Anda di halaman 1dari 4

1pendidikan sepanjang hayat beserta ciri2nya

Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara operasional sering pula

disebut pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang baru. Pada abad 14

yang lampau, tepatnya pada zaman Nabi Muhammad Saw ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam

bentuk suatu imbauan, dalam haditsnya:

artinya :Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat.

Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang

belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama.

Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar.

Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok

tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda

bahwa belajar itu tidak dibatasi usia. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan

sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya

dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah.

Sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk

mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan kemajuan

zaman.

mplikasi Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan berlangsung dari masa bayi sampai dengan pendidikan diri sendiri pada masa manula.
Seperti telah dijelaskan terdapat ciri-ciri khas PSH yang diharapkan menjiwai pendidikan masa kini
dan pada masa mendatang.
Ciri-ciri yang dimaksud ialah:
1. PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata diluar
sekolah.
2. PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan.
3. PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan
4. PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama didalam proses
pendidikan, yang mengarah pada diri sendiri, autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan
bertanggung jawab, tabah, dan tahan bantingan, dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat
gemar belajar.

2. pendidikan sepanjan hayat itu sangat diperlukan karena pendidikan sehayat ni tidak mengenal
bataan usiah manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi
peserta didik, karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun,
kapanpun, dan oleh siapapun.

Pendidikan sepanjang hayat yang dalam prakteknya telah lama berlangsung secara ilmiah dalam
kehidupan manusia itu dalam perjalanannya menjadi pudar, disebabkan oleh semakin kukuhnya
kedudukan sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat. Sistem persekolahannya
yang polanya membentuk masyarakat tersendiri dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat
luas dengan benteng dan pagar pekarangan sekolah, membatasi waktu belajarnya sampai usia
tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk masyarakat khusus yang
mempersiapkan diri, dengan membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan menurut porsi yang telah
ditetapkan dan cocok dengan tuntutan zaman.

3.Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara
sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat
zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus
menerus dengan situasi baru.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada
sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya
terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu
berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan
mengenal inovasi secara terus menerus.

4 penndidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem


pendidikan yang dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi.
Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah
dialami. yang dimunculkan dalam dunia pendidikan sepanjang hayat muncul pada tahun enam
puluhan oleh para perencana pendidikan. Kehadiran pendidikan pendidikan sepanjang hayat
disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan
berkembang selama alur kehidupan manusia.

5. Menurut Gagne (1984)

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yang kemudian didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Belajar juga diartikan
sebagai seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru. Hasil belajar tersebut berupa kapabilitas, di mana setelah
belajar individu akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas
tersebut adalah berasal dari :
Stimulasi yang berasal dari lingkungan
Proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar atau peserta didik.

Belajar terdiri dari 3 komponen penting yaitu, kondisi eksternal, kondisi internal, dan kondisi
belajar. Dari sini dapat kita ketahui bahwa:
Belajar merupakan proses interaksi antara keadaan inetrnal dan proses kognitif siswa dengan
stimulus dari lingkungan.
Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari
informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan sikap kognitif.
Sedangkan menurut Gagne, hasil belajar terdiri dari:
Informasi verbal, yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lesan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam
kehidupan.
Keterampilan intelektual, yaitu kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek terdiri dari diskriminasi
jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan prinsip.
Strategi kognitif, yaitu kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek
tersebut.

Fase-fase Belajar, terdiri dari :


Persiapan untuk belajar, pada tahap ini dilakukan tindakan mengarahkan perhatian,
pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
Peolehan dan unjuk perbuatan, tahap ini digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik,
pembangkitan kembali dan respons, serta penguatan.
Alih belajar, tahap ini meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara
umum.

Menurut Skinner

Menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi
lebih baik. Dalam belajar ditemukan adanya hal-hal berikut:
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar.
Respons dari pebelajar
Konsekwensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang
menguatkan konsekwensi tersebut, misal adamnya sanksi tertentu bagi siswa yang melanggar.

Skinner juga memiliki sebuah pandangan yang disebut dengan teori Skinner yang dapat digunakan
oleh guru untuk menyusun program pembelajaran, dengan memperhatikan 2 hal penting, yaitu
(a). Pemilihan stimulus yang deskriptif, (b). Penggunaan penguatan. Langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut:
Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan peilaku siswa yang positif dan
negatif. Perilaku negatif akan dihilangkan dan perilaku positif akan diperkuat.
Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku
yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
Memilih dan menentukan urutan tingkahlaku yang dipelajari serta jenis penguatannya.
Membuat program pembelajaran. Program pembelajran ini berisi urutan perilaku yang
dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, guru mencatat perilaku dan penguat yang
berhasil dan tidak berhasil.

Jadi: Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa. Pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan pengembangan potensi tersebut, dengan demikian guru sebagai sutradara
seyogyanya merencanakan dengan matang skenario dalam RPP agar siswa beraktivitas tinggi
melalui penalaran, mencoba, eksplorasi, konjektur, hipotesis, generalisasi, inkuiri, komunikasi,
kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Dalam proses pembelajaran hindari prilaku siswa hanya bertindak sebagai penonton dan bersikap
menerima. Agar siswa siswa bisa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ciptakan suasana
kondusif, nyaman dan menyenangkan.

Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Satuan kekerabatan dapat
disebut keluarga disebabkan adanya perkawinan atau keturunan. Berdasarkan jumlah anggotanya,
keluarga dpt dibedakan mjd keluarga inti dan keluarga luas.

Pranata keluarga adalah bagian dari pranata sosial yang meliputi lingkungan keluarga dan kerabat.
Pembentukan watak dan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pranata keluarga yang dialami
dan diterapkannya sejak kecil. Bagi masyarakat, pranata keluarga berfungsi untuk menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai