Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR


MODUL (4)

PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT SISTEM SARAF OTONOM

Nama : Zafira Zahrah


NPM : 260110150022
Shift : A1
Hari/tanggal : Kamis/31 Maret 2016
Jam Praktikum : 07.00 10.00
Asisten : 1. Theresia Ratnadevi
2. Mochammad Indra Permana

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Pertanyaan
1. Jelaskan aktivitas golongan obat berikut dan tuliskan paling sedikit lima
contoh obat dan indikasi penggunaannya.
a. Simpatomimetika
b. Simpatolitika
c. Parasimpatomimetika
d. Parasimpatolitika
Jawab:
a. Simpatomimetik adalah obat yang menyerupai obat norepinefrin dan
epinefrin baik secara parsial ataupun secara keseluruhan. Obat-obat ini
bekerja secara langsung pada adrenoseptor dan atau , atau secara
tidak langsung pada terminal prasinaps, biasanya dengan menyebabkan
pelepasan (Neal, 2006).
1. Isoproterenol
Indikasi: Dekompensasi jantung, payah jantung kongestif (Kee,
1996).
2. Efedrin
Indikasi: Keadaan hipotensi, bronkospame, kongesti hidung,
hipotensi ortostatik (Kee, 1996).
3. Norepinefrin (Levarterenol, Levophed)
Indikasi: Syok. Merupakan vasokonstriktor kuat, meningkatkan
tekanan darah dan curah jantung (Kee, 1996).
4. Dopamin (Intropin)
Indikasi: Hipotensi (Kee, 1996).
5. Abuterol (Proventil)
Indikasi: Bronkospame (Kee, 1996).

b. Simpatolitika adalah antagonis terhadap agonis adrenergik dengan


menghambat tempat-tempat reseptor alfa dan beta (Kee, 1996).
1. Propanolol hidroklorida
Indikasi: Angina, aritmia jantung, dan hipertensi (Kee, 1996).
2. Guanetidin
Indikasi: Antihipertensi (Kee, 1996).
3. Metoprolol tartrat (Lopressor)
Indikasi: Hipertensi, angina, profilaksis migren, tirotoksitosis (Kee,
1996).
4. Suksinilkolin
Indikasi: Pelemas otot depolarisasi dengan kerja singkat (Churchill,
1984).
5. Fentolamin
Indikasi: Gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi.
c. Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan
efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena
melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya
(Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
1. Betanekol (Urechoine)
Indikasi: Meningkatkan berkemih, meningkatkan motilitas
lambung (Kee, 1996).
2. Karbakol (Carcholin, miostat)
Indikasi: Menurunkan tekanan intraokular, miosis (Kee, 1996).
3. Pilokarpin (Pilokar)
Indikasi: Menurunkan tekanan intraokular, miosis (Kee, 1996).
4. Neostigmin (Prostigmin)
Indikasi: untuk menambah kekuatan otot pada miastenia gravis,
masa kerja singkat (Kee, 1996).
5. Isofluforat (Floropryl)
Indikasi: Untuk mengobati glaukoma. Kenakan pada sakus
konjungtiva (Kee, 1996).

d. Parasimpatolitika adalah obat-obat yang menghambat kerja asetilkolin


dengan menempati reseptor-reseptor asetil kolin.
1. Atropin sulfat
Indikasi: Prabedah untuk mengurangi salivasi dan sekresi bronkial
(Kee, 1996).
2. Skopolamin (Hyoscine)
Indikasi: Obat pra anastesi, mabuk perjalanan (Kee, 1996).
3. Propantelin (Pro-Banthine)
Indikasi: Sebagai antispasmodik untuk tukak peptik (Kee, 1996).
4. Triheksi fenidil (Artane)
Indikasi: Penyakit parkinson (Kee, 1996).
5. Siklopentolat (Cyclogly)
Indikasi: Midriasis dan siklopegia untuk pemeriksaan mata (Kee,
1996).

2. Jelaskan pengaruh obat-obat di atas terhadap berbagai organ efektor.


Jawab:
a. Simpatomimetika
1. Isoproterenol
Respons terhadap perangsangan beta1 dan beta2 adalah
menginkatkan denyut jantung dan bronkodilatasi. Jika seorang
klien memakai isoproterenol untuk mengendalikan asma dengan
dilatasi jantung, maka terjadi juga peningkatan denyut jantung
akibat perangsangan beta1. Jika isoproterenol dipakai dengan
berlebihan, maka dapat terjadi takikardia yang berat (Kee, 1996).
2. Efedrin
Meningkatkan tekanan darah, denyut jantung dan curah jantung.
Aliran darah renal dan splanik menurun, tetapi aliran darah koroner
dan otot skelet meningkat (Neal, 2006).
3. Norepinefrin (Levarterenol, Levophed)
Meningkatkan tekanan darah dan curah jantung (Kee, 1996).
4. Dopamin (Intropin)
Tidak menurunkan fungsi ginjal dalam dosis <5g/kg/menit (Kee,
1996).
5. Abuterol (Proventil)
Selektif untuk reseptor adrenergik beta2 sehingga responsnya hanya
bronkodilatasi. Seorang klien penderita asma dapat memberikan
respons lebih baik jika memakai abuterol daripada isoproterenol
karena kerja utamanya adalah pada reseptor beta2. Tetapi dosis
yang tinggi dari abuterol dapat mempengaruhi reseptor beta1,
sehingga menyebabkan peningkatan denyut jantung (Kee, 1996).

b. Simpatolitika
1. Propanolol hidroklorida
Dengan menghambat kedua jenis reseptor beta, propanolol
menurunkan denyut jantung, dan sekunder, tekanan darah. Obat ini
juga menyebabkan saluran bronkial mengalami kontriksi dan
kontraksi uterus (Kee, 1996).
2. Guanetidin
Menurunkan tekanan darah pada hipertensi esensial (Harmita,
2008). Efek utama menghambat respons terhadap stimulasi saraf
adrenergik dan obat adrenergik. Mula-mula mempunyai aktivitas
anastetik lokal pada dosis terapi akan menstabilkan membran ujung
saraf adrenergik. Kemudian pada pemberian kronik akan
menyebabkan deplepi NE dari ujung saraf adrenergik maupun
terhadap obat adrenergik yang kerjanya melalui pelepasan NE
endogen. Meningkatkan motilitas saluran cerna dan dapat
menyebabkan diare (Kee, 1996).
3. Metoprolol tartrat (Lopressor)
Menimbulkan efek menurunkan denyut nadi dan tekanan darah
(Kee, 1996).
4. Suksinilkolin
Terjadinya fakulasi yaitu seluruh unit motor berkontraksi karena
adanya impuls yang tidak normal pada serabut saraf motorik,
denyut jantung menjadi lebih lambat, meningkatkan kalium
penderita (Churchill, 1984).
5. Fentolamin

c. Parasimpatomimetika.
1. Betanekol (Urechoine)
Meningkatkan peristaltik dari gastrointestinal. Meningkatkan
kekuatan otot pada miastenia gravis (Kee, 1996).
2. Karbakol (Carcholin, miostat)
Menkonstriksi pupil mata sehingga membuka kanalis Schlemm
untuk menambah aliran humor aqueous, menurunkan tekanan
cairan (intraokular) pada bola mata. Meningkatkan kekuatan otot
miastenia gravis. Secara lokal pada mata dapat terjadi kekeruhan
kornea_keratopati bulous, spasme akomodatif, miosis, penglihatan
kabur, dan hipermi konjungtiva. Muka merah, berkeringat, keram
abdominal dan nyeri kepala, salivasi, peningkatan sekresi gaster,
muntah, diare. Bradikardi dan konstriksi bronkial (Kee, 1996).
3. Pilokarpin (Pilokar)
Menkonstriksi pupil mata sehingga membuka kanalis Schlemm
untuk menambah aliran humor aqueous, menurunkan tekanan
cairan (intraokular) pada bola mata. Meningkatkan kekuatan otot
miastenia gravis (Kee, 1996).
4. Neostigmin (Prostigmin)
Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan
menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air
mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan efek
memperlancar pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi
otot kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
5. Isoflurofat (Floropryl)
Memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah
lambung (HCl), juga sekresi air mata, dan lain-lain, memperkuat
sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah, memperlambat
pernafasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan
sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler
akibat lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih
dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin, dilatasi
pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekan SSP setelah pada
permulaan menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).

d. Parasimpatolitika
1. Atropin sulfat
Merelaksasi otot-otot polos saluran gastrointestinal dan mengurangi
peristaltik, mengurangi salivasi dan berliur dan untuk
meningkatkan denyut jantung (Kee, 1996).
2. Skopolamin (Hyoscine)
Meningkatkan denyut jantung pada dosis tinggi, dosis rendah dapat
mengurangi denyut jantung. Merelaksasi tonus otot polos
gastrointestinal, mengurangi motilitas dan peristaltik
gastrointestinal. Dapat timbul retensi urin. Mengurangi salivasi,
berkeringat.dilatasi bronkus dan mengurangi sekresi bronkial,
mengantuk, halusinasi (Kee, 1996).
3. Propantelin (Pro-Banthine)
Mengurangi sekresi lambung dan spasme gastrointestinal.
Propantelin menghambat efek muskarinik dari asetilkolin pada
tempat reseptor, akibatnya penurunan sekresi lambung dan
berkurangnya spasme (Kee, 1996).
4. Triheksi fenidil (Artane)
Mengurangi pergerakan involunter dan menghilangkan tanda-tanda
dan gejala-gejala tremor dan rigiditas otot (Kee, 1996).
5. Siklopentolat (Cyclogly)
Meningkatkan denyut jantung pada dosis tinggi, dosis rendah dapat
mengurangi denyut jantung. Merelaksasi tonus otot polos
gastrointestinal, mengurangi motilitas dan peristaltik
gastrointestinal. Dapat timbul retensi urin. Mengurangi salivasi,
berkeringat, dilatasi bronkus dan mengurangi sekresi bronkial,
mengantuk, halusinasi (Kee, 1996).

Telah diperiksa Asisten


Tanggal :
Nilai :
Paraf Asisten :

DAFTAR PUSTAKA

Churchill, D. 1984. Neuromuscular Blocking Drugs. Singapore: PG Publishing


Harmita. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC
Neal, M. J. 2006. Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Tan Hoan Tjay, Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting, edisi ke-5 cetakan ke-2.
Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai