Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan
oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme
lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.

ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,
cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus
aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering
disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever,
campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah
virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
a. Infeksi virus yang bersifat endemik
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine
encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley
encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

TANDA DAN GEJALA


Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias ensepalitis
yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai kaku
kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan pendengaran dan penglihatan.
(Mansjoer,2000).
Adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (hassan,1997).

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon
dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
Pemeriksaan penunjang :
Secara klinik dapat di diagnosis dengan menemukan gejala klinik tersebut diatas:
1. Biakan : dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor atau jaringan otak. Akan dapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi henaglutinasi dan uji teutralisasi.
Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat dijumpai pada
awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
4. Fungsi lumbal likuor serebospinalis sering dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukan aktivitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun, adanya kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer,2002).
6. CT Scan, pemeriksaan CT Scan otak sering kali di dapat hasil normal, tetapi bisa juga
didapat hasil edema diffuse.

MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.

KLASIFIKASI
Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a. Ensefalitis Supurativa
1. Patogenesis
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau
dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema,
osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan
tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema,
kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang
meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula
pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
2. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
Demam.
Kejang.
Kesadaran menurun.
Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi
umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik
dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
3. Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:
Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
b. Ensefalitis Siphylis
1. Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya
sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di
sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia.
Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema
pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf
pusat.
2. Manifestasi Klinis
Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Gejala-gejala neurologis
a. Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
b. Afasia.
c. Apraksia.
d. Hemianopsia.
e. Penurunan kesadaran.
f. Pupil Agryll- Robertson.
g. Nervus opticus dapat mengalami atrofi.
h. Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.
2) Gejala-gejala mental
a. Timbulnya proses dimensia yang progresif.
b. Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang
efektifnya kerja.
c. Daya konsentrasi mundur.
d. Daya ingat berkurang.
e. Daya pengkajian terganggu.
3. Terapi pada ensefalitis siphylis
Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14
hari.
Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :
a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.
d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
c. Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.
Rabdovirus : virus rabies.
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-
barr Poxvirus : variola, vaksinia.
Retrovirus: AIDS.
c. Manifestai Klinis
Demam.
Nyeri kepala
Vertigo
Nyeri badan
Nausea
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Kaku kuduk
Hemiparesis dan paralysis bulbaris.
d. Terapi pada ensefalitis karena virus
1) Pengobatan simtomatis
a) Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.
b) Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
2) Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-
varicella.
3) Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4
jam selama 10 hari.
d. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria Serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat
didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium
falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-
penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma.
Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali
dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat
bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air
yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.
Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan
kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk
kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi
sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya
tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan
membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada
lokasi kerusakan yang terjadi.
Terapi pada ensefalitis karena parasit
Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam
hingga tampak perbaikan.
Toxoplasmosi
a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari.
Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
e. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus
neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang
ditimbulkan infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor
yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.
Terapi pada ensefalitis karena fungus
Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.
Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
f. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan
Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel
mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam
pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat
menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
Terapi pada riketsiosis serebri
1) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.
2) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

KOMPLIKASI
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi, berkisar antara 35-50 %, dari pada penderita
yangb hidup 20-40 % mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paralitis. Gangguan
penglihatan atau gejala neurologik yang lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologik
yang nyata, dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental,
gangguan tingkah laku dan epilepsi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Biakan :
Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran
jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah
sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari
pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada
kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).

PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :
a. Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir
diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama
10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
c. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set
untuk menghilangkan edema otak.
Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan
edema otak.
d. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat
yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan
dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
e. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
f. Penatalaksanaan shock septik.
g. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
h. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal
betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan
phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila
keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS


1. Pengkajian
a. Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b. Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas
badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4
hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan
oleh virus contoh : Herpes, dll, bakteri contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus,
E, Coli, dll.
f. Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada
post imunisasi pertusis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan
saraf pusat.
d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Anda mungkin juga menyukai