukan tingkah laku siswa
3. Relevan dengan kebutuhan masyarakat
4. Menggunakan pendekatan psikolog
5. Menekankan efektivitas dan efisiensi
6. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan
faktor- faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan
fasilitas yang menunjang terlaksananya program.
7. Prinsip berkesinambungan
2.3.2 Kekurangan Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan
(1975-1984)
1. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum
berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik
2. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah
3. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan
hampir di setiap jenjang.
4. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian
tujuan pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang
memberi peluang untuk berkembangnya potensi daerah.
6. Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk
persepsi bahwa guru yang mendominasi proses
pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru.
7. Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung
oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai
subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.

2.4 Penyebab Bergantinya Kurikulum 1975 ke Kurikulum


1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983
yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun
1984 pemerintah menetapkan pergantian kurikulum 1975 oleh
kurikulum 1984. Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975
ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai
bidang studi dengan kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir
di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari
tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas
termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983
antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu
pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum
1975 dianggap tidak sesuai lagi, oleh karena itu diperlukan
perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan
atau revisi terhadap kurikulum 1975.
2.5 Implementasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 1975
Dalam kurikulum SMP tahun 1975 dikenal adanya struktur
kurikulum yang terdiri atas kelompok mata pelajaran Pendidikan
Umum, Pendidikan Akademis, dan Pendidikan Ketrampilan. Dalam
kurikulum SMP tahun 1968 terdapat 18 mata pelajaran berkurang
menjadi 12 mata pelajaran dalam kurikulum SMP tahun 1975.
Jumlah jam pelajaran berkurang dari 41 jam per minggu menjadi
37-39 jam per minggu. Mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk
dalam Program Pendidikan Akademis. Bahasa Daerah merupakan
bagian dari bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi sekolah di
daerah yang memerlukan pelajaran Bahasa Daerah (karena
pelajaran bahasa daerah tidak wajib bagi seluruh wilayah
Indonesia).
Pada struktur kurikulum SMP 1975, mata pelajaran Bahasa
Indonesia mendapat porsi 5 jam pelajaran per minggu di kelas 1-2,
sedangkan di kelas 3 mendapat porsi 4 jam per minggu. Porsi ini
sama dengan porsi mata pelajaran Matematika dengan porsi 5 jam
per minggu. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika
mendapatkan porsi yang paling tinggi dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lain.
Dalam kurikulum 1975, pembelajaran Bahasa Indonesia tidak
bebas dari permasalahan pembelajaran. Kurikulum yang
menginstruksikan berbagai macam tujuan. Mulai dari tujuan
institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan
tujuan instruksional khusus menimbulkan kebingungan guru
dalam merumuskan tujuan khusus. Kenyataan itu,
mengakibatkan perlunya menyiapkan guru sebagai pelaksana
kurikulum di depan kelas.

2.6 Implementasi Pembelajaran Sastra Indonesia dalam


Kurikulum 1975
Sejak awal, bidang studi sastra Indonesia terintegrasi dalam
bidang studi bahasa Indonesia, sampai kurikulum 1975/1976.
Baru pada kurikulum 1984 khususnya untuk SMA, nama bidang
studi bahasa Indonesia berubah menjadi bahasa dan sastra
Indonesia dalam program inti, serta sastra Indonesia dikhususkan
untuk program pilihan Pengetahuan Budaya atau sekarang
dikenal dengan program kelas Bahasa. Namun, dalam
kenyataannya pembelajaran sastra di SMP maupun SMA bukan
berupa program pengetahuan budaya/bahasa. Sastra Indonesia
hanya semata-mata menumpang pada pembelajaran bahasa
Indonesia dan alokasi waktunya hanya 2-3 jam per minggu.
Kenyataan yang cukup memprihatinkan mengenai
pembelajaran sastra di sekolah, bukan karena alokasi waktu yang
disediakan hanya seperenam dari seluruh materi mata pelajaran
bahasa Indonesia, melainkan karena strategi pembelajarannya
yang mengkhianati jati diri sastra itu sendiri. Artinya, guru
hanya memberikan materi menghafal nama-nama sastrawan,
menghafal peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan sastra
atau peristiwa sastra, hampir dalam praktiknya guru tidak
memahami bahwa sastra itu berbeda dengan bidang ilmu lainnya
sehingga pembelajaran sastra dianggap sebagai angin lalu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan
hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena
menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang
harus dialami oleh peserta didik. Pembaharuan kurikulum perlu
dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan
sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Kurikulum 1975 dibentuk agar agar lebih sesuai dengan tuntutan
perubahan, dan lebih efisien dan efektif dalam menunjang
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah kurikulum yang
berlaku selalu mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga
yang terdapat dalam implementasi kurikulum 1975.

3.2 Saran
Seluruh subjek pendidikan harus selalu berintegrasi dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui kurikulum.
Pemerintah sebaiknya mengevaluasi secara menyeluruh dan
cermat terhadap sebuah kurikulum sebelum melakukan
pembaharuan ke kurikulum selanjutnya. Selain itu, pemerintah
juga harus memperhatikan kondisi fisik dan psikis gambaran
pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang berada pada sebuah
kota di Pulau Jawa tentu akan berbeda dengan daerah 3T.
Pemerintah juga harus mempersiapkan sarana dan prasarana
penunjang kurikulum sebelum mulai memberlakukannya. Jangan
sampai momen awal pemberlakuan sebuah kurikulum baru
menjadi polemik di kalangan masyarakat yang berdampak buruk
bagi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu,
pendidik, masyarakat, dan peserta didik harus turut andil dalam
menyukseskan sebuah kurikulum yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Daftar pustaka

Lampiran 1. Tabel. Struktur Kurikulum SMP 1975


Kelas
Bidang Studi I II III
1 2 1 2 1 2
Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
Program
Pend. Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
Olahraga & Kesehatan 3 3 3 3 3 3
Kesenian 2 2 2 2 2 2
Sub Jumlah 9 9 9 9 9 9

Bahasa Indonesia 5 5 5 5 4 4
Bahasa Daerah*) 2 2 2 2 - -
Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4
Ilmu Pengetahuan
4 4 4 4 4 4
Sosial
Akademik Matematika 5 5 5 5 5 5
Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 4 4 4
2 2 2
Sub Jumlah 22 22 22
2 2 2
2 2 2
Sub Jumlah**) 24 24 24
4 4 4
Pendidikan 11. Pilihan Terikat 6 - 6 - 6 -
Keterampilan 12. Pilihan Bebas - 6 - 6 - 6
3 3 3
Jumlah jam pelajaran per minggu 37 37 37
7 7 7
3 3 3
Jumlah jam pelajaran per minggu**) 39 39 39
9 9 9

Catatan :
*) Bagi Daerah yang menyelenggarakan Bahasa Daerah
**) Termasuk Bahasa Daerah

Anda mungkin juga menyukai