Anda di halaman 1dari 8

I.

Reaksi

a. Hidrokinon
Hidrokinon + FeCl3

(Svehla, 1985).

Hidrokinon + NaOH

(Fessenden, 1982).

b. Resorsinol
Resorsinol + FeCl3

(Svehla, 1985).

c. Sulfamezatin
Sulfamezatin + Vanilin

(Svehla, 1985).
d. Amoksisilin
Amoksisilin + H2SO4

(Roth, 1985).

II. Data Pengamatan

Hidrokinon

No. Gugus Fungsi Reagensia Perlakuan Hasil Pustaka Foto


3. Hidrokinon Ag(NH3)N - Zat dilarutkan Hijau Hijau
O3 dengan air di gelap kehitaman
dalam tabung (kehitam (Clark, 2007)
reaksi. an)
- Ditambahkan
larutan
Ag(NH3)NO3
(Perak Nitrat
Amoniakal).
- Amati perubahan
warna

FeCl3 - Ditambahkan Kuning Penambahan


larutan FeCl3 ke kecoklata FeCl3
dalam sampel n menimbulkan
yang berada di oksidasi
dalam pelat tetes hidrokinon
- Amati perubahan menjadi
warna kuinon yang
berwarna
kuning dan
bau yang
menyengat
(Anshori,
2007).
NaOH - Ditambahkan Coklat Larutan
larutan NaOH ke ada hijau berwarna
dalam sampel sedikit coklat (Clark,
yang berada di 2007).
dalam pelat tetes
- Amati perubahan
warna
4. Resorsinol p-DAB HCl - Dibuat larutan zat Coklat Larutan
dalam air muda berwarna
- Diteteskan di atas coklat muda
pelat tetes (Fessenden,
- Ditambahkan 1986).
pereaksi p-DAB
- Amati perubahan
warna
FeCl3 - Ditambahkan Ungu Ungu
larutan FeCl3 ke kehitama kehitaman
dalam sampel n (Fessenden,
yang berada di 1986).
dalam pelat tetes
- Amati perubahan
warna
Lieberman - Ditambahkan Ungu Warna coklat
pereaksi kehitama kehitaman
lieberman ke n (Fessenden,
dalam sampel 1986).
yang berada di
dalam pelat tetes
- Amati perubahan
warna
Ag(NH3)N - Zat dilarutkan Hitam Larutan
O3 dengan air di keabuan menjadi
dalam tabung berwarna
reaksi. hitam
- Ditambahkan keabuan
larutan (Fessenden,
Ag(NH3)NO3 1986).
(Perak Nitrat
Amoniakal).
- Amati perubahan
warna

Sulfamezatin

No. Gugus Fungsi Reagensia Perlakuan Hasil Pustaka Foto


1. Sulfamezatin p-DAB HCl - Sampel dilarutkan Coklat Hijau-coklat
dengan HCl encer (Clark, 2007).
- Diteteskan di atas
pelat tetes
- Ditambahkan
pereaksi p-DAB
- Amati perubahan
warna
CuSO4 - Ditambahkan 2 Biru Warna hijau,
tetes CuSO4 pada muda biru, atau
sampel coklat
- Amati perubahan menunjukkan
warna adanya
sulfonamida
(Clark, 2003).
Vanilin + - Ditambahkan Coklat- Hijau
H2SO4 Vanilin + H2SO4 Hijau kecoklatan
pada sampel (Anshori,
- Amati perubahan 2007).
warna
Koppayl - Ditambahkan Merah Warna ungu
Zwikker pereaksi Koppayl muda diberikan oleh
Zwikker ke dalam (pink) senyawa
sampel yang dengan gugus
berada di dalam SO2NH
pelat tetes (Clark, 2003).
- Amati perubahan
warna

Amoksisilin

No. Reagensia Perlakuan Hasil Pustaka Foto


1. Aroma/bau - Sampel dipanaskan Bau karet Bau karet (Svehla,
diatas api Bunsen 1985).
- Amati aromanya

2. H2SO4 - Ditambahkan H2SO4 ke Kuning Berfluoresensi


dalam sampel yang warna hijau (Clark,
berada di dalam pelat 2007).
tetes
- Amati perubahan warna

No. Gugus Fungsi Reagensia Perlakuan Hasil Pustaka Foto


1. Amoksisilin Aroma/bau - Sampel Bau karet Bau karet
dipanaskan diatas (Svehla,
api Bunsen 1985).
- Amati aromanya

H2SO4 - Ditambahkan Kuning Berfluoresensi


H2SO4 ke dalam warna hijau
sampel yang (Clark, 2007).
berada di dalam
pelat tetes
- Amati perubahan
warna

III. Pembahasan

a. Hidrokinon
Hidrokinon merupakan senyawa kimia yang bersifat larut dalam air.
Hidrokinon berbentuk serbuk halus yang berwarna abu-abu. Identifikasi pada
hidrokinon adalah dengan penambahan perak nitrat amoniakal yang akan
menghasilkan pembentukan warna hijau gelap (kehitaman) pada larutan. Warna
merah, kuning, coklat, atau hitam menunjukkan adanya daya reduksi pada senyawa
tersebut. Reaksi ini terjadi jika atom karbon yang berdampingan dalam cincin
mengikat gugus hidroksil. Tidak terjadi reaksi bila gugus hidroksil dalam posisi
meta-, tetapi akan muncul kembali jika pada posisi para.
Identifikasi lainnya adalah dengan menggunakan larutan FeCl3 yang pada
percobaan ini menghasilkan warna kuning kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan FeCl3 menimbulkan oksidasi hidrokinon menjadi kuinon yang berwarna
kuning dan menghasilkan bau yang menyengat. Yang terakhir adalah dengan
menggunakan pereaksi NaOH dimana menghasilkan warna coklat kehitaman dan
terdapat warna hijau sedikit pada larutan sampel.

b. Resorsinol
Resorsinol berbentuk serbuk kasar dan berwarna agak kekuningan. Identifikasi
resorsinol yang pertama adalah dengan menggunakan p-DAB. Dari uji ini didapatkan
terbentuknya warna coklat pada larutan. Hal ini dikarenakan resorsinol termasuk ke
dalam golongan fenol dimana senyawa-senyawa seperti alkaloid dan fenol yang
memiliki cincin yang tidak terikat dengan konjugat lain akan memberikan hasil
warna dengan pereaksi p-DAB.
Setelah itu, dilakukan pengujian dengan FeCl3 dan didapatkan warna ungu
kehitaman. Hal ini menandakan bahwa terbentuk kompleks berwarna antara FeCl3.
Pereaksi FeCl3 merupakan reagen penggolongan untuk golongan fenol, dan hasil
positifnya sampel menjadi berwarna ungu kehitaman. Identifikasi selanjutnya adalah
dengan menggunakan pereaksi Lieberman, terbentuk warna ungu kehitaman pada
larutan sampel. Warna ini pada reaksi dengan menggunakan pereaksi Lieberman
diberikan oleh senyawa yang mengandung cincin benzen tersubstitusi tunggal yang
tidak bergabung dengan gugus karbonit, amida, atau C=N-O.
Identifikasi terakhir adalah dengan menggunakan pereaksi perak nitrat
amoniakal dimana menghasilkan warna hitam keabu-abuan. Dan hasilnya positif
karena sesuai dengan literatur.

c. Sulfamezatin
Untuk golongan sulfonamida dilakukan identifikasi pada sampel sulfamezatin.
Reaksi umum golongan sulfonamida dilakukan dengan menggunakan reagensia p-
DAB HCl. Digunakan p-DAB dan HCl karena sulfamezatin larut dalam asam pekat
sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Setelah dilakukan reaksi, diperoleh perubahan
warna dari sampel. Sulfamezatin berwarna coklat.
Identifikasi selanjutnya adalah dengan ditambahkan pereaksi CuSO4 dan
menghasilkan warna biru muda. Pereaksi lainnya untuk sulfamezatin adalah dengan
ditambahkan pereaksi vanillin + asam sulfat, ketika ditambahkan asam sulfat sampel
menghasilkan warna coklat, dan ketika ditambahkan vanillin berubah warna menjadi
coklat kehijauan.
Kemudian sulfamezatin diuji menggunakan pereaksi kopayyi zwikker.
Koppayi zwikker merupakan pereaksi yang terdiri dari larutan kobalt nitrat di dalam
etanol 1% (komposisi sama seperti pereaksi parri). Pereaksi ini biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa yang mengandung gugus imida dan amina pada
karbon yang berdampingan serta senyawa dengan gugus SO2NH yang akan
menghasilkan warna ungu atau merah muda. Dikarenakan sulfamezatin memiliki
gugus SO2NH maka hasil yang dihasilkan adalah terbentuknya warna merah muda.

d. Amoksisilin
Untuk golongan antibiotik prinsip identifikasinya adalah dengan mereaksikan
sampel dengan asam pekat atau basa pekat. Pada praktikum ini banyak digunakan
asam pekat yaitu H2SO4 untuk mengidentifikasi senyawa antibiotik. Antibiotik jika
di reaksikan dengan asam sulfat akan menghasilkan warna yang macam-macam, hal
ini dikarenakan gugus fungsi yang ada pada masing-masing antibiotik. Struktur
antibiotik yang tidak begitu stabil akan dipecah dan berikatan dengan gugus sulfat
dari asam sulfat, sehingga menghasilkan warna-warna yang khas dan ketika
penambahan air, maka air akan menghidrolisis ikatan antara sulfat dengan antibiotik,
sehingga ketika ikatan ini lepas maka larutan kembali menjadi bening. Uji
pendahuluan ini cukup spesifik terhadap antibiotik-antibiotik, kecuali pada
kloramfenikol yang tidak menimbulkan warna (putih/bening).
Pada uji amoksisilin pertama dilakukan uji organoleptis, amoksisilin memiliki
bentuk serbuk yang sedikit kasar dan berwarna putih. Amoksisilin memiliki bau yang
cukup tajam, dan memiliki bau yang khas yaitu bau obat yang sangat kuat.
Percobaan pertama yaitu sampel ditaruh di tabung reaksi kemudian sampel
dipanaskan diatas nyala api Bunsen lalu aroma yang dihasilkan diamati. Pada
literaratur dituliskan bahwa aroma yang dihasilkan adalah seperti karet yang terbakar
dan tidak menghasilkan nyala api. Dan hal tersebut dapat dibuktikan karena ketika
dibakar amoksisilin menghasilkan bau karet yang terbakar. Hal tersebut terjadi
karena adanya atom C, H dan N pada struktur amoksisilin sehingga terbentuk gas
yang memiliki aroma karet.
Prosedur yang kedua adalah dengan mereaksikan sampel amoksisilin dengan
asam sulfat pekat, setelah sampel ditambahkan asam sulfat pekat diuji fluorosensinya
dengan menggunakan UV pada panjang gelombang 254 nm. Pada saat sampel
ditetesi dengan asam sulfat pekat, dihasilkan cairan berwarna kuning. Namun karena
alat fluoresensinya tidak dapat digunakan kami tidak melakukan uji fluoresensi.
Namun dari hasil saat ditambahkan asam sulfat sesuai dengan literatur.

Anda mungkin juga menyukai