Anda di halaman 1dari 12

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DALAM BIDANG PENGELOLAAN

SAMPAH SEBAGAI PERWUJUDAN PRINSIP GOOD ENVIRONMENTAL


GOVERNANCE DI KOTA SURAKARTA

Rosita Candrakirana
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : rositakirana@yahoo.com

Abstract

Waste management still be a problems which not yet solved. This research aims to study the problems in
waste management in Surakarta. It was a doctrinal/normative legal research using the statute approach,
which then analyzed qualitatively. There are laws correlated to waste management in Indonesia, they
are Law number 18 Year 2008 on Waste Management, Law No. 32 of 2009 on the Protection and
Environmental Management, and some more. The law enforcement in waste management refers to as
known as legal system i.e. structure, substance, and culture. There are two kinds of waste management
law enforcement; preventive and repressive way. The effectiveness on the enforcement refers to the
combination of structure, substance, and law cultures of the community. The effective law enforcement
on waste management also indicates the commitment of the government, both local and national, in
applying the principles of Good Environmental Government in order to build community awareness on
good and healthy environment.

Keywords: Effective law enforcement, waste management

Abstrak

Pengelolaan sampah saat ini masih menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji permasalahan dalam pengelolaan sampah di Surakarta. Penelitian ini adalah
penelitian hukum doktrinal/normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Data dikumpulkan dengan
studi kepustakaan, kemudian dianalisis secara kualitatif. Terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang mempunyai korelasi dengan pengelolaan sampah di Indonesia yaitu Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan beberapa undang-undang
lainnya. Penegakan hukum dalam pengelolaan sampah mengacu pada 3 sistem hukum yang merupakan
gabungan dari komponen-komponen yaitu struktur, substansi, dan budaya. Selain itu berkaitan dengan
penegakan hukum dalam pengelolaan sampah dapat dikaji dari 2 sisi yaitu penegakan hukum secara
preventif dan represif. Penegakan hukum dalam pengelolaan sampah juga menjadi sebuah perwujudan
pemerintah maupun pemerintah daerah dalam menerapkan prinsip Good Environmental Governance
dengan tujuan akan menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat akan lingkungan hidup yang baik dan
sehat.

Kata kunci : penegakan hukum, pengelolaan sampah

A. Pendahuluan masih menjadi problematika di perkotaan yaitu


pengelolaan sampah. Menurut Yul H. Harap
Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia
bahwa sampah merupakan salah satu masalah
dari tahun ke tahun semakin meningkat diikuti
lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat
dengan pertumbuhan penduduk. Hal tersebut
ditangani secara baik, terutama pada negara-
semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan
negara berkembang, sedangkan kemampuan
yaitu manusia cenderung merusak lingkungan
pengelola sampah dalam menangani sampah
demi mempertahankan hidupnya. Kualitas
tidak seimbang dengan produksinya (Waluyo dkk,
lingkungan secara terus menerus semakin
2012 : Hal. 3). Menurut Pasal 1 angka (1) UU No.
menurun sehingga menimbulkan permasalahan
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
degradasi lingkungan pada kehidupan masyarakat.
Salah satu permasalahan lingkungan yang
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk

54 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
padat. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (5) korelasi maupun berkaitan langsung dengan
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang pengelolaan sampah yaitu Undang-Undang
sistematis,menyeluruh, dan berkesinambungan No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
yang meliputi pengurangandan penanganan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang
sampah. Sehingga pengelolaan pada kawasan Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
perkotaan, dewasa ini dihadapkan kepada Daerah diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014
berbagai permasalahan yang cukup kompleks. tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 18 Tahun
Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan beberapa
tingginya laju timbunan sampah, kepedulian peraturan daerah yang sudah dibentuk oleh
masyarakat (human behaviour) yang masih sangat pemerintah daerah baik di tingkat Kabupaten atau
rendah serta masalah pada kegiatan pembuangan Kota seperti di Peraturan Daerah Kota Surakarta
akhir sampah (final disposal) (http://mukti-aji. No. 3 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah.
blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan- Sanksi-sanksi yang terdapat dalam peraturan
sampah-terpadu.html, diakses tanggal 20 terutama yang menyangkut pengelolaan sampah
November 2014). Selain hal tersebut di dalam tidak memberikan efek jera bagi masyarakat
masyarakat perkotaan terdapat budaya konsumtif yang tidak melakukan pengelolaan sampah
yang mempengaruhi dalam peningkatan kualitas dengan berwawasan lingkungan sehingga
dan jenis sampah. Sehingga dalam pengelolaan
sampah tidak akan dapat dipisahkan dengan penegakan hukum dalam pengelolaan sampah.
campur tangan negara dan berbagai sektor yang Selain itu peran pemerintah daerah juga sangat
ada di dalam masyarakat termasuk dunia usaha. penting dalam mengeluarkan kebijakan terhadap
Selain itu peran dari masayarakat yang merupakan pengelolaan sampah. Apabila daerah mampu
jejaring atau komunitas pembuang sampah juga mengelola sampahnya dengan baik maka
mempunyai andil besar dalam pengelolaan pelaksanaan terhadap prinsip Good Environmental
sampah dalam hal ini adalah proses daur ulang Governance sudah dapat dikatakan terpenuhi.
untuk dapat dimanfaatkan kembali. Sehingga
dalam pengelolaan sampah merupakan bagian
B. Metode Penelitian
dari pelayanan publik yang harus diatur dalam
regulasi yang diharapkan akan memberikan Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
kenyamanan di dalam kehidupan masyarakat yang bersifat Deskriptif. Jenis penelitian dalam
warga sehari-hari. penulisan ini termasuk jenis penelitian hukum
Kebijakan berupa pengaturan di Indonesia doktrinal/normatif. Sedangkan jika dilihat dari
dirasa belum efektif menimbulkan efek jera kepada sifatnya termasuk penelitian deskriptif dan menurut
masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan bentuknya penelitian ini merupakan penelitian
jumlah penduduk 237 juta yang diperkirakan akan diagnostik yakni penelitian yang bertujuan untuk
bertambah menjadi 270 juta penduduk di tahun mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab
2025, diperkirakan jumlah sampah yang akan terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala.
dihasilkan sebanyak 130.000 ton/hari (http://www. Jenis data yang dipergunakan dalam
menlh.go.id/hari-peduli-sampah-2014-indonesia- penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data atau
bersih-2020/,diakses tanggal 20 November informasi hasil penelaahan dokumen penelitian
2014). Selain itu Indonesia juga didaulat sebagai serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, bahan
negara peringkat ke-2 penghasil sampah domestik kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran,
yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun (http://m. majalah, jurnal ataupun arsip-arsip yang sesuai
antaranews.com/berita/41728/produksi-sampah- dengan penelitian yang akan dibahas.
plastikindonesia-54-juta-ton-per-tahun, diakses Mengacu pendapat Soerjono Soekanto
tanggal 20 November 2014). Permasalahan dalam menggunakan data sekunder di bidang
pengelolaan sampah sudah menjadi permasalahan hukum ditinjau dari kekuatan mengikatnya
yang krusial karena daerah-daerah (Kabupaten/ dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), maka penulis
Kota) juga mengalami banyak kendala dalam menggunakan data sebagai berikut (Setiono,
pengelolaan sampah. Salah satu hal yang 2005:19) :
menjadi kendala mengenai penerapan dan 1. Bahan hukum primer, yaitu peraturan
penegakan hukum dalam pengelolaan sampah perundang-undangan yang berkaitan dengan
yang merupakan bagian dari penegakan hukum Pengelolaan Sampah dan hukum lingkungan
lingkungan terutama dalam penerapan sanksinya. yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Di Indonesia sebenarnya terdapat beberapa tentang Perlindungan dan Pengelolaan
peraturan perundang-undangan yang mempunyai Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 55
23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Sehingga masyarakat dalam mengelola
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah masih bertumpu pada pendekatan
Sampah dan beberapa peraturan daerah akhir (end-of- pipe), yaitu sampah
yang sudah dibentuk oleh pemerintah daerah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke
baik di tingkat Kabupaten atau Kota seperti di tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal,
Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 tahun timbunan sampah dengan volume yang
2010 Tentang Pengelolaan Sampah. besar di lokasi tempat pemrosesan akhir
2. Bahan hukum sekunder merupakan bahan sampah berpotensi melepas gas metan (CH4)
hukum yang memberi penjelasan terhadap yang dapat meningkatkan emisi gas rumah
bahan hukum primer, terdiri atas : buku-buku, kaca dan memberikan kontribusi terhadap
hasil penelitian, hasil penemuan ilmiah, dan pemanasan global. Agar timbunan sampah
artikel yang berkaitan dengan pengaturan dapat terurai melalui proses alam diperlukan
pengelolaan sampah. jangka waktu yang lama dan diperlukan
3. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu penanganan dengan biaya yang besar. Dalam
bahan yang memberikan petunjuk maupun pengelolaan sampah pemerintah maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer pemerintah daerah memerlukan kebijakan
dan sekunder, dalam makalah ini penulis dalam bidang regulasi yang didasarkan pada
menggunakan bahan dari media internet, peraturan-peraturan tingakat nasioal maupun
kamus Blacks Law Dictionary, kamus hukum daerah, peraturan tersebut antara lain :
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
a. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
studi kepustakaan untuk mengumpulkan dan 1945
menyusun data yang berhubungan dengan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang
masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dalam Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
penulisan ini bersifat kualitatif, maka analisis 1945 memberikan hak kepada setiap
dalam penulisan ini adalah analisis data kualitatif orang untuk mendapatkan lingkungan
dengan pendekatan masalah yaitu Statute hidup yang baik dan sehat. Pasal
Approach (Pendekatan Perundang-undangan) tersebut memberikan konsekuensi
(Peter Mahmud M, 2010 : 96). Dalam hal ini suatu bahwa pemerintah wajib memberikan
penelitian normatif tentu harus menggunakan pelayanan publik dalam pengelolaan
pendekatan perundang-undangan, karena yang sampah. Hal itu membawa konsekuensi
akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang hukum bahwa pemerintah merupakan
menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu pihak yang berwenang dan bertanggung
penelitian jawab di bidang pengelolaan sampah.
M e s k i p u n p e n g e l o l a a n s a mp a h
merupakan kewajiban pemerintah akan
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan tetapi hal tersebut juga dapat melibatkan
1. Pengaturan Pengelolaan Sampah di Kota dunia usaha dan masyarakat yang
Surakarta bergerak dalam bidang persampahan.
Pro bl e mat i ka me ng en ai s amp ah Dalam rangka menyelenggarakan
merupakan hal yang sangat penting. Sampah pengelolaan sampah secara terpadu
merupakan hal berkaitan dengan budaya dan komprehensif, pemenuhan hak dan
dan perilaku masyarakat terutama di wilayah kewajiban masyarakat, serta tugas dan
perkotaan. Untuk itu perlu pengelolaan wewenang Pemerintah dan pemerintahan
sa mpa h yan g be nar sesu ai d en ga n daerah untuk melaksanakan pelayanan
peraturan perundang-undangan yang ada. publik, diperlukan payung hukum dalam
Permasalahan sampah menjadi masalah bentuk undang-undang. Pengaturan
penting di berbagai wilayah perkotaan hukum pengelolaan sampah dalam
(khususnya) yang padat penduduknya. Undang-Undang ini berdasarkan asas
Hal tersebut dikarenakan sebagian besar tanggung jawab, asas berkelanjutan,
masyarakat masih memandang bahwa asas manfaat, asas keadilan, asas
sampah merupakan sisa dari penggunaan kesadaran, asas kebersamaan, asas
suatu barang baik itu organik maupun keselamatan, asas keamanan, dan asas
anorganik yang tidak dapat dimanfaatkan. nilai ekonomi (Mulyanto, Jurnal Parental,
Volume I Nomor 2 Oktober 2013, 6).

56 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 berkelanjutan agar lingkungan hidup
tentang Pemerintahan Daerah dicabut Indonesia dapat tetap menjadi sumber
oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun dan penunjang hidup bagi rakyat
2014 tentang Pemerintahan Daerah Indonesia serta makhluk hidup lain.
Berdasarkan amanah Pasal 18 Sehingga pengelolaan sampah yang
ayat (2) dan ayat (5) Undang-Undang baik dan benar merupakan wujud dari
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun pemenuhan lingkungan hidup yang baik
1945 menyatakan bahwa Pemerintahan dan sehat.
Daerah berwenang untuk mengatur dan Berkaitan dengan pengelolaan
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan sampah bagi pemerintah dan pemerintah
menurut Asas Otonomi dan Tugas daerah tidak dapat lepas dari asas-asas
Pembantuan dan diberikan otonomi yang yang terdapat dalam Pasal 2 UU PPLH
seluas-luasnya. Atas dasar pasal tersebut yang diatur mengenai asas tanggung
beserta penjelasannya penyelenggaraan jawab negara, asas partisipatif, asas
pemerintahan daerah harus didasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
pada azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas otonomi daerah. Oleh karena
dan tugas pembantuan. Sehingga itu pengelolaan sampah merupakan
adanya UU No. 32 Tahun 2004 yang wujud tanggungjawab negara melalui
mengatur mengenai kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah.
pemerintah daerah baik Provinsi maupun Dimana dibutuhkan partisipasi masyakat
Kabupaten/Kota terkait pengendalian untuk melakukan pengelolaannya. Selain
lingkungan hidup. Meskipun UU tersebut itu diperkuat dengan Pasal 63 UU PPLH
diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014 yang mengatur mengenai kewenangan
tetap memberikan kewenangan kepada pemerintah dan pemerintah daerah
pemerintah daerah. Dalam Pasal 12 UU dalam perlindungan dan pengelolaan
No. 23 Tahun 2014 bahwa kewenangan lingkungan hidup. Dimana berdasarkan
kepada pemerintah daerah (pemerintah asas tata kelola pemerintahan yang baik;
konkuren) untuk menjalankan urusan dan asas otonomi daerah dapat dijadikan
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan acuan dalam pengelolaan sampah.
dengan Pelayanan Dasar salah satunya
adalah lingkungan hidup. d. Undang-undang No 18 Tahun 2008
Dengan adanya pem ber ian tentang Pengelolaan Sampah
otonomi yang seluas-luasnya kepada Dalam UU Pengelolaan sampah
Daerah diarahkan untuk mempercepat didasari dengan Jumlah penduduk
terwujudnya kesejahteraan Indonesia yang besar dengan tingkat
masyaraka t mela lui p eni ngkat an pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan
p e l a ya n a n , p e mb e rda y a an , d a n bertambahnya volume sampah. Di
peran serta masyarakat. Sehingga samping itu, pola konsumsi masyarakat
kewenangan dalam penglolaan sampah memb eri ka n ko nt ri bu si da la m
merupakan sebuah pelayanan yang menimbulkan jenis sampah yang semakin
diberikan pemerintah daerah dengan beragam, antara lain, sampah kemasan
memberdayakan masyarakat dan yang berbahaya dan/atau sulit diurai
pengelolaan sampah yang berbasis oleh proses alam semakin beragam.
partisipasi masyarakat. Substansi UU ini yang terkait dengan
langsung mengenai pengelolan sampah
c. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 yaitu Pasal 19 mengatur mengenai
tentang Perlindungan dan Pengelolaan pengelolaan sampah rumah tangga
Lingkungan Hidup (UUPPLH) dan sampah sejenis sampah rumah
Pemenuhan lingkungan hidup yang tangga. Pasal tersebut menyebutkan
baik dan sehat merupakan hak asasi bahwa pengelolaan sampah rumah
dan hak konstitusional bagi setiap tangga dan sampah sejenis sampah
warga negara Indonesia. Oleh karena rumah tangga terdiri atas pengurangan
itu, pemerintah, pemerintah daerah sampah dan penanganan sampah.
dan seluruh pemangku kepentingan Dalam hal pengurangan sampah, lebih
berkewajiban untuk melakukan lanjut disebutkan dalam Pasal 20 sebagai
perlindungan dan pengelolaan lingkungan berikut : Pengurangan sampah yang
hidup dalam pelaksanaan pembangunan dimaksud dalam meliputi kegiatan:

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 57
(1) pembatasan timbulan sampah; (2) e. Ketentuan yang diatur dalam
pendauran ulang sampah; dan/atau (3) penyelenggaraan pengelolaan
pemanfaatan kembali sampah. Dalam sampah dalam UU No 18 Tahun
Pasal 20 ayat (2) diatur mengenai 2008 tentang Pengelolaan Sampah
pemerintah dan pemerintah daerah wajib seharusnya mampu menangani
melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) permasalahan mengenai sampah
menetapkan target pengurangan sampah di Indonesia. Sudah menjadi umum
secara bertahap dalam jangka waktu bahwa selama ini manajemen
tertentu; (2) memfasilitasi penerapan sampah masih menerapkan
teknologi yang ramah lingkungan; (3) konsep Kumpul-Angkut-Buang
memfasilitasi penerapan label produk (end of pipe). Dengan adanya UU
yang ramah lingkungan; (4) memfasilitasi ini , maka manajemen sampah telah
kegiatan mengguna ulang dan mendaur mengadopsi konsep 3R: Reduction
ulang; (5) memfasilitasi pemasaran (Kurangi)-Reuse (gunakan
produk-produk daur ulang. Pasal 20 kembali)-Recycling (daur ulang).
ayat (3) mengatur mengenai pelaku Demikian halnya dengan paradigma
usaha dalam melaksanakan kegiatan manajemen sampah, bila selama ini
yaitu menggunakan bahan produksi menggunakan konsep konvensional
yang menimbulkan sampah sesedikit yakni sampah dianggap limbah
mungkin, dapat diguna ulang, dapat sehingga dibuang yang memerlukan
didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh ongkos pembuangan dan pada
proses alam. Pasal 20 ayat (4) mengatur a k h i r n y a m e n j a d i a n c am a n
mengenai masyarakat dalam melakukan kesehatan bagi masyarakat. Maka
kegiatan pengurangan sampah yaitu sekarang digunakan paradigma
menggunakan bahan yang dapat diguna baru yang memandang sampah
ulang, didaur ulang, dan/atau mudah sebagai sumber daya yang
diurai oleh proses alam. seharusnya diolah kembali sehingga
Pasal 22 Undang Nomor 18 Tahun menghasilkan pendapatan yang
2008 mengatur mengenai pengelolaan b e r mu a ra p a d a ke s e mp a t a n
sampah tersebut juga diatur mengenai terbukanya lapangan kerja baru
mengenai penanganan sampah, yang dan kesempatan mendapatkan
meliputi : penghasilan baru.
a. p e m i l a h a n d a l a m b e n t u k f. Peraturan Daerah Kota Surakarta
pengelompokan dan pemisahan Nomor 03 Tahun 2010 tentang
sampah sesuai dengan jenis, Pengelolaan Sampah
jumlah, dan/atau sifat sampah;
Dalam penjelasan Perda Kota
b. p e n g u mp u l a n d a l am b e n t u k
Surakarta No. 3 Tahun 2010 disampaikan
pengambilan dan pemindahan
latar belakang pentingnya pengelolaan
sampah dari sumber sampah ke
sampah di daerah khususnya di
tempat penampungan sementara
Kota Surakarta. Faktor yang menjadi
atau tempat pengolahan sampah
pen ti ngnya p engel ola an sampah
terpadu;
karena semakin tingginya pertambahan
c. pe ng a ng ku t an da lam b en t u k penduduk dan meningkatnya aktivitas
membawa sampah dari sumber kehidupan masyarakat di Kota Surakarta,
dan/atau dari tempat penampungan berakibat semakin banyak timbulan
sampah sementara atau dari tempat sampah, yang jika tidak dikelola secara
pengolahan sampah terpadu menuju baik dan teratur bisa menimbulkan
ke tempat pemrosesan akhir; berbagai masalah, bukan saja bagi
d. pengolahan dalam bentuk mengubah Pemerintah Daerah tetapi juga bagi
karakteristik, komposisi, dan jumlah seluruh masyarakat. Sampah sebagai
sampah; dan/atau sumber daya yang mempunyai nilai
e. pemrosesan akhir sampah dalam ekonomi dan dapat dimanfaatkan.
bentuk pengembalian sampah Pengelolaan sampah dilakukan dengan
dan/atau residu hasil pengolahan pendekatan yang komprehensif dari hulu,
sebelumnya ke media lingkungan sejak sebelum dihasilkan suatu produk
secara aman. yang berpotensi menjadi sampah, sampai

58 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
ke hilir, yang kemudian dikembalikan 2) Pemerintah Daerah wajib melakukan
ke media lingkungan secara aman. kegiatan adalah sebagai berikut :
Pengelolaan sampah dengan paradigma a. menetapkan target pengura-
baru tersebut dilakukan dengan kegiatan ngan sampah secara bertahap
pengurangan dan penanganan sampah. dalam jangka waktu tertentu;
Pengurangan sampah meliputi kegiatan b. memfasilitasi penerapan tek-
pembatasan, penggunaan kembali, dan nologi yang ramah lingkungan;
pendauran ulang, sedangkan kegiatan c. memfasilitasi penerapan label
penanganan sampah meliputi pemilahan, produk yang ramah lingkungan;
pengumpulan, pengangkutan,
d. memfasilitasi kegiatan meng-
pengolahan, dan pemrosesan akhir.
guna ulang dan mendaur ulang;
Pemerintah merupakan pihak yang dan
berwenang dan bertanggung jawab di
e. memfasilitasi pemasaran pro-
bidang pengelolaan sampah meskipun
duk-produk daur ulang.
secara operasional pengelolaannya
dapat bermitra dengan badan usaha. 3) Pelaku usaha dalam melaksanakan
Selain itu organisasi persampahan, dan kegiatan menggunakan bahan
kelompok masyarakat yang bergerak di produksi yang menimbulkan sampah
bidang persampahan dapat juga diikut sesedikit mungkin, dapat diguna
sertakan dalam kegiatan pengelolaan ulang, dapat didaur ulang, dan/atau
sampah. Pengelolaan sampah di wilayah mudah diurai oleh proses alam.
Kota Surakarta salah satunya adalah 4) Masyarakat dalam melakukan
usaha untuk mewujudkan Kota Surakarta kegiatan pengurangan sampah
sebagai kota yang bersih, sehat, rapi dan menggunakan bahan yang dapat
indah (BERSERI) sesuai dengan visi dan diguna ulang, didaur ulang, dan/atau
misinya, yang harus dilakukan secara mudah diurai oleh proses alam.
terus menerus dan berkesinambungan.
Dalam Penanganan Sampah daerah
Pada hakekatnya pengelolaan kota Surakarta diatur dalam Pasal 27
sampah adalah merupakan kewajiban meliputi : pemilahan dalam bentuk
seluruh komponen masyarakat dan pengelompokan dan pemisahan sampah
Pemerintah Daerah. Penanganan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
tidak hanya menyangkut masalah teknis sifat sampah; pengumpulan dalam
dan sistem pengelolaannya saja, akan bentuk pengambilan dan pemindahan
tetapi juga menyangkut perilaku kehidupan samp ah dari sumber sampah ke
masyarakat, sehingga dengan demikian tempat penampungan sementara atau
masalah persampahan tidak akan tuntas tempat pengolahan sampah terpadu;
tanpa adanya peran serta/partisipasi pengangkutan dalam bentuk membawa
masyarakat dalam pengelolaannya. sampah dari sumber dan/atau dari tempat
Dalam Pasal 3 diatur mengenai tujuan penampungan sampah sementara atau
pengelolaan sampah di daerah Surakarta dari tempat pengolahan sampah terpadu
yaitu untuk meningkatkan kesehatan menuju ke tempat pemrosesan akhir;
masyarakat, kualitas lingkungan dan pengolahan dalam bentuk mengubah
menjadikan sampah sebagai sumber daya karakteristik, komposisi, dan jumlah
yang bermanfaat secara ekonomi bagi sampah; dan/atau pemrosesan akhir
daerah. Sedangkan dalam Pasal 24 diatur sampah dalam bentuk pengembalian
mengenai Pengelolaan sampah rumah sampah dan/atau residu hasil pengolahan
tangga dan sampah sejenis sampah rumah sebelumnya ke media lingkungan secara
tangga terdiri atas: a. pengurangan sampah; aman.
dan b. penanganan sampah. Untuk
Pengurangan Sampah Pasal 25 yaitu 2. Penegakan Hukum Lingkungan Bidang
1) Pengurangan sampah meliputi Pengelolaan Sampah sebagai Perwujudan
kegiatan: Prinsip Good Environmental Governance
a. pembatasan timbulan sampah; di Kota Surakarta
b. pendauran ulang sampah; dan/ Dala m men umbu hka n kesadaran
atau masyarakat dalam pengelolaan sampah
c. pemanfaatan kembali sampah. maka dibutuhkan adanya sebuah penegakan

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 59
hukum. Oleh karena itu hukum adalah sarana penegakan hukum memang dipengaruhi
yang didalamnya terkandung nilai-nilai dan oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor
konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, ini mempunyai hubungan yang erat dan
kemanfaa tan sosial dan sebag ainya saling mempengaruhi antara satu dengan
(Ridwan HR, 2011 : 291). Sehingga adanya lainnya. Menurut Soerjono Soekanto dalam
sebuah penegakan hukum meruapakan bukunya Ridwan HR, faktor-faktor tersebut
kegiatan menyerasikan hubungan nilai- adalah (Soerjono Soekanto dalam Ridwan
nilai yang terjabarkan didalam kaidah- HR, 2011: 293):
kaidah/pandangan nilai yang mantap dan 1. Faktor hukumnya sendiri;
mengejawantahkan dan sikap tindak sebagai 2. Faktor penegak hukum, yang meliputi
rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk apar at ataupun lembaga yang
menciptakan (sebagai social engineering), membentuk dan menerapkan hukum;
memelihara dan mempertahankan (sebagai 3. Faktor sarana pendukung penegakan
social control) kedamaian pergaulan hukum;
hidup (Soerjono Soekanto dalam Ridwan
4. Faktor masyarakat;
HR, 2011 : 292). Selain itu penegakan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil
hukum lingkungan adalah suatu tindakan
karya cipta dan rasa yang didasarkan
dan/atau proses paksaan untuk mentaati
pada manusia dan pergaulan hidup.
hukum yang didasarkan kepada ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan
Mengacu pada faktor-faktor diatas peran
dan/atau persyaratan lingkungan (Erwin
pemerintah dan pemerintah juga sangat
penting dalam penegakan hukum dibidang
penegakan hukum lingkungan di bidang
pengelolaan sampah. Adanya peraturan
penge lolaan sa mpah sebagai upaya
daerah juga sangat penting seperti di
menerapkan hukum positif dalam kehidupan
Kota Surakarta dengan adanya Peraturan
masyarakat sehingga adanya UU No. 18
Daerah No. 3 Tahun 2010 mempunyai tujuan
Tahun 2008 tetang Pengelolaan Sampah
agar masyarakat mempunyai kesadaran
dan peraturan daerah mengenai pengelolaan
dalam pengelolaan sampah. Akan tetapi
sampah yang bertujuan untuk memelihara
pelaksanaan perda tersebut masih lemah
dan mempertahankan kondisi lingkungan
karena pada tahap sosialisasi masih kurang
agar masyarakat mendapatkan lingkungan
(ht tp :/ /j oglo se ma r. co/2013/ 07/ minim-
yang baik dan sehat.
sosialisasi-penegakan-perda-sampah-masih-
Penerapan UU No. 18 Tahun 2008
lemah.html (diakses 20 November 2014).
tetang Pengelolaan Sampah dan peraturan
Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kota
daerah mengenai pengelolaan sampah dirasa
Surakarta belum dapat menerapkan sanksi
belum berjalan secara efektif. Hal tersebut
berupa ancaman dengan pidana kurungan
dapat dibuktikan dengan Indonesia didaulat
paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda
sebagai negara peringkat ke-2 penghasil
Rp 50 juta akan tetapi ada tahapan teguran
sampah domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton
terlebih dahulu dalam penegakan hukum
per tahun. Selain itu Berat timbunan sampah
berupa sanksi administrasi.
di Indonesia secara nasional mencapai 200
Da lam up aya p enegakan huku m
ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta
lingkungan memang dapat dilakukan dengan
ton per tahun dan paling dominan sampah
cara preventif dan represif. Penegakan hukum
rumah tangga sebanyak 48 persen, pasar
preventif dilakukan melalui pengawasan
tradisional 24 persen, dan kawasan komersial
dan represif dilakukan dengan melalui
sebesar 9 persen. Sisanya dari fasilitas
penerapan sanksi administrasi (Mukhlish
publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya
(http//m.liputan6.com/health/read/831503/
dalam penegakan hukum bidang pengelolaan
sampah-di-indonesia palingbanyak-berasal-
sampah tidak harus langsung pemberian
dari-rumah-tangga, diakses tanggal 20
sanksi administrasi dan pidana akan tetapi
November 2014). Sehingga secara tidak
upaya preventif sepertinya lebih efektif
langsung kontributor sampah terbesar rumah
dalam penerapannya. Penegakan hukum
tangga baik yang tinggal di kota maupun
preventif lebih direkomendasikan karena
desa. Data tersebut menjadi salah satu bukti
lebih membangun kesadaran masyarakat
belum efektifnya penegakan hukum dibidang
akan pentinganya pengelolaan sampah yang
pengelolaan sampah. Pada dasarnya dalam

60 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
baik. Beberapa usaha yang sudah dilakukan bekerjanya hukum (bisa positif dan bisa
adalah adanya bank sampah yang mengubah negatif), atau oleh Friedman disebut
mindset masyarakat bahwa sampah dapat kultur hukum. Kultur hukum inilah
menghasilkan pendapatan. Sebagai contoh di yang berfungsi sebagai jembatan yang
Kota Surakarta di Kelurahan Mojosongo di RT menghubungkan antara peraturan hukum
05/ RW XVI dipelopori oleh tokoh masyarakat dengan tingkah laku hukum seluruh
setempat yang memberikan contoh mengenai warga masyarakat atau sebagai motor
pengelolaan sampah rumah tangga kepada penggerak keadilan. Komponen kultur
ibu-ibu rumah tangga yang berada di RT 05/ ini hendaknya dibedakan antara internal
RW XVI yang mana memisahkan sampah legal culture yaitu kultur hukum yang
organik maupun sampah non-organik. dimiliki struktur hukum dan external legal
Kemudian secara Door to Door atau komunal culture yaitu kultur hukum masyarakat
dikumpulkan menjadi satu, untuk sampah luas (Esmi Warasih, 2005: 30).
Non- Organik, ibu ibu rumah tangga
mengumpulkannya ke RT setempat selama 7 Dari komponen-komponen diatas bahwa
hari lalu kemudian oleh Ketua RT dikumpulkan struktur hukum dalam arti pemerintah dan
kedalam tong besar selama 30 hari. Lalu pemerintah daerah mempunyai andil yang
dijual kepembeli yang telah disepakati berupa besar dalam upaya penegakan hukum
non-produk tidak ada pengolahan lebih lanjut dibidang pengelolaan sampah baik secara
dan tetap dalam bentuk aslinya. Namun preventif maupu represif. Selain itu substansi
untuk sampah organik warga telah mampu hukum yang ada yaitu UU No. 18 Tahun
mengolahnya menjadi produk pupuk organik 2008 dan Peraturan daerah yang mengatur
yang kemudian dijual (Waluyo dkk, 2012 : 97). Kabupaten/Kota sebenarnya sudah baik
Dengan adanya teladan mengenai kesadaran sehingga diperlukan adanya sosialisasi dari
mengelola sampah sehingga masyarakat pemerintah daerah kepada masyarakat
dapat memanfaatkan sampah menjadi mengenai aturan tersebut. Untuk itu akan
sumber pendapatan. Hal tersebut akhirnya mewujudkan budaya hukum di masyarakat
menjadi contoh di kelurahan-kelurahan lain akan pentingnya pengelolaan sampah yang
di Kota Surakarta. baik untuk menciptakan lingkungan yang baik
Upaya pemerintah dalam penegakan dan sehat.
hukum di bidang pengelolaan sampah Pengelolaan sampah yang baik, pada
memang faktor terbesar adalah budaya dalam dasarnya adalah merupakan perwujudan
masyarakat. Sejalan dengan pengertian penyelenggara pemerintahan yang baik
hukum sebagai sistem hukum dikemukakan dalam rangka untuk mewujudkan Good
antara lain oleh Lawrence M. Friedman yang E n vi ro n me n t a l G o ve rn a n ce ( G E G ) .
mengatakan bahwa a legal system in actual Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan
operation is a complex organism in which prinsip good environmental governance
structure, substance and culture interact. memberikan makna bahwa prinsip-prinsip
Penjelasan masing-masing unsur yaitu: penyelenggaraan negara yang baik dalam
1. Komponen struktur yaitu kelembagaan mengelola lingkungan sesuai prinisp
yang diciptakan oleh sistem hukum itu sumber-sumber daya alam dan lingkungan
dengan berbagai macam fungsi dalam (NHT Siahaan, 2009 : 143). Pelaksanaan
rangka mendukung bekerjanya sistem prinsip-prinsip GEG merupakan perwujudan
tersebut. Komponen ini dimungkinkan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
untuk melihat bagaimana sistem hukum mendukung terciptanya lingkungan hidup
itu memberikan pelayanan terhadap baik dan untuk mewujudkan pelaksanaan
penggarapan bahan-bahan hukum pembangunan berkelanjutan.
secara teratur. Dasar pelaksanaan prinsip-prinsip GEG
2. Komponen substantif yaitu sebagai ini adalah Pasal 63 UU PPLH yang mana
output dari sistem hukum, berupa pasal tersebut diatur mengenai kewenangan
pe rat uran -pera turan, kep ut usan- pemerintah dan pemerintah daerah dalam
keputusan yang digunakan baik oleh mengelola lingkungan hidup. Hal tersebut
pihak yang mengatur maupun yang sejalan dengan pendapat Sonny Kerap yang
diatur. menegaskan bahwa ada hubungan erat antara
penyelenggaraan pemerintahan yang baik
3. Komponen kultural yang terdiri dari nilai-
dengan pengelolaan lingkungan hidup yang
nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi
baik. Penyelenggaraan pemerintahan yang

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 61
baik akan mempengaruhi dan menentukan b. Transparansi.
pengelolaan lingkungan hidup yang baik, Berdasarkan pada aspek
dan pengelolaan lingkungan hidup yang transparansi ini, maka setiap rencana
baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan kebijaksanaan daerah dalam kaitannya
pemerintahan yang baik. Tegasnya, tanpa dengan pengelolaan sumberdaya alam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan lingkungan harus diumumkan
sulit mengharapkan akan adanya pengelolaan kepada masyarakat. Dengan demikian
lingkungan hidup yang baik (Nopyandri, 2011, memberikan ruang dan kesempatan
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2 No.1: 35). bagi masyarakat untuk memberikan
Peranan pemerintah dan pemerintah daerah tanggapan terhadap rencana kebijakan
dalam menciptakan pengelolaan sampah tersebut.
juga terdapat dalam Pasal 5,6,7,8,9 UU No.
c. Desentralisasi yang demokratis.
18 Tahun 2008 yang memuat mengenai
tugas dan wewenang dalam pemerintahan. Tolok ukur untuk menguji apakah
Sehingga pelaksanaan prinsip-prinsip GEG desentralisasi yang demokratis, termasuk
juga dapat mendukung dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat lokal dan
sampah oleh pemerintah dan pemerintah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
daerah. Adapun unsur-unsur penting di dalam (DPRD) diakui serta difasilitasi dalam
kerangka GEG adalah sebagai berikut (NHT peraturan perundang-undangan yang
Siahaan, 2009: 144) : terkait dengan pengelolaan sumber daya
1. Kedaulatan alam dan lingkungan hidup. Prinsip ini
pada dasarnya menghendaki adanya
2. Kekuatan
pengaturan peran kepada masyarakat
3. Kebijakan dan DPRD dalam perencanaan ataupun
4. Pengendalian pelaksanaan kebijakan daerah yang
5. Pengembangan terkait dengan pengelolaan sumber daya
6. Tanggung jawab alam dan lingkungan.

Unsu r-unsur d alam pri nsip GEG d. Pengakuan terhadap keterbatasan daya
dapat menjadi acuan oleh pemerintah dan dukung ekosistem dan keberlanjutan.
masyarakat dalam pengelolaan sampah Pengakuan ini sangat penting
dalam upaya penegakan hukum lingkungan dilakukan terutama dalam peraturan
baik secara preventif maupun represif dalam perundang-undangan tentang sumber
pengelolaan sampah. da ya a la m te rt ent u yan g re nt an
Da lam up aya p enegakan huku m terhadap pengurasan, kerusakan dan
lingkungan dibidang pengelolaan sampah kepunahan (kehutanan, pertambangan,
selain unsur-unsur dalam GEG terdapat juga minyak dan gas, kelautan, sumber
kriteria prinsip-prinsip good environmental d a y a a i r ) . Pe n g a k u a n i n i t i d a k
governance, sebagai berikut (Nopyandri, terbatas pada pengakuan tekstual
2011, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2 No.1: ( mi s a l n y a , p e rn y a t a an s i mb o l i k
41-46) : dalam suatu mukadimah), akan tetapi
secara konsisten pengakuan tersebut
a. Pemberdayaan masyarakat.
mengalir ke dalam tubuh peraturan
Aspek pemberdayaan masyarakat perundangundangan yang memperjelas
(peoples empowerment) melalui berbagai langkah-langkah untuk mencegah serta
peluang agar masyarakat dapat terlibat mengurangi pengurasan dan perusakan
dalam proses pengambilan keputusan, sumber daya alam, serta pencemaran
tersedianya akses publik terhadap melalui piranti manajemen lingkungan,
informasi agar publik dapat berpartisipasi instrumen ekonomi, instrumen daya
secara efektif, dan hak masyarakat paksa (enforcement atau command &
(khususnya masyarakat yang selama control), moral suasion maupun kontrol
ini menggantungkan hidupnya pada publik.
sumber daya alam dan ekosistemnya)
untuk mendapatkan prioritas menikmati e. Pengakuan hak masyarakat adat dan
dan mendapatkan manfaat dari sumber masyarakat setempat.
daya alam tersebut. Pengakuan secara tentang hal ini
dalam suatu produk hukum sangatlah

62 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
p e n t i n g ka r e n a p a da u m u mn y a usul, pertimbangan, dan saran kepada
masyarakat adat dan masyarakat Pemerintah Daerah; b. perumusan
setempat bergantung hidupnya pada kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
sumber daya alam di sekelilingnya, dan c. pemberian saran dan pendapat dalam
masyarakat adat merupakan penjaga penyelesaian sengketa persampahan.
daya dukung ekosistem dan lingkungan Prinsip Desentralisasi yang demokratis
mereka. Pengakuan terhadap hak-hak dalam hal ini DPRD yang bertugas
mereka juga diperlukan untuk mencegah untuk membuat peraturan perundang-
terjadinya hak-hak mereka dari arus undangan bersama dengan eksekutif
pembangunan dan penanaman modal sudah mengakomodasi kepentingan
yang berlangsung dengan sangat cepat. masyarkat dengan adanya UU No.
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
f. Daya penegakan (Enforceability). Sampah ditingkat nasional sedangkan
Daya penegakan (Enforceability) ditingkat daerah diterbitkan peraturan
ditentukan oleh (a) ketersediaan sanksi daerah contohnya Peraturan Daerah
yang mampu menimbulkan efek jera Kota Surakarta No. 3 Tahun 2010 tentang
(deterrent effect); (b) ketersediaan 3 Pengelolaan Sampah. Prinsip Daya
(tiga) jenis sarana sanksi yang terdiri dari penegakan (Enforceability) berkaitan
sanksi administrasi, pidana, dan perdata; dengan pengelolaan lingkungan hidup
(c) ketersediaan mekanisme pengaduan dalam UU No. 18 Tahun 2008 dan
masyarakat dan penindaklanjutannya peraturan daerah seperti Perda Kota
terhadap pelanggaran-pelanggaran hak Surakarta No. 3 Tahun 2010 mengatur
yang dialami masyarakat; (d) ketersediaan mengenai penegakan hukum secara
mekanisme pengawasan penataan administrasi dan pidana.
terhadap persyaratan lingkungan; (e) Dalam UU No. 18 Tahun 2008
ketersediaan institusi dan aparat khusus mengatur sanksi administrasi yang
yang melakukan pengawasan penaatan, berupa paksaan pemerintahan; uang
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, paksa; dan/atau pencabutan izin. Sanksi
bahkan pengadilan. pidana dalam Pasal 39 yaitu (1) Setiap
Berkaitan dengan pengelolaan orang yang secara melawan hukum
sampah kriteria-kriteria prinsip GEG memasukkan dan/atau mengimpor
yang dapat diterapkan yaitu prinsip sampah rumah tangga dan/atau sampah
pemberdayaan masyarakat, Terkait sejenis sampah rumah tangga ke dalam
pengelolaan sampah dalam Pasal wilayah Negara Kesatuan Republik
28 UU No. 18 Tahun 2008 diatur Indonesia diancam dengan pidana
mengenai peran masyarakat, antara penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
lain : ayat (1) Masyarakat dapat dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan
berperan dalam pengelolaan sampah denda paling sedikit Rp100.000.000,00
yang diselenggarakan oleh Pemerintah (seratus juta rupiah) dan paling banyak
dan/atau pemerintah daerah. Ayat Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
(2) Peran dapat dilakukan melalui: a. (2) Setiap orang yang secara melawan
pemberian usul, pertimbangan, dan hukum memasukkan dan/atau mengimpor
saran kepada Pemerintah dan/atau sampah spesifik ke wilayah Negara
pemerintah daerah; b. perumusan Kesatuan Republik Indonesia diancam
kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau dengan pidana penjara paling singkat 4
c. pemberian saran dan pendapat dalam (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
penyelesaian sengketa persampahan. belas) tahun dan denda paling sedikit
Peran masyarakat juga diatur dalam Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
peraturan daerah khususnya di Kota dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
Surakarta yaitu pada Pasal 35 ayat (1) (lima miliar rupiah). Dalam Pasal 40
dan (2) Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun yaitu (1) Pengelola sampah yang secara
2010 yang mengenai ayat (1) Masyarakat melawan hukum dan dengan sengaja
dapat berperan dalam pengelolaan melakukan kegiatan pengelolaan
sampah yang diselenggarakan oleh sampah dengan tidak memperhatikan
Pemerintah daerah. Ayat (2) peran norma, standar, prosedur, atau kriteria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dapat mengakibatkan gangguan
dapat dilakukan melalui: a pemberian

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 63
kesehatan masyarakat, gangguan yang sudah dibentuk oleh pemerintah daerah
keamanan, pencemaran lingkungan, baik di tingkat Kabupaten/Kota contohnya
dan/atau perusakan lingkungan diancam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3
dengan pidana penjara paling singkat Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah.
4 (empat) tahun dan paling lama 10 Dalam peraturan-peraturan tersebut diatur
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit mengenai penyelenggaraan pengelolaan
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampah yaitu dengan pengurangan dan
dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 penanganan sampah yang melibatkan
(lima miliar rupiah); (2) Jika tindak berbagai elemen baik dari pemerintah dan
pidana sebagaimana dimaksud pada pemerintah daerah serta masyarakat untuk
ayat (1) mengakibatkan orang mati atau menciptakan lingkungan hidup yang baik dan
luka berat, pengelola sampah diancam sehat.
dengan pidana penjara paling singkat 2. Penegakan hukum lingkungan dibidang
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima pengelolaan sampah mengacu pada 3
belas) tahun dan denda paling sedikit sistem hukum yang merupakan gabungan
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan dari komponen-komponen yaitu struktur,
paling banyak Rp5.000.000.000 (lima substansi dan culture/budaya. Selain itu
miliar rupiah). berkaitan dengan penegakan hukum dalam
Penegakan hukum dalam bidang pengelolaan sampah dapat dikaji dari 2 sisi
pengelolaan sampah yang terdapat yaitu penegakan hukum secara preventif
dalam Perda Kota Surakarta No. 3 dan represif. Penegakan hukum dalam
Tahun 2010 juga mengatur mengenai pengelolaan sampah juga menjadi sebuah
sanksi administrasi berupa teguran perwujudan pemerintah maupun pemerintah
tertulis paling banyak 3 (tiga) kali; uang daerah dalam menerapkan prinsip Good
paksa; atau pencabutan izin. Selain itu Environmental Governance dengan tujuan
juga menerapkan sanksi pidana dengan akan menumbuhkan kesadaran bagi
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) masyarakat akan pentingya pengelolaan
bulan dan/atau denda setinggi-tingginya sampah.
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah). Upaya yang berkaitan dengan
E. Saran
pemberian sanksi admnistrasi atau
sanksi pidana merupakan penegakam Di Indonesia sudah mempunyai berbagai
hukum represif sedangkan pengawasan pengaturan mengenai pengelolaan sampah
yang diatur dalam hukum lingkungan se h i ng g a ef ek t i f i t as pen e g ak an h u ku m
administrasi mempunyai fungsi preventif lingkungannya dapat dilakukan secara preventif
dan fungsi korektif (Takdir Rahmadi, 2011 dengan melibatkan masyarakat dengan program-
: 208). Wujud dari fungsi preventif dalam program yang berkaitan dengan pengelolaan
bentuk pengawasan bertujuan agar tidak sampah sehingga mampu menumbuhkan
terjadi pelanggaran pada norma, standar, kesa daran masyara kat akan pent ingnya
prosedur, dan kriteria terkait pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Program
sampah. yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan pengelolaan berbasis
masyarakat,misalnya dengan adanya jejaring
D. Simpulan
sampah dan bank sampah sehingga mind set
1. Pengaturan mengenai pengelolaan sampah masyarakat bahwa sampah mampu memberikan
di Indonesia diatur dalam peraturan tingkat manfaat dan pendapatan.
pusat dan daerah. Peraturan ditingkat
pusat yang mempunyai korelasi terhadap
pengelolaan sampah maupun berkaitan F. Persantunan
langsung dengan pengelolaan sampah yaitu
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang telah dipresentasikan dalam Konferensi Nasional
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hukum Lingkungan Tentang Deforestasi dan
Hidup, Undang-undang Nomor 23 tahun Kerusakan Hutan dalam Perspektif Hukum,
2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU Diselenggarakan oleh Universitas Indonesia,
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Depok, 4-5 Desember 2014
Sampah dan beberapa peraturan daerah

64 Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ...
Daftar Pustaka

Esmi Warasih. 2005. Pranata Hukum, Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang : PT Suryandaru Utama.
Hukum Administrasi Lingkungan Kontemporer (Diskursus Pengawasan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengembangan Hukum Administrasi di Indonesia). Malang
: Setara Press.
Mulyanto. Oktober 2013. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu (Sipengestu) Kelurahan Serengan dalam
Kajian Sosiologi Hukum. Jurnal Parental. Volume I Nomor 2 Tahun 2013.
NHT Siahaan. 2009. Hukum Lingkungan, Pancuran Alam. Jakarta.
Nopyandri. 2011. Penerapan Prinsip Good Environmental Governance dalam Perda Kabupaten Sleman
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2 No.1 Tahun 2011.
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi.
Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia. Jakarta
: PT Sofmedia.
Setiono. 2005. Metode Penelitian Hukum. Surakarta : Program Pascasarjana UNS.
Takdir Rahmadi. 2011. Hukum Lingkungan di Indonesia.
Waluyo, Ayub Torry Satriyo Kusumo, Rosita Candrakirana. 2012. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
dengan judul Model Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Gender Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan. Surakarta. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 208 tentang Pengelolaan Sampah.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah.
Internet http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html (diakses tanggal
20 November 2014)
http://www.menlh.go.id/hari-peduli-sampah-2014-indonesia-bersih-2020/ (diakses tanggal 20 November
2014)
http://joglosemar.co/2013/07/minim-sosialisasi-penegakan-perda-sampah-masih-lemah.html (diakses
20 November 2014)
http//m.liputan6.com/health/read/831503/sampah-di-indonesia-paling-banyak-berasal-dari-rumah-tangga
(diakses tanggal 20 November 2014)
http://m.antaranews.com/berita/41728/produksi-sampah-plastik-indonesia-54-juta-ton-per-tahun (diakses
tanggal 20 November 2014)

Yustisia Edisi 93 September - Desember 2015 Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang ... 65

Anda mungkin juga menyukai