Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya
kondisi sosial dan perekonomian masyarakat, semakin meningkatknya
wawasan masyarakat yang bersamaan dengan meningkatnya
kesejahteraan rakyat akan meningkatkan harapan hidup masyarakat
sehingga akan menyebabkan jumlah penduduk pada lanjut usia setiap
tahun semakin meningkat. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
berdasarkan sumber BPS tahun 2007 sebanyak 18, 96 juta jiwa dan
akan bertambah menjadi 20.547.541 jiwa sehingga akan terjadi
peningkatan sekitar delapan persen dari jumlah semua penduduk
Indonesia. Diperkirakan bahwa tahun 2025, jumlah lansia akan
memenuhi kapasitas yaitu sekitar 40 jutaan. Terlebih pada tahun
2050 jumlah lansia di Indonesia telah diprediksi sampai 71,6 jutajiwa
di Indonesia (Supratiwi, 2012).
Lanjut usia yaitu tahap akhir dari suatu proses penuaan dimana
individu telah mencapai kemasakan dalam kehidupan dari orang yang
sudah melewati umur lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Pada
seorang lanjut usia akan membawa perubahan yang meyeluruh pada
fisiknya yang berkaitan dengan menurunnya kemampuan jaringan
tubuh terutama pada fungsi fisiologi dalam sistem muskuloskeletal
dan sistem neurologis (Padila, 2013). Perubahan morfologis yang
terjadi pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan
fungsional otot yaitu terjadinya penurunan kekuatan otot, kontraksi
otot, daya tahan otot dan tulang, elastisitas dan fleksibilitas otot
sehingga menyebabkan keterbatasan gerak pada tubuh (Nitz, 2004).
Perubahan-perubahan yang dialami oleh lanjut usia akan berdampak
pada penurunan kekuatan genggaman tangan 5-15%, kekuatan kaki
20-40%, dan kehilangan kekuatan otot diperkirakan sebesar 1-3% per
tahun (Mauk, 2010). Penurunan sistem neurologis mengakibatkan
perubahan central processing dan penurunan respon tubuh otomatis

1
(Mauk, 2010). Hal itu dapat mempengaruhi terjadinya penurunan
keseimbangan pada lanjut usia. Keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi dan equilibrium baik statis
maupun dimanis ketika ditempatkan dalam posisi tegak maupun
dalam berbagai posisi (Delitto, 2003).
Penurunan keseimbangan dinamis tubuh dan faktor resiko jatuh
merupakan masalah utama yang dihadapi dan harus dicegah untuk
mengurangi berbagai macam diagnosis dan komplikasi yang dapat
meningkatkan usia harapan hidup pada lansia. Oleh karena itu,
keseimbangan tubuh dapat ditingkatkan untuk mengurangi terjadinya
resiko jatuh yang dapat diatasi dengan olahraga fisik salah satunya
dengan melakukan senam tai chi. Senam tai chi merupakan olahraga
fisik yang merupakan latihan aerobik dari negara cina yang mana
gabungan/ kombinasi antara gerakan sensorik, motorik, dan
pernafasan sehingga dapat berfokus dalam melatih keseimbangan,
koordinasi, kekuatan, kelenturan (Dwiyanto, 2013). Olahraga fisik ini
terdiri dari gerakan melalui olahan tangan dan kaki yang bekerja
secara bersamaan, lembut, gentle, dan ritme terkoordinasi sehingga
dapat memperbaiki keseimbangan postural pada tubuh sehingga
menurunkan resiko jatuh (Yudiarto, 2013).

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penelitian ini untuk menilai bagaimana hubungan
antara jatuh dan takut jatuh dengan aktivitas fisik yang terukur
secara objektif dalam kohort laki-laki berusia lanjut yang tinggal di
komunitas.

2
BAB II
JURNAL PENELITIAN (Terlampir)

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1PROFIL JURNAL
A. Judul Jurnal
How are falls and fear of falling associated with objectively
measured physical activity in a cohort of community-dwelling
older men?
A. Pengarang
Barbara J. Jefferis, Steve Lliffe, Denise Kendrick, Ngaire Kerse,
Stewart Trost, Luccy T. Lennon, Sarah Ash, Claudio Sartini,
Richard W Morris, S. Goya Wannamethee, and Peter H. Whincup.
B. Sumber
Jefferis et al. BMC Geriatrics 2014, 14:114
http://www.biomedcentral.com/1471-2318/14/114
C. Abstrak
Background: Falls affect approximately one third of community-
dwelling older adults each year and have serious health and social
consequences. Fear of falling (FOF) (lack of confidence in
maintaining balance during normal activities) affects many older
adults, irrespective of whether they have actually experienced
falls. Both falls and fear of falls may result in restrictions of
physical activity, which in turn have health consequences. To date
the relation between (i) falls and (ii) fear of falling with physical
activity have not been investigated using objectively measured
activity data which permits examination of different intensities of
activity and sedentary behaviour.
Methods: Cross-sectional study of 1680 men aged 7192 years
recruited from primary care practices who were part of an on-
going population-based cohort. Men reported falls history in
previous 12 months, FOF, health status and demographic
characteristics. Men wore a GT3x accelerometer over the hip for 7
days.
Results: Among the 12% of men who had recurrent falls, daily
activity levels were lower than among non-fallers; 942 (95% CI
503, 1381) fewer steps/day, 12(95% CI 2, 22) minutes less in light

4
activity, 10(95% CI 5, 15) minutes less in moderate to vigorous PA
[MVPA] and 22(95% CI 9, 35) minutes more in sedentary
behaviour. 16% (n = 254) of men reported FOF, of whom 52% (n =
133) had fallen in the past year. Physical activity deficits were
even greater in the men who reported that they were fearful of
falling than in men who had fallen. Men who were fearful of falling
took 1766(95% CI 1391, 2142) fewer steps/day than men who
were not fearful, and spent 27(95% CI 18, 36) minutes less in light
PA, 18(95% CI 13, 22) minutes less in MVPA, and 45(95% CI 34,
56) minutes more in sedentary behaviour. The significant
differences in activity levels between (i) fallers and non-fallers and
(ii) men who were fearful of falling or not fearful, were mediated
by similar variables; lower exercise self-efficacy, fewer excursions
from home and more mobility difficulties.
Conclusions: Falls and in particular fear of falling are important
barriers to older people gaining health benefits of walking and
MVPA. Future studies should assess the longitudinal associations
between falls and physical activity.
Keywords: Falls, Fear of falls, Physical activity, Accelerometer,
Older adults
3.2Deskripsi Penelitian BerdasarkanPICO
3.2.1 Tujuan penilitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menilai bagaimana hubungan
antara jatuh dan takut jatuh dengan aktivitas fisik yang terukur
secara objektif dalam kohort laki-laki berusia lanjut yang tinggal
di komunitas.
3.2.2 Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan
satu kelompok komunitas laki-laki usia rata-rata 78,3 tahun
dengan menggunakan accelerometer GT3X (Antigraph Pensacola
Florida)
3.2.3 Populasi/Sampel/Problem
Populasi pada penelitian ini sejumlah 7735 laki-laki dengan usia
kisaran 71-93 tahun yang bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan menggunakan inform concent.
3.2.4 Intervention

5
1. Respoden mengenakan accelerometer GT3X (Actigraph,
Pensacola, Florida) yang berada di atas pinggul selama 7 hari,
pada jam bangun (saat-saat jam aktivitas), setelah mandi. Data ini
dianalisis di selama 60 detik. Lansia yang 3 hari dan 600
menit dari waktu saat mengenakan accelerometer GT3X
dimasukkan dalam analisis. Titik data (jumlah langkah < 100 atau
> 20.000 / hari) yang diverifikasi terhadap logbook harian.
2. Hasil Logbook yang telah diselesaikan (merinci tentang
penggunaa frekuensi kegiatan dengan accelerometer), dan
kuesioner termasuk pertanyaan pertanyaan tentang: " Apakah
Anda telah jatuh dalam 12 bulan terakhir?" [ya / tidak] dan "jika
ya, berapa banyak jatuh harus Anda miliki di 12 bulan terakhir?"
pertanyaan ini memiliki kekhususan tinggi dan sensitivitas
diterima untuk mendeteksi jatuh sebelumnya 12 bulan. "Apakah
saat ini anda merasa takut bahwa anda mungkin akan jatuh ketika
beraktivitas?" [Sangat takut, sedikit takut, dibandingkan dengan
tidak takut sama sekali]. Peserta menyelesaikan self-efficacy
(persiapan diri) untuk latihan dan hasil yang diharapkan.
3.2.5 Comparison
Pada jurnal ini tidak terdapat perbandingan intervensi karena
responden penelitian ini hanya 1 perlakuan dengan metode
interview dan kuesioner kemudian membandaingkan hasil 1
perlakuan tersebut berdasarkan indicator pertanyaan tentang
takut terjatuh.
3.2.6 Outcome/ Findings/ Hasil Penelitian
Di antara 12% laki-laki yang memiliki riwayat jatuh berulang,
tingkat aktivitas sehari-hari lebih rendah dari kelompok lansia
yang tidak jatuh; 942 (95% CI 503, 1381) lebih sedikit
langkah/hari, 12 (95% CI 2, 22) menit kurang dengan aktivitas
ringan, 10 (95% CI 5, 15) menit kurang dengan aktivitas fisik
sedang sampai berat [MVPA:moderate to vigorous physical
activity] dan 22 (95% CI 9, 35) menit lebih dengan aktivitas
menetap. 16% (n = 254) dari laki-laki melaporkan takut terjatuh
(FOF), di antaranya 52% (n = 133) telah jatuh dalam satu tahun
terakhir. Laki-laki yang takut jatuh dengan 1.766 (95% CI 1391,

6
2142) aktivitas sehari-hari lebih sedikit dibanding pria yang tidak
takut, dan menghabiskan 27 (95% CI 18, 36) menit kurang dengan
aktivitas fisik ringan, 18 (95% CI 13, 22) menit kurang dengan
aktivitas sedang ke berat, dan 45 (95% CI 34, 56) menit lebih
dengan aktivitas menetap. Perbedaan yang signifikan dalam
tingkat aktivitas antara lansia yang sering terjatuh dan tidak
terjatuh ketika aktivitas dan laki-laki yang takut jatuh atau tidak
takut, dimediasi oleh variabel yang sama yaitu; kurang kesiapan
terhadap latihan self-efficacy, kunjungan lebih sedikit dari rumah
dan kesulitan mobilitas.
3.2.7 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian
A. Kelebihan Penelitian
1. Penelitian ini memperluas literatur tentang bagaimana jatuh dan
FOF berhubungan dengan aktivitas fisik (PA: Physical Activity)
dalam beberapa cara. Pertama, diukur secara obyektif PA tidak
seperti laporan diri, sehingga tidak rentan untuk mengingat atau
adanya bias pelaporan.
2. Kedua, penelitian menyumbang penting faktor pembaur.
3. Ketiga, menyelidiki berbagai mediator untuk memahami defisit
aktivitas berulang dan orang-orang dengan FOF.
4. Keempat,sampel penelitian ini sangat banayk dan termasuk
masyarakat yang rawat jalan. laki-laki, bukan populasi yang
berisiko, (misalnya lansia dengan perawatan diperumahan),
sehingga hasilnya digeneralisasikan. Namun desain studi cross-
sectional mencegah kita dari mengidentifikasi arah kausalitas,
yang mungkin dapat menjadi dua arah.
B. Keterbatasan Penelitian
Sampel penelitian terbatas pada laki-laki sehingga temuan kami
tidak dapat diekstrapolasi untuk wanita. Kita tahu dari
sebelumnya bahwa prevalensi penelitian jatuh lebih tinggi di
antara perempuan dibandingkan laki-laki sehingga perempuan
lebih mungkin untuk melaporkan takut jatuh dari laki-laki, dan
baha perempuan lebih mungkin tidak tepat menganggap diri
mereka berada di tinggi risiko jatuh dibandingkan laki-laki bahwa
wanita memiliki lebih rendah MVPA dan tingkat yang lebih tinggi
dari perilaku menetap daripada laki-laki Oleh karena itu penting

7
bahwa penelitian masa depan mengeksplorasi hubungan antara
PA, FOF dan jatuh bervariasi berdasarkan gender.
3.2.8 Manfaat Teoritis dan Praktis
A. Manfaat Teoritis
Secara praktisi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang lansia yang takut akan jatuh dalam
melakukan aktivitas fisik sehingga mereka membatasi aktivitas
fisik dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini memberikan
gambaran bagaimana tingkat ketakutan jatuh lansia untuk
melakukan kegiatan aktivitas fisik.
B. Manfaat Praktis
1. Secara teoritis penelitian ini dapat seagai sumber belajar dan
bermanfaat untuk meningkatkan wawasan terhadap
penanganan lansia yang takut untuk melakukan aktivitas fisik
karena takut jatuh.
2. Mengembangkan teori kesehatan lansia dalam kegiatan
aktivitas fisik.
3. Mengidentifikasi ketakutan jatuh berulang pada lansia dalam
melakukan aktivitas fisik.
3.2.9 Critical Thingking
Resiko jatuh dan terjatuh saat beraktivitas merupakan masalah
umum yang dialami oleh lansia dan menjadi penyebab utama takut
untuk beraktivitas tanpa pendampingan. Penelitian ini
menggambarkan pentingnya pemantauan atau pendampingan,
fasilitas penunjang, dan program latihan untuk melatih lansia agar
tetap aktif bergerak dan mempersiapkan diri baik secara fisik
(fisiologis), psikologis, sosial dan spiritual. Upaya-upaya
rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas melibatkan upaya
multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, ahli
gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman lansia
tersebut sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan sebagai
upaya pencegahan baik secara primer, sekunder dan tersier.

8
BAB IV
PENUTUP

C.1 KESIMPULAN
Takut jatuh dan jatuh sebenarnya hambatan penting untuk orang
tua manfaat dari berjalan dan MVPA, dan dapat mempromosikan
perilaku menetap, dengan efek kesehatan yang merugikan sendiri.
Hubungan yang kuat antara FOF dan jumlah langkah yang lebih
rendah dan waktu yang dihabiskan dalam cahaya dan MVPA mungkin
memiliki konsekuensi yang merugikan serius bagi banyak hasil yang
terkait dengan tingkat PA rendah, termasuk risiko masa depan jatuh.
FOF dapat mengurangi tingkat aktivitas melalui pengurangan latihan
self-efficacy dan lebih sedikit perjalanan di luar rumah yang, jika
direplikasi dalam studi longitudinal mungkin daerah untuk intervensi
untuk mengurangi efek aktivitas-membatasi FOF. Namun, seperti FOF
dapat melindungi terhadap jatuh, intervensi untuk meningkatkan
tingkat PA pada orang dewasa dengan FOF juga perlu untuk
mengurangi risiko jatuh, jika tidak menargetkan FOF benar-benar
bisa meningkatkan terjatuh.

9
DAFTAR PUSTAKA

Delitto A, (2003). The Link Between Balance Confidence and Falling.


Physical Therapy
Research That Benefits You. USA : American Physical Therapy
Association.
Dwiyanto, B, Gunawan. (2013). Stimulasi Pre Frontal Cortex Dengan
Metode Tai Chi.
Dalam Sutanto, J. Jalan Cerdas Menuju Sehat: edisi 2, Jakarta: PT
Kompas Media
Nusantara.
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba
Medika .
Padila. (2013). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa
Medika
Mauk, K.L. (2010). Gerontological Nursing Competencies for Care.
Sudbury : Janes and
Barlet Publisher.
Supratiwi, F. 2012. Jumlah lansia mencapai 71,6 juta pada 2050 ; antara
news. Diakses
tanggal 3 desember 2013.
http://www.antaranews.com/berita/341398/jumlah-lansia-
capai-716-juta-pada-2050.
Yudiarto F. L. 2013. Tai Chi Menuju Succesfull Aging di rinjau dari Ilmu
Penyakit Saraf.
Dalam Sutanto, J. (ed) : Jalan Cerdas Menuju Sehat, edisi 2.
Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.

10

Anda mungkin juga menyukai