Anda di halaman 1dari 13

KONSEP AGROINDUSTRI DAN PERKEMBANGAN PERTANIAN

INDONESIA

PAPER
diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Bisnis
Agroindustri dan Perkebunan

Oleh :
Kelompok 4 (TEP A)

Fathan Edi Purwanto 141710201007


Feri Ardani 141710201008
Ega Daniati 141710201045
Yoga Rezqi Saputra 141710201080

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah sektor terbear dalam hampir setiap ekonomi negara
berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya,
memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada,
menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri dan menjadi
sumber terbesar penerimaan devisa. Pertanian modern saat ini sedang banyak
dikembangkan, karena kehadiran teknologi mekanisasi yang mendukung proses
agribisnis pertanian mulai dari budidaya (usahatani), hingga menjadi produk
agroindustri yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya
peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih
berorientasi kepada bentuk pertanian primer atau usaha tani dengan fokus
produksi, namun sekarang telah mengalami perubahan paradigma ke suatu sektor
ekonomi modern dan besar. Agribisnis terdiri dari lima subsistem yang merupakan
suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan mendukung serta saling
mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem tersebut antara lain subsistem
pengadaan sarana produksi pertanian (subsistem I), subsistem budidaya atau
produksi usaha tani (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri hasil
pertanian (subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil pertanian dan
pengolahannya (subsistem IV) dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan
agribisnis (subsistem V).
Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral
dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di
wilayah pedesaan. Pengaruh agroindustri tidak hanya mentransformasi produk
primer ke produk olahan, tetapi peralihan budaya kerja dari agraris tradisional
yang menciptakan nilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern
yang menciptakan nilai tambah tinggi, melalui perubahan fisik atau kimia,
penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Perubahan terjadi dari proses
pengolahan komoditas pertanian menjadi produk antara (intermediate product)
maupun produk akhir (finish product), termasuk penanganan pasca panen, industri
pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bioenergi,
industri pengolahan hasil ikutan (by-product), serta industri agrowisata. Dengan
demikian agroindustri merupakan kegiatan lintas sektor yang memanfaatkan dan
memberi nilai tambah bagi sumberdaya alam pertanian.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pertanian, usahatani,
agribisnis, dan agroindustri.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan pertanian Indonesia.
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari pembuatan paper ini adalah mengetahui konsep pertanian,
usahatani, agribisnis, dan agroindustry serta menjelaskan perkembangan pertanian
Indonesia.
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya


hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan
pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya.
Pertanian adalah sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem
buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Dalam arti
sempit pertanian adalah bercocok tanam. Pertanian dalam arti luas meliputi
pertanian tanaman, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.
Ciri-ciri suatu kegiatan pertanian adalah:
1. dalam proses produksi harus terbentuk bahan-bahan organik dari zat
anorganik dan bantuan tumbuhan atau hewan
2. adanya usaha manusia untuk memperbaharui proses produksi yang bersifat
reprodukti dan budidaya.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan
dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian
adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat
dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan
statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming)
adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut
sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya.
Pertanian modern meliputi pertanian organik, hidroponik,
holtikultura, dll. Metode ini akan dapat membawa keuntungan
bagi para petani dengan banyak cara. Salah satu contoh
pertanian modern adalah pertanian organik. Menghidupkan
kembali kearifan lokal seperti ritual tanam, kalender musim,
kecocokan tanaman dengan karakteristik petani dan kondisi
topografi/geografi setiap daerah seharusnya tidak dilupakan
pertanian organik.

2.2 Konsep Usahatani


Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai
modal sehingga meberikan manfaat sebaik-baiknya. Ilmu usahatani mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2015).
Berdasarkan corak dan sifatnya, usahatani dapat dilihat sebagai usahatani
subsisten dan usahatani komersial. Usahatani komersial merupakan usahatani
yang menggunakan keseluruhan hasil panennya secara komersial, sedangkan
usahatani subsisten hanya memanfaatkan hasil panen dari kegiatan usahataninya
untuk memenuhi kebutuhan petani. Usahatani berdasarkan organisasinya, dibagi
menjadi tiga yaitu usaha individual, usaha kolektif dan usaha kooperatif. Usaha
individual merupakan kegiatan usahatani yang seluruh proses usahataninya
dikerjakan oleh petani sendiri, Usaha kolektif merupakan kegiatan usahatani yang
seluruh proses produksinya dikerjakan bersama oleh suatu kelompok kemudian
hasilnya dibagi, dan Usahatani kooperatif ialah usahatani yang tiap proses
produksinya dikerjakan secara individual, hanya pada beberapa kegiatan yang
dianggap penting dikerjakan oleh kelompok.

2.3 Konsep Agribisnis

Menurut Tjakrawerdaya (dalam siagian, 1997: 1) agribisnis merupakan


keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk menghasilkan dan
mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi usaha tani, untuk
pengolahan dan pemasaran. Dijelaskan oleh Bugaran Saragih (1999) bahwa
agribisnis meliputi empat subsistem:
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan
menginovasi, memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi
pertanian, baik industri alat mesin pertanian, pupuk, benih dan obat
pengendali hama penyakit tanaman.
2. Subsistem usaha tani (on-farm agribusiness), yakni aktivitas produksi
primer yang dimulai dari mengolah lahan, memanfaatkan produk
subsistem agribisnis hulu dan panen.
3. Susbsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yakni aktivitas
penanganan pasca panen dan pengolahan berbagai hasil usaha tani menjadi
berbagai produk olahan dan produk turunan (agroindustri). Baik produk
olahan jadi (siap saji dan siap konsumsi) maupun setengan jadi (untuk
dijadikan bahan campuran atau olahan lain).
4. Subsistem penunjang (supporting system), yakni aktivitas penunjang
ketiga subsistem sebelumnya, seperti pusat pelayanan informasi, lembaga
keuangan, lembaga penelitian, lembaga swadaya dan lainya.

2.4 Konsep Agroindustri (potensi perkebunan)

Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk


pertanian, suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan
jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut
agroindustri. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai
suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian,
tetapi sebelum tahapan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Agroindustri dapat dikatakan sebagai agroindustri apabila mempunyai 4
syarat:
1. bahan baku utamanya hasil pertania;
2. menggunakan teknologi untuk menambah nilai jual;
3. menghasilkan produksi baru dari proses transpormasi
4. sektor pertanian
Ruang lingkup kegiatan agroindustri mencakup kegiatan pasca panen,
industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarma, industri bioenergi,
industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industry agrowisata.

2.5 Perkembangan Pertanian Indonesia


Perkembngan pertanian Indonesia dari waktu ke waktu mengalami
perubahan, baik dari aspek produksi dan teknologi berikut merupakan
perkembngan pertanian dari kedua aspek tersebut.
2.5.1 Aspek Produksi (on field)
a. Tanaman Pangan
Produksi padi antara tahun 2010-2014 meningkat rata-rata sebesar 1,63
%/tahun. Demikian pula produksi jagung meningkat walaupun dengan tingkat
yang lebih rendah yaitu sekitar 1,11 %/tahun dan produksi kedelai meningkat
sebesar 1,93 %/tahun. Pemicu peningkatan produksi padi diantaranya karena
peningkatanluas panen seluas 540 ribu ha dan produktivitas sebesar 1,20 ku/ha.
Pertumbuhan luas panen padi di Jawa hanya sekitar 0,20 %/tahun sedangkan di
luar Jawa sekitar 1,76 %/tahun. Demikian pula dengan peningkatan produktivitas
padi di Jawa hanya sekitar 0,08 %/tahunsedangkan di luar Jawa sekitar 1,45
%/tahun.
Peningkatan produksi jagung terjadi karena adanya peningkatan
produktivitas sekitar 2,87 %/thn, walaupun luas panen mengalami penurunan
sekitar -1,77 %/tahun. Luas panen jagung baik di Jawa maupun di luar Jawa
mengalami penurunan. Sedangkan luas panen kedelai terjadi penurunan yang
besar di Jawa (-3,28 %/thn) dan meningkat di luar Jawa (2,31 %/thn).
Produktivitas jagung dan kedelai baik di Jawa maupun di luar Jawa mengalami
peningkatan yang cukup signifikan (Permentan . 2015:19).

a. Tanman Holtikultura
Produksi komoditas utama hortikultura selama kurun waktu 2010 2014
menunjukkan pola yang berfluktuatif. Hal ini terjadi tidak hanya pada komoditas
sayuran, tetapi juga pada kelompok komoditas buah dan florikultura. Selama
periode tahun 2010-2014, laju pertumbuhan produksi tertinggi adalah pada
komoditas mangga yaitu sebesar 21,95 %/tahun, disusul manggis, krisan dan
temulawak masing-masing sebesar 13,82 %, 12,26 % dan 11,00 %. Sebaliknya
laju pertumbuhan produksi terkecil yaitu pada cabe merah, kentang dan jeruk
yang pertumbuhannya di bawah 4,13 %/tahun. Komoditas utama hortikultura
yang mengalami peningkatan produktivitas yang tinggi diantaranya krisan, salak,
dan cabe rawit. Namun demikian ada juga komoditi hortikultura yang mengalami
penurunan produktivitas seperti mangga, jeruk, manggis dan temulawak
(Permentan . 2015:21).
b. Produksi Perkebunan
Pola pertumbuhan produksi komoditas perkebunan unggulan nasional
selama periode 2010-2014 bervariasi. Terdapat 12 komoditas yang menunjukkan
pola positif, yaitu tembakau, kelapa sawit, kapas, cengkeh, karet, tebu, lada, kopi,
nilam, kakao dan kelapa. Sedangkan tiga komoditas lainnya, yaitu jarak pagar, teh
dan jambu mete karena berbagai kendala menunjukkan pola pertumbuhan
produksi negatif dengan laju penurunan rata-rata sekitar -1,18 sampai -12,14
%/tahun. Kemiri sunan tidak mengalami kinerja produksi yang menggembirakan
karena sampai dengan tahun 2013 capaian produksi sangat rendah.
Meningkatnya produksi pada beberapa komoditas perkebunan antara lain
disebabkan oleh adanya harga yang menarik, jaminan harga dan kepastian pasar
sehingga mendorong petani memelihara tanamannya dengan baik. Selain itu
peningkatan produksi dipengaruhi oleh meningkatnya luas areal tanam,
penggunaan bibit/ benih bervarietas unggul, adanya intervensi pemerintah melalui
kegiatan rehabilitasi, perluasan areal, pemberdayaan petani, penilaian Blok
Penghasil Tinggi (BPT), pemeliharaan kebun induk, fasilitasi bibit/benih unggul,
penanganan pascapanen, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
dan pengendalian OrganismePengganggu Tanaman (OPT) (Permentan . 2015:24).
2.5.2 Aspek Teknologi

2.6 Kondisi Pasar Komoditi Pertanian Indonesia

2.7 Visi Pengembangan Pertanian Indonesia Pada Masa yang Akan Datang

Menurut Permentan (2015:106), visi Kementerian Pertanian adalah


Terwujudnya sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumberdaya
lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Dengan Misi yaitu:
1. Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan
kedaulatan pangan.
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian.
3. Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
5. Meningkatkan kualitas kinerja aparatur pemerintah bidang pertanian yang
amanah dan profesional.

2.8 Peranan pertanian bagi perekonomian Indonesia.


Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan
ekonomi Indonesia. Pentingnya peranan ini menyebabkan bidang ekonomi
diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian.
Pembangunan pertanian diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
kebutuhan industry dalam negeri, meningkatkan ekspor, merningkatkan
pendapatan petani, memperluas kesmpatan kerja dan mendorong pemerataan
kesempatan berusaha.

2.9 Lembaga Pendukung Pertanian


2.9.1 Koperasi
Koperasi pertanian dibentuk untuk menolong para anggota (pelaku usaha
tani) menjalankan usahnya dengan baik dengan menunjang tinggi kepentingan
dan kesejahteraan anggota.
Menurut Riana (2012), peran koperasi dalam usahatani adalah untuk
mendukung kegiatan usahatani, antara lain:
a. Penyediaan saprodi, yaitu pupuk, benih, bibit, pestisida, alat-alat pertanian, dan
sebagainya.
b. Penyediaan sarana transportasi baik dari lahan ke koperasi, maupun dari
koperasi ke pasar yang dituju
c. Koperasi juga memberikan fasilitas dalam membantu pemasaran produk
pertanian dengan cara menghimpun hasil panen dari para anggota dan
menyalurkannya pada pelaku pemasaran. Petani anggota lebih mendapatkan
jaminan keberhasilan pemasaran dan keuntungan yang lebih besar karena peran
koperasi bisa memperpendek saluran pemasaran sehingga share yang diterima
petani lebih besar.
d. Koperasi juga memberikan kredit pertanian dalam jumlah yang relative tidak
terlalu besar, selain itu koperasi juga menyalurkan kredit pertanian dari
pemerintah.
e. Peran koperasi juga tampak dalam membina dan melakukakan pendidikan
terkait dengan organisasi dan administrasi. Seringkali koperasi pertanian
mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para anggotanya untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya pertanian yang dimiliki
f. Peran koperasi dalam meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan anggota
tidak hanya dari bantuan terkait dengan teknis perngoperasian usahatani, tetapi
juga menghimpun petani untuk melakukan pembinaan dan memfasilitasi usaha
sampingan sebagai tambahan penghasilan keluarga petani.

2.9.2 Kelompok Tani


Menurut Triwidarti et.al (2015), kelompok tani merupakan kelompok tani
merupakan kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas
dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai pimpinan untuk
mencapai tujuan yang sama.
Menurut Triwidarti et.al (2015), kelompok tani memiliki sebuah perana
antara lain sebagai berikut :
a. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu sistem pemberdayaan petani dan keluarga
melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar para petani dan keluarganya
mampu secara mandiri mengorganisasikan dirinya dan masyarakatnya untuk bisa
hidup lebih sejahtera.

b. Alat Perubahan dengan Sekolah Lapang


Sekolah Lapangan ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan petani. Petani dapat menganalisis lahan lapangan, mendiskusikan
dan mempresentasikan kemudian membuat keputusan dan pelaksanakannya.
Petani juga dapat belajar memecahkan permasalahannya melalui topiktopik
khusus dengan petunjuk lapangan, dan studi petani. Kemampuan berdiskusi,
pemecahan masalah, dan mengorganisir diri yang diperoleh melalui belajar dari
pengalaman merupakan kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk
melatih petani lain.

c. Wadah Pernyataan Aspirasi Petani


Kelompok tani mempunyai prinsip bersifat partisipatif, artinya semua
anggota kelompok tani terlibat dan memiliki hak serta kewajiban yang sama
dalam mengembangkan serta mengelola (merencanakan, melasanakan serta
melakukan penilaian kinerja) kelompok tani. Para anggota kelompok tani
mempunyai hak dan kewajiban untuk menyampaikan aspirasi mereka dengan
maksud untuk dapat mencapai tujuan mereka bersama. Dengan adanya wadah
penyataan aspirasi petani ini akan dapat membantu memperlancar proses dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam usaha taninya. Ajang saling
keterbukaan antara para anggota kelompok tani sangat penting untuk menjalin
kerja sama antar anggota kelompok tani maupun pihak yang lainnya.

BAB 3. KESIMPULAN

Berdasarkan pejelasan di atas maka kesimpulan dari peper ini adalah


sebagai berikut.
1.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


19/Permentan/HK.140/4/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian. 2015.
Riana, F. D. 2012. Kelembagaan Pendukung Usahatani. Malang : Universitas
Brawijaya.

Saragih. 1982. Asas-Asas Organisasi dan Manajemen. Bandung: TARSITO

Siagian, R. 1997. Pengantar Manajemen Agrobisnis. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Suratiyah. R. 2015. Ilmu Usahaani (Edisi Revisi). Penerbit Swadaya.

Triwidarti T, Suyadi B, dan Sukidin. 2015. Peran Kelompok Tani Sampurna


Dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani Dan Hasil Produksi Padi Di
Desa Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Serial
online.http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/64140/TI
TIS%20TRIWIDARTI.pdf. [22 Februari 2017].

Anda mungkin juga menyukai