BAB I
PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
Bab II ( Teori Dasar )
Berisi teori dasar penulisan.
Bab III ( Kriteria-kriteria yang mempengaruhi harga BBM )
Berisi pembahasan dari kriteria-kriteria apa saja yang mempengaruhi harga
BBM .
Bab IV ( Pembahasan )
Berisi pembahasan dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan penulisan.
Bab V ( Kesimpulan dan Saran )
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan sejumlah saran yang ditujukan bagi
BAB II
TEORI DASAR
Mengingat parameter yang sangat banyak dan kompleks, maka perlu suatu
proses penentuan harga BBM yang sistematis. Parameter-parameter penentu tersebut
memiliki dimensi yg berbeda antara lain ada yang dapat terukur dan tidak dapat
terukur, ada yg dapat saling terkait dan mendukung satu dengan yang lain, namun
mungkin juga dapat terkandung konflik antara satu parameter dengan yang lain.Untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, akan dicoba dengan pendekatan multi kriteria
yaitu dengan model Analitic Hierarchy Process (AHP) / Analytic Network Process
4
(ANP) untuk diterapkan pada penentuan harga BBM di Indonesia. Karena jenis
BBM cukup banyak, maka untuk analisa akan diuji cobakan satu jenis saja yang
dianggap cukup komplek yaitu premium, sehingga metode yang dihasilkan disini
diharapkan dapat digunakan oleh jenis BBM yang lainnya.(Purnomo Y)
Dengan analisa AHP ini akan diusulkan 3 (tiga) alternative yang meliputi :
Saat ini penentuan harga BBM dengan kedua model [19,20], sehingga
mempunyai harga kisaran atau harga minimum (landed price) dan harga maximum
(ceiling price). sesuai dengan Keputusan Presiden no.9/2002 bahwa harga pasar =
Mid Oil Platt's Singapura (MOPS) + 5%
6
BAB III
besarnya tingkat produksi negara negara produsen semata, tetapi yang lebih
dominan adalah besarnya kapasitas stock negara- negara konsumen.
3.2 Refinering
Refinering adalah proses pengilangan crude oil menjadi produk kilang.
Beberapa produk kilang dikategorikan sebagai berikut :
A. Bahan Bakar Minyak yang lebih dikenal sebagai BBM terdiri dari avgas,
avtur, premium, kerosene, solar diesel dan minyak bakar. Sampai saat ini
jumlah dan jangkauan penjualan sangat luas bagi kepentingan konsumen
sehingga mendapatkan jaminan oleh pemerintah untuk ketersediannya dan
harganya ditetapkan oleh pemerintah.
B. Bahan bakar lainnya, antara lain adalah bensin super TT, premix, LPG,
BBG, yg kesemuanya juga dikendalikan oleh pemerintah. Bahan bakar
kelompok ini sebenarnya masuk dalam kategori BBM, namun kerena yg
popular mengenai jenis BBM adalah yg tertera pada kelompok a, maka hal
tersebut menjadi terbakukan bahwa yg termasuk dalam BBM adalah hanya
tujuh macam jenis tersebut.
C. Bukan Bahan Bakar ( non BBM) seperti : pelumas, berbagai macam
Solvent (minarex, minasol), aspal, lilin, petroleum coke, produk-produk
petrokimia. petrofuel yg dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri.
9
Hasil produk tersebut sangat tergantung dari jenis crude oil dan proses
pengilangan. Sampai saat ini fasilitas operasi kilang minyak di Indonesia ada 9
(Tabel 1) yang meliputi, lokasi, asal sumber minyak mentah, jenis proses yang dapat
dilakukan serta perkiraan biaya proses. Dari hasil kilang kilang yang ada tersebut
belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga perlu dicari kriteria
kriteria yang lain. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan antara
lain dengan meningkatkan jumlah produk hasil kilang, meningkatkan spesifikasi hasil
kilang misalnya dari reguler premium menjadi super TT atau dengan cara menambah
jumlah kilang.
Hasil produk kilang yang ada di Indonesia saat ini belum mampu memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dapat diusahakan
dengan mengimport BBM sebagai salah satu kriteriannya.
3.4 Biaya-biaya
Biaya biaya yang terkait pada penentuan harga BBM :
3.4.1 Biaya pengadaan minyak mentah dan produknya
Biaya pengadaan BBM, hal ini menyangkut dari mulai pembelian
crude oil dalam negeri dan import, import BBM, perubahan persediaan dan
nilai non BBM. Masing-masing tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Pengadaan minyak mentah adalah : Pembelian crude oil dalam
negeri. Untuk kebutuhan dalam negeri jenisnya di sesuaikan dengan
kemampuan kilang dan hasil produk kilang yang diinginkan. Saat ini
minyak mentah dalam negeri tidak sepenuhnya dapat memenuhi
kebutuhan BBM yang diperlukan .
2. Minyak mentah import adalah untuk memenuhi kebutuhan kilang
dalam negeri dan untuk meningkatkan hasil kilang berupa BBM, maka
Indonesia masih mengimpor crude oil dari Arab saudi (ALC), Iran
(ILC), Australia (Jabiru dan Harriet) dan dari Malaysia (Tapis), dengan
harga internasional.
3. BBM Import adalah untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,
10
beberapa jenis BBM tertentu masih harus diimpor antara lain minyak
solar/automotive diesel oil, minyak diesel/industrial Diesel Oil dan
minyak bakar/fuel oil.
4. Pembelian BBM adalah pembelian BBM yg diperhitungkan dari
biaya pokok BBM dalam nilai dollar US.
5. Surplus Product adalah nilai lebih BBM adalah BBM yang tersedia
baik hasil dari kilang maupun import, ternyata melebihi dari
permintaan (supplay lebih besar dari demand), hal ini akan
menimbulkan banyak faktor dan menambah biaya, mengingat harus
memerlukan tempat tambahan untuk menimbun over product tadi.
Sebagai contoh misalnya jumlah yang diimport ternyata melebihi
kebutuhan yang diperkirakan sebelumnya, hal ini menimbulkan adanya
tambahan biaya antara lain tambahan waktu sewa tanker, biaya
berlabuh dsb.
akan tersedia lagi dimasa yg akan datang. Kekurangan ini perlu diganti
dengan sumber energi lain yg biasanya mempunyai nilai yg lebih
tinggi. Hasil pengilangan tahap lanjut telah menghasilkan BBM bebas
polusi Super TT, dengan biaya produksi yang lebih tinggi. BBM tanpa
timbal tersebut lebih mahal dan Indonesiia memang belum dapat
memberikan harga yang lebih murah dari premium. Sehingga
masyarakat sesuai kemampuannya masih cenderung memilih membeli
premium, sekalipun pemerintah memiliki komitmen mendorong dan
menjalankan "Program Langit Biru".
BAB IV
PEMBAHASAN
hierarchy bergantung pada jenis keputusan yang dibuat, bila dikelompokkan ada
dua yaitu : Terdapat dua jenis hierarchy :
Hierarchy Lengkap ; Semua elemen dalam satu tingkat memiliki setiap sifat
yang ada pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi.
Hierarchy Tidak Lengkap ; Beberapa elemen dalam satu tingkat tidak
memiliki sifat yang sama.
2. Comparative Judgement
Membuat penilaian dengan membuat skala yang luwes untuk menentukan
16
peringkat eleme-elemen menurut relatif pentingnya. Ini merupakan inti dari AHP,
karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen elemen.
Penetapan prioritas :
Menetapkan elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat
perbandingan berpasang, yaitu elemen elemen dibandingkan berpasangan
terhadap suatu kriteria yang ditentukan yaitu dengan matrik. Adapun puncak
hierarchy adalah tujuan.
Dalam menyusun skala banding, kita menggunakan patokan tabel sbb : (Saaty, T )
Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan elemen j,
maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibanding elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal
artinya jika elemen idinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama
dengan 1/3 kali pentingnya dibanding i. Disamping itu, perbandingan dua elemen
yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama penting. Dua elemen yang
berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan
17
3. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks perbandingan berpasang kemudian dicari eigenvectornya
untuk mendapatkan local priority. Karena matrik-matrik perbandingan berpasang
ada disetiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan
sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut
bentuk hirarki.
4. .Logical Consistency (konsistensi logis)
Yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Konsistensi yang sempurna adalah jika semua hubungan elemen saling
bersesuaian secara benar. Arti konsistensi :
a. Pemikiran atau objek yang serupa dikelompokkan menurut keseragaman dan
relevansinya. Misalnya : anggur dan kelereng, relevansinya adalah bulat.
b. Intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu
kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis .Misalnya : kemanisan
madu 5x kemanisan gula pasir. Kemanisan gula pasir 2x kemanisan gula jawa.
Jadi kemanisan madu 10x kemanisan gula jawa
AHP akan mengukur konsistensi secara menyeluruh dari berbagai
pertimbangan melalui suatu ratio konsistensi. Nilai Consistensi Ratio (CR) harus
lebih kecil atau = 10 %. CR kecil berarti nilai konsistensi tinggi.
pengambilan keputusan yang diselaikan dengan suatu metodologi yang mana faktor-
faktor / kriteria-kriteria yang mempengaruhi mempunyai struktur keterikatan dan
imbal balik (dependence and feedback). Dapat dikatakan bahwa model ANP adalah
terdiri dari beberapa kluster AHP yang dapat terdiri dari berbagai macam hirarki [33
hal. 90, dapat berbentuk Suparchy, Intarchy, Sinarchy dan Hiernet ] dan mempunyai
hubungan serta imbal balik satu dengan yang lainnya, baik antar kluster AHP (outer
dependence) atau di dalam kluster AHP itu sendiri (inner dependence). Secara umum
network nya suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem, dan dari sub sistem
dapat terdiri dari beberapa komponen, dalam komponen dapat terdiri dari beberapa
elemen. Besar-kecilnya network serta panjang-pendeknya hirarki sangat tergantung
dari besar-kecilnya suatu permasalahan.
Prinsip dasar penyelesaian adalah dengan pendekatan menggunakan model
AHP dimulai dari elemen yang terkecil. Dengan kompleknya dasar pengambilan
keputusan maka matriks menjadi sangat besar. Untuk menyelesaikannya sekarang
sudah dapat langsung dengan software "Super Decision Model".
4.3 METODOLOGY
Langkah awal yang terpenting dalam membuat suatu model dengan
menggunakan model Analitic Hierarchy Process" untuk menentukan harga BBM di
Indonesia dengan alternatif harga pokok penjualan, harga international/regional, dan
harga yang sesuai memenuhi criteria banyak aspek. Adapun metodologi yang
dilakukan antara lain :
1. Studi pustaka sangat berguna terutama dalam penggunaan teori-teori, sebagai
sumber informasi sampai sejauh mana bahasan yang telah ada yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
2. Mengidentifikasi Variable Untuk menentukan variabel yang dianggap faktor-
faktor
dominan dalam mencapai tujuan, adalah biaya-biaya, crude oil, pengilangan, hasil
produk, yang masing-masing saling berhubungan.
3. Membuat Model Model dibuat berdasarkan variabel-variabel yang telah dijelaskan
yang diimplementasikan pada model Analitic Hierarchy Process dengan menuju
ke satu tujuan seperti yang telah ditetapkan diatas. Agar dapat mencapai hasil
yang baik (relevan dan valid) maka perlu diberi batasan-batasan tertentu terlihat
pada gambar 1 & 2. Dari kluster-kluster AHP dibuat model ANP terlihat pada
gambar 3. Kemudian dibuat pula network dari BCOR nya .
19
4. Teknik Pengumpulan Data : Data terdiri dari data primer dan sekunder. Data
sekunder diambil dari data yang sudah ada. Sedangkan data primer dari hasil
jawaban quesioner. Quesioner merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan
informasi/data. Oleh karenanya pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan
variabel yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat bersifat tertulis atau lisan
/wawancara. Informasi atau data yang diperoleh dari jawaban quesioner dapat
diolah secara kwantitatif. Cara penilaian dari jawaban quesioner adalah
menggunakan skala Saaty maupun skala Linkert. Bentuk penilaian dengan skala
Linkert adalah dengan pemberian skor untuk setiap jawaban, yang boleh
dikatakan termasuk pada skala interval. Bila jawaban sangat memuaskan diberi
skor 5, memuaskan diberi skor 4, bila jawaban biasa saja diberi skor 3, tidak
memuaskan diberi skor 2 dan sangat tidak memuaskan diberi skor 1, dengan
asumsi bahwa jarak antar skala sama.. Keuntungan dari skala ini adalah cara
pembuatan dan pengolahannya yang sederhana serta tidak menyita waktu terlalu
lama untuk menjawab quesioner. Hanya saja disini tidak ada jawaban yang mutlak
dari obyek yang diteliti, namun diharapkan data yang diperoleh relevan dengan
penelitian ini dan mempunyai validitas. Adapun yang menjawab pertanyaan
tersebut adalah stakeholder yaitu wakil dari pejabat pemerintah yang terkait
bidangnya (Pertamina, Direktorat Migas) yang menghitung harga (secara
ekonomi), wakil pemakai/wakil rakyat (komisi DPR yang membidangi sebagai
wakil suara rakyat) dan pemerintah yang memutuskan (dengan pertimbangan
faktor ekonomi dan non ekonomi).
Sebagai contoh pendekatan AHP untuk menentukan harga BBM akan diuji
coba bahan bakar Premium di Indonesia.
a. Mengenal pasti beberapa pilihan dalam penentuan harga bahan bakar
premium.
b. Mengenal pasti opini dan persepsi kebijakan harga dari setiap alternatip
pilihan
c. Menentukan bobot atau dari setiap pilihan dengan mempertimbangkan
faktor struktur pasar dan daerah.
d. Menganalisa setiap pilihan. e. Memilih harga bahan bakar premium yang
terbaik.
20
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa AHP sangat dipengaruhi dari hasil jawaban quesioner, oleh karena
itu responden harus orang yang tau persis dan mempunyai wawasan tentang
permasalahannya. Adanya data sekunder dapat memberikan gambaran kepada
responden tentang kelakuan masalah yang dihadapi secara kwantitatif, disamping
itu responden juga harus dapat menghayati maksud dan tujuan analisa.
21
2. Analisa model AHP dapat dibuat sederhana atau akan dianalisa sampai elemen
yang terkecil, sangat tergantung dari kebutuhan kita dan setiap analisa akan
didapat ratingnya.
3. Karena data yang dianalisa adalah angka relatif, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi yang tidak dapat dihitung (intangible), terlebih dulu dibuat skalar
sehingga menjadi tangible. Penentuan harga BBM mempunyai faktor-faktor
yang sangat banyak dan komplek, antara lain misalnya untuk kasus premium
saja melibatkan banyak sekali faktor. Sebagai contoh diatas adalah bila
menganut harga internasional. Hasilnya akan berbeda misalnya kita akan
menganut pada harga pokok penjualan. Dari gambar 3 yaitu model ANP ternyata
matrik nya dapat lebih dari 30 x 30. Oleh karena itu disini belum dapat
disimpulkan bagaimana keputusan yang terbaik karena semua faktor belum
dihitung. Begitu pula analisa BCOR dan analisa sensitivity nya belum dapat
digambarkan.
4. Dalam kesempatan ini lebih ditekankan pada penyelesaian konsep, karena
bilamana konsep secara menyeluruh sudah benar maka untuk penyelesaian
permasalahan yang dihadapi akan lebih mudah. Terlebih sekarang sudah ada
softwarenya sehingga baik analisa AHP dengan pendekatan software " Expert
Choice " maupun analisa model ANP dengan pendekatan software " Supermatrixs
Decisions "
5. Konsep ini masih terus disempurnakan dan dapat dikembangkan serta digunakan
untuk hal- hal lain yang sesuai, sehingga dapat dilanjutkan untuk penelitian-
penelitian yang lain. Diharapkan konsep dapat memberikan sumbang saran pada
dunia perminyakan.
22
5.2 Saran
1. Diharapkan kritikan yang membangun untuk penulis agar kedepannya dapat
menyajikan materi yang lebih baik dan lengkap serta dapat membantu tugas-tugas
bagi pembaca.
2. Semoga kedepannya mata kuliah metode penulisan ilmiah ini lebih tersusun, baik