Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun atau lebih, yaitu 1/3 terjadi
dalam 1 bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 % kematian neonatal ini terjadi
pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi
baru lahir; rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya
pada masa persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku ibu hamil dan keluarga
serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran
hidup, jauh lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran
hidup. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti
infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus, lebih sering terjadi pada kelompok
miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap pelayanan. Perubahan perilaku merupakan penyebab
langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat ditangani secara mudah,
dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku masyarakat dan keluarga yang
dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki perilaku keluarga dan
masyarakat, termasuk upaya mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses,
memperkuat mutu manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki
kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit
menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
B. Rumusan Masalah
1. HIV
a) Apa yang di maksud dengan HIV.?
b) Apa penyebab dari HIV pada ibu dan bayi.?
c) Bagaimana gejala yang muncul.?
d) Bagaimana jenis HIV tersebut.?
e) Bagaimana proses terjadinya.?
f) Bagaimana cara pengobatannya.?

2. Genore
a) Apa yang di maksud dengan Genore.?
b) Apa penyebab dari Genore pada ibu dan bayi.?
c) Bagaimana gejala yang muncul.?
d) Bagaimana jenis Genore tersebut.?
e) Bagaimana proses terjadinya.?
f) Bagaimana cara pengobatannya.?
3. Infeksi Torch
a) Apa yang di maksud dengan Genore.?
b) Apa penyebab dari Genore pada ibu dan bayi.?
c) Bagaimana gejala yang muncul.?
d) Bagaimana jenis Genore tersebut.?
e) Bagaimana proses terjadinya.?
f) Bagaimana cara pengobatannya.?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Supaya mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari apa yang di maksud dengan
infeksi perinatal.
2. Tujuan khusus
Supaya khususnya Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak dapat mengetahui
dan mempelajari apa yang di maksud dengan infeksi perinatal, bagaimana
penyebab infeksi perinaral, dan bagaimana proses pengobatan infeksi perinatal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Infeksi Perinatal
Infeksi dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaaan
dalam tubuh dari organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan jamur.sedagkan
infeksi perinatologi yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal,
intra natal, postnatal. Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR dan
bayi yang lahir di rumah sakit.
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu berisiko besar
mengalaminya. Sepsis disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
Namun, sepsis berbeda dari penyakit infeksi biasa. Infeksi biasa hanya menyerang
daerah yang terkena infeksi. sepsis berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam
peredaran darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi di seluruh organ tubuh.

A. HIV
1 Definisi
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan
gejala penyakit infeksi opurtunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system
kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficincy virus (HIV) (Prawirohardjo,
2008)
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan,
obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).

2 Etiologi
Berikut ini antara lain penjelasan penyebab dari HIV pada ibu dan bayi:
a Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan HIV terjadi
kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan
pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik, dan alat-alat penusuk (tato,
penindik, dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV
kepada janin atau disusui oleh wanita pengidap HIV.
b Bayi yang dilahirkan dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin
tertular.
c Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, bayi lebih mungkin tertular
jika persalinan berlanjut lama.
d Selama proses persalinan,bayi dalam keadaan beresiko tertular darah ibu.
e ASI dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut. Jadi jika bayi
disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular. (www.odhaindonesia.org, 2012)

3 Manisfestasi Klinis
1.Gejala mayor
a. BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b.Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c.Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis
d. Demensia / HIV Ensefalopati
2.Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalist
c. Adanya herpes zoster yang berulang
d. Kandidiasis orofaringeal
e. Herpes simplex kronik progresif
f. Limfadenopati generalist
g. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita
h. Retinitis Cytomegalovirus

4 Stadium HIV
Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS. Yakni:
a. Stadium I, gejalanya antara lain:
1 Belum menunjukkan gejala
2 Dalam hal ini, ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukkan gejala klinis
yang berarti, sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu
melakukan aktifitasnya seperti biasa.
b. Stadium II, gejalanya antara lain:
1 Sudah mulai menunjukkan gejala yang ringan.
2 Gejala ringan tersebut, seperti penurunan berat badan kurang dari 10%,
infeksi yang berulang pada saluran nafas dan kulit
c. Stadium III, gejalanya antara lain:
1 Ibu dengan HIV sudah tampak lemah
2 Gejala dan infeksi sudah mulai bermunculan.
3 Ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat.
4 Diare yang tidak kunjung sembuh.
5 Demam yang hilang timbul
6 Mulai mengalami infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah
menjalar ke paru-paru
d. Stadium IV, gejalanya antara lain:
1 Pasien akan menjadi AIDS
2 Aktifitas pasien akan banyak dilakukan ditempat tidur karena kondisi dan
keadaannya sudah mulai lemah
3 Infeksi mulai bermunculan dimana-mana dan cenderung berat
4 Salah satu kesulitan infeksi HIV adalah masa laten tanpa gejala yang lama,
antara 2 bulan hingga 2 tahun
5 Umur rata-rata saat di diagnosis infeksi HIV ditegakkan adalah 35 tahun

5 Patofisiologi
Berikut ini penjelasan dari patofisiologi HIV
a Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, dan secret
vagina.
b Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui kontak seksual
c HIV awalnya di kenal dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV)
merupakan golongan retrovirus dengan materi genetic Ribonucleic acid (RNA)
yang dapat di ubah menjadi Deoxyribonucleic acid (DNA) untuk di intergrasikan
ke dalam sel penjamu dan deprogram membentuk gen virus.
d Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai
antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang peranan penting
dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh, (prawirohardjo,
2008)

Pathway
www.academia.edu/14954720/PATHWAY_PATOFISIOLOGI_HIV_AIDS

6. Pemeriksaan diagnostik
1 Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Adalah suatu teknik biokimia yang terutama di gunakan dalam bidang imunologi
untuk mendeteksikan kehadiran antibody atau antigen dalam suatu sampel.
Western blot
Pada umumnya dipakai untuk mendiagnosa infeksi HIV hanya bias mendekteksi
interaksi antara protein dan antibody yang diperkirakan berhubungan dengan HIV.
P24 antigen test
Tes p24 dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV awal dan untuk menyaring
darah yang disumbangkan untuk HIV. Sejak tingkat p24 naik dan turun dengan tingkat
HIV, tes juga dapat digunakan untuk memantau terapi anti-HIV dan untuk
mengevaluasi perkembangan penyakit. Keuntungan dari tes p24 adalah bahwa hal itu
dapat mendeteksi HIV hari infeksi sebelumnya, sebelum antibodi mengembangkan,
dan bahwa itu adalah tes kuantitatif yang menunjukkan intensitas ekspresi HIV di
dalam tubuh, yang merupakan ukuran seberapa cepat penyakit ini berkembang.
2 Tes untuk deteksi gangguan system imun.
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin

7.Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Bayi:


Ibu dengan HIV (+) dapat mengurangi Resiko bayinya tertular dengan:
a Mengkonsumsi obat anti Retroviral (ARV)
b Menjaga Proses Kelahiran tetap singkat waktunya
c Menghindari menyusui
Melakukan diet khusus untuk orang HIV

8.Penatalaksanaan Medis
1 Pengendalian infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan
pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di
pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2 Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
3 Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses
nya. Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant
CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitas. Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak
berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh
sehat.
7. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan
yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari
masyarakat.
9. Asuhan Keperawatan HIV
a) Pengkajian

1. Biodata Klien

2. Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan


imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon
imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya
kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya
fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit
yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor
penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan
hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

- Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma,


kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
- Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital,


protein liosing enteropati (peradangan usus)

3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)/

a) Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi


malaise,perubahan pola tidur.

- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas


( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).

b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.

- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /


sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

c) Integritas dan Ego

- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,


mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.

- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

d) Eliminasi

- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpakram


abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna
dan karakteristik urine.

e) Makanan / Cairan

- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema

f)Hygiene

-Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

-Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

g) Neurosensoro

-Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status


indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.

-Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak


normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.

h) Nyeri / Kenyamanan

- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada


pleuritis.

- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan


gerak,pincang.
i)Pernafasan

- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak
pada dada.

- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya


sputum.

j) Keamanan

- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit


defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.

- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,


pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

k) Seksualitas

- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,


penggunaan pil pencegah kehamilan.

- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.

l) l).Interaksi Sosial

- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,


adanya trauma AIDS.

- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Diagnosa
a. Resiko tinggi infeksi ( progresi menjadi sepsi ) berhubungan dengan
pertahan primer tidak efektif, imunodefisiensi
b. Perubahan nutrisi kurang dari berhubungan dengan ketidak mampuan
mengabsorbsi nutrient.
c. Pola napas tidak efktif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
d. Nyeri berhubungan dengan dengan infeksi penyakit oportunistik
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
5. Intervensi Keperawatan
a.DX 1. Resiko tinggi infeksi ( progresi menjadi sepsi ) berhubungan dengan
pertahan primer tidak efektif, imunodefisiensi
Intervensi :
a. Beri pengetahuan untuk berhati hati terhadap faktor kontaminas
b. Jaga kebersihan diri dan lingkungan
c. Anjurkan unntuk periksa rutin kesehatan
d. Jaga keseimbangan aktifitas dan istirahat.

b. DX 2. Perubahan nutrisi kurang dari berhubungan dengan ketidak mampuan


mengabsorbsi nutrient.
a. Pantau intake makanannya beri aktifitas yang sesuai.
b. Timbang berat badan setiap hari
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mendapatkann intervensi nutrisi
d. Kaji keadaan eliminasi konsistensi dan frekuensi.

c. DX.3 Pola napas tidak efktif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Intervensi :
a. Kaji pola napas pasien
b. Beri posisi yang nyaman
c. Beri penkes tentang tehnik dan latihan pernapasan
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pengatasan gangguan napas.

d DX4. Nyeri berhubungan dengan infeksi penyakit oportunistik yang


berlebihan
Intervensi:
a Kaji ingkat nyeri
b Latihan relaksasi
c Ajari teknik distraksi dan relaksasi
d.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

e.DX5. Resiko kekurangan volume caian berhubungan dengan output yang


berlebihan
Intervensi:
a.Pantau tanda tanda vital
b.Pantau dan catat pengeluran output

B. Genore
1. Definisi
- Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseriaa gonorrhoeae. (Sjaiful Fahmi Daili)
- Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-
genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (M.C.Lachlan)

2. Etiologi:
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
(EMergency slide)
3. Manifestasi Klinis
a Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering adalah bertambahnya
duh tubuh genital, disuria yang kadang kadang disertai poluria, perdarahan antara
masa haid dan menoragia.
b Sebagian melaporkan rasa panas seperti terbakar, gatal atau peradangan pada
vulva, vagina, serviks, atau uretra meskipun sebagian besar wanita tidak bergejala.
c Adanya pembengkakan duktus dan kelenjar bartholin, serta pembentukan abses.
d Daerah yang paling sering terinfeksi adlah serviks.
e Pada pemeriksaan, serviks tampak hiperemesis dengan erosi dan secret
mukopurulen.
f Faringitis dan tonsillitis akut dapat terjadi tapi tidak lazim.
g Jarang terjadi, karier yang tanpa gejala akan mengalami penyebaran penyebaran
infeksi dengan poliartralgia, tenosinovitis, dermatitis, meningitis, atau endokarditis.
h Meskipun infeksi mata sering terjadi pada neonatus yang di lahirkan oleh ibu yang
terinfeksi, oftalmitis pada orang dewasa dapat terjadi akibat autoinokulasi.
4. Patofisiologi
Neisseria Gonorrhoeae adalah diplokokus gram negative yang biasanya terdiam
dalam uretra, serviks, faring atau saluran anus wanita.Infeksi terutama mengenai epitel
kolumner atau transisional saluran kemih dan kelamin.Organisme ini sangat sulit di
kultur dan peka terhadap cuaca kering, cahaya matahari, pemanasan dan sebagian
besar desinfektanGambaran klinis dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda
dengan priaHal ini disebabkan oleh anatomi dan fisiologi alat kelamin wanita dan
pria.Gonore pada perempuan kebanyakan asimtomatik sehingga sulit untuk
menentukan masa inkubasinya

Neisseria Gonorhoe
Kontak seksual
(Anus, orogenital, genital)
Infeksi mukosa rektum Faring Urethra, endoserviks
(Saluran anus) konjungtiva
(neonatus)

Infeksi meivas
(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
(Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii, ovarium)
Gonorhoe
Penyebaran gonorhoe secara sistemik melalui darah
Komplikasi
(Sinovitis, artritis, endokarditis, meningitis, dermatitis)

https://id.scribd.com/doc/291977592/Pathway-Gonore

5. Resiko dalam kehamilan.


a Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelfiks inflammatory
disease.
b Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum karion berfungsi
dengan desidua dan mengisi kavum uteri.
c Pada tahap lanjut, Neisseria Gonorrhoeae di asosiasikan dengan rupture membrane
yang premature, kelahiran premature, korioamnionitis dan infeksi pasca persalinan.
d Konjungtivitis gonokokal, manifestasi tersering dari infeksi perinatal, umumnya di
trarismisikan dalam proses persalinan.
e Jika tidak diterapi kondisi ini mengarah pada perforasi kornea dengan
panoftalmitis.
f Infeksi neonatal lainnya yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis disemitana
dengan arthritis, serta infeksi genital dan rectal.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram
negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

7. Penatalaksanaan Medis
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, sekarang
banyak strain yang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin
masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
1.Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
2.Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
3.Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.
8.Asuhan Keperawatan
a Pengkajian
1).Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, Tgl MRS, dll.
2).Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3).Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah px pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis)
4).Riwayat Penyakit Sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi?
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar?
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.
T = Kapan keluhan dirasakan?
5).Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada kx apakah ada a
nggota keluarga px yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita px
sekarang.
6).Pemeriksaan Fisik
a Tingkat Kesadaran menurun dikarenakan infeksi yang sudah menyerang sistem
imun
b GCS dengan nilai 4-6
c TTV pasien dengan terjadi meningkat, terutama suhu pasien, karena pengaruh
infeksi yang dideritanya.

b Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
2 Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat menular
dari darah dan ekseri tubuh.
3 Isolasi sosial berhubungan dengan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.
c Intervensi dan Rasional
1 Dx 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tanda-tanda:
a Merintih dan terengah-engah.
b Gelisah dan memejamkan mata.
c Tidur satu arah dengan posisi tertentu.
Kriteria Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri berkurang / hilang.
Intervensi
a Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi intensitas (skala 1-10) frekuensi dan
waktu.
Rasional: Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda
perkembangan komplikasi.
b Dorong pengungkapan perasaan
Rasional: Mengurangi rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa sakit.
c Berikan tindakan kenyamanan misal : perubahan posisi tubuh.
Rasional: Meningkatkan relaksasi / menurunkan tegangan otot.
d Dorong penggunaan teknik relaksasi mis : bimbingn imajinasi, visualisasi
latihan nafas dalam.
Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
e Kolaborasi dengan tenaga medis dan pemberian analgesik.
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan.
2 Dx. 2. Resiko tinggi terhadap tranmisi infeksi yang berhubungan sifat menular
dari darah dan ekresi tubuh.
Intervensi:
a Ajarkan klien untuk menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan
Rasional: Gonore dapat menular melalui kontak seksual dan kotak darah.
b Buang jarum dan benda tajam pada wadah tahan tembus yang di letakkan pada
area penggunaan.
Rasional: Mencegah tertusuk jarum secara tidak sengaja dengan peralatan
yang terkontaminasi.
c Anjurkan menggunakan handuk sendiri-sendiri.
Rasional: Handuk memberi barier dari kontak dengan sekresi dan ekskresi
infeksius.
3 Dx. 3. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan penolakan diri.
Tanda-Tanda:
a Tampak depresi, cemas, atau marah.
b Ketidak mampuan untuk konsentrasi dan membuat keputusan tak berguna.
Kriteria Hasil: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dapat
mengekspresikan kesedihannya.
Intervensi:
a Anjurkan px untuk ikut serta dalamaktivitas yang disukai.
Rasional: Membantu Pasien menemukan kesenangan dan makna beraktivitas.
b Anjurkan pasien untuk kontak dengan orang yang tidak menolaknya.
Rasional: Memberikan pasien kesempatan untuk membina hubungan saling
percaya dan berbagi perasaan.
c Luangkan waktu bersama pasien saat hadirnya orang pendukung.
Rasional: Kehadiran perawat dapat membantu memodalisasi nilai pasien dan
memberikan model peran bagi orang lain bagaimana berinteraksi.
d Ajarkan px tentang transmisi bakteri.
Rasional: Mengurangi rasa takut kontak umum dan kebutuhan isolasi.

C. Infeksi Torch
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II)
dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo),
Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (SV) and other diseases.
Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik
pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.

1 Toxoplasmosis
a Definisi
Definisi Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebsbkan oleh toxoplasma
gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun
10%-20% ibu yang terinfeksi .
b Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma gondii.
c Manifestasi Klinis
1.Sakit Kepala
2.Lemah
3.Sulit berpikir jernih
4. Demam
5. Mati rasa
6.Koma
7.Serangan jantung
8.perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih sensitif terhadap
cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
9. kejang otot, dan sakit kepala parah
D.Patofisisologi
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing. kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang
terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat
pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum
kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst
dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan
infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst
terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif .

E.Resiko pada bayi


1 Resiko yang dapat terjadi pada bayi dari ibu yang terinfeksi toksoplasma ini
adalah :
a Kelainan pada saraf mata dan infeksi mata yang berat.
b Kelainan sistemik seperti pucat, kuning, demam, pembesaran hati, dan limfa
atau pendarahan., encephalus (tidak memiliki tulang tengkorak).
c Hydrocephalus (pembesaran kepala).
d Pertumbuhan janin terhambat.
e Keterlambatan perkembangan psiokomotor dalam bentuk retardasi mental dan
gangguan bicara.
f Kelainan congenital.
g Kematian.
F.Resiko pada ibu :
Resiko yang terjadi pada kehamilan dari infeksi toksoplasmosis ini adalah
abortus berulang, kelahiran premature, kematian janin, dan kecatatan pada bayi.
E. Penatalaksanaan
Terapi diberikan terhadap 3 kelompok penderita berikut.
1 Kehamilan dengan infeksi akut :Spiramisin
a Spiramisin, suatu antibiotika macrolide dengan spectrum antibakteria.
b Konsentrasi tertentu yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan
ataupun membunuh organism yang belum diketahui.
c Dijaringan obat ini ditemukan kadar/konsentrasi yang tinggi terutama pada
plasenta tanpa melewatinya serta aktif membunuh takizoit sehingga menekan
transmisi transplasental.
Piremitamin
a Piremitamin, adalah fenilperimidin obat antimalaria, terbukti juga sebagai obat
radikal pda hewan eksperimental yang dikenakan infeksi toksoplasmosis.
b Obat ini bertahan lama dalam darah dengan waktu paruh plasma 100 jam (4-5
hari).
c Piremitamin dan sulfadiazine bekerja sinergik menghasilkan khasiat 8 kali
lebih besar terhadap toksoplasma.
d Piremitamin menyebabkan depresi sumsum tulang secara gradual dan
reversible dengan akibat penurunan platelet, leucopenia, dan anemia ynag
menyebabkan tendensi perdarahan.
e Untuk mengantisipasi hal ini perlu pemeriksaan sel darah tepid an platelet 2x
seminggu serta penggunaan asam folinik dalam bentuk kalsium leukovorin
yang menghambat efek depresi sumsum tulan dari piremitamin.
Toksoplasma congenital :
a Sulfadiazine dan piremitamin diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari.
b Disertakan juga injeksi intramuscular asam folinik untuk mengatasi efek
toksik piremitamin terhadap multiplikasi sel.
c Pengobatan dihentikan ketika anak berumur 1 tahun karena diharapkan
imunitas, selulernya telah memadai untuk melawan penyakit pada masa
tersebut.
2.Rubela
a. Definisi
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa yang khas
dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly.Infeksi rubella atau dikenal sebagai
german measles menyerupai campak ,hanya saja bercaknya sedikit lebih kasar.
a Etiologi
1 Penyakit ini disebabkan oleh Virus Rubela
2 Virus ini biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan
tenggorokan
3 Virus ini dapat menular melalui udara
4 Selain itu virus dapat ditularkan melalui urine ,kontak pernafasan, dan memiliki
masa inkubasi 2-3 minggu.
5 Penderita dapat menularkanvirus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya
rush ( ruam) pada kulit
c. Manifestasi Klinis
1 Gejala rubella umumnya menyerupai campak
2 Gejala-gejala ini biasa dikenal dengan memiliki ciri-ciri panas tinggi,pusing kepala,
sakit yang berkesinambungan dan tenggorokan kering.
3 Selain itu biasanya juga disertai dengan timbulnya bercak merah layaknya gejala
DBD ,pembengkakan gelenjar getah bening ,mata terasa nyeri ,sakit pada persendian
dan hilang napsu makan.
Maniefestasi klinis pada ibu hamil
1 Infeksi rubella pada trimester pertama memberikan dampak buruk untuk
kemungkinan besar terjadinya kelainan bawaan( sindroma rubella konginital)
2 Kelainan rubella yang banyak ialah defek pada jantung,katarak ,retinitis,dan
ketulian.
3 Oleh karena itu,infeksi pada trimester pertama memberi pilihan untuk aborsi.
4 Kepastian infeksi dinyatakan pada konversi dan IgM negative menjadi positif dan
meningkatnya IgG secara bermakna
5 Kadar IgM ini dapat pula dibuktikan dalam darah tali pusat dengan upaya vaksinasi
pada remaja ,prevalensi infeksi virus ini menjadi sangat jarang (1:1000)

d.Patofisiologi
Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan
pada mukosa saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran
pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang
diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang
kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2
tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik
berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi
ulangan.
e. Penatalaksanaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya
dengan cara pemberian vaksinasi.Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa
terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita
hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin
berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang.

3. Citomegalovirus (CMV)
a.Definisi
1 cytomegalovirus termasuk golongn virus herves DNA ini berdasarkan struktur dan
cara virus CMV pada saat melakukan reflekasi.
2 virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang karaterisktik sehingga terlihal sel
membesar (sitomegali) dan tampaksebagai gambaran mata burung hantu.
b.Etiologi
citomegalo virus
c.Manifestasi Klinis
1. Petekia dan ekimosis.
2.Hepatosplenomegali.
Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
3.Retardasi pertumbuhan intrauterine.
4.Prematuritas.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
5.Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
Purpura.
Hilang pendengaran.
Korioretinitis; buta.
Demam.
Kerusakan otak.
d.Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan
ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah
lahir-3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam
tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.

4.Herpes
a Definisi
Adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum
/daerah disekitarnya disebabkan oleh virus Herpes Simplek. Penyebab herpes genetalis
adalah herpes simplek (HSV) dan sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
b Etiologi
Virus ditularkan melalui kontak badan dan seksual ,infeksi dapat tertular pada bayi
saat proses persalinan karana adanya gesekan pada jalan lahir yang juga alat kelamin.

c.Klasifikasi
a Herpes simplex virus tipe I yang pada umumnya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah,bibir ,mukosa mulut,dan leher.
b Herpes simplex tipe II umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya
( bokong,daerah anal,dan paha).
d.Manifestasi Klinis
1.Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
2.Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3 hari bintik
e.Patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya
bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer.
Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional
(ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama
kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada
serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktu-waktu ada faktor
pencetus, virus akan mengalami aktifasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi
reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak
seberat infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi dan
multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah
mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer. Dampak pada
kehamilan dan persalinan :
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila
ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir.
F.Penatalaksanaan
Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini agar bayi tidak ternfeksi sebaliknya
dilakukan oprasi sesar, pencegahan lainya dengan cara menjaga kebersihan perorangan
dan mendididk kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan
kondom dalam aktivitas seksual, dan penggunaan sarung tengah dalam menangani lesi
infeksisus.Untuk mencegah tranmisi dari ibu kejanin
a Pengobatan supresi pada seraangan satu dalam kehamilan
b Rutin memeberi antivirus pada kehamilan dengan riwayat infeksi HSV
c Lakukan pemeriksaan serologi darah pada kelompok yang rentan terkena infeksi HSV
6 Asuhan Keperawatan Infeksi TORCH
a Pengkajian
1 Identitas klien
2 Keluhan utama: demam
3 Riwayat kesehatan
Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan muntah, nyeri otot.
4 Riwayat kesehatan dahulu
a Klien sering berkontak langsung dengan binatang
b Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
c Klien pernah mendapatkan transfusi darah
5 Data psikologis
6 Data psikospiritual
7 Data social dan ekonomi
8 Pemeriksaan fisik
a Mata
b Nyeri
c Acites
d Diare
e Mual dan muntah
f Integument : suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rash
pada kulit
g Muskuloskletal : nyeri, kelemahan,
h Hepar : hepatomegali, ikterus
9 Pemeriksaan Diagnostik
a Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
b Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
c Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi
Cytomegalovirus)
d Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus
Herpes)
b Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1 Nyeri b/d adanya proses inflamasi, infeksi virus
2 Resiko penularan infeksi b/d pemajanan ibu terhadap penyakit menular selama
periode prenatal atau perinatal
3 Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit infeksi
4 Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit
herpes simpleks
5 Resiko tinggi cidera pada fetal : abortus / gangguan growth fetal b/d infeksi
virus toxoplasma, herpes, (TORCH)
6 Gangguan perkembangan b/d imatur sistem saraf sekunder akibat terjadinya
prematur, adanya infeksi.
c Intervensi keperawatan
1 Dx 1: Nyeri b/d adanya proses inflamasi, infeksi virus
Intervensi
a Kaji kualitas & kuantitas nyeri
b Kaji respon klien terhadap nyeri
c Jelaskan tentang proses penyakitnya
d Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
e Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri
f Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
g Hindari rangsangan nyeri
h Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang teraupeutik
i Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program
2 Dx2: Resiko penularan infeksi b/d pemajanan ibu terhadap penyakit menular
selama periode prenatal atau perinatal
Intervensi
a Identifikasi cara penularan berdasarkan agens penginfeksi
b Lakukan tindakan kewaspadaan isolasi yang sesuai
c Amaknkan ruangan yang digunakan, tergantung pada jenis infeksi
d Ikuti tindakan kewaspadaan pencegahan infeksi universal
e Ajarkan klien mengenai rantai infeksi
3 Dx3: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit infeksi
Intervensi
a Pantau suhu pasien
b Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur sesuai dengan indikasi
c Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
d Monitor penurunan tingkat kesadaran.
e Monitor intake dan output.
f Kolaborasi pemberian anti piretik.

4 Dx 4: Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit


herpes simpleks
Intervensi
a Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
b Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara
iamerasakan, berpikir, atau memandang dirinya.
c Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan,atau
perawatan dirinya
d Hindari mengkritik.
e Jaga privasi dan lingkungan individu.
f Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yangtelah
diberikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah Seputar Perinatal: Anoksia / hipoksia, Perdarahan otak akibat trauma
lahir, Prematuritas, Berat badan lahir rendah, Postmaturitas, Primipara, Antenatal care,
Hiperbilirubinemia, Status gizi ibu saat hamil, Bayi kembar (Soetjiningsih, 1995),
Ikterus, Meningitis purulenta, Kelahiran sungsang, Partus lama, Partus dengan induksi /
alat, Polyhidramnion (Boosara, 2004), dan Perdarahan pada trimester ketiga.
Penanganan Segera Bayi Baru Lahir meliputi Pencegahan Infeksi, Melakukan
penilaian, Pencegahan Kehilangan Panas, Membebaskan Jalan Nafas nafas, Merawat tali
pusat, Mempertahankan suhu tubuh bayi, Pencegahan infeksi, Identifikasi bayi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Luka Trauma
    Luka Trauma
    Dokumen24 halaman
    Luka Trauma
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • BAB VI Sistem Perkemihan
    BAB VI Sistem Perkemihan
    Dokumen8 halaman
    BAB VI Sistem Perkemihan
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Kel 9
    Kel 9
    Dokumen14 halaman
    Kel 9
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Askep Luka
    Askep Luka
    Dokumen31 halaman
    Askep Luka
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen19 halaman
    Gizi
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Poa MMD
    Poa MMD
    Dokumen4 halaman
    Poa MMD
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Komunitas KLMPK 1
    Komunitas KLMPK 1
    Dokumen20 halaman
    Komunitas KLMPK 1
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Kel 10
    Kel 10
    Dokumen9 halaman
    Kel 10
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Komunitas
    Asuhan Keperawatan Komunitas
    Dokumen57 halaman
    Asuhan Keperawatan Komunitas
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Komunitas Kel 1
    Makalah Komunitas Kel 1
    Dokumen15 halaman
    Makalah Komunitas Kel 1
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Mencederai Diri
    Mencederai Diri
    Dokumen26 halaman
    Mencederai Diri
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Makalah Askep Isolasi Sosial
    Makalah Askep Isolasi Sosial
    Dokumen34 halaman
    Makalah Askep Isolasi Sosial
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri
    Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri
    Dokumen10 halaman
    Asuhan Keperawatan Resiko Bunuh Diri
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat
  • Fistula
    Fistula
    Dokumen22 halaman
    Fistula
    utamisrijuliastuti
    Belum ada peringkat