Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa,
mycobacterium bovis serta Mycobacterium avium, tetapi lebih sering disebakan oleh
Mycobacterium tuberculosa. Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan
kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada sebagian besar negara
di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri,
penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995,
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit
kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh nesar
terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis.
Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 2 jam bahkan sampai beberapa hari
hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.
Apabila taraf hidup masyarakat meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat
luas bagi masyarakat. Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan
kematian penyakit-penyakit Infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain
(misalnya kardiovaskuler) meningkat. Dampak lainnya ialah usia harapan hidup
menjadi lebih meninggi dan jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lehih
banyak (Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.
1999)
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktorlingkungan yang
lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu
mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa timbul homeostasis
abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al,
1992). Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat
bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.

Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbulpula


penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita
kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur
muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit
akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok,
minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi
akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjutjuga
mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut (Mangunegoro, I992.Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999). makalah ini membawa manfaat
bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang definisi tuberkulosis
2. Untuk mengetahui tentang perjalan penyakit tuberkulosis
3. Untuk mengetahui gambaran tentang manifestasi klinis penyakit hiperbilirubin
4. Untuk mengetahui gambaran tentang patofisiologi terjadinya penyakit
tuberkulosis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan medis pada penyakit tuberkulosis
6. Untuk mengetahui gambaran tentang penatalaksanaan penyakit tuberkulosis
7. Untuk mengetahui gambaran tentang proses asuhan keperawatan pada lansia
dengan penyakit tuberkulosis

C. Tujuan Masalah
Agar Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada kelompok lansia dengan
penyakit TB PARU yang sesuai dan benar.
1. Tujuan Khusus
a) Untuk Mengetahui pengertian dari penyakit Tuberculosis
b) Untuk Mengetahui Klasifikasi dari penyakit Tuberculosis
c) Untuk Mengetahui Etiologi dari penyakit Tuberculosis
d) Untuk Mengetahui Patofisiologi dari penyakit Tuberculosis
e) Untuk Mengetahui Pembuatan Diagnosa penyakit Tuberculosis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Tuberkulosis (TB)


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasnya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat
menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk maninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan.
Pasien kemudian dapat membentuk peanyakit aktif karena respons sistem imun
menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat berlangsung lama dan karakteristikkan
oleh periode remisi yang panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan
dengan periode aktivitas yang diperbaharui. TB adalah masalah kesehatan masyarakat
di seluruh dunia yang erat kaitanya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan
penduduk, perumahan dibawah standar dan tidak memadainya layanan kesehatan.
Angka mortalitas dan morbiditas terus meningkat.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang perenkim paru-paru,


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar
kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nnodus limfe.
Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
1. Tuberkulosis primer, jika terjadi pada infeksi yag pertama kali
2. Tuberkulosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulosis akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa.
Mayoritas terjadi kerena adanya penurunan imunitas, misalnhya karena malnutrisi,
penggunaan alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.

Klasifikasi menurut Amerika Thoracic Society:

1. Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak teronfeksi, riwayat kontak negatif, tes
tuberculin negatif.
2. Kategori 1: terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti adanya infeksi. Disini kontak
positif, tes tuberculin negatif
3. Kategori 2: terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit tes tuberculin positif,
radiologis dan sputum negative
4. Kategori 3: terinfeksi tuberculosis dan sakit

Klasifikasi Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan makro


biologis:

1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a. TB tersangka yang diobati: sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda lain positi
b. TB tersangka yang tidak di obati: sputum BTA (-), dan tanda-tanda lain juga
meragukan

Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu: (Sudoyo Aru)

1. Kategori 1, ditujukan terhadap:


a. Kasus baru dengan sputum (+)
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
a. Kasus kambuh
b. Kasus gagal dengan sputum BTA (+)
3. Kategori 3, ditujukan terhadap:
a. Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang luas.
b. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori.
4. Kategori 4, ditujukan terhadap: TB kronik.

B. Etiologi Tuberkulosis (TB)


Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman
ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 dan tebal 0,3-0,6. Sebagian besar
kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap kimia atay fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai
daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi
yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi pada penyakit tuberkulosis.
TB ditularkan ketika seoang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.
Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi. Bakteri
ditransmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa. Awitan
biasanya mendadak.
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase (Wim de Jong):
1. Fase 1 (fase tuberkolusis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembiak tanpa menimbulkan perthanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten)
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitas
terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa terdapat ditulang
panjang, vetebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf hilus, leher dan ginjal.
4. Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat memperbaiki organ yang
lain dan yang kedua keginjal setelah paru.

C. Patofisologi Tuberkulosis (TB)


Seseorang yang dicurigai menghirup basil mycobacterium tuberculosis akan menjadi
infeksi. Bakteri menyebaar melalui jalan napas ke alveoli, dimana pada daerah
tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa jyga
melalui sistem limfe dari paru-paru (lobus atas).
Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan
makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan
ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar.
Masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan
yang sudah mati, dikelilingi oleh megrofag yang membentuk dinding. Granuloma
berubah bentuk menjadi masaa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masaa tersebut
disebut Ghom Tubercle. Matwri yang terdiri atas magrofag dan bakteri menjadi
nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing caseosa). Setelah itu akan terbentuk
kalsifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non-aktif.
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons sistem
imun yang adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya
kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle,
dan akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang mengalami proses penyembuhan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatan bronkopneumonia, pembentukkan tuberkel, dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit tau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui
kelenjar getah bening.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20
hari) daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan grnulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

D. Manifestasi Klinis Tuberkulosis (TB)


1. Demam derajat rendah serta batuk
2. Berkeringat malam
3. Keletihan
4. Penurunan berat badan.
5. Batuk nonproduktif, yang dapat berlanjut menjadi sputum mukopurulen dengan
hemoptisis.
6. Suara khas paada perkusi dada, bunyi dada
7. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

E. Penatalaksanaan Medis Tuberkulosis (TB)


TB paru ditangani terutama dengan agens antituberkulosis selama 6 sampai 12 bulan.
Durasi terapi yang lama penting untuk memastikan bahwa organisme telah diberantas
dan mencegah relaps.Penatalaksanan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan
kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut ini:
1. Terapi farmakologis
a. Medikasi lini pertama: isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampin (Rifadin),
pirazinamid dan etambutol (Myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut sampai dengan 4 sampai 7 bulan.
b. Medikasi lini kedua: kapreomisin (Capastat), etionamid (Trecator), natrium
paraaminosalisilat dan sikloserin (Seromycin).
c. Vitamin B (piridoksin) biasanya diberikan bersama INH.

2. Pentalaksanaan keperawatan
a. Meningktakan bersihan jalan napas
1) Dorong peningkatan asupan cairan.
2) Ajarkan tentang posisi terbaik untuk memfasilitasi drainase

b. Dukung kepatuhan terhadap regiment terapi


1) Jelaskan bahwa TB adalah penyakit menular dan bahwa meminum obat
adalah cara yang paling efektif dalam mencegah transmisi.
2) Jelaskan tentang medikasi, jadwal, dan efek samping, pantau efek obat anti
TB.
3) Intruksikan tentang resiko resitensi obat jiak regimen medikasi tidak
daijalankan dengan ketat dan berkelanjutan.
4) Pantau tand-tanda vital dan observasi lonjakakn suhu atau perubahan
status klinis pasien
5) Ajarkan pemberi asuhan bagi pasien yang tidak di rawat inap untuk
memantau suhu tubuh dan status pernafasan pasien, laporkan setiap
perubahan pada status pernafasan pasien keternaga kesehatan primer.

c. Meningkatkan aktifitas dan nutrisi yang adekuat


1) Rencanakan jadwal aktivitas progresif bersama pasien untuk
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan ke kuatan otot
2) Susun rencana pelengkap untuk meningkatkan nutrisi yang adekuat.
Regimen nutrisi makan dalam porsi sedikit namun sering dan suplemen
nutrisi mungkin bermanfaat mdalam memenuhi kebutuhan kalori harian.
3) Identifikasi fasilitas yang menyediakan makanan dilingkungan tempat
tinggal pasien dapat meningkatkan kemungkinan pasien dengan sumber
daya dan energi terbatas untuk memperoleh asupan yang lebih bernutrisi

d. Mencegah penyebaran infeksi TB


1) Jelaskan dengan perlahan kepada pasien tentang tindakan kebersihan yang
penting dilakukan, termasuk perawatan mulut, menutup mulut dan hidung
ketika baatyk dan bersin, membuang tissu dengan benar dan mencuci
tangan
2) Laporkan setiap kasus TB ke departemen kesehatan sehingga orang yang
pernah kontak dentan pasien yang terinfeksi selam stadium menular dapat
menjalani skrining dan kemungkingan terapi, jika diindikasikan
3) Inforasikan pasien mengenai resiko menularkan TB kebagian tubuh lain
(penyebaran atau perluasan infeksi TB ke lokasi lain selain paru pada
tubuh dikenal sebagai TB miliar).
4) Panatau pasien secara cermat untuk mengetahui adanya TB miliar. Pantau
tanda-tanda vital dan pantau lonjakan suhu tubuh serta perubahan fungsi
ginjal dan kongnitif beberapa tanda fisisk dapat diperlihat pada
pemeriksaan fisik dada, tetapai pada stadium ini pasien mengalami batuk
hebat dan dispnea. Penangan TB miliar sama seperti penanganan utuk TB
pulmonal.

F. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tuberkulosis (TB)


1. Pengkajian
a. Data Demografi
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang semua umur, mulai dari anak-anak
sampai dengan dewasa dengan komposisi antara laki-laki dan perempuan yang
hampir sama. Biasanya timbul di lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi
yang tidak memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam rumah.
Tuberkulosis paru (TB) pada anak dapat terjadi pada usia berapa pun, namun
usia palinng umum adalah antar 1-4 tahun.
Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding
TB paru-paru dengan perbandingan 3:1. TB luar paru-paru merupakan RB yang
berat, terutama ditentukan pada usia <3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB
paru pada usai 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah masa
remaja, dimana TB paruparu menyerupai kasus pada oang dewasa (sering
disertai lubang/kavitas pada paru-paru). Dari aspek sosioekonomi, penyakit
tuberkulosis paru sering disertai oleh klien dari golongan ekonomi menengah
ke bawah.

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain sebagai berikut.
1) Demam: subfebris, febris (40-41C) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi tubuh
untuk membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka
waktu lama (>3minggu).
3) Sesak napas: timbul pada tahap lanjut ketika infiltrasi radang sampai
setengah paru.
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura, sehingga menimbulkan pleuritis
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan dan berat badan
menurun, sakit epala, nyeri otot, serta berkeringat pada malam tanpa sebab
6) Pada atelektasis terdapat gejala berupa: sianosis, sesak napas, dan kolaps.
Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit dan diafragma menonjol ke atas.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit menular.

c. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap doini klien sering kali tidak menunjukan kondisi tubekulosis. Tanda
dan gejala batru dapat terlihat pada tahap selanjutnya berupa:
1) Sistemik
Akan ditemukan malaise, anoreksia, penurunan berat badan, dan keringat
malam. Pada kondisi akut diikuti ggejala demam tinggi seperti flu dan
menggigil, sedangkan pada TB milier timbul gejala seperti demam akut,
sesak napas, sianosis, dan konjungtiva dapat terlihat pucat karena anemia.

2) Sistem pernapasan
a) Ronchi basah, kasar, dan nyaring terjadi akibat adanya peningkatan
produksi sekret pada saluran pernapasan
b) Hipersonor/timpali bila terdapat kavitas yang cukup dan pada asukultasi
memberikan suara sedikit bergemuruh (umforik)
c) Tanda-tanda adanya infiltrat luas atau konsolidasi, terdapat fremitus
mangeras
d) Pemeriksaan ekpansi pernapasan ditemukan gerakan dada asimetris
e) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis
f) Bila mengenai pleuraa terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suata
pekak)
g) Bentuk dinding dada pectus karinatum.

d. Sistem pencernaan meningkatnya sputum paada saluran napas secara tidak


langsung akan memengaruhi sistem pernapasan khususnya saluran cerna. Klien
mungkin akan mengeluh tidak nafsu makan dikarenakan menurunnya
keinginan untuk makan, disertai dengan batuk, pada akhirnya klien akan
mengalami penurunan berat badan yang signifikan (badan terlihat kurus)

3. Pemeriksaan penunjang
a. Kultur sputum: menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium tuberculosis
pada stadium aktif
b. Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid): positif untuk
bakteri tahan asam (BTA)
c. Skin test: reaksi positif (area indurasi 10mm atau lebih, timbul 48-72 jam
setelah injeksi antigen intradermal) mengidentifikasikan infeksi lama dan
adanya antibodi tetapi tidak mengidentifikasi penyakit sedang aktif
d. Foto rontgen dada: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal
dibagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pada efusi. Perubahan mengidentifikasi TB yang lebih
berat, dapat mencakup area berlubang dan fibrosa
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF,
serta biopsi kulit): menunjukkan hasil positif untuk Mycobacterium
tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengidentifikasikan nekrosis

4. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan sekret kental,
viskous atau mengandung darah, Fatigue, kemampuan batuk kurang, edema
trakea/laring.
b. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan perasaan mual, batuk produktif.
c. Resiko penyebaran infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
mekanismenya pertahanan diri, menurunnya aktivitas silia/sekret statis.

5. Rencana keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
. Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Jalan napas Mandiri
napas tidak efektif bersih dan efektif 1. Kaji fungsi Adanya perubahan
yang berhubungan setelah 2x24jam respirasi fungsi respirasi dan
dengan: perawatan misal suara penggunaan otot
1. Sekret kental, dengan kriteria: napas, tambahan
viskous atau 1. klien jumlah, irama menandakan kondisi
mengandung menyatkan dan penyakit yang masih
darah. bahwa batuk kedalaman harus mendapatkan
2. Fatigue.
berkurang/ serta penanganan penuh.
3. Kemampuan
hilang, tidak penggunaan Ketidakmampuan
batuk kurang.
4. Edema ada sesak dan otot napas mengeluarkan mukus
trakea/laring. sekret tambahan. menjadikan timbulnya
berkurang kongesti berlebihan
Ditandai dengan : 2. suara napas
pada saluran
Data subjektif: normal
pernapasan.
1. Klien mengeluh (vasikular) 2. Catat
Posisi semi/high
3. frekuensi
batuk kemampuan
flower memberikan
2. Klien mengeluh napas 16-
untuk
kesempatan paru-paru
sesak 20x/menit
mengeluarka
3. Klien 4. tidak ada berkembang secara
n mukus/batu
mengatakan dispnea maksimal akibat
secara efektif.
adanya sekret di diafragma turun ke
saluran napas. bawah. Batuk efektif
memperudah
Data objektf:
3. Atur posisi ekspektorasi mukus.
1. Saluran napas
tidur semi Pasien dalam kondisi
abnormal
atau high sesak cenderung untuk
2. Frekuensi napas flower. Bantu bernapas melalui
normal dengan klien untuk mulut yang pada
irama melatih batuk akhirnya jika tidak ada
(reguler/ireguler secra efektif ditindaklanjutn akan
) dan tarik mengakibatkan
napas dalam. somatitis.
Air digunakan untuk
menggantikan
keseimbangan cairan
4. Bersihan tubuh cairan banyak
sekret dari keluar melalui
dalam mulut pernapasan, air hangat
dan trakea, akan mempermudah
suction jika mengencerkan mukus
memungkink melalui proses
an. konduksi yang
mengakibatkan arteri
pada area sekitar leher
bervasodilatasi dan
mempermudah cairan
dalam pembuluh
5. Berikan
darah dapat di ikat
minum
oleh mukus/sekret.
kurang lebih
2.500
Berfungsi
ml/hari,
meningkatkan kadar
anjurkan
tekanan parsial
untuk
oksigen dan saturasi
diberikan
oksigen dalam darah.
dalam
Berfungsi untuk
kondisi
mengencerkan dahak.
hangat jika
Meninngkatkan/
tidak ada
memperlebar saluran
kontraindikas
udara
i. Mempertebal dinding
saluran udara
(bronkus)

Menurunnya keaktifan
dari mikroorganisme,
sehingga dapat
menurunkan respon
inflamasi dan
Kolaborasi : nantinya berefek pada
6. Berikan menurunnya produksi
oksigen udara sekret
inspirasi yang
lembab.

7. Berikan
pengobatan
atas indikasi:
agen
mukolitik
misal
asetilsistein
(mucomyst),
bronkodilator
misal: teofilin
atau
okstrifilin,
kortikosteroid
(prednison)
misal:
deksametason
8. Berikan anti-
infeksi,
misal:
a. Obat
primer:
isoniazid
(INH),
ethambuto
l (EMB),
rifampin
(RMP).
b. pyrazinam
ide (PZA).
c. Para-
amino
salicilic
(PAS),
streptomyc
in
d. Monitor
laboratoriu
m
(sputum)
2. Ketidakseimbanga Tujuan: Mandiri:
n nutrisi; kurang Keseimbangan 1. Dokumentasi Menjadi data fokus
dari kebutuhan nutrisi terjaga kan status untuk menentukan
tubuh yang setelah 2x24jam nutrisi klien, rencana tidk lanjut
berhubungan perawatan catat turbor setelah tindakan yang
dengan perasaan dengan kriteria: kulit, berat diberikan kepada
mual, batuk 1. Perasaan mual badan saat ini klien.
produktif. hilang/hilang dan tingkat
2. Klien
kehilangan
Ditandai dengan: mengatakan
Data Subjektif: napsu makan berat badan,
meningkat integritas
1. Klien 3. Berat badan
mukosa
mengatakan klien tidak
mulut, toonus
tidak napsu mengalami
perut, riwayat
makan. penurunan
2. Klien naousea/vomi
drastis dan
mengatakan tus/diare.
cendrung
makanan yang Monitor Meningkatkan
stabil
disediakan tidak 4. Klien terlihat inteks output kenyaman flora
habis serta berat normal mulut,
dapat
badan secara sehingga akan
menghabiskan
Data Objektif:
terjadwal meningkatkan
porsi
2. Berikan
1. Adanya sisa perasaan napsu
makanan yang
perawatn
makanan dalam makan.
disediakan
mulut
tempat makan 5. Hasil analisis Meningkatkan intake
sebelum dan
klien(makan<da laboratorium makanan dan nutrisi
sesudah
ri porsi yang mengatakan klien terutama kadar
pentalaksnaa
dianjurkan) protein protein tinggi akan
2. Adanya n respiratorik
darah/albumin meningkatkan
penurunanan darah rentang mekanisme tubuh
berat badan 3. Anjurkan
normal dalam proses
3. Penurunan makan sedikit
penyembuhan.
albumin pada tapi sering
Merangsang klien
pemeriksaan dengan diet
ungtuk bersedia
laboratorium tinggi kalori
menyedia intake
darah tinggi
makanan yang
(albuminemia) protein.
berfungsi sebagai
sumber energi bagi
penyembuhan

4. Anjurkan
keluarga
untuk
membawa Menentukan
makan dari kebutuhan nutrisi
rumah yang tepat bagi klien
terutama Mengontrol
yang disukai keefektifan
oleh klien tindakan terutama
dan makan dengan kadar protein
bersama klien darah
jika tidak ada Meningkatkan
kontraindikas kompiosisi tubuh akan
i kebutuhan vitamin
dan napsu makan
Kolaborasi:
klien.
1. Ajukan pada
ahli gizi
ungtuk
menentukan
komposisi
diet
2. Monitor
pemeriksaan
laboratorium
misalnya
BUN, serum
protein dan
abumin
3. Berikan
vitamin atas
indikasi
Resiko penyebaran Penyebaran Mandiri
infeksi yang infeksi tidak 1. Identifikasi Mengurangi risiko
berhubungan terjadi selama resiko yang tinggi anggota
dengan tidak perawatan lain, misalnya keluarga untuk tertular
adekuatnya dengan kriteria: anggota dengan penyakit yang
mekanismenya 1. Klien dapat keluarga, sama dengan klien.
pertahanan diri, memperlihatk teman dekat.
menurunnya an perilaku Instruksikan
aktivitas sehat kepada klien
silia/sekret statis. (menutup jika batuk
mulut ketika /bersin Penyimpanan sputum
batuk, bersin), ludahkan ke pada wajah yang
2. Tidak muncul
tissue. terdesinfeksi akan
tanda-tanda 2. Anjurkan
mengurangi
infeksi lanjut menggunakan
penyebaran,
3. Tidak ada
tissue untuk
sedangkan
anggota
membuang
penggunaan masker
keluarga/oran
sputum,
dapat meminimalkan
g terdekat
review
penyebaran infeksi
yang tertular
pentingnya
melalui droplet.
TB
untuk
Peningkatan suhu
mengontrol
menandakan
infeksi
terjadinya infeksi
misalnya
sekunder.
penggunaan
Makanan seimbang
masker.
akan mengakibatkan
metabolisme tubuh
3. Monitor suhu
untuk proses
sesuai
penyembuhan.
indikasi.

Berfungsi untuk
4. Berikan
menonaktifkan/
makanan
mematikan virulensi
seimbang.
dari bakteri.

Kolaborasi
1. Berikan agen
anti-infeksi
misalnya:
obat primer:
isoniazid
(INH), Sebagai data untuk
ethambutol melihat efektifitas dari
(EMB), terapi.
rifampin
(RMP);
pyrazinamide
(PZA), para-
amino
salicilic
(PAS),
streptomycin.
2. Monitor
pemeriksaan
laboratorium
(sputum).

G. Asuhan keperawatan Lanjut Usia

Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh
2. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a. Head to tea
b. Sistem tubuh

1) Psikologis
a) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
e) Bagaimana mengatasi stres yang dialami
f) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
h) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognotif, daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

2) Sosial Ekonomi
a) Darimana sumber keuagan lanjut usia
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu
c) Dengan siapa dia tinggal
d) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang di luar rumah
g) Siapa saja yang biasa mengunjungi
h) Seberapa besar ketergantungannya
i) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada

3) Spiritual
a) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agama
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan narkoba
d) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakkal

Pengkajian dasar

1. Temperature
a. Mungkin serendah 95F (hipotermi 35C)
b. Lebih teliti diperiksa di sublingual
2. Pulse (denyut nadi)
a. Kecepatan irama, volume
b. Apical radial pedal
3. Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan irama dan kedalaman
b. Hipotensi akibat posisi tubuh
4. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun berakhir
5. Tingkat orienatasi
6. Memory (ingatan)
7. Pola tidur
8. Penyesuaian psikososial

a. Sistem Persyarafan
1) Kesimetrian raut wajah
2) Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
3) Mata : pergerakan kejelasan melihat, adanya katarak
4) Pupil : kesamaan dilatasi
5) Ketajaman penglihatan menurun akibat menua.
a) Jangan di tes di depan jendela
b) Pergunakan tangan atau gambar
c) Cek kondisi kacamata
6) Sensory deprivation (gangguan sensorik)
7) Ketajaman pendengaran Apakah mengunakan alat bantu dengar
a) Tinutisserum telinga bagian luar
b) Adanya rasa sakit atau nyeri

b. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi periper, warna dan kehangatan
2) Auskultasi denyut nadi apical
3) Periksa adanya pembengkakan vena jugolaris
4) Pusing
5) Sakit
6) Edema

c. Sistem Gastrointestinal
1) Status Gizi
2) Pemasukan diet
3) Anoreksia, tidak dicerna mual dan muntah
4) Mengunyah dan menelan
5) Keadaan gigi rahang, dan rongga mulut
6) Auskultasi bising usus
7) Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8) Apakah ada konstipasi (sembelit), diare dan inkotinensia alvi
d. Sistem Genitourinarius
1) Watna dan bau urine
2) Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil)
3) Frekuensi, tekanan atau desakan
4) Pemasukan dan pengeluaran cairan
5) Disuria
6) Seksualitas
a) Kurang minat untuk melakukan hubungan seks
b) Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

e. Sistem Intergumen/ kulit


1) Temperatur, tingkat kelembaban
2) Keutuhan luka, luka terbuka, luka robekan
3) Turgor (kekenyalan kulit)
4) Perubahan pigmen
a) Adanya jaringan parut
b) Keadaan kuku
c) Keadaan rambut
d) Adanya gangguan-gangguan umum

f. Sistem muskoloskeletal
1) Kontaktur
a) Atrofi otot
b) Mengecilkan tendo
c) Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2) Tingkat mobilisasi
a) Ambulansi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
b) Keterbatasan gerak kekuatan otot
c) Kemampuan melangkah atau berjalan
3) Gerakan sendi
4) Paliriasis
5) Kifosis

g. Psikososial
1) Menunjukkan tanda-tanda meningkatya ketergantungan
2) Fokus-fokus pada diri bertambah
3) Memperlihatkan semakin sempittnya perhatian
4) Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

Diagnosa Keperawatan

1. Fisik/Biologis
a. Gangguan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukkan
yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan, sampai dengan hambatan
penerimaan, dan pengiriman rangsangan.
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat dalam merawat diri.
d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh.
e. Gangguan pola sampai dengan kecemasan atau nyeri.
f. Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan napas.
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan ketentuan sendi.

2. Psikososial
a. Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
b. Menarik diri dari lingkungan sampai perasaan tidak mampu.
c. Depresi sampai isolasi sosial.
d. Harga diri rendah sampai dengan perasan ditolak.
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan
secara tepat.
f. Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian.
c. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasan tidak tenang sampai dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.
Rencana Keperawatan

1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.


2. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas :
a. Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
b. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
c. Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
4. Cegah timbulnya masalah-masalah
5. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau pemasukan.
6. Tulis semua rencana dan jadwal.

Perencanaan

Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.


a. Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia :
1) Penurunan alat penciuman dan pengecap.
2) Penguyah kurang sempurna.
3) Gigi yang tidak lengkap.
4) Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
5) Melemah otot-otot lambung dan usus.
b. Masalah gisi yang timbul pada lanjut usia :
1) Gizi berlebihan
2) Gizi kurang
3) Kekurangan vitamin
4) Kelebihan vitamin
c. Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1) Kalori pada lanjut usia
Laki-laki : 2.100 kalori
Perempuan : 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, misalnya : gemuk/kurus
atau disertai penyakit demam.
2) Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3) Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan
terjadi penyakit, 15%-20% dari kalori yang dibutuhkan.
4) Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori
yang dibutuhkan.
5) Vitamin dan mineral sama dengan lanjut usia muda kebutuhannya.
6) Air, 6-8 gelas per hari.
d. Rencana makanan untuk lanjut usia
1) Berikan makanan porsi kecil tetapi sering.
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3) Berikan makanan yang mengandung serat.
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5) Membatasi minum kopi dan teh.
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia.
a. Penyebab kecelakaan pada lanjut usia.
1) Fleksibelitas kaki yang berkurang.
2) Fungsi pengindraan dan pendengaran menurun.
3) Pencahayaan yang berkurang.
4) Lantai licin dan tidak rata.
5) Tangga tidak ada pengaman.
6) Kursi atau tempat tidur mudah bergerak.
b. Tindakan mencegah kecelakaan :
1) Klien / lanjut usia.
a) Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
b) Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur, jika tidur.
c) Bila mengalami masalah fisik, misalnua rematik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
d) Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang
menggunakan obat penenang/diuretika.
e) Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu.
f) Usahakan ada yang menemani, jika berpergian.
2) Lingkungan.
a) Tempatkan klien diruang khusus dekat kantor sehingga mudah
diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.
b) Letakkan bel dibawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
c) Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
d) Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan
alat-alat yang selalu digunakannya.
e) Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan basah
f) Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang
menggunakannya.
g) Pasang pegangan di kamar mandi.
h) Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu
70-100 watt.
i) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klien untuk
memejamkan mata sesaat.
j) Gunakan sandal/sepatu beralas karet.
k) Gunakan perabotan yang penting-penting saja diruangan lanjut usia.

3. Memelihara kebersihan diri.


a. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah :
1) Penurunan daya ingat.
2) Kurang motivasi.
3) Kelemahan dan ketidakmampuan.
b. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain :
1) Meningkatkan/membantu lanjut usia untuk melakukan kebersihan diri
2) Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandug minyak atau berikan skin lotion.
3) Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan
gunting kuku.

4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.


a. Upaya yang dilakukan antara lain :
1) Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman.
2) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
3) Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi
dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan hobi).
4) Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.


a. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat
menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, dan curiga. Hal ini
disebabkan hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
b. Upaya yang dilakukan antara lain :
1) Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
2) Memberikan stimulus/meningkatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang
akan dilakukan.
3) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
4) Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau
tanggaoan terhadap respons non verbal lanjut usia.
5) Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
lanjut usia.
6) Menghargai pendapat lanjut usia.

Tindakan Keperawatan

1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya

2. Sediakan cukup penerangan


a. Penerangan alam lebih baik.
b. Hidarkan cahaya yang menyilaukan.
c. Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan.

3. Tingkakan rancangan panca indera melalui :


a. Buku-buku yang dicetak besar.
b. Perubahan lingkungan.
c. Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien.
4. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan :
a. Kalender atau penanggalan.
b. Jam.
c. Saling mengunjungi.
5. Berikan perawatan sirkulasi
a. Hidarkan pakaian yang menekan, mengikat, atau sempit.
b. Ubah posisi.
c. Berikan kehangatan dengan selimut dan pakaian.
d. Berikan dorongan dalam melakukan aktifitas untuk meningkatkan sirkulasi.
e. Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama
perpindahan.
f. Lakukan penggosokan perlahan-lahan pada waktu mandi.

6. Berikan perawatan pernafasan


a. Bersihkan nostril atau kotoran hidung.
b. Lindungi dari angin.
c. Tingkatkan aktivitas pernafasn dengan latihan-latihan seperti :
1) Bernafas dalam (deep breathing).
2) Latihan batuk.
3) Latihan menghembuskan nafas menggunakan mainan.
d. Hati-hati dengan terapi O2, cek terjadinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai
dengan :
1) Gelisah.
2) Keringat berlebihan.
3) Gangguan penglihatan.
4) Kejang otot.
5) Tekanan darah rendah (hipotensi).
6) Kerja otak menurun.

7. Berikan perawatan pada alat pencernaan


a. Rangsangan nafsu makan.
1) Berikan makanan dengan porsi sedikit-sedikit tetapi sering dan kualitasnya
bergizi.
2) Berikan makanan yang menarik.
3) Bisa minum anggur bila diperbolehkan.
4) Sediakan makanan yang hangat-hangat.
5) Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya.

b. Cegah terjadinya gangguan pencernaan.


1) Berikan sikap fowler waktu makan.
2) Pertahankan keasaman lambung.
3) Berikan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya.
4) Cukup cairan.

c. Cegah konstipasi dan sembelit.


1) Jamin kecukupan cairan dalam diet.
2) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
3) Fasilitas gerakan usus dalam mencerna.
4) Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal.
5) Berikan laksativ atau supositorial, jika hal-hal di atas tidak efektif.

8. Berikan perawatan pada genitourinaria


a. Cukup cairan masuk 2000-3000 ml/hari.
b. Cegah ankontinensia.
1) Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk buang air kecil (b.a.k) tiap 2
jam.
2) Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh.
3) Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari.
4) Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur.
c. Seksualitas
1) Sediakan waktu diskusi atau konsultasi.
2) Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaanya terhadap keinginan
seksual.
3) Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan.

9. Berikan perawatan kulit


a. Mandi
1) Jelaskan dan beri dorongan pada klien untuk mandi hanya 2 kali seminggu
untuk mencegah kekeringan kulit.
2) Gunakan sabun seperfot atau lotion yang mengandung lemak untuk
menambah kesehatan kulit.
c. Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, misalnya: ada jamur dikuku atau
adanya gangguan medik atau bedah.

10. Berikan perawatan muskoloskeletal


a. Bergerak dengan keterbatasan.
b. Ganti posisi 2 kali jam, luruskan dan hati-hati.
c. Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan memberikan latihan.
d. Berikan arah dan latihan gerak pada semua sendi 3 kali.
e. Anjurkan dan berikan dorongan latihan gerak pada keluarga untuk memandirikan
klien. Contohnya membiarkan klien duduk tanpa di bantu.

11. Berikan perawatan psikososial


a. Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta
suasana normal.
b. Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas.
c. Fasilitas pembicaraan.
d. Pertahankan sentihan yang merupakan satu alat yang snagat berguna dalam
menetapkan atau memelihara kepercayaan.
e. Berikan penghargaan dan rasa simpati.
f. Pertahankan pendekatan kebaikan.

12. Pelihara keselamatan


a. Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang karena klien :
1) Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran yang disebabkan oleh
beberapa hal).
2) Mudah jatuh karena kelemahan otot-otot.
3) Hipertensi bila dalam posisi tegak.
b. Tempat tidur posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkan perawatan
langsung.
c. Klien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan.
d. Kamar dan lantai tidak berantakan.
e. Cukup mendapatkan penerangan.
f. Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan.
g. Berikan dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut usia.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus
Bp. Sh (65 tahun) datang ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas, demam dan
batuk sejak satu bulan yang lalu. Selain itu Bp. Sh juga mengatakan bahwa dirinya
sulit tidur dan berkeringat pada malam hari. Pada pemeriksaan didapatkan TD
140/100 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 28 x/menit, TB 168 cm, BB : 55 kg, BTA +.
Bp. Sh mengatakan bahwa dirinya merasa mual dan tidak nafsu makan. Setelah
sakit dirinya hanya mampu menghabiskan 2 3 sendok tiap kali makan. Bp. Sh juga
mengatakan dirinya menjadi merasa lemas sehingga tidak dapat melaksanakan
aktifitas (mandi, berpakaian, BAB/BAK) secara mandiri.

B. Analisis Kasus
Dari data pada kasus Tn. Sh, kelompok kami menganalisa bahwa Tn. Sh menderita
penyakit TB Paru. Karena pada kasus tersebut keluhan yang dirasakan oleh Tn.Sh
merupakan manifestasi klinik dari penyakit TB Paru.

C. Analisis data
DS :
1. Klien mengeluh sesak nafas, demam dan batuk sejak satu bulan yang lalu.
2. Klien mengatakan dirinya sulit tidur dan berkeringat pada malam hari.
3. Klien mengatakan dirinya merasa mual dan tidak nafsu makan.
4. Klien mengatakan setelah sakit hanya mampu menghabiskan 2 3 sendok tiap
kali makan.
5. Klien mengatakan dirinya lemas dan tidak dapat melaksanakan aktifitas (mandi,
berpakaian, BAB/BAK) secara mandiri.
DO:
1. Hasil pemeriksaan didapatkan TD 140/100 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 28
x/menit, TB 168 cm, BB : 55 kg, BTA +.

D. Rencana Asuhan Keperawatan Tn. Sh


1. Pengkajian
a. Identitas pasien

Nama : Tn. Sh
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bp. Sh (65 tahun) datang ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas, demam
dan batuk sejak satu bulan yang lalu. Selain itu Bp. Sh juga mengatakan
bahwa dirinya sulit tidur dan berkeringat pada malam hari.Bp. Sh
mengatakan bahwa dirinya merasa mual dan tidak nafsu makan. Setelah sakit
dirinya hanya mampu menghabiskan 2 3 sendok tiap kali makan. Bp. Sh
juga mengatakan dirinya menjadi merasa lemas sehingga tidak dapat
melaksanakan aktifitas (mandi, berpakaian, BAB/BAK) secara mandiri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak ada data di kasus.

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Bernapas
Klien mengeluh sesak nafas.

b. Pola makan-minum
1) Klien mengatakan dirinya merasa mual dan tidak nafsu makan.
2) Klien mengatakan setelah sakit hanya mampu menghabiskan 2 3 sendok
tiap kali makan

c. Pola aktivitas dan latihan


Klien mengatakan dirinya lemas dan tidak dapat melaksanakan aktifitas
(mandi, berpakaian, BAB/BAK) secara mandiri.

d. Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan dirinya sulit tidur dan berkeringat pada malam hari.

e. Pola Berpakaian
Klien mengatakan dirinya lemas dan tidak dapat berpakaian secara mandiri.

f. Pola Kebersihan Diri


Klien mengatakan dirinya tidak dapat mandi secara mandiri
4. Diagnosa Keperawatan
No Data Fokus Masalah Etiologi
1. Data Subjektif : Ketidakefektifan Penumpukan sekret.
Klien mengeluh sesak nafas dan
pola nafas
batuk.

Data Objektif :
Respirasi klien 28x/menit
BTA (+)
2. Data Subjektif : Hipertermi Proses peradangan
Klien mengeluhkan demam

Data Objektif :
Sejak sebulan yang lalu klien
demam
3. Data Subjektif: Ketidakseimbanga Intake nutrisi yang
Pasien mengatakan bahwa
n pola nutrisi kurang
dirinya merasa mual dan tidak
nafsu makan. Setelah sakit
dirinya hanya mampu
menghabiskan 2 3 sendok tiap
kali makan.

Data Objektif :
Setelah sakit hanya mampu
menghabiskan makanan 2-
3sendok.
BB : 55kg
TB : 168cm
4. Data Subjektif : Hambatan Ketahanan tubuh.
Pasien mengatakan dirinya
mobilitas fisik.
menjadi merasa lemas sehingga
tidak dapat melaksanakan
aktifitas (mandi, berpakaian,
BAB/BAK) secara mandiri.

Data Objektif :
TD 140/100 mmHg, Nadi 90
x/menit,
RR 28 x/menit,
Indeks katz : E
Klien tidak bisa mandi,
berpakaian, BAB dan BAK
secara mandiri.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi respirasi misal
Ketidak efektifan
tindakan keperawatan suara napas, jumlah, irama
bersihan jalan nafas
selama 2x24 jam dan kedalaman serta
b.d penumpukan
pertemuan. Ketidak penggunaan otot napas
secret ditandai
efektifan bersihan jalan tambahan.
dengan pasien 2. Catat kemampuan untuk
nafas pasien dapat teratasi
mengatakan sering mengeluarkan mukus/batu
dengan kriteria hasil:
sesak nafas. 1. Pasien dapat secara efektif.
3. Atur posisi tidur semi atau
mendemonstrasikan
high flower. Bantu klien
batuk efektif dan suara
untuk melatih batuk secra
nafas yang bersih , tidak
efektif dan tark napas
ada disphneu
2. Pasien tidak merasa dalam.
4. Bersihan sekret dari dalam
tercekik , sesak nafas
mulut dan trakea, suction
lagi , frekuensi
jika memungkinkan.
pernafasan normal.
5. Berikan minum kurang
3. Pasien dapat
lebih 2.500 ml/hari,
mengidentifikasikan
anjurkan untuk diberikan
dan mencegah factor
dalam kondisi hangat jika
yang dapat menghambat
tidak ada kontraindikasi
jalan nafas.

Kolaborasi

6. Berikan oksigen udara


inspirasi yang lembab
7. Berikan pengobatan atas
indikasi: agen mukolitik
misal asetilsistein
(mucomyst), bronkodilator
misal: teofilin atau
okstrifilin, kortikosteroid
(prednison) misal:
deksametason
8. Berikan anti-infeksi, misal:
obat primer: isoniazid
(INH), ethambutol (EMB),
rifampin (RMP);
pyrazinamide (PZA), para-
amino salicilic (PAS),
streptomycin
9. Monitor pemeriksaan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasnya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat
menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk maninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan.
Pasien kemudian dapat membentuk peanyakit aktif karena respons sistem imun
menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat berlangsung lama dan karakteristikkan
oleh periode remisi yang panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan
dengan periode aktivitas yang diperbaharui.
TB adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang erat kaitanya
dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan dibawah standar dan
tidak memadainya layanan kesehatan. Angka mortalitas dan morbiditas terus
meningkat. Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
Tuberkulosis primer, jika terjadi pada infeksi yag pertama kali, Tuberkulosis
sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulosis akan aktif setelah bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa. Mayoritas terjadi
kerena adanya penurunan imunitas, misalnhya karena malnutrisi, penggunaan alkohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman ini berbentuk batang,
dengan ukuran panjang 1-4 dan tebal 0,3-0,6. Sebagian besar kuman berupa
lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atay
fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak
oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru.
Bp. Sh (65 tahun) datang ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas, demam
dan batuk sejak satu bulan yang lalu. Selain itu Bp. Sh juga mengatakan bahwa
dirinya sulit tidur dan berkeringat pada malam hari.Bp. Sh mengatakan bahwa dirinya
merasa mual dan tidak nafsu makan. Setelah sakit dirinya hanya mampu
menghabiskan 2 3 sendok tiap kali makan. Bp. Sh juga mengatakan dirinya menjadi
merasa lemas sehingga tidak dapat melaksanakan aktifitas (mandi, berpakaian,
BAB/BAK) secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Nanda, NIC-NOC.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc, Ed.jilid 3. Jogyakarta: Mediaction

Brunner & Suddarth.(2013).Keperawatan Medikal-Bedah,Ed.12.Jakarta: EGC

Bandiyah, Siti.(2009).Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.Jogyakarta:Nuha Medika

Somantri,Irman S.Kp.M.Kep.(2009).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan,edisi 2.Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi.(2000).Keperawatan Gerontik, edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai