Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA
KARAWANG
Jl. H.S. Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41361
Telp. (0267) 640759
KASUS POSISI
Penggugat : P L (inisial),
Alamat : Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang;
ANALISIS KASUS
Kronologis :
Klasifikasi
Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Medan telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN. tanggal 23
Maret 2009 yang amarnya sebagai berikut:
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;
Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sebagai akibat adanya PHK
dan santunan cacat akibat kecelakaan kerja berupa:
Uang Pesangon 1 x Rp 805.000,- = Rp 805.000,-
Santunan Cacat 40% x 80 x Rp 805.000,- = Rp 25.760.000,-
Santunan karena tidak mampu bekerja selama 4 bulan = Rp 3.220.000,-Jumlah = Rp
29.785.000,- (dua puluh sembilan juta tujuh ratus delapan puluh lima ribu rupiah);
Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar nihil.
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan
tersebut telah dijatuhkan dengan tanpa hadirnya pihak PT.KB selaku Tergugat pada
tanggal 23 Maret 2009, kemudian pemberitahuan putusan tanpa hadir diterima pada
tanggal 15 Juni 2009 dan terhadapnya oleh Tergugat/Pemohon Kasasi dengan
perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 25 Juni 2009 diajukan
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 25 Juni 2009 sebagaimana ternyata dari
akte permohonan kasasi No. 44/Kas/PHI.G/2009/PN.Mdn. yang dibuat oleh Wakil
Panitera Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan, permohonan
mana diikuti dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan tersebut
pada tanggal 07 Juli 2009; MA menjatuhkan Putusan Menolak permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi: PT. KB tersebut; dan Membebankan biaya perkara dalam tingkat
kasasi ini kepada Negara;
KESIMPULAN
Berdasarkan kronologi dan informasi di atas maka secara yuridis bahwa MA tidak
menemukan kesalahan penerapan hukum oleh pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Medan yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN. oleh karenanya
MA menolak pengajuan kasasi yang dilakukan oleh PT.KB. Penyelesaian sengketa
Hubungan Industrial merupakan Perkara Perdata khusus yang diatur dan terapkan
dengan berbagai Undang-undang yang mengatur secara khusus, jadi tidak murni
menggunakan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hal ini merujuk
pada asas Lex specialis derograt lex generali yang artinya bahwa hal-hal yang diatur
secara khusus maka mengabaikan hal-hal yang bersifat umum. Berdasarkan asas
tersebut maka Putusan oleh pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Medan yaitu putusan No. 137/G/2008/PHI.MDN (judex facti) tidak salah menerapkan
hukum dan menolak Permohonan Kasasi PT.KB, hal ini berarti putusan oleh pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan yaitu putusan No.
137/G/2008/PHI.MDN dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
(inkrach).
Berdasarkan pada putusan Mahkamah Agung dengan nomor putusan 371
K/Pdt.Sus/2010 tentang Perkara Perdata Khusus (Perselisihan Hubungan Industrial)
dalam tingkat Kasasi dapat di analisis dari tiga pilar utama dalam hukum untuk
mengukurnya, yaitu sisi nilai keadilan hukum, sisi nilai kegunaan atau kemanfaatan
hukum dan sisi nilai kepastian hukumnya.
Sisi Nilai Keadilan Hukum
Menurut Thomas Aquinas bahwa keadilan berhubungan dengan apa yang
sepatutnyabagi orang lain menurut suatu kesamaan proposional. Kemudian dia
membagi keadilan menjadi keadilan distributif, keadilan komutatif dan keadilan legal
(merupakan keadilan umum, yakni mengikuti undang-undang) (Hyronimus Rhiti, 2011:
243). Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung dengan nomor putusan 371
K/Pdt.Sus/2010 tentang Perkara Perdata Khusus (Perselisihan Hubungan Industrial)
Makamah Agung Menolak permohonan kasasi dan menyatakan putusan No.
137/G/2008/PHI.MDN Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Medan
mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan keputusan yang memberikan rasa
keadilan, karena PL yang telah bekerja kemudian mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan kecacatan secara permanen sehingga terjadi gangguan atau hambatan
dalam menjalankan pekerjaan dan menjalani kehidupan sehari-hari layak mendapatkan
santunan kecacatan dan santunan karena tidak mampu bekerja selama empat bulan yang
mengakibatkan kebutuhan rumah tangganya tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dalam
hal ini PT.KB wajib memberikan santunan tersebut sebagai pengganti dari perubahan
kemampuan karena keterbatasan yang timbul karena kecelakaan tersebut. Di samping
itu pemberhentian bagi PL juga perlu diberikan haknya berupa pesangon mengingat
bahwa dia akan kehilangan pekerjaan dan akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya ke depan Sehingga PL membutuhkan modal dan pilihan usaha
yang dapat dia jalani dengan keterbatasan tersebut dimana hal ini tidak dapat dilakukan
dalam jangka waktu pendek melainkan melalui proses panjang. Lebih jauh lagi terkait
dengan masalah santunan dan pesangon telah diatur oleh Undang-Undang sehingga
pemberian hak santunan dan pesangon atas diri PL tersebut adalah perwujudan keadilan
legal.