Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

REAKSI DALAM LARUTAN

Oleh : Rustaman

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
Tahun 2012/2013

Abstrak
Reaksi dalam larutan banyak reaksi kimia dan hampir semua reaksi
biologis berlangsung dalam medium air. Zat zat (zat terlarut) yang larut dalam
air (pelarut) dapat dibagi kedalam 2 golongan : elektrolit dan non-elektrolit,
bergantung pada kemampuannya menghantarkan arus listrik.

Pembahasan
1. Sifat Umum Larutan Berair
Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa.
Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan
(ditandai dengan jumlah yang relatif lebih banyak). Komponen dimana solute
dilarutkan sehingga diperoleh larutan.
Zat terlarut (solut) - komponen dalam larutan dalam jumlah yang lebih
sedikit. Komponen dalam larutan yang dilarutkan dalam pelarut.

2. Reaksi Pengendapan
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya berbentuk
endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak atau sukar larut
didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat mengendap, sehingga reaksi
pengendapan juga dipergunakan untuk identifikasi sebuah kation atau anion.
Dibawah ini disajikan beberapa reaksi pengendapan, sebagai tanda bahwa zat
yang terjadi adalah endapan perhatikan tanda (s) solid, setelah indeks dari
rumus kimianya.

AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO3(aq)

Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl.


Pb(CH3COO)2(aq) + H2S PbS(s) + 2 CH3COOH(aq)

Dari reaksi ini akan dihasilkan endapan yang berwarna hitam dari PbS.

3. Reaksi Asam Basa


Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah
molekul asam ke molekul basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton
dan basa berperan sebagai akseptor proton.

Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A: basa konjugasi, HB+: asam
konjugasi

Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi.
[21]
Reaksi kesetimbangan (bolak-balik) juga ada, dan karena itu asam/basa
dan asam/basa konjugasinya selalu dalam kesetimbangan. Reaksi
kesetimbangan ini ditandai dengan adanya konstanta diasosiasi asam dan
basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya. Sebuah reaksi yang khusus dari
reaksi asam-basa adalah netralisasi dimana asam dan basa dalam jumlah yang
sama akan membentuk garam yang sifatnya netral.

Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam
basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah:
Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion
H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
Definisi Brnsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+)
donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi
Arrhenius
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa
adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi
Brnsted-Lowry.

4. Reaksi Oksidasi Reduksi


Seacara umum reaksi oksidasi reduksi adalah reaksi mengikat dan melepas
oksigen.
Senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi dengan oksigen dinamakan oksida
sehingga reaksi antara oksigen dan suatu unsur dinamakan reaksi oksidasi.
Karat besi adalah senyawa yang terbentuk dari hasil reaksi antara besi
dan oksigen (besi oksida). Perkaratan besi merupakan salah satu contoh dari
reaksi oksidasi. Persamaan reaksi pembentukan oksida besi dapat ditulis
sebagai berikut.

Pada reaksi tersebut, besi mengalami oksidasi dengan cara mengikat oksigen
menjadi besi oksida. Kebalikan dari reaksi oksidasi dinamakan reaksi
reduksi.
Pada reaksi reduksi terjadi pelepasan oksigen. Besi oksida dapat
direduksi dengan cara direaksikan dengan gas hidrogen,
persamaan reaksinya :

Pelepasan dan Penerimaan Elektron


Dalam konsep redoks, peristiwa pelepasan elektron dinamakan oksidasi,
sedangkan peristiwa penerimaan elektron dinamakan reduksi. Reaksi
redoks pada peristiwa perkaratan besi dapat dijelaskan dengan reaksi berikut:

Pada reaksi tersebut, enam


elektron dilepaskan oleh dua atom besi dan diterima oleh tiga atom
oksigen membentuk senyawa Fe2O3, Oleh karena itu, peristiwa oksidasi
selalu disertai peristiwa reduksi. Pada setiap persamaan reaksi, massa dan
muatan harus setara antara ruas kanan dan ruas kiri (ingat kembali
penulisan persamaan reaksi). Persamaan reaksi redoks tersebut memiliki
muatan dan jumlah atom yang sama antara ruas sebelah kiri dan sebelah kanan
persamaan reaksi.
Oksidasi besi netral melepaskan elektron yang membuatnya kehilangan
muatan. Dengan menyamakan koefisiennya maka muatan pada kedua
ruas persamaan reaksi menjadi sama. Penyetaraan pada reaksi reduksi
oksigen juga menggunakan cara yang sama.
Contoh Reaksi Reduksi Oksidasi berdasarkan Transfer elektron

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa Mg melepaskan elektron dan


Cl menerima elektron. Dengan demikian, Mg mengalami oksidasi dan Cl
mengalami reduksi.
Reduktor dan Oksidator
Dalam reaksi redoks, pereaksi yang dapat mengoksidasi pereaksi lain
dinamakan zat pengoksidasi atau oksidator. Sebaliknya, zat yang dapat
mereduksi zat lain dinamakan zat pereduksi atau reduktor. Pada Contoh
diatas, Magnesium melepaskan elektron yang menyebabkan klorin
mengalami reduksi. Dalam hal ini, magnesium disebut zat pereduksi
atau reduktor. Sebaliknya, atom klorin berperan dalam mengoksidasi
magnesium sehingga klorin disebut oksidator.
Contoh Reduktor dan Oksidator

Reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi


Bagaimana bilangan oksidasi dapat menjelaskan reaksi redoks? Apa
Anda cukup puas dengan konsep transfer elektron? Tinjau antara reaksi
SO2 dengan O2 membentuk SO3. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :

Jika dikaji berdasarkan konsep pengikatan oksigen maka reaksi tersebut


adalah reaksi oksidasi. Jika dikaji berdasarkan transfer elektron maka
Anda mungkin akan bingung, mengapa? Pada reaksi tersebut tidak terjadi
transfer elektron, tetapi terjadi penggunaan bersama pasangan elektron
membentuk ikatan kovalen. Reaksi tersebut tidak dapat dijelaskan dengan
konsep transfer elektron.
Oleh karena banyak reaksi redoks yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep
pengikatan oksigen maupun transfer elektron maka para pakar kimia
mengembangkan konsep alternatif, yaitu perubahan bilangan oksidasi.
Menurut konsep ini, jika dalam reaksi bilangan oksidasi atom meningkat
maka atom tersebut mengalami oksidasi. Sebaliknya, jika bilangan
oksidasinya turun maka atom tersebut mengalami reduksi.
Untuk mengetahui suatu reaksi tergolong reaksi redoks atau bukan menurut
konsep perubahan bilangan oksidasi maka perlu diketahui biloks dari setiap
atom, baik dalam pereaksi maupun hasil reaksi.

Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa:


Atom S mengalami kenaikan biloks dari +4 menjadi +6, peristiwa ini
disebut oksidasi; atom O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi 2,
peristiwa ini disebut reduksi. Dengan demikian, reaksi tersebut adalah
reaksi redoks.
Oleh karena molekul O2 menyebabkan molekul SO2 teroksidasi maka
molekul O2 adalah oksidator. Molekul O2 sendiri mengalami reduksi
akibat molekul SO2 sehingga SO2 disebut reduktor.
5. Konsentrasi Larutan
Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut.
Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)
Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit
Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak
Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian
per sejuta (ppm), dll

Molaritas (M)
Molaritas adalah :
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Rumus

Contoh :
Berapakah molaritas 0.4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 250
mL larutan ?
Jawab :
Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.
Terdapat hubungan antara Normalitas dengan Molaritas, yaitu :

Mol-ekivalen :
Asam/basa: jumlah mol proton/OH- yang diperlukan untuk menetralisir
suatu asam / basa.
Contoh :
1 mol Ca(OH)2 akan dinetralisir oleh 2 mol proton;
1 mol Ca(OH)2 setara dengan 1 mol-ekivalen; Ca(OH)2 1M = Ca(OH)2 2N
Redoks : jumlah mol elektron yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
mereduksi suatu unsur
Contoh :
1 mol Fe+3 membutuhkan 3 mol elektron untuk menjadi Fe;
1 mol Fe+3 setara dengan 3 mol-ekivalen;
Fe+3 1 M = Fe+3 3 N atau Fe2O3 6 N
Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus Molalitas adalah :

Contoh :
Berapa molalitas 4 gram NaOH (Mr=40) dalam 500 gram air?
Jawab :
molalitas NaOH
= (4/40)/500 g air
= (0.1 x 2 mol)/1000 g air
= 0,2 m
Fraksi Mol (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan
jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu
satu. Konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan karena
merupakan perbandingan.
Contoh :
Suatu larutan terdiri dari 2 mol zat A, 3 mol zat B, dan 5 mol zat C. Hitung
fraksi mol masing-masing zat !
Jawab :
XA = 2 / (2+3+5) = 0.2
XB = 3 / (2+3+5) = 0.3
XC = 5 / (2+3+5) = 0.5
XA + XB + XC = 1

Persen Berat (% w/w)


Persen berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
Contoh :
Larutan gula 5%, berarti dalam 100 gram larutan gula terdapat :
(5/100) x 100 gram gula = 5 gram gula
(100 5) gram air= 95 gram air
Bagian per juta (part per million, ppm)
ppm = massa komponen larutan (g) per 1 juta g larutan. Untuk pelarut air : 1
ppm setara dengan 1 mg/liter.

6. Stoikiometri Larutan
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian
atau seluruhnya berada dalam bentuk larutan. Soal-soal yang menyangkut
bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia sederhana yang
menyangkut kuantitas antara suatu komponen dengan komponen lain dalam
suatu reaksi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Menulis persamaan reaksi
2. Menyetarakan koefisien reaksi
3. Memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan
perbandingan mol. Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam
bentu larutan, maka mol larutan dapat dinyatakan sebagai:
n=V.M
Keterangan:
n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan
Contoh :
Hitunglah volume larutan 0,05 M HCl yang diperlukan untuk melarutkan
2,4 gram logam magnesium (Ar = 24 g/mol).
Jawab :
Mg(s) + 2 HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g

Satu mol Mg setara dengan 2 mol HCl (lihat persamaan reaksi).


Mol HCl = 2 x mol Mg
= 2 x 0,1 mol
= 0,2 mol

Berapa konsentrasi larutan akhir yang dibuat dari larutan dengan 5 Molar
sebanyak10 mL dan diencerkan sampai dengan volume 100 mL.
Jawab :
Berapa konsentrasi larutan NaCl akhir yang dibuat dengan melarutkan
dua larutan NaCl, yaitu 200 mL NaCl 2M dan 200 mL NaCl 4M.
Jawab:

Simpulan
Stoikiometri larutan srudi kuantitatif reaksi-reaksi dalam larutan membutuhkan
pengetahuan mengenai konsentrasi larutan, yang biasannya dinyatakan dalam
satuan molaritas. Studi ini termasuk analisis garfimatriks, yang melibatkan
pengukran masa dan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan yang tidak
diketahui dengan cara mereaksikannya dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya.

Pertanyaann dan Jawaban


Apa tiga jenis larutan utama?
Jawaban
Dalam reaksi pengendapan produk yang merupakan zat yang tidak terlarut, akan
terpisah dari larutan. Reaksi asam-basa melibatkan transfer proton (H +) dari suatu
asam ke basa. Dalam reaksi oksidasi-reduksi, atau reaksi redoks, elektron
berpindah dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi. Ketiga jenis reaksi ini mewakili
reaksi reaksi utama dalam sistem kimia dan biologis

Referensi

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/reaksi-kimia-kimia-
kesehatan-materi_kimia/reaksi-pengendapan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia#Reaksi_asam-basa
chang, raymon, (2003), kimia dasar konsep konsep inti edisi ketiga jilid 1,
erlangga, jakarta
http://kimiavegas.wordpress.com/2010/04/14/reaksi-reduksi-oksidasi-redoks/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/konsentrasi-larutan-
2/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/stoikiometri-larutan/

Anda mungkin juga menyukai