Anda di halaman 1dari 82

ANGGARAN DASAR

www.pmi.or.id
dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Markas Pusat Palang Merah Indonesia Ditetapkan oleh:


Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta 12970 - Indonesia
Telp. +62 21 7992325, Fax. +62 21 7995188 Musyawarah Nasional XX
Email: pmi@pmi.or.id
Website: www.pmi.or.id
Tahun 2014
ANGGARAN DASAR
dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Hasil Musyawaran Nasional XX


Palang Merah Indonesia
di Jakarta, tanggal 15-19 Desember 2014
ANGGARAN DASAR
dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Hasil Musyawaran Nasional XX


Palang Merah Indonesia
di Jakarta, tanggal 15-19 Desember 2014
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kami segenap
Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) bersama jajaran
pengurus PMI Se-Indonesia, telah menetapkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga melalui Musyawarah Nasional PMI ke-XX
yang berlangsung pada tanggal 15-19 Desember 2014 di Jakarta.

Dengan berazaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan Prinsip-prinsip


Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini disusun sebagai
pondasi yang mengatur jalannya organisasi Perhimpunan Palang
Merah Indonesia, sebagai konstitusi organisasi yang wajib dipahami
dan dijadikan acuan dalam menjalankan roda organisasi
Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

Diharapkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini akan


menjadikan Palang Merah Indonesia bertambah solid dan
profesional, dalam melakukan tugas-tugas kemanusiaan, sebagai
satu-satunya organisasi kemanusiaan yang berada dibawah bendera
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Dengan dukungan dari segenap masyarakat Indonesia, semoga


langkah kita bersama untuk mewujudkan PMI yang dicintai
masyarakat dapat terwujud.

Semoga Tuhan yang Maka Kuasa melindungi kita semua. Amin.


KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, Kami segenap
Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) bersama jajaran
pengurus PMI Se-Indonesia, telah menetapkan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga melalui Musyawarah Nasional XX PMI
yang berlangsung pada tanggal 15-19 Desember 2014 di Jakarta.

Dengan berazaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan Prinsip-prinsip


Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini disusun sebagai
pondasi yang mengatur jalannya organisasi Perhimpunan Palang
Merah Indonesia, sebagai konstitusi organisasi yang wajib dipahami
dan dijadikan acuan dalam menjalankan roda organisasi
Perhimpunan Palang Merah Indonesia.

Diharapkan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini akan


menjadikan Palang Merah Indonesia bertambah solid dan
profesional, dalam melakukan tugas-tugas kemanusiaan, sebagai
satu-satunya organisasi kemanusiaan yang berada dibawah bendera
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Dengan dukungan dari segenap masyarakat Indonesia, semoga


langkah kita bersama untuk mewujudkan PMI yang dicintai
masyarakat dapat terwujud.

Semoga Tuhan yang Maka Kuasa melindungi kita semua. Amin.


MUKADIMAH MUKADIMAH

KEMANDIRIAN : Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional


di samping membantu pemerintahnya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus menaati peraturan
negaranya, harus selalu menjaga otonominya
sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-
prinsip gerakan ini.

KESUKARELAAN : Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan


sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk
mencari keuntungan apapun.

KESATUAN : Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan


Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan
KEMANUSIAAN : Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh
Merah didirikan berdasarkan keinginan memberi wilayah.
pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka
KESEMESTAAN : Gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
didalam pertempuran, mencegah, dan mengatasi
Merah bersifat semesta. Setiap perhimpunan
penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun.
nasional mempunyai status yang sederajat serta
Tujuan gerakan adalah melindungi hidup dan kesehatan
berbagi hak dan tanggung jawab dalam menolong
serta menjamin penghargaan kepada umat manusia.
sesama manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran
KESAMAAN : Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar
Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.
kebangsaan, ras, agama, atau pandangan politik.
Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan
man u s i a s e s u a i d e n g a n k e b u tu h a n n y a d a n
mendahulukan keadaan yang paling parah.

KENETRALAN : Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua


pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras,
agama, atau ideologi.

2 3
MUKADIMAH MUKADIMAH

KEMANDIRIAN : Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional


di samping membantu pemerintahnya dalam bidang
kemanusiaan, juga harus menaati peraturan
negaranya, harus selalu menjaga otonominya
sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-
prinsip gerakan ini.

KESUKARELAAN : Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan


sukarela yang tidak didasari oleh keinginan untuk
mencari keuntungan apapun.

KESATUAN : Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan


Palang Merah yang terbuka untuk semua orang dan
KEMANUSIAAN : Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh
Merah didirikan berdasarkan keinginan memberi wilayah.
pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka
KESEMESTAAN : Gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit
didalam pertempuran, mencegah, dan mengatasi
Merah bersifat semesta. Setiap perhimpunan
penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun.
nasional mempunyai status yang sederajat serta
Tujuan gerakan adalah melindungi hidup dan kesehatan
berbagi hak dan tanggung jawab dalam menolong
serta menjamin penghargaan kepada umat manusia.
sesama manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian,
persahabatan, kerja sama, dan perdamaian abadi bagi
sesama manusia.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran
KESAMAAN : Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar
Rumah Tangga Perhimpunan Palang Merah Indonesia.
kebangsaan, ras, agama, atau pandangan politik.
Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan
man u s i a s e s u a i d e n g a n k e b u tu h a n n y a d a n
mendahulukan keadaan yang paling parah.

KENETRALAN : Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua


pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau
melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras,
agama, atau ideologi.

2 3
ANGGARAN
DASAR
PMI

4 5
ANGGARAN
DASAR
PMI

4 5
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

DAFTAR ISI ANGGARAN DASAR BAB I


NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN
BAB JUDUL PASAL HAL

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN (1-4) 7 Pasal 1


BAB II ASAS DAN TUJUAN (5-6) 7-8
Perhimpunan ini bernama Palang Merah Indonesia, disingkat PMI.
BAB III MANDAT DAN TUGAS POKOK (7-8) 8
BAB IV LAMBANG DAN LAGU (9-10) 9
BAB V KEANGGOTAAN (11-13) 9-10 Pasal 2
BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (14) 10
BAB VII SUSUNAN DAN KEDUDUKAN (15-16) 10-11 PMI didirikan di Jakarta, Tanggal 17 September 1945, untuk kurun waktu yang
BAB VIII STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI (17-19) 11 tidak ditentukan.
BAB IX KEPENGURUSAN (20-28) 12-17
BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (29-38) 17-23
Pasal 3
BAB XI PERSYARATAN PENGURUS PMI (39-40) 23-24
BAB XII TATA CARA PEMILIHAN (41-46) 25-26 PMI adalah organisasi yang berstatus badan hukum yang disyahkan dengan
BAB XIII QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (47-48) 26-27 Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden RI No. 246
BAB XIV SUKARELAWAN (49-52) 27-29 Tahun 1963, untuk menjalankan kegiatan kepalangmerahan sesuai Konvensi
BAB XV KARYAWAN/STAF (53) 29 Jenewa tahun 1949.
BAB XVI MARKAS DAN KEPALA MARKAS (54-58) 29-31
BAB XVII PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, (59-63) 31-32
PEMBEKUAN DAN KEPENGURUSAN. Pasal 4
BAB XVIII PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH (64) 33
(1) PMI Pusat, berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia
PEMEKARAN
BAB XIX MAHKAMAH ORGANISASI DAN UPAYA (65-69) 33-34 (2) PMI Provinsi, berkedudukan di Ibukota Provinsi
HUKUM (3) PMI Kabupaten/Kota, berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota
BAB XX KEUANGAN (70-72) 34-35
BAB XXI PEMBENDAHARAAN (73-77) 35-36 (4) PMI Kecamatan, berkedudukan di kecamatan
BAB XXII PENGEMBANGAN SUMBER DAYA (78-79) 36-37
BAB XXIII PELAYANAN DONOR DARAH (80) 37
BAB II
BAB XXIV HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (81) 38
BAB XXV PENGHARGAAN (82) 38 ASAS DAN TUJUAN
BAB XXVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN (83-85) 38-39
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB XXVII KETENTUAN LAIN (86) 40 Pasal 5
BAB XXVIII PERATURAN PERALIHAN (87) 40
BAB XXIX PENUTUP (88) 40
PMI berasaskan Pancasila

6 7
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

DAFTAR ISI ANGGARAN DASAR BAB I


NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN
BAB JUDUL PASAL HAL

BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN (1-4) 7 Pasal 1


BAB II ASAS DAN TUJUAN (5-6) 7
Perhimpunan ini bernama Palang Merah Indonesia, disingkat PMI.
BAB III MANDAT DAN TUGAS POKOK (7-8) 7
BAB IV LAMBANG DAN LAGU (9-10) 9
BAB V KEANGGOTAAN (11-13) 9 Pasal 2
BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (14) 10
BAB VII SUSUNAN DAN KEDUDUKAN (15-16) 10 PMI didirikan di Jakarta, Tanggal 17 September 1945, untuk kurun waktu yang
BAB VIII STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI (17-19) 11 tidak ditentukan.
BAB IX KEPENGURUSAN (20-28) 12
BAB X MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (29-38) 18
Pasal 3
BAB XI PERSYARATAN PENGURUS PMI (39-40) 24
BAB XII TATA CARA PEMILIHAN (41-46) 25 PMI adalah organisasi yang berstatus badan hukum yang disyahkan dengan
BAB XIII QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN (47-48) 27 Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden RI No. 246
BAB XIV SUKARELAWAN (49-52) 28 Tahun 1963, untuk menjalankan kegiatan kepalangmerahan sesuai Konvensi
BAB XV KARYAWAN/STAF (53) 29 Jenewa tahun 1949.
BAB XVI MARKAS DAN KEPALA MARKAS (54-58) 30
BAB XVII PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, (59-63) 31
PEMBEKUAN DAN KEPENGURUSAN. Pasal 4
BAB XVIII PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH (64) 33
(1) PMI Pusat, berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia
PEMEKARAN
BAB XIX MAHKAMAH ORGANISASI DAN UPAYA (65-69) 33 (2) PMI Provinsi, berkedudukan di Ibukota Provinsi
HUKUM (3) PMI Kabupaten/Kota, berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota
BAB XX KEUANGAN (70-72) 35
BAB XXI PEMBENDAHARAAN (73-77) 35 (4) PMI Kecamatan, berkedudukan di kecamatan
BAB XXII PENGEMBANGAN SUMBER DAYA (78-79) 36
BAB XXIII PELAYANAN DONOR DARAH (80) 37
BAB II
BAB XXIV HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (81) 38
BAB XXV PENGHARGAAN (82) 38 ASAS DAN TUJUAN
BAB XXVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN (83-85) 39
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB XXVII KETENTUAN LAIN (86) 40 Pasal 5
BAB XXVIII PERATURAN PERALIHAN (87) 40
BAB XXIX PENUTUP (88) 40
PMI berasaskan Pancasila

6 7
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 6
PMI bertujuan mencegah dan meringankan penderitaan sesama yang BAB IV
disebabkan oleh bencana atau akibat ulah manusia dan kerentanan lainnya LAMBANG DAN LAGU
dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, golongan dan pandangan politik.
Pasal 9

BAB III Lambang PMI sebagai tanda pengenal organisasi di Indonesia yang telah
ditunjuk untuk menjalankan pekerjaan palang merah sesuai konvensi jenewa
MANDAT DAN TUGAS POKOK 1949 adalah palang merah di atas dasar warna putih dilingkari garis merah
yang berbentuk bunga berkelopak lima sebagai pengejawantahan dari dasar
Pasal 7 negara, yakni Pancasila dengan tulisan Palang Merah Indonesia atau PMI.
Mandat PMI adalah menjalankan pekerjaan dibidang kepalangmerahan,
baik di dalam negera kesatuan Republik Indonesia, maupun di luar negeri. Pasal 10
Lagu PMI terdiri dari Hymne PMI dan Mars PMI.
Pasal 8
BAB V
(1) Tugas pokok PMI adalah: KEANGGOTAAN
a. bertindak untuk dan atas nama pemerintah Republik Indonesia
dalam pelaksanaan hubungan luar negeri di bidang kepalangmerahan Pasal 11
menurut Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949;
(1) Anggota PMI adalah pribadi-pribadi/individu yang memenuhi syarat
b. mempersiapkan dan melaksanakan tugas-tugas bantuan sebagai anggota PMI.
penanggulangan bencana, baik di dalam maupun di luar negeri;
(2) Anggota PMI berjenjang pada semua tingkat kepengurusan dari Pusat
c. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang kepalangmerahan yang sampai dengan tingkat kecamatan.
diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia; dan
(3) Keanggotaan PMI terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan agama,
d. menjalankan semua kegiatan PMI dengan berpegang pada ketentuan bangsa, suku bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan
perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. pandangan politik.

(2) Selain tugas pokok sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, PMI Pasal 12
juga melaksanakan tugas sebagaimana yang di mandatkan oleh Statuta
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Anggota PMI terdiri dari :
(1) Anggota Biasa;
(2) Anggota Luar Biasa;
(3) Anggota Kehormatan;

8 9
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 6
PMI bertujuan mencegah dan meringankan penderitaan sesama yang BAB IV
disebabkan oleh bencana atau akibat ulah manusia dan kerentanan lainnya LAMBANG DAN LAGU
dengan tidak membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis
kelamin, golongan dan pandangan politik.
Pasal 9

BAB III Lambang PMI sebagai tanda pengenal organisasi di Indonesia yang telah
ditunjuk untuk menjalankan pekerjaan palang merah sesuai konvensi jenewa
MANDAT DAN TUGAS POKOK 1949 adalah palang merah di atas dasar warna putih dilingkari garis merah
yang berbentuk bunga berkelopak lima sebagai pengejawantahan dari dasar
Pasal 7 negara, yakni Pancasila dengan tulisan Palang Merah Indonesia atau PMI.
Mandat PMI adalah menjalankan pekerjaan dibidang kepalangmerahan,
baik di dalam negera kesatuan Republik Indonesia, maupun di luar negeri. Pasal 10
Lagu PMI terdiri dari Hymne PMI dan Mars PMI.
Pasal 8
BAB V
(1) Tugas pokok PMI adalah: KEANGGOTAAN
a. bertindak untuk dan atas nama pemerintah Republik Indonesia
dalam pelaksanaan hubungan luar negeri di bidang kepalangmerahan Pasal 11
menurut Konvensi-Konvensi Jenewa tahun 1949;
(1) Anggota PMI adalah pribadi-pribadi/individu yang memenuhi syarat
b. mempersiapkan dan melaksanakan tugas-tugas bantuan sebagai anggota PMI.
penanggulangan bencana, baik di dalam maupun di luar negeri;
(2) Anggota PMI berjenjang pada semua tingkat kepengurusan dari Pusat
c. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang kepalangmerahan yang sampai dengan tingkat kecamatan.
diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia; dan
(3) Keanggotaan PMI terbuka bagi setiap orang tanpa membedakan agama,
d. menjalankan semua kegiatan PMI dengan berpegang pada ketentuan bangsa, suku bangsa, golongan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan
perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. pandangan politik.

(2) Selain tugas pokok sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, PMI Pasal 12
juga melaksanakan tugas sebagaimana yang di mandatkan oleh Statuta
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Anggota PMI terdiri dari :
(1) Anggota Biasa;
(2) Anggota Luar Biasa;
(3) Anggota Kehormatan;

8 9
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 13 (3) Tingkat Kabupaten/Kota yaitu : Bupati/Walikota


(4) Tingkat Kecamatan yaitu : Camat
Ketentuan tentang persyaratan keanggotaan dan penerimaan anggota
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau Peraturan Organisasi. BAB VIII
STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI

BAB VI Pasal 17
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Struktur organisasi PMI terdiri atas:
(1) PMI Pusat
Pasal 14 (2) PMI Provinsi
Anggota PMI mempunyai hak dan kewajiban yang mengikat dalam (3) PMI Kabupaten/Kota
organisasi PMI. (4) PMI Kecamatan

Pasal 18
BAB VII Komponen PMI terdiri atas:
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN (1) Pengurus
(2) Anggota
Pasal 15 (3) Relawan
Susunan dan kedudukan organisasi PMI terdiri dari : (4) Karyawan
(1) Pelindung;
(2) Dewan Kehormatan; Pasal 19
(3) Pengurus.
(1) Anggota Dewan Kehormatan berjumlah paling banyak 5 (lima) orang,
terdiri dari seorang ketua dan anggota.
(2) Dewan Kehormatan tidak mempunyai hubungan bersifat struktural dan
Pasal 16 berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.
Pelindung PMI terdiri dari : (3) Kepengurusan PMI mempunyai hubungan bersifat struktural dan
berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.
(1) Tingkat Pusat yaitu Presiden;
(2) Tingkat Provinsi yaitu Gubernur;

10 11
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 13 (3) Tingkat Kabupaten/Kota yaitu Bupati/Walikota;


(4) Tingkat Kecamatan yaitu Camat.
Ketentuan tentang persyaratan keanggotaan dan penerimaan anggota
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau Peraturan Organisasi. BAB VIII
STRUKTUR DAN KOMPONEN ORGANISASI

BAB VI Pasal 17
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Struktur organisasi PMI terdiri atas:
(1) PMI Pusat
Pasal 14 (2) PMI Provinsi
Anggota PMI mempunyai hak dan kewajiban yang mengikat dalam (3) PMI Kabupaten/Kota
organisasi PMI. (4) PMI Kecamatan

Pasal 18
BAB VII Komponen PMI terdiri atas:
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN (1) Pengurus
(2) Anggota
Pasal 15 (3) Relawan
Susunan dan kedudukan organisasi PMI terdiri dari : (4) Karyawan
(1) Pelindung,
(2) Dewan Kehormatan dan, Pasal 19
(3) Pengurus. (1) Anggota Dewan Kehormatan berjumlah paling banyak 5 (lima) orang,
terdiri dari seorang ketua dan anggota.
(2) Dewan Kehormatan tidak mempunyai hubungan bersifat struktural dan
Pasal 16 berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.
Pelindung PMI terdiri dari : (3) Kepengurusan PMI mempunyai hubungan bersifat struktural dan
berjenjang dari Pusat sampai dengan Kecamatan.
(1) Tingkat Pusat yaitu Presiden.
(2) Tingkat Provinsi yaitu Gubernur

10 11
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

BAB IX Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional,


KEPENGURUSAN Musyawarah Kerja Nasional dan/atau memperhatikan saran-saran
dari Pelindung;
(4) Melaksanakan Musyawarah Nasional;
Pasal 20
(5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional;
(1) Pengurus adalah orang perseorangan yang dipilih dan ditetapkan oleh
formatur berdasarkan hasil Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa (6) Mengesahkan susunan Pengurus Provinsi;
PMI pada setiap tingkatan untuk menjalankan roda organisasi secara (7) Mengambil kebijakan organisasi PMI;
kolektif. (8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;
(2) Pengurus PMI terdiri dari : (9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Pusat, Direktur
a. Pengurus PMI tingkat Pusat disebut Pengurus Pusat; RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala Unit pengembangan
b. Pengurus PMI tingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi; sumber daya lainnya;
c. Pengurus PMI tingkat Kab/Kota disebut Pengurus Kab/Kota; (10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas
PMI Pusat, Direktur RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala
d. Pengurus PMI tingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan.
Unit pengembangan sumber daya lainnya;
(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Pusat dan pemanfaatan aset-
Pasal 21 aset PMI untuk disewakan, dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga
(1) Ketua Umum dipilih untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun dan dapat atau dihapuskan berdasarkan keputusan rapat Pengurus Pusat;
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya . (12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI disetiap
(2) Ketua PMI provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dapat dipilih tingkatan organisasi;
untuk masa bakti selanjutnya sesuai dengan kondisi dan situasi di (13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung secara berkala.
wilayah.
(14) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi.

Tugas dan Kewajiban Pengurus Pusat


Pasal 23
Pengurus Pusat berkewajiban:
Pasal 22
(1) Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pengurus PMI Pusat mempunyai tugas :
(2) Melaksanakan dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan keputusan
(1) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan Prinsip-Prinsip Dasar Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional.
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;
(3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya pada Musyawarah
(2) Mengembangkan organisasi PMI agar dapat melaksanakan tugas pokok Nasional.
dan fungsi sesuai dengan mandat dan penugasan yang diberikan;
(4) Mengesahkan dan melantik Pengurus PMI Provinsi.
(3) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan

12 13
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

BAB IX Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional,


KEPENGURUSAN Musyawarah Kerja Nasional dan/atau memperhatikan saran-saran
dari Pelindung;
(4) Melaksanakan Musyawarah Nasional;
Pasal 20
(5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional;
(1) Pengurus adalah orang perseorangan yang dipilih dan ditetapkan oleh
formatur berdasarkan hasil Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa (6) Mengesahkan susunan Pengurus Provinsi;
PMI pada setiap tingkatan untuk menjalankan roda organisasi secara (7) Mengambil kebijakan organisasi PMI;
kolektif. (8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;
(2) Pengurus PMI terdiri dari : (9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Pusat, Direktur
a. Pengurus PMI tingkat Pusat disebut Pengurus Pusat; RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala Unit pengembangan
b. Pengurus PMI tingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi; sumber daya lainnya;
c. Pengurus PMI tingkat Kab/Kota disebut Pengurus Kab/Kota; (10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas
PMI Pusat, Direktur RS dan Direktur/Kepala UDD/UTD serta Kepala
d. Pengurus PMI tingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan.
Unit pengembangan sumber daya lainnya;
(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Pusat dan pemanfaatan aset-
Pasal 21 aset PMI untuk disewakan, dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga
(1) Ketua Umum dipilih untuk masa bakti selama 5 (lima) tahun dan dapat atau dihapuskan berdasarkan keputusan rapat Pengurus Pusat;
dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya . (12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI disetiap
(2) Ketua PMI provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dapat dipilih tingkatan organisasi;
untuk masa bakti selanjutnya sesuai dengan kondisi dan situasi di (13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung secara berkala;
wilayah.
(14) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi.

Tugas dan Kewajiban Pengurus Pusat


Pasal 23
Pengurus Pusat berkewajiban:
Pasal 22
(1) Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pengurus PMI Pusat mempunyai tugas :
(2) Melaksanakan dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan keputusan
(1) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan Prinsip-Prinsip Dasar Musyawarah Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional.
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah;
(3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya pada Musyawarah
(2) Mengembangkan organisasiPMI agar dapat melaksanakan tugas pokok Nasional.
dan fungsi sesuai dengan mandat dan penugasan yangdiberikan;
(4) Mengesahkan dan melantik Pengurus PMI Provinsi.
(3) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan

12 13
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Nasional, dan


Pasal 24 Musyawarah Kerja Provinsi;
Pengurus PMI Provinsi mempunyai tugas : (15) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di daerahnya;
(1) Mengembangkan organisasi PMI di wilayah kerjanya untuk (16) Mengesahkan dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat yang
diberikan; Pasal 25
(2) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Pengurus Provinsi berkewajiban :
Anggaran Rumah Tangga;
(1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
(3) Melaksanakan Musyawarah Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah
(4) Melaksanakan Keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Provinsi,
Nasional Musyawarak Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; keputusan-keputusan/peraturan organisasi tingkat pusat, serta
(5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi; memperhatikan saran-saran Pelindung;
(6) Mengesahkan susunan kepengurusan PMI Kabupaten/Kota; (2) M e l a k s a n a k a n M u s y a w a r a h Pr o v i n s i d a n memberikan
pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi;
(7) Mengambil kebijakan organisasi PMI di wilayahnya;
(3) Mengesahkan susunan Pengurus Kab/Kota hasil Musyawarah
(8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;
Kabupaten/Kota.
(9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi,
(4) Mengambil kebijakan organisasi untuk pengurus kab/kota , jika
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya
pengurus kab/kota tidak dapat mengambil keputusan dengan
lainnya;
mempertimbangkan saran-saran dari pelindung.
(10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
(5) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Pengurus
Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan
Kabupaten/Kota.
sumber daya lainnya;
(6) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Kabupaten/Kota,
(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Provinsi dan mengusulkan
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber
pelepasan aset-aset PMI Provinsi kepada PMI Pusat. untuk disewakan,
daya lainnya;
dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga atau di hapuskan, serta
pembelian aset baru, berdasarkan keputusan rapat Pengurus Provinsi; (7) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit
(12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI Kabupaten/
pengembangan sumber daya lainnya;
Kota;
(8) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok
(13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung PMI Provinsi
serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada
secara berkala;
Musyawarah Provinsi dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.
(14) Membuat dan menetapkan kebijakan PMI Provinsi yang mengacu pada
anggaran dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah

14 15
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Nasional, dan


Pasal 24 Musyawarah Kerja Provinsi;
Pengurus PMI Provinsi mempunyai tugas : (15) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di daerahnya;
(1) Mengembangkan organisasi PMI di wilayah kerjanya untuk (16) Mengesahkan dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat yang
diberikan; Pasal 25
(2) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Pengurus Provinsi berkewajiban :
Anggaran Rumah Tangga;
(1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
(3) Melaksanakan Musyawarah Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah
(4) Melaksanakan Keputusan Musyawarah Nasional, Musyawarah Kerja Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Provinsi,
Nasional Musyawarak Provinsi dan Musyawarah Kerja Provinsi; keputusan-keputusan/peraturan organisasi tingkat pusat, serta
(5) Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi; memperhatikan saran-saran Pelindung;
(6) Mengesahkan susunan kepengurusan PMI Kabupaten/Kota; (2) M e l a k s a n a k a n M u s y a w a r a h Pr o v i n s i d a n memberikan
pertanggungjawaban kepada Musyawarah Provinsi;
(7) Mengambil kebijakan organisasi PMI di wilayahnya;
(3) Mengesahkan susunan Pengurus Kab/Kota hasil Musyawarah
(8) Mempertimbangkan saran dari pelindung;
Kabupaten/Kota.
(9) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi,
(4) Mengambil kebijakan organisasi untuk pengurus kab/kota , jika
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber daya
pengurus kab/kota tidak dapat mengambil keputusan dengan
lainnya;
mempertimbangkan saran-saran dari pelindung.
(10) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
(5) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Pengurus
Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan
Kabupaten/Kota.
sumber daya lainnya;
(6) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Provinsi,
(11) Memutuskan pengadaan aset untuk PMI Provinsi dan mengusulkan
Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan sumber
pelepasan aset-aset PMI Provinsi kepada PMI Pusat. untuk disewakan,
daya lainnya;
dijaminkan dan dijual kepada pihak ketiga atau di hapuskan, serta
pembelian aset baru, berdasarkan keputusan rapat Pengurus Provinsi; (7) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
Provinsi, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit pengembangan
(12) Melaksanakan pembinaan terhadap kepengurusan PMI Kabupaten/
sumber daya lainnya;
Kota;
(8) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok
(13) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada pelindung PMI Provinsi
serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada
secara berkala;
Musyawarah Provinsi dan melantik Pengurus Kabupaten/Kota.
(14) Membuat dan menetapkan kebijakan PMI Provinsi yang mengacu pada
anggaran dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah

14 15
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 26
Pengurus Kab/Kota merupakan badan pengurus yang bersifat kolektif di (2) Melaksanakan Musyawarah Kabupaten/Kota;
daerah kabupaten/kota dan bertugas : (3) Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
(1) Membangun dan mengembangkan organisasi PMI agar dapat Kabupaten/Kota;
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan (4) Menetapkan dan mengesahkan susunan Pengurus Kecamatan;
penugasan yang diberikan;
(5) Mengambil kebijakan organisasi PMI di Kecamatan, sehubungan dengan
(2) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan prinsip-prinsip dasar Pengurus PMI Kecamatan tidak dapat mengambil keputusan dengan
gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah; mempertimbangkan saran dari Camat.
(3) Membuat dan menetapkan kebijakan yang mengacu pada anggaran
dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah Nasional,
Pasal 28
Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah
Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, dan Musyawarah Kerja Pengurus PMI tingkat Kecamatan merupakan Pengurus yang bersifat kolektif
Kabupaten/Kota; di kecamatan dan bertugas dan berkewajiban:

(4) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di wilayah kerjanya; (1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
(5) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI Kabupaten Musyawarah Kerja Nasional;
/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit Pengembangan
(2) Melaksanakan keputusan-keputusan/peraturan organisasi Tingkat
Sumber Daya lainnya;
Pusat, Keputusan Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota
(6) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
dan Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota,
Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala UDD/UTD dan Kepala Unit
serta memperhatikan saran-saran dari Camat;
Pengembangan Sumber Daya lainnya;
(3) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Kabupaten/Kota
(7) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok
dan pelindung secara berkala;
serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada
Musyawarah Kabupaten/Kota; (4) Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugasnya kepada
Pengurus Kabupaten/Kota.
(8) Melantik Pengurus Kecamatan.

Pasal 27
BAB X
Pengurus Kabupaten/Kota berkewajiban :
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
(1) Menjalankan segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Pasal 29
Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Musyawarah terdiri atas:
Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan /peraturan organisasi tingkat (1) Musyawarah Nasional PMI, Musyawarah Provinsi PMI, Musyawarah
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta memperhatikan saran-saran dari Kabupaten/Kota PMI, dan Musyawarah Kecamatan PMI;
Pelindung;
(2) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah

16 17
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 26
Pengurus Kab/Kota merupakan badan pengurus yang bersifat kolektif di (2) Melaksanakan Musyawarah Kabupaten/Kota;
daerah kabupaten/kota dan bertugas : (3) Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
(1) Membangun dan mengembangkan organisasi PMI agar dapat Kabupaten/Kota;
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan mandat dan (4) Menetapkan dan mengesahkan susunan Pengurus Kecamatan;
penugasan yang diberikan;
(5) Mengambil kebijakan organisasi PMI di Kecamatan, sehubungan dengan
(2) Menegakkan dan mengawasi pelaksanaan prinsip-prinsip dasar Pengurus PMI Kecamatan tidak dapat mengambil keputusan dengan
gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah; mempertimbangkan saran dari Camat.
(3) Membuat dan menetapkan kebijakan yang mengacu pada anggaran
dasar/anggaran rumah tangga, hasil-hasil Musyawarah Nasional,
Pasal 28
Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah
Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, dan Musyawarah Kerja Pengurus PMI tingkat Kecamatan merupakan Pengurus yang bersifat kolektif
Kabupaten/Kota; di kecamatan dan bertugas dan berkewajiban:

(4) Mewakili PMI ke dalam dan ke luar organisasi di wilayah (1) Menjalankan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan
kerjanya; Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional;
(5) Mengangkat dan memberhentikan Kepala Markas PMI
Kabupaten/Kota; (2) Melaksanakan keputusan-keputusan/peraturan organisasi Tingkat
Pusat, Keputusan Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota
(6) Mengawasi dan mengevaluasi secara berkala kinerja Kepala Markas PMI
dan Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota,
Kabupaten/Kota;
serta memperhatikan saran-saran dari Camat;
(7) Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan rencana program pokok
(3) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pengurus Kabupaten/Kota
serta pelaksanaan tugas lainnya selama masa baktinya pada
dan pelindung secara berkala;
Musyawarah Kabupaten/Kota;
(4) Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugasnya kepada
(8) Melantik Pengurus Kecamatan.
Pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 27
BAB X
Pengurus Kabupaten/Kota berkewajiban :
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
(1) Menjalankan segala ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Musyawarah Nasional,
Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kerja Pasal 29
Provinsi, Musyawarah Kabupaten/Kota, Musyawarah Kerja Musyawarah terdiri atas:
Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan /peraturan organisasi tingkat (1) Musyawarah Nasional PMI, Musyawarah Provinsi PMI, Musyawarah
Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta memperhatikan saran-saran dari Kabupaten/Kota PMI, dan Musyawarah Kecamatan PMI;
Pelindung;
(2) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah

16 17
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Kerja Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan; dan baktinya;


(3) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa, c. menetapkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dan Musyawarah Luar Biasa untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
Kecamatan. d. memilih pengurus pusat PMI dan Dewan Kehormatan PMI untuk
masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
Pasal 30 e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.
(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan PMI masing masing
diadakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Pasal 32
(2) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah (1) Musyawarah Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan sah apabila dihadiri dalam wilayah kerja provinsi yang bersangkutan.
oleh sekurangkurangnya dua pertiga dari jumlah peserta yang berhak
(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus provinsi PMI dan utusan
hadir.
pengurus kabupaten/kota PMI di wilayah kerja provinsi yang
(3) Setiap keputusan pada Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, bersangkutan serta utusan pengurus pusat.
Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan diambil atas
(3) Musyawarah provinsi dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh
dasar musyawarah untuk mufakat.
pengurus provinsi.
(4) Apabila tidak dapat diambil dengan suara bulat (aklamasi), keputusan
(4) Peninjau hanya memiliki hak bicara.
diambil dengan suara terbanyak (voting).
(5) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(6) Musyawarah Provinsi bertugas:
Pasal 31
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Provinsi;
(1) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
dalam PMI; b. menilai pertanggungjawaban pengurus provinsi;

(2) Peserta Musyawarah Nasional adalah pengurus pusat PMI, utusan c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan Tugas PMI di
pengurus provinsi PMI, dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI; dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun, berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana
(3) Musyawarah Nasional dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional PMI;
oleh pengurus pusat;
d. memilih pengurus provinsi PMI dan Dewan kehormatan yang baru
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih;
untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
(6) Musyawarah Nasional bertugas: strategis.
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Nasional;
b. menilai pertanggungjawaban pengurus pusat selama masa

18 19
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Kerja Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan; dan baktinya;


(3) Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa, c. menetapkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana Strategis PMI
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dan Musyawarah Luar Biasa untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;
Kecamatan. d. memilih pengurus pusat PMI dan Dewan Kehormatan PMI untuk
masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
Pasal 30 e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
strategis.
(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan PMI masing masing
diadakan 1 (satu) kali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Pasal 32
(2) Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan Musyawarah (1) Musyawarah Provinsi merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kerja Kecamatan sah apabila dihadiri dalam wilayah kerja provinsi yang bersangkutan.
oleh sekurangkurangnya dua pertiga dari jumlah peserta yang berhak
(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus provinsi PMI dan utusan
hadir.
pengurus kabupaten/kota PMI di wilayah kerja provinsi yang
(3) Setiap keputusan pada Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, bersangkutan serta utusan pengurus pusat.
Musyawarah Kabupaten/Kota dan Musyawarah Kecamatan diambil atas
(3) Musyawarah provinsi dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh
dasar musyawarah untuk mufakat.
pengurus provinsi.
(4) Apabila tidak dapat diambil dengan suara bulat (aklamasi), keputusan
(4) Peninjau hanya memiliki hak bicara.
diambil dengan suara terbanyak (voting).
(5) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih.
(6) Musyawarah Provinsi bertugas:
Pasal 31
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Provinsi;
(1) Musyawarah Nasional merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di
dalam PMI; b. menilai pertanggungjawaban pengurus provinsi;

(2) Peserta Musyawarah Nasional adalah pengurus pusat PMI, utusan c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan Tugas PMI di
pengurus provinsi PMI, dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI; dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun, berdasarkan Pokok-Pokok Kebijakan dan Rencana
(3) Musyawarah Nasional dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
Strategis yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional PMI;
oleh pengurus pusat;
d. memilih pengurus provinsi PMI dan Dewan kehormatan yang baru
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih;
untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
(6) Musyawarah Nasional bertugas: strategis.
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah Nasional;
b. menilai pertanggungjawaban pengurus pusat selama masa

18 19
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 33 (2) Peserta Musyawarah kecamatan adalah pengurus Kecamatan PMI,


(1) Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan utusan pengurus Desa/keluarahan PMI, utusan relawan PMI dalam
tertinggi di dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan; wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan, serta utusan pengurus
kabupaten/kota;
(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus kabupaten/kota
PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, utusan relawan PMI dalam (3) Musyawarah kecamatan dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan oleh pengurus Kecamatan;
pengurus provinsi; (4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih;
(3) Musyawarah Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang (5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;
ditentukan oleh pengurus kabupaten/kota; (6) Dalam hal Kecamatan belum memiliki Desa/kelurahan, Musyawarah
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih; kecamatan dihadiri oleh pengurus Kecamatan PMI, utusan relawan PMI,
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara; dan anggota PMI dalam wilayah kerja Kecamatan yang bersangkutan;

(6) Dalam hal kabupaten/kota belum memiliki kecamatan, Musyawarah (7) Musyawarah Kecamatan bertugas:
Kabupaten/Kota dihadiri oleh pengurus kabupaten/kota PMI, utusan a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah
relawan PMI, dan anggota PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota Kecamatan;
yang bersangkutan; b. menilai pertanggungjawaban pengurus Kecamatan;
(7) Musyawarah Kabupaten/Kota bertugas: c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah kerja kecamatan yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
Kabupaten/Kota; tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-
b. menilai pertanggungjawaban pengurus kabupaten/kota; pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI dan
c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah kerja Musyawarah Kabupaten/Kota PMI;
kabupaten/kota yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok- d. memilih pengurus Kecamatan PMI dan Dewan Kehormatan PMI
pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI; e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
d. memilih pengurus kabupaten/kota PMI dan Dewan Kehormatan PMI strategis.
yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat Pasal 35
strategis. (1) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah
Kerja Kabupaten/Kota, dan Rapat Kerja Kecamatan diadakan 1 (satu)
Pasal 34 kali dalam 1 (satu) tahun;

(1) Musyawarah Kecamatan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di (2) Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri atas pengurus pusat PMI dan
dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan; utusan pengurus provinsi PMI;

20 21
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 33 (2) Peserta Musyawarah kecamatan adalah pengurus Kecamatan PMI,


(1) Musyawarah Kabupaten/Kota merupakan pemegang kekuasaan utusan pengurus Desa/keluarahan PMI, utusan relawan PMI dalam
tertinggi di dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan; wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan, serta utusan pengurus
kabupaten/kota;
(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus kabupaten/kota
PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, utusan relawan PMI dalam (3) Musyawarah kecamatan dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan
wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan oleh pengurus Kecamatan;
pengurus provinsi; (4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih;
(3) Musyawarah Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang (5) Peninjau hanya memiliki hak bicara;
ditentukan oleh pengurus kabupaten/kota; (6) Dalam hal Kecamatan belum memiliki Desa/kelurahan, Musyawarah
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih; kecamatan dihadiri oleh pengurus Kecamatan PMI, utusan relawan PMI,
(5) Peninjau hanya memiliki hak bicara; dan anggota PMI dalam wilayah kerja Kecamatan yang bersangkutan;

(6) Dalam hal kabupaten/kota belum memiliki kecamatan, Musyawarah (7) Musyawarah Kecamatan bertugas:
Kabupaten/Kota dihadiri oleh pengurus kabupaten/kota PMI, utusan a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah
relawan PMI, dan anggota PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota Kecamatan;
yang bersangkutan; b. menilai pertanggungjawaban pengurus Kecamatan;
(7) Musyawarah Kabupaten/Kota bertugas: c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah
a. menetapkan jadwal acara dan tata tertib Musyawarah kerja kecamatan yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
Kabupaten/Kota; tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok-
b. menilai pertanggungjawaban pengurus kabupaten/kota; pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI dan
c. menetapkan Rencana Program Pokok Pelaksanaan di wilayah kerja Musyawarah Kabupaten/Kota PMI;
kabupaten/kota yang bersangkutan untuk kurun waktu 5 (lima)
tahun berdasarkan Rencana Program PMI Provinsi serta Pokok- d. memilih pengurus Kecamatan PMI dan Dewan Kehormatan PMI
pokok Kebijakan dan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Provinsi PMI; e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat
d. memilih pengurus kabupaten/kota PMI dan Dewan Kehormatan PMI strategis.
yang baru untuk masa bakti 5 (lima) tahun mendatang; dan
e. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat Pasal 35
strategis. (1) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah
Kerja Kabupaten/Kota, dan Rapat Kerja Kecamatan diadakan 1 (satu)
Pasal 34 kali dalam 1 (satu) tahun;

(1) Musyawarah Kecamatan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di (2) Peserta Musyawarah Kerja Nasional terdiri atas pengurus pusat PMI dan
dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan; utusan pengurus provinsi PMI;

20 21
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

(3) Peserta Musyawarah Kerja Provinsi terdiri atas pengurus provinsi PMI (1) rapat pleno pengurus; dan
dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI; (2) rapat-rapat lainnya.
(4) Peserta Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota terdiri atas pengurus
kabupaten/kota PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, dan utusan
Pasal 38
relawan PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan;
(1) Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus Pusat, utusan Pengurus
(5) Peserta Rapat Kerja Kecamatan terdiri atas pengurus kecamatan PMI,
Provinsi, dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota.
utusan pengurus kabupaten/kota PMI, utusan relawan PMI, dan utusan
palang merah remaja; (2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah Pengurus Provinsi dan utusan
Pengurus Kabupaten/Kota di wilayah kerja provinsi yang
(6) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah
bersangkutan serta utusan Pengurus Pusat.
Kerja Kabupaten/Kota bertugas:
(3) Pe s e r t a M u s y a w a r a h K a b u p a t e n / Ko t a a d a l a h Pe n g u r u s
a. mengevaluasi pelaksanaan kerja tahun yang lalu, termasuk
Kabupaten/Kota, utusanPengurus Kecamatan, utusan sukarelawan PMI
anggarannya;
dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan
b. menyusun rencana kerja tahun yang akan datang, termasuk Pengurus Provinsi.
rancangan anggaran pendapatan dan belanja; dan
(4) Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah
c. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh
strategis. Pengurus PMI di masing-masing tingkatannya.
(5) Peserta Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah
Pasal 36 Kabupaten/Kota memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak
Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa dan dipilih.
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dapat diselenggarakan:
(1) apabila pengurus pusat, pengurus provinsi, dan pengurus BAB XI
kabupaten/kota melanggar ketentuan anggaran dasar/anggaran rumah PERSYARATAN PENGURUS PMI
tangga PMI;
(2) apabila terdapat masalah yang luar biasa; atau
Pasal 39
(3) berdasarkan usulan tertulis sekurang-kurangnya sepertiga dari utusan
Syarat-syarat bagi seseorang Ketua Umum / Ketua PMI Provinsi,
yang berhak hadir dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi
Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah:
dan Musyawarah Kabupaten/Kota.
(1) Bertaqwa kepada Tuhan YME;
(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang
Pasal 37
Dasar 1945
Rapat merupakan pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh pengurus
(3) Tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang;
pusat, pengurus provinsi, pengurus kabupaten/kota, dan pengurus
kecamatan yang terdiri atas: (4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan

22 23
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

(3) Peserta Musyawarah Kerja Provinsi terdiri atas pengurus provinsi PMI (1) rapat pleno pengurus; dan
dan utusan pengurus kabupaten/kota PMI; (2) rapat-rapat lainnya.
(4) Peserta Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota terdiri atas pengurus
kabupaten/kota PMI, utusan pengurus kecamatan PMI, dan utusan
Pasal 38
relawan PMI dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan;
(1) Peserta Musyawarah Nasional adalah Pengurus Pusat, utusan Pengurus
(5) Peserta Rapat Kerja Kecamatan terdiri atas pengurus kecamatan PMI,
Provinsi, dan utusan Pengurus Kabupaten/Kota.
utusan pengurus kabupaten/kota PMI, utusan relawan PMI, dan utusan
palang merah remaja; (2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah Pengurus Provinsi dan utusan
Pengurus Kabupaten/Kota di wilayah kerja provinsi yang
(6) Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah
bersangkutan serta utusan Pengurus Pusat.
Kerja Kabupaten/Kota bertugas:
(3) Pe s e r t a M u s y a w a r a h K a b u p a t e n / Ko t a a d a l a h Pe n g u r u s
a. mengevaluasi pelaksanaan kerja tahun yang lalu, termasuk
Kabupaten/Kota, utusan Pengurus Kecamatan, utusan sukarelawan PMI
anggarannya;
dalam wilayah kerja kabupaten/kota yang bersangkutan, serta utusan
b. menyusun rencana kerja tahun yang akan datang, termasuk Pengurus Provinsi.
rancangan anggaran pendapatan dan belanja; dan
(4) Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah
c. membahas dan menetapkan hal-hal penting lainnya yang bersifat Kabupaten/Kota dapat dihadiri oleh peninjau yang ditentukan oleh
strategis. Pengurus PMI di masing-masing tingkatannya.
(5) Peserta Musyawarah Nasional / Musyawarah Provinsi / Musyawarah
Pasal 36 Kabupaten/Kota memiliki hak bicara, hak suara, hak memilih dan hak
Musyawarah Nasional Luar Biasa, Musyawarah Provinsi Luar Biasa dan dipilih.
Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa dapat diselenggarakan:
(1) apabila pengurus pusat, pengurus provinsi, dan pengurus BAB XI
kabupaten/kota melanggar ketentuan anggaran dasar/anggaran rumah PERSYARATAN PENGURUS PMI
tangga PMI;
(2) apabila terdapat masalah yang luar biasa; atau
Pasal 39
(3) berdasarkan usulan tertulis sekurang-kurangnya sepertiga dari utusan
Syarat-syarat bagi seseorang Ketua Umum / Ketua PMI Provinsi,
yang berhak hadir dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi
Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah:
dan Musyawarah Kabupaten/Kota.
(1) bertaqwa kepada Tuhan YME;
(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang
Pasal 37
Dasar 1945
Rapat merupakan pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh pengurus
(3) tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang;
pusat, pengurus provinsi, pengurus kabupaten/kota, dan pengurus
kecamatan yang terdiri atas: (4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan

22 23
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Garis-Garis Kebijakan PMI; BAB XII


(5) berpengalaman dalam berorganisasi; TATA CARA PEMILIHAN
(6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi; Pasal 41
(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat (1) Pemilihan Ketua Umum/ketua PMI dilakukan dengan cara sebagai
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya; berikut :
(9) memegang teguh prinsip-prinsip dasar palang merah dan bulan sabi a. Musyawarah mufakat
merah internasional. b. Pemilihan langsung
(2) Penetapan calon ketua umum / ketua dilakukan dengan tahapan :
Pasal 40 a. Penjaringan bakal calon
Syarat-syarat bagi seseorang Pengurus PMI Pusat, Provinsi, b. Penetapan bakal calon
Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah
c. Pemilihan
(1) bertakwa terhadap Tuhan YME;
d. Penetapan hasil
(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945
Pasal 42
(3) tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang
Ketentuan Lebih lanjut tentang pesyaratan penetapan calon ketua
(4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
umum/ketua dan kentuan lain dari musyawarah di atur lebih lanjut dalam
Garis-Garis Kebijakan PMI;
tata tertib Munas/Musprop/Muskab/Muskot/Muskec.
(5) berpengalaman dalam berorganisasi;
(6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
Pasal 43
(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;
(1) Pengurus dinyatakan demisioner setelah laporan pertanggungjawaban
(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat pengurus yang bersangkutan diterima oleh musyawarah.
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya;
(2) Kewenangan pengurus demisioner diatur lebih lanjut dengan peraturan
(9) bersedia menandatangani pernyataan sanggup dicalonkan menjadi organisasi.
pengurus dan memenuhi ketentuan organisasi;
(10) memegang teguh prinsip-prinsip dasar gerakan internasional palang
Pasal 44
merah dan bulan sabit merah.
Pemilihan pengurus Pusat PMI, Pengurus Provinsi PMI, dan Pengurus
Kabupaten/Kota PMI dan Pengurus Kecamatan dipilih oleh formatur.

24 25
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Garis-Garis Kebijakan PMI; BAB XII


(5) berpengalaman dalam berorganisasi; TATA CARA PEMILIHAN
(6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi; Pasal 41
(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat (1) Pemilihan Ketua Umum/ketua PMI dilakukan dengan cara sebagai
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya; berikut :
(9) Memegang teguh prinsip-prinsip dasar palang merah dan bulan sabit a. Musyawarah mufakat
merah internasional. b. Pemilihan langsung
(2) Penetapan calon ketua umum / ketua dilakukan dengan tahapan :
Pasal 40 a. Penjaringan bakal calon
Syarat-syarat bagi seseorang Pengurus PMI Pusat, Provinsi, b. Penetapan bakal calon
Kabupaten/Kota dan Kecamatan adalah
c. Pemilihan
(1) Bertakwa terhadap Tuhan YME;
d. Penetapan hasil
(2) warga Negara Indonesia yang setia pada Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945
Pasal 42
(3) Tidak pernah dihukum atau tidak terlibat dalam organisasi terlarang
Ketentuan Lebih lanjut tentang pesyaratan penetapan calon ketua
(4) bersedia menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
umum/ketua dan kentuan lain dari musyawarah di atur lebih lanjut dalam
Garis-Garis Kebijakan PMI;
tata tertib Munas/Musprop/Muskab/Muskot/Muskec.
(5) berpengalaman dalam berorganisasi;
(6) bersedia mengabdi untuk memajukan PMI;
Pasal 43
(7) bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk organisasi;
(1) Pengurus dinyatakan demisioner setelah laporan pertanggungjawaban
(8) tidak dibenarkan merangkap menjadi pengurus pada tingkat pengurus yang bersangkutan diterima oleh musyawarah.
kepengurusan PMI dan/atau unit organisasi PMI lainnya; dan
(2) Kewenangan pengurus demisioner diatur lebih lanjut dengan peraturan
(9) bersedia menandatangani pernyataan sanggup dicalonkan menjadi organisasi.
pengurus dan memenuhi ketentuan organisasi.
(10) Memegang teguh prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan
Pasal 44
sabit merah internasional
Pemilihan pengurus Pusat PMI, Pengurus Provinsi PMI, dan Pengurus
Kabupaten/Kota PMI dan Pengurus Kecamatan dipilih oleh formatur.

24 25
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 45 2/3 dari jumlah utusan yang berhak hadir.


(1) Formatur adalah representasi dari peserta musyawarah yang dipilih (2) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara musyawarah untuk
dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, atau Musyawarah mencapai mufakat dan apabila tidak tercapai, maka keputusan diambil
Kabupaten/Kota yang bertugas membentuk susunan lengkap pengurus berdasarkan suara terbanyak.
PMI.
(2) Formatur berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan Pasal 48
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, termasuk Ketua Umum, Ketua
(1) Hak suara dalam musyawarah/musyawarah luar biasa PMI adalah :
Pengurus Provinsi, dan Ketua Pengurus Kabupaten/Kota terpilih.
Pengurus Pusat/Provinsi/ Kabupaten/kota dan kecamatan masing
(3) Ketua Umum PMI terpilih, Ketua Pengurus Provinsi PMI terpilih, dan masing 1 (satu) suara;
Ketua Pengurus Kabupaten/Kota PMI terpilih, langsung menjadi Ketua
(2) Muasyawarah Kabupaten/Kota yang belum ada kepengurusan PMI
Formatur.
Kecamatan hak suaranya, diwakili oleh sukarelawan utusan anggota
(4) Formatur mendapatkan mandat Musyawarah Nasional untuk menyusun PMI di wilayah kecamatan yang bersangkutan.
kepengurusan lengkap dalam waktu 1 bulan.

BAB XIV
Hasil kerja formatur Musyawarah Provinsi atau Musyawarah Kabupaten/Kota
SUKARELAWAN
disampaikan paling lama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan pengesahan dari
pengurus PMI setingkat di atasnya.
Pasal 49

Pasal 46 (1) Sukarelawan PMI adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan


kepalangmerahan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar gerakan
(1) Rapat pengurus PMI disetiap tingkatan dilakukan sekurang-kurangnya 4
internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan sukarela.
(empat) kali dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan menurut kebutuhan
organisasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat Pengurus PMI ditetapkan dalam (2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
peraturan organisasi. berhak mendapatkan orientasi/ pelatihan /atribut serta fasilitas
pendukung lainnya.

BAB XIII
Pasal 50
QUORUM DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN
Sukarelawan PMI diwadahi dalam :
(1) Sukarelawan Remaja (Palang Merah Remaja);
Pasal 47
(2) Sukarelawan Korps Sukarela (KSR Perguruan Tinggi dan KSR PMI
(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya

26 27
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 45 2/3 dari jumlah utusan yang berhak hadir.


(1) Formatur adalah representasi dari peserta musyawarah yang dipilih (2) Pengambilan keputusan dilaksanakan secara musyawarah untuk
dalam Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, atau Musyawarah mencapai mufakat dan apabila tidak tercapai, maka keputusan diambil
Kabupaten/Kota yang bertugas membentuk susunan lengkap pengurus berdasarkan suara terbanyak.
PMI.
(2) Formatur berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan Pasal 48
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang, termasuk Ketua Umum, Ketua
(1) Hak suara dalam musyawarah/musyawarah luar biasa PMI adalah
Pengurus Provinsi, dan Ketua Pengurus Kabupaten/Kota terpilih.
Pengurus Pusat/Provinsi/ Kabupaten/kota dan kecamatan masing
(3) Ketua Umum PMI terpilih, Ketua Pengurus Provinsi PMI terpilih, dan masing 1 (satu) suara;
Ketua Pengurus Kabupaten/Kota PMI terpilih, langsung menjadi Ketua
(2) Muasyawarah Kabupaten/Kota yang belum ada kepengurusan PMI
Formatur.
Kecamatan hak suaranya, diwakili oleh sukarelawan utusan anggota
(4) Formatur mendapatkan mandat Musyawarah Nasional untuk menyusun PMI di wilayah kecamatan yang bersangkutan.
kepengurusan lengkap dalam waktu 1 bulan.

BAB XIV
Hasil kerja formatur Musyawarah Provinsi atau Musyawarah Kabupaten/Kota
SUKARELAWAN
disampaikan paling lama 1 (satu) bulan untuk mendapatkan pengesahan dari
pengurus PMI setingkat di atasnya.
Pasal 49

Pasal 46 (1) Sukarelawan PMI adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan


kepalangmerahan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan
(1) Rapat pengurus PMI disetiap tingkatan dilakukan sekurang-kurangnya 4
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dengan sukarela.
(empat) kali dalam 1 (satu) tahun yang disesuaikan menurut kebutuhan
organisasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat Pengurus PMI ditetapkan dalam (2) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
peraturan organisasi. berhak mendapatkan orientasi/ pelatihan /atribut serta fasilitas
pendukung lainnya.

BAB XIII
Pasal 50
QUORUM DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN
Sukarelawan PMI diwadahi dalam :
(1) Sukarelawan Remaja (Palang Merah Remaja);
Pasal 47
(2) Sukarelawan Korps Sukarela (KSR Perguruan Tinggi dan KSR PMI
(1) Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
Anggaran Dasar ini adalah sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya

26 27
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Kabupaten/Kota); Pasal 52
(3) Sukarelawan Tenaga Sukarela ( TSR, berbasis masyarakat, komunitas); Pertemuan Sukarelawan
(4) Donor Darah Sukarela (DDS).
Pertemuan Sukarelawan terdiri dari :
Pasal 51 a. Forum Palang Merah Remaja Indonesia disebut Forpis,
Hak dan kewajiban Sukarelawan b. Forum Tenaga Sukarela,
c. Forum Korps Sukarela.
(1) Hak Sukarelawan PMI :
a. Mendapat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan BAB XV
ketrampilan; KARYAWAN / STAF
b. Mendapatkan kesejahteran selama penugasan;
c. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan Pasal 53
sukarelawan PMI;
(1) Karyawan/Staf PMI adalah individu yang bekerja dilingkungan Palang
d. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah dan Merah Indonesia, dan memperoleh imbalan berupa gaji atau honor
rapat di tingkat Kabupaten/Kota melalui forum sukarelawan; sesuai tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan yang
e. Dapat dipilih sebagai pengurus PMI; berlaku;
f. Jaminan keselamatan dan asuransi. (2) Karyawan/Staf PMI, diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus
berdasarkan Peraturan Kepegawaian PMI;
(2) Kewajiban Sukarelawan PMI adalah : (3) Hal hal yang menyangkut kepegawaian dilingkungan PMI di atur di
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.
a. Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan
internasional palang merah dan bulan sabit merah
b. Mematuhi AD-ART dan peraturan organisasi PMI BAB XVI
c. Mempromosikan kegiatan PMI MARKAS DAN KEPALA MARKAS
d. Melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan yang diberikan oleh
pengurus Pasal 54
e. Menjaga nama baik PMI (1) Markas PMI adalah pusat kegiatan dalam kelengkapan organisasi yang
berfungsi sebagai sarana Pengurus untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
(2) Markas PMI terdiri dari :
a. Markas Pusat di tingkat Pusat

28 29
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Kabupaten/Kota); Pasal 52
(3) Sukarelawan Tenaga Sukarela ( TSR, berbasis masyarakat, komunitas); Pertemuan Sukarelawan
(4) Donor Darah Sukarela (DDS).
Pertemuan Sukarelawan terdiri dari :
Pasal 51 a. Forum Palang Merah Remaja Indonesia disebut Forpis,
Hak dan kewajiban Sukarelawan b. Forum Tenaga Sukarela,
c. Forum Korps Sukarela.
(1) Hak Sukarelawan PMI :
a. Mendapat pembinaan dan pengembangan kemampuan dan BAB XV
ketrampilan; KARYAWAN / STAF
b. Mendapatkan kesejahteran selama penugasan;
c. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan Pasal 53
sukarelawan PMI;
(1) Karyawan/Staf PMI adalah individu yang bekerja dilingkungan Palang
d. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah dan Merah Indonesia, dan memperoleh imbalan berupa gaji atau honor
rapat di tingkat Kabupaten/Kota melalui forum sukarelawan; sesuai tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan yang
e. Dapat dipilih sebagai pengurus PMI; berlaku;
f. Jaminan keselamatan dan asuransi. (2) Karyawan/Staf PMI, diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus
berdasarkan Peraturan Kepegawaian PMI;
(2) Kewajiban Sukarelawan PMI adalah : (3) Hal-hal yang menyangkut kepegawaian dilingkungan PMI di atur di
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.
a. Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan
internasional palang merah dan bulan sabit merah
b. Mematuhi AD-ART dan peraturan organisasi PMI BAB XVI
c. Mempromosikan kegiatan PMI MARKAS DAN KEPALA MARKAS
d. Melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan yang diberikan oleh
pengurus Pasal 54
e. Menjaga nama baik PMI (1) Markas PMI adalah pusat kegiatan dalam kelengkapan organisasi yang
berfungsi sebagai sarana Pengurus untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
(2) Markas PMI terdiri dari :
a. Markas Pusat di tingkat Pusat;

28 29
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

b. Markas Provinsi di Tingkat Provinsi; (3) Kepala Markas Kabupaten/Kota berkewajiban melaksanakan tugas dan
c. Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota; bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/Kota Sekretaris;

d. Markar Kecamatan di tingkat Kecamatan. (4) Kepala Markas Kecamatan berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Kecamatan;
(5) Kepala Markas PMI, diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada
Pasal 55
setiap tingkatannya untuk masa kerja paling lama 5 (lima) tahun.
Markas PMI dipimpin oleh :
(1) Kepala Markas Pusat di tingkat Pusat
BAB XVII
(2) Kepala Markas Provinsi di tingkat Provinsi
PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN
(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota,
(4) Kepala Markas Kecamatan di tingkat Kecamatan
Pasal 59
Pengurus PMI melakukan Pembinaan dan Pengawasan secara berjenjang
Pasal 56 kebawah sesuai tingkatan organisasi.
Kepala Markas diangkat dan diberhentikan :
(1) Kepala Markas Pusat oleh Pengurus Pusat. Pasal 60
(2) Kepala Markas Provinsi oleh Pengurus Provinsi. (1) Pengurus dapat diberhentikan jika melanggar Anggaran Dasar atau
(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota oleh Pengurus Kabupaten / Kota. Anggaran Rumah Tangga;
(4) Kepala Markas Kecamatan oleh Pengurus Kecamatan. (2) Pemberhentian pengurus terdiri dari :
a. Pemberhentian semntara
Pasal 57 b. Pemberhentian tetap
(1) Kepala Markas di tingkat Pusat tidak dapat dirangkap oleh Pengurus
Pusat. (3) Mekanisme Pemberhentian Pengurus sementara dilakukan oleh
(2) Kepala Markas di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota dapat dirangkap pengurus berdasarkan jenjang organisasi
oleh Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota.
(4) Anggota Pengurus yang diberhentikan sementara yang dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (3) pasal ini diberi hak untuk membela diri pada rapat Pengurus.
(1) Kepala Markas Pusat berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat; (5) Rapat Pengurus dapat menerima dan atau menolak pembelaan anggota
(2) Kepala Markas Provinsi berkewajiban melaksanakan tugas dan pengurus yang diberhentikan sementara.
bertanggung jawab kepada Pengurus Provinsi;

30 31
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

b. Markas Provinsi di Tingkat Provinsi (3) Kepala Markas Kabupaten/Kota berkewajiban melaksanakan tugas dan
c. Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota, bertanggung jawab kepada Pengurus Kabupaten/Kota;
d. Markar Kecamatan di tingkat Kecamatan. (4) Kepala Markas Kecamatan berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Kecamatan;
(5) Kepala Markas PMI, diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada
Pasal 55
setiap tingkatannya untuk masa kerja paling lama 5 (lima) tahun.
Markas PMI dipimpin oleh :
(1) Kepala Markas Pusat di tingkat Pusat
BAB XVII
(2) Kepala Markas Provinsi di Tingkat Provinsi
PEMBINAAN, PEMBERHENTIAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN
(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota di tingkat Kabupaten/Kota,
(4) Kepala Markas Kecamatan di tingkat Kecamatan
Pasal 59
Pengurus PMI melakukan Pembinaan dan Pengawasan secara berjenjang
Pasal 56 kebawah sesuai tingkatan organisasi.
Kepala Markas diangkat dan diberhentikan :
(1) Kepala Markas Pusat oleh Pengurus Pusat. Pasal 60
(2) Kepala Markas Provinsi oleh Pengurus Provinsi. (1) Pengurus dapat diberhentikan jika melanggar Anggaran Dasar atau
(3) Kepala Markas Kabupaten/Kota oleh Pengurus Kabupaten / Kota. Anggaran Rumah Tangga;
(4) Kepala Markas Kecamatan oleh Pengurus Kecamatan. (2) Pemberhentian pengurus terdiri dari :
a. Pemberhentian sementara
Pasal 57 b. Pemberhentian tetap
(1) Kepala Markas di tingkat Pusat tidak dapat dirangkap oleh Pengurus
Pusat. (3) Mekanisme Pemberhentian Pengurus sementara dilakukan oleh
(2) Kepala Markas di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota dapat dirangkap pengurus berdasarkan jenjang organisasi
oleh Pengurus Provinsi/Kabupaten/Kota.
(4) Anggota Pengurus yang diberhentikan sementara yang dimaksud dalam
Pasal 58 ayat (3) pasal ini diberi hak untuk membela diri pada rapat Pengurus.
(1) Kepala Markas Pusat berkewajiban melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab kepada Pengurus Pusat; (5) Rapat Pengurus dapat menerima dan atau menolak pembelaan anggota
(2) Kepala Markas Provinsi berkewajiban melaksanakan tugas dan pengurus yang diberhentikan sementara.
bertanggung jawab kepada Pengurus Provinsi;

30 31
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 61 BAB XVIII


PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH PEMEKARAN
(1) Rapat pengurus yang menerima pembelaan maka yang bersangkutan di
cabut perberhentian sementaranya dan di berikan rehabilitasi. Pasal 64
(2) Rapat pengurus yang menolak pembelaan maka diputuskan Bagi Daerah pemekaran Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dapat
pemberhentian tetap. dibentuk Pengurus baru oleh Pengurus setingkat di atasnya.

Pasal 62 BAB XIX


Pembekuan Kepengurusan MAHKAMAH ORGANISASI dan UPAYA HUKUM

(1) Pengurus Pusat, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota atau Pasal 65


Pengurus Kecamatan dapat dibekukan apabila tidak dapat menjalankan
Mahkamah organisasi PMI bertugas untuk menyelesaikan Perselisihan/
tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan Anggaran Dasar dan
persengketaan dalam organisasi seperti :
Anggaran Rumah Tangga;
(1) antar anggota.
(2) Pengurus PMI Pusat menetapkan pelaksana tugas di Provinsi setelah
berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi; (2) Anggota dengan pengurus.
(3) Pengurus PMI Provinsi menetapkan pelaksana tugas di Kabupaten/Kota (3) Pengurus dengan pengurus dalam satu tingkatan dan atau satu tingkat
setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang dibawahnya;
organisasi; (4) Antar Pengurus, Staf dan relawan.
(4) Pengurus PMI Kabupaten/Kota menetapkan pelaksana tugas di
Kecamatan setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan Pasal 66
jenjang organisasi.
(1) Pengurus Pusat mewakili Palang Merah Indonesia ke dalam dan keluar
Pengadilan
Pasal 63 (2) Pengurus Pusat dapat memberikan kuasa kepada Pengurus Provinsi
untuk mewakili dalam dan keluar Pengadilan.
Pembekuan Pengurus hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengurus setingkat diatasnya. Pasal 67
Persyaratan anggota Mahkamah Organisasi PMI adalah sebagai berikut :
(1) Seorang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas dan
mendalam dibidang hukum, baik teori maupun praktek.

32 33
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 61 BAB XVIII


PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH PEMEKARAN
(1) Rapat pengurus yang menerima pembelaan maka yang bersangkutan di
cabut perberhentian sementaranya dan di berikan rehabilitasi. Pasal 64
(2) Rapat pengurus yang menolak pembelaan maka di putusakan Bagi daerah pemekaran Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan dapat
pemberhentian tetap. dibentuk Pengurus baru oleh Pengurus setingkat di atasnya.

Pasal 62 BAB XIX


Pembekuan Kepengurusan MAHKAMAH ORGANISASI dan UPAYA HUKUM

(1) Pengurus Pusat PMI, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota atau Pasal 65
Pengurus Kecamatan dapat dibekukan apabila tidak dapat menjalankan
Mahkamah organisasi PMI bertugas untuk menyelesaikan Perselisihan/
tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan Anggaran Dasar dan
persengketaan dalam organisasi seperti :
Anggaran Rumah Tangga.
(1) Antar anggota.
(2) Pengurus PMI Pusat menetapkan pelaksana tugas di Provinsi setelah
berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang organisasi; (2) Anggota dengan pengurus.
(3) Pengurus PMI Provinsi menetapkan pelaksana tugas di Kabupaten/Kota (3) Pengurus dengan pengurus dalam satu tingkatan dan atau satu tingkat
setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan jenjang dibawahnya;
organisasi; (4) Antar Pengurus, Staf dan relawan.
(4) Pengurus PMI Kabupaten/Kota menetapkan pelaksana tugas di
Kecamatan setelah berkonsultasi dengan Pelindung sesuai dengan Pasal 66
jenjang organisasi;
(1) Pengurus Pusat mewakili Palang Merah Indonesia ke dalam dan keluar
Pengadilan
Pasal 63 (2) Pengurus Pusat dapat memberikan kuasa kepada Pengurus Provinsi
untuk mewakili dalam dan keluar Pengadilan.
Pembekuan Pengurus hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengurus setingkat diatasnya. Pasal 67
Persyaratan anggota Mahkamah Organisasi PMI adalah sebagai berikut :
(1) Seorang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas dan
mendalam dibidang hukum, baik teori maupun praktek.

32 33
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

(2) Mempunyai waktu yang cukup dan komitmen yang tinggi untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya Pasal 71
Ketentuan tentang keuangan akan diatur dalam peraturan organisasi.
Pasal 68
Jumlah anggota Mahkamah Organisasi sebanyak 3 (tiga) orang dapat berasal Pasal 72
dari internal PMI atau external PMI yang memenuhi persyaratan.
(1) Menjelang Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan
Musyawarah Kabupaten/Kota, pengurus membentuk Tim Verifikasi
Pasal 69 yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran data
Tata Cara Penyelesaian Mahkamah Organisasi perbendaharaan.
(1) Mahkamah Organisasi PMI dalam menjalankan tugasnya tunduk pada (2) keuangan PMI dikelola berdasarkan Prinsip akuntasi Indonesia.
hukun acara Mahkamah Organisasi PMI.
(2) Ketentuan tentang Tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi PMI BAB XXI
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disiapkan oleh Pengurus PMI. PERBENDAHARAAN
(3) Mahkamah Organisasi PMI dapat dibentuk sesuai kebutuhan di masing
masing tingkatan organisasi.
Pasal 73
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penyelesaian Mahkamah
Perbendaharaan PMI adalah seluruh harta kekayaan yang berupa uang,
Organisasi PMI dan upaya hukum lainnya diatur dalam peraturan
barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak, termasuk surat
organisasi.
surat berharga milik atau yang dikuasai PMI termasuk yang berada di unit-
unit kerja PMI.
BAB XX
KEUANGAN Pasal 74
(1) Perbendaharaan PMI terdiri dari :
Pasal 70 a. Dana Tunai
Keuangan PMI diperoleh dari: b. Barang bergerak,
(1) Bantuan dan hibah dari pemerintah
c. barang tidak bergerak
(2) Bantuan dari Gerakan Internasional Palang Merah dan Organisasi
d. Surat berharga,
lainnya
(3) Sumbangan dan usaha lain yang tidak mengikat
(4) Iuran anggota
(5) Bulan dana

34 35
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

(2) Mempunyai waktu yang cukup dan komitmen yang tinggi untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya Pasal 71
Ketentuan tentang keuangan akan diatur dalam peraturan organisasi.
Pasal 68
Jumlah anggota Mahkamah Organisasi sebanyak 3 (tiga) orang dapat berasal Pasal 72
dari internal PMI atau external PMI yang memenuhi persyaratan.
(1) Menjelang Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, dan
Musyawarah Kabupaten/Kota, pengurus membentuk Tim Verifikasi
Pasal 69 yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran data
Tata Cara Penyelesaian Mahkamah Organisasi perbendaharaan.
(1) Mahkamah Organisasi PMI dalam menjalankan tugasnya tunduk pada (2) Keuangan PMI dikelola berdasarkan Prinsip akuntasi Indonesia.
hukun acara Mahkamah Organisasi PMI.
(2) Ketentuan tentang Tata cara penyelesaian Mahkamah Organisasi PMI BAB XXI
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disiapkan oleh Pengurus PMI. PERBENDAHARAAN
(3) Mahkamah Organisasi PMI dapat dibentuk sesuai kebutuhan di masing
masing tingkatan organisasi.
Pasal 73
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Tata cara penyelesaian Mahkamah
Perbendaharaan PMI adalah seluruh harta kekayaan yang berupa uang,
Organisasi PMI dan upaya hukum lainnya diatur dalam peraturan
barang-barang bergerak dan barang-barang tidak bergerak, termasuk surat
organisasi.
surat berharga milik atau yang dikuasai PMI termasuk yang berada di unit-
unit kerja PMI.
BAB XX
KEUANGAN Pasal 74
(1) Perbendaharaan PMI terdiri dari :
Pasal 70 a. Dana Tunai
Keuangan PMI diperoleh dari: b. Barang bergerak
(1) Bantuan dan hibah dari pemerintah; c. Barang tidak bergerak
(2) Bantuan dari Gerakan Palang Merah dan Organisasi Internasional
d. Surat berharga
lainnya.
(3) Sumbangan dan usaha lain yang tidak mengikat.
(4) Iuran anggota
(5) Bulan dana

34 35
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 75 (2) Pengembangan sumber daya dapat berupa; Rumah sakit, Poliklinik,
Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, serta berbagai kegiatan
(1) Seluruh harta kekayaan PMI harus disertifikatkan atas nama PMI sesuai
usaha lainnya yang sah;
tingkatan organisasi
(3) Pengembangan sumber daya dikelola secara profesional dan
(2) Aset PMI dan kekayaan PMI lainnya yang tidak bergerak dapat dialihkan
transparan;
atau dihapuskan seijin atau dengan sepertujuan Pengurus Pusat
(4) Pengembangan sumberdaya bertanggung jawab kepada Pengurus PMI
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan dan perbendaharaan PMI
pada setiap tingkatannya;
diatur dalam Peraturan Organisasi
(5) Pengembangan sumberdaya dapat dibentuk secara kerjasama antara
tingkatan organisasi.
Pasal 76
(1) Pengurus PMI secara berjenjang mempertanggungjawabkan
Pasal 79
perbendaharaan yang diperoleh, pengelolan dan penggunaannya
kepada Musyawarah Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pengelolaan unit pengembangan sumberdaya sebagaimana dimaksud pada
Kecamatan pasal 78 disesuikan mengacu pada ketentuan perundang undangan yang
berlaku dan diatur dalam peraturan organisasi.

(2) Pengurus Provinsi /Kabupaten/Kota dan Kecamatan melaporkan


perbendaharaanya kepada Pengurus PMI satu tingkat di atasnya BAB XXIII
PELAYANAN DONOR DARAH

Pasal 77
(1) Perbendaharan PMI diaudit untuk transparansi organisasi. Pasal 80

(2) Audit sebagai mana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat dilakukan oleh : (1) Pelayanan Donor Darah, diselenggarakan dengan membentuk unit
donor darah PMI sesuai peraturan perundangan.
a. Akuntan publik
(2) Kepala Unit Donor Darah PMI, pada semua jenjang adalah seorang
b. Internal Audit PMI
Dokter.
(3) Pengangkatan Kepala UDD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal
BAB XXII ini diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada setiap tingkatan
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA setelah dikonsultasikan dengan pengurus PMI satu tingkat diatasnya;
(4) Unit Donor Darah PMI, merupakan unit pelayanan teknis yang diatur
dalam peraturan organisasi dan bertanggungjawab pada Pengurus PMI
Pasal 78
disetiap tingkatan;
(1) PMI dapat membentuk unit pengembangan sumber daya yang dapat
(5) Kepala Unit Donor Darah PMI, bertanggung jawab dan wajib
mendatangkan dana untuk membiayai kelangsungan kegiatan PMI
melaporkan pelaksanaan tugasnya beserta laporan keuangan kepada
pada semua tingkatan
pengurus PMI disetiap tingkatan;

36 37
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Pasal 75 (2) Pengembangan sumber daya dapat berupa Rumah Sakit, Poliklinik,
Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, serta berbagai kegiatan
(1) Seluruh harta kekayaan PMI harus disertifikatkan atas nama PMI sesuai
usaha lainnya yang sah
tingkatan organisasi
(3) Pengembangan sumber daya dikelola secara profesional dan
(2) Aset PMI dan kekayaan PMI lainnya yang tidak bergerak dapat dialihkan
transparan
atau dihapuskan seijin atau dengan sepertujuan Pengurus Pusat
(4) Pengembangan sumber daya bertanggung jawab kepada Pengurus
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keuangan dan perbendaharaan PMI
PMI pada setiap tingkatannya
diatur dalam Peraturan Organisasi
(5) Pengembangan sumber daya dapat dibentuk secara kerjasama antara
tingkatan organisasi.
Pasal 76
(1) Pengurus PMI secara berjenjang mempertanggungjawabkan
Pasal 79
perbendaharaan yang diperoleh, pengelolan dan penggunaannya
kepada Musyawarah Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pengelolaan unit pengembangan sumber daya sebagaimana dimaksud pada
Kecamatan; pasal 78 disesuikan mengacu pada ketentuan perundang- undangan
yang berlaku dan diatur dalam peraturan organisasi.

(2) Pengurus Provinsi /Kabupaten/Kota dan Kecamatan melaporkan


perbendaharaanya kepada Pengurus PMI satu tingkat di atasnya; BAB XXIII
PELAYANAN DONOR DARAH

Pasal 77
(1) Perbendaharan PMI diaudit untuk transparansi organisasi. Pasal 80

(2) Audit sebagai mana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat dilakukan oleh : (1) Pelayanan Donor Darah, diselenggarakan dengan membentuk unit
donor darah PMI sesuai peraturan perundangan.
a. Akuntan publik
(2) Kepala Unit Donor Darah PMI, pada semua jenjang adalah seorang
b. Internal Audit PMI
Dokter.
(3) Pengangkatan Kepala UDD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal
BAB XXII ini diangkat dan diberhentikan oleh pengurus pada setiap tingkatan
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA setelah dikonsultasikan dengan pengurus PMI satu tingkat diatasnya;
(4) Unit Donor Darah PMI, merupakan unit pelayanan teknis yang diatur
dalam peraturan organisasi dan bertanggungjawab pada Pengurus PMI
Pasal 78
disetiap tingkatan;
(1) PMI dapat membentuk unit pengembangan sumberdaya yang dapat
(5) Kepala Unit Donor Darah PMI, bertanggung jawab dan wajib
mendatangkan dana untuk membiayai kelangsungan kegiatan PMI
melaporkan pelaksanaan tugasnya beserta laporan keuangan kepada
pada semua tingkatan;
pengurus PMI disetiap tingkatan;

36 37
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 (tiga)


BAB XXIV
bulan sebelum Musyawarah Nasional;
HUBUNGAN DAN KERJASAMA
(2) Usul perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
oleh Pengurus Pusat dan sekurang kurangnya 1/3 (sepertiga) Pengurus
Pasal 81 Provinsi serta 1/3 (sepertiga) Pengurus Kabupaten / Kota.
(1) PMI dalam melaksanakan kegiatannya wajib melakukan kerjasama dan
hubungan sama komponen gerakan Pasal 84
(2) Kerjasama diantara komponen-komponen gerakan didasarkan kepada (1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Kepentingan nasional masing-masing Musyawarah Nasional dalam sidang yang dihadiri oleh sekurang
dengan memelihara prinsip kesetaraan kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah utusan yang berhak;
(3) PMI sebagai anggota Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan (2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Sabit Merah Internasional menjalin kerjasama dengan Komite adalah sah apabila disetujui sekurang kurangnya (tiga per empat)
Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan dari jumlah suara yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
Bulan Sabit Merah (Federasi) (3) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah
(4) Untuk mendukung kegiatan kepalangmerahan PMI dapat bekerjasama ditetapkan oleh Pleno MUNAS diberitahukan kepada Pemerintah dan
komponen pemerintah serta organisasi non pemerintah Joint Statutes Commision ICRC/IFRC (JSC).
(5) Setiap perjanjian kerjasama harus dibuat secara tertulis
Pasal 85
BAB XXV (1) Perubahan anggaran dasar dapat dilakukan jika ketentuan perudangan-
PENGHARGAAN undangan mengharuskan melakukan penyesuian dengan ketentuan
yang baru.

Pasal 82 (2) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1)


dilakukan dalam rapat pimpinan PMI yang diperluas yang dihari oleh
Palang Merah Indonesia memberikan penghargaan kepada seseorang atau Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh
lembaga yang telah berjasa membantu tumbuh berkembangnya Palang Pengurus Pusat secara selektif.
Merah Indonesia;

(3) Keputusan sebagaimana dimakasud dalam ayat (2) pada pasal ini
BAB XXVI dilaporkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 83
(1) Usul perubahan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
secara tertulis kepada Pengurus Pusat oleh Pengurus Pusat, Pengurus

38 39
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

Provinsi dan Pengurus Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 3 (tiga)


BAB XXIV
bulan sebelum Musyawarah Nasional;
HUBUNGAN DAN KERJASAMA
(2) Usul perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
oleh Pengurus Pusat dan sekurang kurangnya 1/3 (sepertiga) Pengurus
Pasal 81 Provinsi serta 1/3 (sepertiga) Pengurus Kabupaten / Kota.
(1) PMI dalam melaksanakan kegiatannya wajib melakukan kerjasama dan
hubungan sama komponen gerakan. Pasal 84
(2) Kerjasama diantara komponen-komponen gerakan didasarkan kepada (1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah oleh
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Kepentingan nasional masing-masing Musyawarah Nasional dalam sidang yang dihadiri oleh sekurang
dengan memelihara prinsip kesetaraan; kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah utusan yang berhak;
(3) PMI sebagai anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (2) Keputusan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Internasional menjalin kerjasama Komite Internasional Palang Merah adalah sah apabila disetujui sekurang kurangnya (tiga per empat)
(ICRC), Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dari jumlah suara yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(Federasi);
(3) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga setelah
(4) Untuk mendukung kegiatan kepalangmerahan PMI dapat bekerjasama ditetapkan oleh Pleno MUNAS diberitahukan kepada Pemerintah dan
komponen pemerintah serta organisasi non pemerintah; Joint Statutes Commision ICRC/IFRC (JSC).
(5) Setiap perjanjian kerjasama harus dibuat secara tertulis.
Pasal 85
BAB XXV (1) Perubahan anggaran dasar dapat dilakukan jika ketentuan
PENGHARGAAN perundangan-undangan mengharuskan melakukan penyesuaian
dengan ketentuan yang baru.
(2) Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal 82
dilakukan dalam rapat pimpinan PMI yang diperluas yang dihadiri
Palang Merah Indonesia memberikan penghargaan kepada seseorang atau oleh Pengurus Provinsi dan Pengurus Kabupaten /Kota yang
lembaga yang telah berjasa membantu tumbuh berkebangnya Palang Merah ditetapkan oleh Pengurus Pusat secara selektif.
Indonesia;

(3) Keputusan sebagaimana dimakasud dalam ayat (2) pada pasal ini
BAB XXVI dilaporkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 83
(1) Usul perubahan Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga diajukan
secara tertulis kepada Pengurus Pusat oleh Pengurus Pusat, Pengurus

38 39
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

BAB XXVII (2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mengikat
KETENTUAN LAIN untuk dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi.

Pasal 86
Tata urutan ketentuan organisasi PMI adalah :
(1) Anggaran dasar/anggaran Rumah tangga
(2) Peraturan Organisasi
(3) Keputusan Ketua Umum/Ketua
(4) Keputusan Pengurus

BAB XXVIII
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 87
Peraturan dan kebijakan lain yang telah ada sebelum ditetapkannya
anggaran dasar ini tetap berlaku sepanjang tidak diubah atau
bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini.

BAB XXIX
PENUTUP

Pasal 88
(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
PMI;

(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan mengikat
untuk dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi.

40 41
ANGGARAN DASAR PMI ANGGARAN DASAR PMI

BAB XXVII
KETENTUAN LAIN

Pasal 86
Tata urutan ketentuan organisasi PMI adalah :
(1) Anggaran dasar/anggaran Rumah tangga
(2) Peraturan Organisasi
(3) Keputusan Ketua Umum/Ketua
(4) Keputusan Pengurus

BAB XXVIII
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 87
Peraturan dan kebijakan lain yang telah ada sebelum ditetapkannya
anggaran dasar ini tetap berlaku sepanjang tidak di robah atau
bertentaangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini.

BAB XXIX
PENUTUP

Pasal 88
(1) Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
PMI;

40 41
LAMPIRAN- ANGGARAN
LAMPIRAN RUMAH TANGGA
PMI

42 43
LAMPIRAN- ANGGARAN
LAMPIRAN RUMAH TANGGA
PMI

42 43
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB JUDUL PASAL HAL


BAB I
BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN (1-2) 45
BAB II KEGIATAN POKOK (3) 45-46
NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN
BAB III SYARAT KEANGGOTAAN (4-5) 46-47
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (6-7) 48
BAB V PEMBERHENTIAN ANGGOTA (8) 49 Pasal 1
BAB VI PELINDUNG (9) 49
BAB VII SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN (10) 49 Penggunaan nama Palang Merah Indonesia maupun dengan singkatan PMI,
BAB VIIISUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROVINSI, (11-14) 50-51 memiliki makna dan arti yang sama.
KABUPATEN/KOTA DAN KECAMATAN
BAB IX MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (15) 51
BAB X PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (16-28) 51-54 Pasal 2
LAINNYA (1) PMI sebagai organisasi yang berbadan hukum dan berdasarkan
BAB XI SUKARELAWAN (29-30) 55 Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 serta Keputusan Presiden
BAB XII KARYAWAN/STAF (31) 55 RI No. 246 Tahun 1963.
BAB XIII MARKAS DAN KEPALA MARKAS (32-35) 56-57
BAB XIV PEMBINAAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN (36-37) 57-58 (2) Palang Merah Indonesia diakui oleh Komite Internasional Palang
BAB XV PEMBENDAHARAAN (38) 58 Merah (ICRC) pada tanggal 15 Juni 1950 .
BAB XVI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA (39) 58 (3) Palang Merah Indonesia diterima menjadi anggota ke 68 Federasi
BAB XVII PELAYANAN DONOR DARAH (40) 58 Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada
BAB XVIII HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (41) 59 tanggal 16 Oktober 1950
BAB XIX PENGHARGAAN (42) 59
BAB XX PERATURAN PERALIHAN (43) 59
BAB XXI PENUTUP (44) 60 BAB II
KEGIATAN POKOK

Pasal 3
Untuk memenuhi azas dan mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 dan 6 Anggaran Dasar serta sebagai penjabaran dari mandat dan
tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dan 9 Anggran Dasar,
PMI melakukan kegiatan pokok ;
(1) Pembinaan dan pengembangan organisasi
(2) Penanggulangan bencana termasuk pemulihan hubungan keluarga

44 45
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB JUDUL PASAL HAL


BAB I
BAB I NAMA, WAKTU, STATUS DAN KEDUDUKAN (1-2) 45
BAB II KEGIATAN POKOK (3) 45
NAMA, WAKTU, STATUS, DAN KEDUDUKAN
BAB III SYARAT KEANGGOTAAN (4-5) 46
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA (6-7) 48
BAB V PEMBERHENTIAN ANGGOTA (8) 49 Pasal 1
BAB VI PELINDUNG (9) 49
BAB VII SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN (10) 49 Penggunaan nama Palang Merah Indonesia maupun dengan singkatan PMI,
BAB VIIISUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROVINSI, (11-14) 50 memiliki makna dan arti yang sama.
KABUPATEN/KOTA DAN KECAMATAN
BAB IX MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (15) 51
BAB X PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT (16-28) 51 Pasal 2
LAINNYA (1) PMI sebagai organisasi yang berbadan hukum dan berdasarkan
BAB XI SUKARELAWAN (29-30) 55 Keputusan Presiden RIS No. 25 Tahun 1950 serta Keputusan Presiden
BAB XII KARYAWAN/STAF (31) 55 RI No. 246 Tahun 1963.
BAB XIII MARKAS DAN KEPALA MARKAS (32-35) 56
BAB XIV PEMBINAAN, PEMBEKUAN KEPENGURUSAN (36-37) 57 (2) Palang Merah Indonesia diakui oleh Komite Internasional Palang
BAB XV PEMBENDAHARAAN (38) 58 Merah (ICRC) pada tanggal 15 Juni 1950 .
BAB XVI UNIT USAHA (39) 58 (3) Palang Merah Indonesia diterima menjadi anggota ke 68 Federasi
BAB XVII PELAYANAN DONOR DARAH (40) 58 Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada
BAB XVIII HUBUNGAN DAN KERJA SAMA (41) 59 tanggal 16 Oktober 1950
BAB XIX PENGHARGAAN (42) 59
BAB XX PERATURAN PERALIHAN (43) 59
BAB XXI PENUTUP (44) 60 BAB II
KEGIATAN POKOK

Pasal 3
Untuk memenuhi azas dan mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 dan 6 Anggaran Dasar serta sebagai penjabaran dari mandat dan
tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dan 9 Anggaran Dasar,
PMI melakukan kegiatan pokok ;
(1) Pembinaan dan pengembangan organisasi
(2) Penanggulangan bencana termasuk pemulihan hubungan keluarga

44 45
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

(korban) (2) Persyaratan untuk menjadi anggota luar biasa :


(3) Pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk upaya kesehatan Donor a. Warga negara asing dapat berpartisipasi dalam kegiatan
Darah perhimpunan nasional sebagai sukarelawan.
(4) Penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan b. Menerima prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan
dan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Sabit Merah, serta hukum kemanusiaan internasional Tangga PMI, Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan
Munas, peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu dan
(5) Pembinaan generasi muda dan relawan.
bersedia untuk berpartisipasi aktif.
c. telah berusia 18 tahun atau telah menikah.
(3) Persyaratan anggota kehormatan adalah :
BAB III
a. Pejabat yang selama masa jabatannya dan atau tokoh masyarakat
SYARAT KEANGGOTAAN yang berperan aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan;
b. Pejabat dan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan
Pasal 4 penghargaan atas prestasinya dalam membantu dan atau
Keanggotaan perhimpunan nasional terbuka untuk setiap orang tanpa ada mengembangkan kegiatan PMI
diskriminasi ras, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, bahasa, golongan, c. Generasi muda yang mempunyai prestasi luar biasa di bidangnya
ataupun pandangan politik. yang ditandai dengan piagam penghargaan yang pernah
diterimanya, dan atau prestasi lainnya.

(1) Persyaratan untuk menjadi anggota biasa adalah :


a. Anggota biasa PMI adalah warga negara Republik Indonesia yang Pasal 5
telah berusia 18 tahun atau telah menikah (1) Penerimaan anggota dilakukan setelah memenuhi persyaratan
b. Menerima prinsip-prinsip dasar Gerakan Internasional Palang keanggotaan seperti diatur dalam pasal 6
Merah dan Bulan Sabit Merah (2) Penerimaan anggota dapat dilakukan dengan mendaftarkan diri
c. Menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, kepada pengurus kabupaten/kota di wilayah domisili yang
Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan bersangkutan
MUNAS, peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu (3) Pengesahan keanggotaan dilakukan oleh pengurus PMI
dan bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam kepengurusan PMI Kabupaten/Kota.
d. Telah mengikuti pelatihan dan orientasi kepalangmerahan
e. Mempunyai prestasi, dedikasi, dan loyal terhadap organisasi
maupun negara, dan tidak tercela

46 47
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

(korban) (2) Persyaratan untuk menjadi anggota luar biasa :


(3) Pelayanan sosial dan kesehatan, termasuk upaya kesehatan Donor a. Warga negara asing dapat berpartisipasi dalam kegiatan
Darah perhimpunan nasional sebagai sukarelawan.
(4) Penyebarluasan dan pengembangan aplikasi nilai-nilai kemanusiaan b. Menerima prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan
dan prinsip-prinsip dasar gerakan internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Sabit Merah, serta hukum kemanusiaan internasional Tangga PMI, Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan
Munas, peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu dan
(5) Pembinaan generasi muda dan relawan.
bersedia untuk berpartisipasi aktif.
c. telah berusia 18 tahun atau telah menikah.
(3) Persyaratan anggota kehormatan adalah :
BAB III
a. Pejabat yang selama masa jabatannya dan atau tokoh masyarakat
SYARAT KEANGGOTAAN yang berperan aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan;
b. Pejabat dan atau tokoh masyarakat yang mendapatkan
Pasal 4 penghargaan atas prestasinya dalam membantu dan atau
Keanggotaan perhimpunan nasional terbuka untuk setiap orang tanpa ada mengembangkan kegiatan PMI
diskriminasi ras, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, bahasa, golongan, c. Generasi muda yang mempunyai prestasi luar biasa di bidangnya
ataupun pandangan politik. yang ditandai dengan piagam penghargaan yang pernah
diterimanya, dan atau prestasi lainnya.

(1) Persyaratan untuk menjadi anggota biasa adalah :


a. Anggota biasa PMI adalah warga negara Republik Indonesia yang Pasal 5
telah berusia 18 tahun atau telah menikah (1) Penerimaan anggota dilakukan setelah memenuhi persyaratan
b. Menerima prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan keanggotaan seperti diatur dalam pasal 6
Sabit Merah Internasional (2) Penerimaan anggota dapat dilakukan dengan mendaftarkan diri
c. Menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI, kepada pengurus kabupaten/kota di wilayah domisili yang
Rencana Strategis PMI dan seluruh hasil keputusan Munas, bersangkutan
peraturan organisasi lainnya, serta mempunyai waktu dan bersedia (3) Pengesahan keanggotaan dilakukan oleh pengurus PMI
untuk berpartisipasi aktif dalam kepengurusan PMI Kabupaten/Kota.
d. Telah mengikuti pelatihan dan orientasi kepalangmerahan
e. Mempunyai prestasi, dedikasi, dan loyal terhadap organisasi
maupun negara, dan tidak tercela

46 47
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB IV BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 6 Pasal 8
(1) Anggota biasa mempunyai hak : (1) Anggota dinyatakan berhenti karena :
a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan. a. Atas permintaan sendiri.
b. Menyampaikan pendapat dan mengajukan usul dan saran. b. Melanggar AD & ART PMI.
c. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah di c. Berhalangan tetap.
tingkat kecamatan.
d. Memiliki hak memilih dan dipilih sebagai pengurus PMI BAB VI
(2) Anggota Luar Biasa mempunyai hak : PELINDUNG
a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan
b. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan resmi PMI Pasal 9
c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI (1) Pelindung memberikan saran pertimbangan serta dukungan moril dan
(3) Anggota Kehormatan mempunyai hak : materil kepada PMI di setiap tingkatan
a. Menyampaikan pendapat dan saran kepada PMI diwilayahnya, baik (2) Pengurus PMI memberikan laporan kepada pelindung secara berkala
diminta maupun tidak diminta. sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali, sesuai tingkatan organisasi
b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI.
BAB VII
Pasal 7 SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN
Kewajiban Anggota
(1) Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan Pasal 10
internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. (1) Dewan kehormatan adalah orang-per orang yang mendapatkan
(2) Mendukung dan mensukseskan seluruh pelaksaan program organisasi. penghargaan dari pengurus sebagai pengakuan atas jasa-jasanya
(3) Menjaga nama baik PMI. kepada PMI.

(4) Mematuhi AD ART PMI. (2) Dewan Kehormatan ditetapkan dalam setiap musyawarah untuk masa
bakti sesuai dengen kepengurusan dan disahkan satu tingkat diatasnya.
(5) Membayar iuran anggota.
(6) Setiap anggota yang pindah domisili melaporkan diri kepada PMI di
tempat domisili baru.

48 49
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB IV BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 6 Pasal 8
(1) Anggota biasa mempunyai hak : (1) Anggota dinyatakan berhenti karena :
a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan. a. Atas permintaan sendiri.
b. Menyampaikan pendapat dan mengajukan usul dan saran. b. Melanggar AD - ART PMI.
c. Memiliki hak bicara dan hak suara dalam setiap musyawarah di c. Berhalangan tetap.
tingkat kecamatan.
d. Memiliki hak memilih dan dipilih sebagai pengurus PMI BAB VI
(2) Anggota Luar Biasa mempunyai hak : PELINDUNG
a. Mendapatkan pembinaan dan pengembangan
b. Menyampaikan pendapat dalam forum-forum pertemuan resmi PMI Pasal 9
c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI (1) Pelindung memberikan saran pertimbangan serta dukungan moril dan
(3) Anggota Kehormatan mempunyai hak : materil kepada PMI di setiap tingkatan
a. Menyampaikan pendapat dan saran kepada PMI diwilayahnya, baik (2) Pengurus PMI memberikan laporan kepada pelindung secara berkala
diminta maupun tidak diminta. sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali, sesuai tingkatan organisasi
b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan PMI.
BAB VII
Pasal 7 SUSUNAN DEWAN KEHORMATAN
Kewajiban Anggota
(1) Menjalankan dan menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar gerakan Pasal 10
internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. (1) Dewan kehormatan adalah orang-per orang yang mendapatkan
(2) Mendukung dan mensukseskan seluruh pelaksaan program organisasi. penghargaan dari pengurus sebagai pengakuan atas jasa-jasanya
(3) Menjaga nama baik PMI. kepada PMI.

(4) Mematuhi AD ART PMI. (2) Dewan Kehormatan ditetapkan dalam setiap musyawarah untuk masa
bakti sesuai dengen kepengurusan dan disahkan satu tingkat diatasnya.
(5) Membayar iuran anggota.
(6) Setiap anggota yang pindah domisili melaporkan diri kepada PMI di
tempat domisili baru.

48 49
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB VIII Pasal 14


SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROPINSI, KABUPATEN/KOTA DAN Pengurus Kecamatan terdiri dari 7 orang yaitu :
KECAMATAN (1) Ketua
(2) Wakil wakil Ketua
Pasal 11 (3) Sekretaris
Pengurus pusat terdiri dari 17 orang yaitu : (4) Bendahara, dan
(1) Ketua Umum (5) Anggota
(2) Para Ketua Bidang
(3) Sekretaris Jenderal BAB IX
(4) Bendahara Umum, dan MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
(5) Anggota
Pasal 15
Pasal 12 Kekuasaan tertinggi organisasi PMI berada ditangan anggota dan
Pengurus propinsi terdiri dari 15 orang yaitu : dilaksanakan sepenuhnya melalui Forum Musyawarah Nasional (MUNAS),
(1) Ketua Musyawarah Provinsi (MUSPROV), Musyawarah Kabupaten/Kota
(MUSKAB/KOTA) dan Musyawarah Kecamatan ( MUSKEC).
(2) Wakil wakil Ketua
(3) Sekretaris
BAB X
(4) Bendahara, dan
PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT LAINNYA
(5) Anggota

Pasal 16
Pasal 13
Musyawarah Nasional
Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari 11 orang yaitu :
(1) Ketua
(1) Musyawarah nasional dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Wakil - Wakil ketua
(2) Peserta Musyawarah nasional adalah pengurus PMI pusat, propinsi, dan
(3) Sekretaris
kabupaten/kota
(4) Bendahara, dan
(3) Peserta Musyawarah nasional seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki
(5) Anggota hak bicara dan suara

50 51
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB VIII Pasal 14


SUSUNAN PENGURUS PUSAT, PROPINSI, KABUPATEN/KOTA DAN Pengurus Kecamatan terdiri dari 7 orang yaitu :
KECAMATAN (1) Ketua
(2) Wakil wakil Ketua
Pasal 11 (3) Sekretaris
Pengurus pusat terdiri dari 17 orang yaitu : (4) Bendahara, dan
(1) Ketua Umum (5) Anggota
(2) Para Ketua Bidang
(3) Sekretaris Jenderal BAB IX
(4) Bendahara Umum, dan MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
(5) Anggota
Pasal 15
Pasal 12 Kekuasaan tertinggi organisasi PMI berada ditangan anggota dan
Pengurus propinsi terdiri dari 15 orang yaitu : dilaksanakan sepenuhnya melalui Forum Musyawarah Nasional (MUNAS),
(1) Ketua Musyawarah Provinsi (MUSPROV), Musyawarah Kabupaten/Kota
(MUSKAB/KOTA) dan Musyawarah Kecamatan ( MUSKEC).
(2) Wakil wakil Ketua
(3) Sekretaris
BAB X
(4) Bendahara, dan
PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT LAINNYA
(5) Anggota

Pasal 16
Pasal 13
Musyawarah Nasional
Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari 11 orang yaitu :
(1) Ketua
(1) Musyawarah nasional dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Wakil - Wakil ketua
(2) Peserta Musyawarah nasional adalah pengurus PMI pusat, propinsi, dan
(3) Sekretaris
kabupaten/kota
(4) Bendahara, dan
(3) Peserta Musyawarah nasional seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki
(5) Anggota hak bicara dan suara

50 51
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI pusat


Pasal 21
Pasal 17 Musyawarah Kerja Provinsi
Musyawarah Nasional Luar Biasa
(1) Peserta Musyawarah kerja Propinsi adalah: Pengurus provinsi, Pengurus
Musyawarah Nasional Luar Biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan Kabupaten / Kota dan Utusan unit kerja PMI seperti: unit donor darah,
peserta Musyawarah nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 18 ART ini rumah sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Provinsi
Pasal 18
Musyawarah Kerja Nasional Pasal 22
(1) Peserta Musyawarah kerja nasional adalah Pengurus pusat, Pengurus Musyawarah kabupaten/Kota
propinsi, Utusan unit kerja PMI seperti unit donor darah, rumah sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus pusat (1) Musyawarah Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus PMI Provinsi,
Pasal 19 dan kabupaten/kota
Musyawarah Provinsi (3) Peserta Musyawarah kabupaten/kota seperti dimaksud dalam ayat 2
memiliki hak bicara dan suara
(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI kabupaten/kota
(1) Musyawarah Provinsi dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota Pasal 23
(3) Peserta Musyawarah Provinsi seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa
hak bicara dan suara
(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus Propinsi Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama
dengan peserta Musyawarah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
pasal 22 ART ini.
Pasal 20
Musyawarah Provinsi Luar Biasa
Pasal 24
Musyawarah Kerja kabupaten/Kota
Musyawarah Propinsi luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan
peserta Musyawarah Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ART ini (1) Peserta Musyawarah kerja Kabupaten/Kota adalah: Pengurus
Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Utusan unit kerja PMI seperti :

52 53
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI pusat


Pasal 21
Pasal 17 Musyawarah Kerja Provinsi
Musyawarah nasional luar biasa
(1) Peserta Musyawarah kerja Provinsi adalah Pengurus provinsi, Pengurus
Musyawarah nasional luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan Kabupaten / Kota dan Utusan unit kerja PMI seperti unit donor darah,
peserta Musyawarah nasional sebaimana dimaksud pada pasal 18 ART ini rumah sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh Pengurus Provinsi
Pasal 18
Musyawarah Kerja nasional Pasal 22
(1) Peserta Musyawarah kerja nasional adalah: Pengurus pusat, Pengurus Musyawarah kabupaten/Kota
propinsi, Utusan unit kerja PMI seperti: unit donor darah, rumah sakit.
(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI pusat (1) Musyawarah Kabupaten/Kota dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah pengurus PMI Provinsi,
Pasal 19 dan kabupaten/kota
Musyawarah Provinsi (3) Peserta Musyawarah kabupaten/kota seperti dimaksud dalam ayat 2
memiliki hak bicara dan suara
(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI kabupaten/kota
(1) Musyawarah Provinsi dihadiri oleh peserta dan peninjau
(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah pengurus PMI pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota Pasal 23
(3) Peserta Musyawarah Provinsi seperti dimaksud dalam ayat (2) memiliki Musyawarah Kabupaten/Kota Luar Biasa
hak bicara dan suara
(4) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Propinsi Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama
dengan peserta Musyawarah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
pasal 22 ART ini.
Pasal 20
Musyawarah Provinsi luar biasa
Pasal 24
Musyawarah Kerja Kabupaten/Kota
Musyawarah Propinsi luar biasa dihadiri oleh peserta yang sama dengan
peserta Musyawarah Provinsi sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ART ini (1) Peserta Musyawarah kerja Kabupaten / Kota adalah Pengurus
Kabupaten / Kota dan Kecamatan serta Utusan unit kerja PMI seperti

52 53
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

unit donor darah, rumah sakit.


(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Kabupaten/Kota BAB XI
SUKARELAWAN
Pasal 25
Musyawarah Kecamatan Pasal 29
(1) Relawan adalah orang per orangan yang memenuhi syarat sebagai
(1) Musyawarah Kecamatan dihadiri oleh peserta relawan PMI dan menjalankan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai
dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan anggaran dasar ini.
(2) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah pengurus Kecamatan,
kabupaten/kota dan anggota/relawan. (2) Keanggotan relawan PMI terbuka bagi semua pihak tanpa dibatasi oleh
keterbatasan fisik dan keterbatasan lainnya.
(3) Peserta Musyawarah Kecamatan seperti dimaksud dalam ayat (36)
memiliki hak bicara dan suara. (3) Anggota PMI yang memiliki keahlian khusus dapat menjadi relawan PMI
untuk menunjang kegiatan kepalangmerahan.

Pasal 26
(1) Penggantian Kepengurusan yang kosong di PMI Kecamatan, tidak
dilakukan melalui musyawarah luar biasa. Pasal 30
(2) Pengantian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) oleh PMI Ketentuan yang berkaitan dengan relawan Remaja, KSR, TSR, ditetapkan
Kabupaten/Kota. dalam peraturan organisasi

Pasal 27 Bab XII


Musyawarah Kerja Kecamatan KARYAWAN/STAF

Peserta Musyawarah kerja Kecamatan adalah Pengurus kecamatan dan Pasal 31


anggota/relawan. Persyaratan, hak, dan kewajiban karyawan diatur lebih lanjut dalam
peraturan organisasi dan peraturan perudangan yang berlaku.
Pasal 28
Rapat PMI BAB XIII
MARKAS DAN KEPALA MARKAS
(1) Peserta Rapat PMI adalah Pengurus, Staf dan Relawan.
(2) Peserta Rapat PMI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dalam peraturan organisasi

54 55
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

unit donor darah, rumah sakit.


(2) Peninjau ditetapkan oleh pengurus PMI Kabupaten/Kota BAB XI
SUKARELAWAN
Pasal 25
Musyawarah Kecamatan Pasal 29
(1) Relawan adalah orang per orangan yang memenuhi syarat sebagai
(1) Musyawarah kecamatan dihadiri oleh peserta relawan PMI dan menjalankan tugas-tugas kepalangmerahan sesuai
dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan anggaran dasar ini.
(2) Peserta Musyawarah Kecamatan adalah pengurus PMI Kecamatan,
kabupaten/kota dan anggota/relawan. (2) Keanggotan relawan PMI terbuka bagi semua pihak tanpa dibatasi oleh
keterbatasan fisik dan keterbatasan lainnya.
(3) Peserta Musyawarah Kecamatan seperti dimaksud dalam ayat (36)
memiliki hak bicara dan suara. (3) Anggota PMI yang memiliki keahlian khusus dapat menjadi relawan PMI
untuk menunjang kegiatan kepalangmerahan.

Pasal 26
(1) Penggantian Kepengurusan yang kosong di PMI Kecamatan, tidak
dilakukan melalui musyawarah luar biasa. Pasal 30
(2) Pengantian sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) oleh PMI Ketentuan yang berkaitan dengan relawan Remaja, KSR, TSR, ditetapkan
Kabupaten/Kota. dalam peraturan organisasi

Pasal 27 Bab XII


Musyawarah Kerja Kecamatan KARYAWAN/STAF

(3) Peserta Musyawarah kerja Kecamatan adalah : Pengurus kecamatan dan Pasal 31
anggota / relawan. Persyaratan, hak, dan kewajiban karyawan diatur lebih lanjut dalam
peraturan organisasi dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 28
Rapat PMI BAB XIII
MARKAS DAN KEPALA MARKAS
(1) Peserta Rapat PMI adalah Pengurus, Staf dan Relawan.
(2) Peserta rapat PMI sebagimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dalam peraturan organisasi

54 55
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 32 (2) melaksanakan tugas-tugas teknis administratif dan teknis operasional


(1) Struktur organisasi markas ditetapkan oleh pengurus sesuai dengan kepalangmerahan;
peraturan organisasi. (3) Kepala Markas melaporkan tugas dan tanggungjawabnya kepada
(2) Struktur organisasi markas dapat terdiri dari unit kerja sesuai dengan pengurus PMI.
peraturan organisasi.
(3) Struktur markas, jumlah karyawan dan sistem remunerasi, ditetapkan Pasal 35
oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris provinsi/ Ketentuan lebih lanjut tentang kemarkasan diataur dalam peraturan
kabupaten/kota/Kecamatan, dan dilaporkan kepada pleno pengurus organisasi.
sesuai tingkatan.
Pasal 33 BAB XIV
Kepala Markas PEMBINAAN, PEMBEKUAN, KEPENGURUSAN

Kualifikasi kepala markas PMI di semua tingkatan : Pasal 36


(1) Memiliki kemampuan dan profesional Pembinaan
(2) Memahami manajemen organisasi
(3) Bekerja penuh (full time) sesuai tanggung jawabnya (1) Anggota pengurus melakukan pelanggaran, diberi sanksi organisasi
(4) Kepala markas pusat, provnsi, kabupaten/kota diberhentikan sebelum berupa : peringatan, pemberhentian semntara, pemberhentian tetap.
masa kerjanya berakhir apabila: (2) Mekanisme sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) pasal ini di atur
a. Berhalangan tetap dalam peraturan organisasi.
b. Mengundurkan diri
c. Melanggar AD-ART dan atau peraturan organisasi lainnya Pasal 37
d. Melakukan tindak pidana yang dijatuhi hukuman yang telah Pembekuan Kepengurusan
berkekuatan tetap
e. Kinerja dinilai buruk. (1) Kepengurusan PMI dapat dibekukan jika :
a. Masa bakti kepengurusan telah melewati 6 (enam) bulan.
Pasal 34 b. Kepengurusan tidak dikelola secara maksimal sesuai dengan AD/ART.

Tugas pokok dan fungsi Markas PMI adalah: (2) Kepengurusan PMI Provinsi/Kabupaten/kota dibekukan oleh Pengurus
(1) melaksanakan dan mengoordinasikan seluruh kegiatan PMI sesuai dengan PMI Pusat.
kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus; (3) Pembekuan pengurus Kabupaten/Kota berdasarkan pada usul PMI

56 57
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 32 (2) melaksanakan tugas-tugas teknis administratif dan teknis operasional


(1) Struktur organisasi markas ditetapkan oleh pengurus, sesuai dengan kepalangmerahan;
peraturan organisasi. (3) Kepala Markas melaporkan tugas dan tanggungjawabnya kepada
(2) Struktur organisasi markas dapat terdiri dari unit kerja sesuai dengan pengurus PMI.
peraturan organisasi.
(3) Struktur markas, jumlah karyawan dan sistem remunerasi, ditetapkan Pasal 35
oleh Sekretaris Jenderal/sekretaris provinsi/sekretaris kabupaten, dan Ketentuan lebih lanjut tentang kemarkasan diatur dalam peraturan
dilaporkan kepada pleno pengurus sesuai tingkatan. organisasi.

Pasal 33 BAB XIV


Kepala Markas PEMBINAAN, PEMBEKUAN, KEPENGURUSAN

Kualifikasi kepala markas PMI di semua tingkatan : Pasal 36


(1) Memiliki kemampuan dan profesional Pembinaan
(2) Memahami manajemen organisasi
(3) Bekerja penuh (full time) sesuai tanggung jawabnya (1) Anggota pengurus melakukan pelanggaran, diberi sanksi organisasi
(4) Kepala markas pusat, provnsi, kabupaten/kota diberhentikan sebelum berupa peringatan, pemberhentian sementara, pemberhentian tetap.
masa kerjanya berakhir apabila: (2) Mekanisme sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini di atur
a. Berhalangan tetap dalam peraturan organisasi.
b. Mengundurkan diri
c. Melanggar AD-ART dan atau peraturan organisasi lainnya Pasal 37
d. Melakukan tindak pidana yang dijatuhi hukuman yang telah Pembekuan Kepengurusan
berkekuatan tetap
e. Kinerja dinilai buruk. (1) Kepengurusan PMI dapat dibekukan jika :
a. Masa bakti kepengurusan telah melewati 6 (enam) bulan.
Pasal 34 b. Kepengurusan tidak dikelola secara maksimal sesuai dengan AD/ART.

Tugas pokok dan fungsi Markas PMI adalah: (2) Kepengurusan PMI Provinsi/Kabupaten/Kota dibekukan oleh Pengurus
(1) melaksanakan dan mengoordinasikan seluruh kegiatan PMI sesuai dengan Pusat.
kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus; (3) Pembekuan pengurus Kabupaten/Kota berdasarkan pada usul PMI

56 57
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

Provinsi, setelah berkonsultasi dengan pelindung kabupaten/kota BAB XVIII


(4) Kepengurusan PMI yang dibekukan di kendalikan oleh Pengurus Pusat HUBUNGAN DAN KERJA SAMA
atau kepengurusan PMI yang ditunjuk oleh PMI Pusat.
Pasal 41
BAB XV (1) Kerja sama PMI dengan Pihak lain dilaksanakan melalui PMI Pusat.
PERBENDAHARAAN (2) PMI provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan kerja sama dengan
pihak lain dengan persetujuan pengurus pusat PMI.
Pasal 38
(1) Kekayaan PMI di semua tingkatan harus ter inventarisasikan BAB XIX
(2) Inventasisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan PENGHARGAAN
kepada Pengurus Pusat dan Pengurus satu tingkat diatasnya.
Pasal 42
BAB XVI (1) Pengurus PMI disetiap tingkatan memberikan penghargaan kepada
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA mereka yang telah berjasa terhadap PMI.
(2) Penghargaan dapat berupa :
Pasal 39 a. Piagam
Ketentuan lebih lanjut tentang Pengembangan Sumber Daya diatur dalam b. Benda berharga atau
peraturan organisasi. c. Surat berharga lainnya
BAB XVII (3) Mekanisme dan tata cara pemberian pengharagaan akan diatur
PELAYANAN DONOR DARAH Peraturan Organisasi.

Pasal 40 BAB XX
Ketentuan tentang Pelayanan Donor Darah diatur lebih lanjut dalam PERATURAN PERALIHAN
peraturan organisasi
Pasal 43
Hal hal yang belum di tetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.

58 59
ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

Propinsi, setelah berkonsultasi dengan pelindung kabupaten/kota BAB XVIII


(4) Kepengurusan PMI yang dibekukan di kendalikan oleh Pengurus Pusat HUBUNGAN DAN KERJA SAMA
atau kepengurusan PMI yang di tunjuk oleh PMI Pusat.
Pasal 41
BAB XV (1) Kerja sama PMI dengan Pihak lain dilaksanakan melalui PMI Pusat.
PERBENDAHARAAN (2) PMI provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan kerja sama dengan
pihak lain dengan persetujuan pengurus pusat.
Pasal 38
(1) Kekayaan PMI di semua tingkatan harus ter inventarisasikan BAB XIX
(2) Inventasisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan PENGHARGAAN
kepada Pengurus Pusat dan Pengurus satu tingkat diatasnya.
Pasal 42
BAB XVI (1) Pengurus PMI disetiap tingkatan memberikan penghargaan kepada
UNIT USAHA mereka yang telah berjasa terhadap PMI.
(2) Penghargaan dapat berupa :
Pasal 39 a. Piagam
Ketentuan lebih lanjut tentang unit usaha diatur dalam peraturan organisasi. b. Benda berharga atau
c. Surat berharga lainnya
BAB XVII (3) Mekanisme dan tata cara pemberian penghargaan akan diatur
PELAYANAN DONOR DARAH Peraturan Organisasi.

Pasal 40 BAB XX
Ketentuan tentang Pelayanan Donor darah diatur lebih lanjut dalam PERATURAN PERALIHAN
peraturan organisasi
Pasal 43
Hal- hal yang belum di tetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Organisasi.

58 59
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB XXI
PENUTUP

Pasal 44

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

LAMPIRAN-
LAMPIRAN

60 61
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB XXI
PENUTUP

Pasal 44

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

LAMPIRAN-
LAMPIRAN

60 61
LAMPIRAN LAMPIRAN

62 63
LAMPIRAN LAMPIRAN

62 63
LAMPIRAN LAMPIRAN

64 65
LAMPIRAN LAMPIRAN

64 65
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran III

Salinan dari Salinan menundjukkan sebagai perhimpunan jang memberi


pertolongan dengan sukarela baik kepada umum
maupun kepada badan-badan Pemerintahan istimewa
PRESIDEN dalam arti fatsal 26 daripada Conventie Geneve;
REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Menimbang : bahwa sudah selajaknja kalau pekerdjaan itu
seterusnja diserahkan kepada perhimpunan tersebut
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT dan menundjuknja sebagai satu-satunja organisasi jang
dapat mendjalankan pekerdjaan palang-merah
NOMOR 25 TAHUN 1950
menurut Conventie tersebut di Republik Indonesia
serta mengakuinja sebagai badan hukum;
KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Memperhatikan : fatsal 5 perdjandjian-peralihan
penjerahan kedaulatan, dan fatsalfatsal 68, 117, 118,
119, 192 dan 193 Konstitutie Republik Indonesia Serikat
Mendengar : Menteri Kesehatan dan Menteri Kehakiman; dan fatsal 2 dari Peraturan pengakuan perkumpulan,
Menimbang : bahwa menurut perdjandjian-peralihan dalam sebagai badan-hukum (1870 No. 64);
penjerahan kedaulatan oleh Keradjaan Belanda kepada
Republik Indonesia Serikat semua perdjandjian
internasional jang dilakukan oleh Keradjaan Belanda Menetapkan:
dan berlaku di Indonesia, tetap berlaku untuk Republik Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan-hukum;
Indonesia Serikat, asal sadja dalam perdjandjian PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA
internasional itu, karena aturan-aturan jang
Menundjuk : Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunja
dimuatnja, menjebabkan Republik Indonesia Serikat ta'
organisasi untuk mendjalankan pekerdjaan palang-merah di
mungkin dapat ikut serta; Menimbang : bahwa
Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864,
Conventie Geneve tentang pekerdjaan palang-merah
1906, 1929, 1949)
(1864, 1906, 1929, 1949) adalah suatu perdjandjian
internasional seperti dimaksud diatas jang tetap
berlaku untuk Republik Indonesia Serikat; Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 16 Djanuari 1950.
Menimbang : bahwa untuk memenuhi bunjinja Conventie tersebut PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,
dianggap perlu adanja suatu perhimpunan jang ttd
mendjalankan pekerdjaan palang-merah; Menimbang :
(SUKARNO)
bahwa dalam perdjoangan bangsa Indonesia mentjapai
kemerdekaan dan kedaulatan tanah-air, pekerdjaan MENTERI KESEHATAN
palang-merah itu dikerdjakan dengan memuaskan oleh Ttd
Perhimpunan Palang Merah Indonesia, jang menurut (J. LEIMENA)
anggaran dasarnja dan dengan njata telah
MENTERI KEHAKIMAN,

66 67
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran III

Salinan dari Salinan menundjukkan sebagai perhimpunan jang memberi


pertolongan dengan sukarela baik kepada umum
maupun kepada badan-badan Pemerintahan istimewa
PRESIDEN dalam arti fatsal 26 daripada Conventie Geneve;
REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Menimbang : bahwa sudah selajaknja kalau pekerdjaan itu
seterusnja diserahkan kepada perhimpunan tersebut
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT dan menundjuknja sebagai satu-satunja organisasi jang
dapat mendjalankan pekerdjaan palang-merah
NOMOR 25 TAHUN 1950
menurut Conventie tersebut di Republik Indonesia
serta mengakuinja sebagai badan hukum;
KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Memperhatikan : fatsal 5 perdjandjian-peralihan
penjerahan kedaulatan, dan fatsalfatsal 68, 117, 118,
119, 192 dan 193 Konstitutie Republik Indonesia Serikat
Mendengar : Menteri Kesehatan dan Menteri Kehakiman; dan fatsal 2 dari Peraturan pengakuan perkumpulan,
Menimbang : bahwa menurut perdjandjian-peralihan dalam sebagai badan-hukum (1870 No. 64);
penjerahan kedaulatan oleh Keradjaan Belanda kepada
Republik Indonesia Serikat semua perdjandjian
internasional jang dilakukan oleh Keradjaan Belanda Menetapkan:
dan berlaku di Indonesia, tetap berlaku untuk Republik Mengesahkan Anggaran Dasar dari dan mengakui sebagai badan-hukum;
Indonesia Serikat, asal sadja dalam perdjandjian PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA
internasional itu, karena aturan-aturan jang
Menundjuk : Perhimpunan Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunja
dimuatnja, menjebabkan Republik Indonesia Serikat ta'
organisasi untuk mendjalankan pekerdjaan palang-merah di
mungkin dapat ikut serta; Menimbang : bahwa
Republik Indonesia Serikat menurut Conventie Geneve (1864,
Conventie Geneve tentang pekerdjaan palang-merah
1906, 1929, 1949)
(1864, 1906, 1929, 1949) adalah suatu perdjandjian
internasional seperti dimaksud diatas jang tetap
berlaku untuk Republik Indonesia Serikat; Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 16 Djanuari 1950.
Menimbang : bahwa untuk memenuhi bunjinja Conventie tersebut PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,
dianggap perlu adanja suatu perhimpunan jang ttd
mendjalankan pekerdjaan palang-merah; Menimbang :
(SUKARNO)
bahwa dalam perdjoangan bangsa Indonesia mentjapai
kemerdekaan dan kedaulatan tanah-air, pekerdjaan MENTERI KESEHATAN
palang-merah itu dikerdjakan dengan memuaskan oleh Ttd
Perhimpunan Palang Merah Indonesia, jang menurut (J. LEIMENA)
anggaran dasarnja dan dengan njata telah
MENTERI KEHAKIMAN,

66 67
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran IV

ttd Sekretariat Negara Sts. 3272/12/63-50


(SUPOMO) Kabinet Presiden
Dikeluarkan di Djakarta Pada
tanggal 16 Djanuari 1950. Salinan dari salinan
DIREKTUR KABINET PRESIDEN, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd No. 246 TAHUN 1963
(A.K. PRINGGAODIGDO)
TENTANG
Disalin sesuai dengan aslinya oleh Markas Pusat PMI, Februari 2005 PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA
Ttd.
KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Iyang D. Sukandar
Sekretaris Jenderal PMI Menimbang : a. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia
Periode 2004 - 2009 merupakan suatu organisasi nasional jang berdiri
atas azas peri-kemanusiaan dan karenanja sangat
sesuai dengan filsasafah Negara PANTJASILA ;
: b. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia selama
ini telah menundjukan ektivitasnja sebagai
perhimpunan jang selalu memberi pertolongan
dengan sukarela baik kepada umum maupun kepada
badan-badan Pemerintah ;
: c. bahwa sampai saat ini belum ada peraturan tentang
Perhimpunan Palang Merah Indonesia tersebut,
sehingga dipandang perlu segera menetapkan
peraturan tentang, Perhimpunan Palang Merah
Indonesia, terutama mengenai kedudukan dan
tugasnja.
Mengingat : 1. pasal 4 ajat 1 Undang-undang Dasar ;
2. Keputusan Presiden No. 25 tahun 1950 tentang
pengesahan Anggaran Dasar dan pengakuan sebagai
badan hukum Palang Merah Indonesia dan

68 69
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran IV

ttd Sekretariat Negara Sts. 3272/12/63-50


(SUPOMO) Kabinet Presiden
Dikeluarkan di Djakarta Pada
tanggal 16 Djanuari 1950. Salinan dari salinan
DIREKTUR KABINET PRESIDEN, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd No. 246 TAHUN 1963
(A.K. PRINGGAODIGDO)
TENTANG
Disalin sesuai dengan aslinya oleh Markas Pusat PMI, Februari 2005 PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA
Ttd.
KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Iyang D. Sukandar
Sekretaris Jenderal PMI Menimbang : a. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia
merupakan suatu organisasi nasional jang berdiri
atas azas peri-kemanusiaan dan karenanja sangat
sesuai dengan filsasafah Negara PANTJASILA ;
: b. bahwa Perhimpunan Palang Merah Indonesia selama
ini telah menundjukan ektivitasnja sebagai
perhimpunan jang selalu memberi pertolongan
dengan sukarela baik kepada umum maupun kepada
badan-badan Pemerintah ;
: c. bahwa sampai saat ini belum ada peraturan tentang
Perhimpunan Palang Merah Indonesia tersebut,
sehingga dipandang perlu segera menetapkan
peraturan tentang, Perhimpunan Palang Merah
Indonesia, terutama mengenai kedudukan dan
tugasnja.
Mengingat : 1. pasal 4 ajat 1 Undang-undang Dasar ;
2. Keputusan Presiden No. 25 tahun 1950 tentang
pengesahan Anggaran Dasar dan pengakuan sebagai
badan hukum Palang Merah Indonesia dan

68 69
LAMPIRAN LAMPIRAN

penundjukan Palang Merah Indonesia sebagai satu- Pasal 2


satunja organisasi untuk mendjalankan pekerdjaan (1) PMI bertindak atas nama Pemerintah Republik Inodnesia tentang
palang merah di negara Republik Indonesia menurut pelaksanaan hubungan dengan luar negeri dalam lapangan ke-palang-
Konvensi-konvensi Djenewa ; merahan untuk memenuhi sjarat sjarat jang ditentukan dalam
3. Undang-undang No. 59 tahun 1958 tentang Ikut-serta konvensi Djenewa terhadap dunia luar.
Negara Republik Indonesia dalam seluruh Konvensi (2) Disamping tugas-tugas jang termaktub ada ajat ( 1 ) diatas PMI
Djenewa tanggal 12 Agustus 1949 ; mempersiapkan diri untuk dapat melaksanakan tugas-tugas bantuan
Mendengar : Wakil Perdana Menteri II, Menteri Koordinator pertama pada tiaptiap bentjana alam jang terdjadi baik didalam
Kompartimen Pertahanan / Keamanan dan Menteri negeri maupun duluar negeri, dengan tudjuan untuk mentjari
Koordinator Kompartiman Kesedjahteraan ; ketangkasan-ketangkasan dalam melaksanakan tugas-tugas pada
waktu ada perang disampingnja tudjuan pokok PMI dalam lapangan
peri-kemanusiaan.
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG
Pasal 3
PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA.
(1) Untuk dapat melaksanakan ketentuan dalam pasal 2 PMI
mengusahakan ikutsertanja bangsa Indonesia setjara maksimal dalam
BAB I lapangan tenaga maupun dana dan materi.
KETENTUAN UMUM. (2) Tiap tahun kepada Pemerintah harus diadjukan rentjana kerdja
untuk tahun berikutnja dan laporan tentang kegiatan tahun jang
Pasal 1. lampau, rentjana kerdja dan laporan ini diadjukan selambat-
lambatnja pada tanggal 1 April tiap tahun.
(1) Perhimpunan Palang Merah Indonesia, selandjutnja disebut PMI,
adalah suatu organisasi nasional, jang berdiri atas azas peri-
kemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda- Pasal 4
bedakan bangsa, golongan dan faham politik. (1) Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 1 ajat ( 3 ) Menteri
(2) PMI bertanggung djawab kepada Pemerintah mengenai terlaksananja Koordinator Kompartimen Pertindjauan/Keamanan menjusun sebagai
dengan baik tugas-tugas PMI sebagaimana tersebut dalam Anggaran tugas serta hak-hak antara Angkatan bersendjata dan PMI dengan
Dasar PMI. memeperhatikan ketentuan-ketntuan dalam konvensi Djenewa.
(3) Pengurus Besar PMI bertanggung djawab mengenai pelaksanaan tugas (2) Tugas ini diperintji untuk dilaksanakan dalam waktu perang dan
tugasnja sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar PMI dalam waktu damai.
kepada Wakil Perdana Menteri. BAB II TUGAS POKOK DAN KEGIATAN-
KEGIATAN.

70 71
LAMPIRAN LAMPIRAN

penundjukan Palang Merah Indonesia sebagai satu- Pasal 2


satunja organisasi untuk mendjalankan pekerdjaan (1) PMI bertindak atas nama Pemerintah Republik Inodnesia tentang
palang merah di negara Republik Indonesia menurut pelaksanaan hubungan dengan luar negeri dalam lapangan ke-palang-
Konvensi-konvensi Djenewa ; merahan untuk memenuhi sjarat sjarat jang ditentukan dalam
3. Undang-undang No. 59 tahun 1958 tentang Ikut-serta konvensi Djenewa terhadap dunia luar.
Negara Republik Indonesia dalam seluruh Konvensi (2) Disamping tugas-tugas jang termaktub ada ajat ( 1 ) diatas PMI
Djenewa tanggal 12 Agustus 1949 ; mempersiapkan diri untuk dapat melaksanakan tugas-tugas bantuan
Mendengar : Wakil Perdana Menteri II, Menteri Koordinator pertama pada tiaptiap bentjana alam jang terdjadi baik didalam
Kompartimen Pertahanan / Keamanan dan Menteri negeri maupun duluar negeri, dengan tudjuan untuk mentjari
Koordinator Kompartiman Kesedjahteraan ; ketangkasan-ketangkasan dalam melaksanakan tugas-tugas pada
waktu ada perang disampingnja tudjuan pokok PMI dalam lapangan
peri-kemanusiaan.
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG
Pasal 3
PERHIMPUNAN PALANG MERAH INDONESIA.
(1) Untuk dapat melaksanakan ketentuan dalam pasal 2 PMI
mengusahakan ikutsertanja bangsa Indonesia setjara maksimal dalam
BAB I lapangan tenaga maupun dana dan materi.
KETENTUAN UMUM. (2) Tiap tahun kepada Pemerintah harus diadjukan rentjana kerdja
untuk tahun berikutnja dan laporan tentang kegiatan tahun jang
Pasal 1. lampau, rentjana kerdja dan laporan ini diadjukan selambat-
lambatnja pada tanggal 1 April tiap tahun.
(1) Perhimpunan Palang Merah Indonesia, selandjutnja disebut PMI,
adalah suatu organisasi nasional, jang berdiri atas azas peri-
kemanusiaan dan atas dasar sukarela dengan tidak membeda- Pasal 4
bedakan bangsa, golongan dan faham politik. (1) Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 1 ajat ( 3 ) Menteri
(2) PMI bertanggung djawab kepada Pemerintah mengenai terlaksananja Koordinator Kompartimen Pertindjauan/Keamanan menjusun sebagai
dengan baik tugas-tugas PMI sebagaimana tersebut dalam Anggaran tugas serta hak-hak antara Angkatan bersendjata dan PMI dengan
Dasar PMI. memeperhatikan ketentuan-ketntuan dalam konvensi Djenewa.
(3) Pengurus Besar PMI bertanggung djawab mengenai pelaksanaan tugas (2) Tugas ini diperintji untuk dilaksanakan dalam waktu perang dan
tugasnja sebagaimana termaktub dalam pasal 7 Anggaran Dasar PMI dalam waktu damai.
kepada Wakil Perdana Menteri. BAB II TUGAS POKOK DAN KEGIATAN-
KEGIATAN.

70 71
LAMPIRAN LAMPIRAN

Pasal 5 Biro Organisasi dan Administrasi


Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2 ajat ( 2 ) Menteri Pd. Kepala II Bagian Kearsipan
Koordinator Kompartimen Kesedjahteraan mengatur Pembagian tugas dan
hak-hak antara Departemen-departemen dalam Kompartimen
t.t.d.
Kesedjahteraan dengan PMI dengan memperhatikan Peraturan-peraturan
jang dikeluarkan oleh Liga Palang Merah.
Soegianto
Pasal 6
Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 3 ajat ( 1 ) PMI harus Sesuai dengan jang asli
mendapatkan pengesahan lebih dahulu dari Wakil Perdana Menteri WAKIL SEKRETARIS NEGARA
terutama dalam hal kegiatan Fundraising.

t.t.d.

BAB III
SANTOSO (S.H.) BRIG.DJEN.TNI
ATURAN PENUTUP
Pasal 7
Disalin Sesuai dengan salinan jg asli,
Ketjuali tentang hal-hal jang telah ditentukan dalam keputusan ini Wakil
Oleh Markas Besar Palang Merah Indonesia
Perdana Menteri mengadakan peraturan tentang segala sesuatu jang
berhubungan dengan kepalang-merahan dengan mengingat/mendengar
pertimbangan dari pengurus besar PMI. ttd

Pasal 8 Nini R. Hadinoto


Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Ditetapkan di Djakarta Sesuai dengan salinan jg aslinja
Pada tanggal 29 Nopember 1963 Oleh Bagian Sekertariat MB. PMI
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tanggal 9 Agustus 1985
t.t.d.
SOEKARNO ttd
Sesuai dengan salinan jg aslinja Siti Mulyani, BA
SEKRETARIAT NEGARA

72 73
LAMPIRAN LAMPIRAN

Pasal 5 Biro Organisasi dan Administrasi


Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2 ajat ( 2 ) Menteri Pd. Kepala II Bagian Kearsipan
Koordinator Kompartimen Kesedjahteraan mengatur Pembagian tugas dan
hak-hak antara Departemen-departemen dalam Kompartimen
t.t.d.
Kesedjahteraan dengan PMI dengan memperhatikan Peraturan-peraturan
jang dikeluarkan oleh Liga Palang Merah.
Soegianto
Pasal 6
Untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 3 ajat ( 1 ) PMI harus Sesuai dengan jang asli
mendapatkan pengesahan lebih dahulu dari Wakil Perdana Menteri WAKIL SEKRETARIS NEGARA
terutama dalam hal kegiatan Fundraising.

t.t.d.

BAB III
SANTOSO (S.H.) BRIG.DJEN.TNI
ATURAN PENUTUP
Pasal 7
Disalin Sesuai dengan salinan jg asli,
Ketjuali tentang hal-hal jang telah ditentukan dalam keputusan ini Wakil
Oleh Markas Besar Palang Merah Indonesia
Perdana Menteri mengadakan peraturan tentang segala sesuatu jang
berhubungan dengan kepalang-merahan dengan mengingat/mendengar
pertimbangan dari pengurus besar PMI. ttd

Pasal 8 Nini R. Hadinoto


Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.
Ditetapkan di Djakarta Sesuai dengan salinan jg aslinja
Pada tanggal 29 Nopember 1963 Oleh Bagian Sekertariat MB. PMI
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tanggal 9 Agustus 1985
t.t.d.
SOEKARNO ttd
Sesuai dengan salinan jg aslinja Siti Mulyani, BA
SEKRETARIAT NEGARA

72 73
LAMPIRAN

Lampiran V

HASIL KEPUTUSAN FORMATUR


TENTANG
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PMI
PERIODE 2014-2019
1. Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
2. Wakil Ketua Umum : Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita
3. Ketua Bidang Organisasi : Sasongko Tedjo, SE, MM
4. Ketua Bidang Penangganan
Bencana : Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH.
5. Ketua Bidang Kesehatan
dan Sosial : dr. Farid Husain, Sp.KBD
6. Ketua Bidang
UDD dan RumahSakit
7. Ketua Bidang
PMR dan Relawan
: dr. Linda Lukitari Waseso

: H. Muhammad Muas, SH.


LAMPIRAN-
8. Ketua Bidang Hubungan
Internasional : Prof. Dr. Hamid Awaluddin
LAMPIRAN
9. Ketua Bidang
Dana dan Prasarana : Drs. Johny Darmawan, M.Si
10. Sekretaris Jenderal : dr. RitolaTasmaya, MPH
11. Wakil Sekretaris Jenderal : dr. Diah Defawati Ande Latif
12. Bendahara : Suryani Sidik Motik, Ph.D
13. Wakil Bendahara : Ir. J. Dwi Hartanto
14. Anggota : Rapiuddin Hamarung
15. Anggota : Andi Harianto Sinulingga
16. Anggota : R. Heru Aryadi, MPH
17. Anggota : Alirman Sori, SH, M.Hum

Catatan:
Susunan Pengurus PMI Pusat Masa Bakti 2014-2019 hasil rapat Tim
Formatur tanggal 7 Januari 2015 dan ditetapkan melalui
Keputusan Ketua Umum PMI No. 002/KEP/KU PMI/I/2015.

74 75
ANGGARAN DASAR
www.pmi.or.id
dan
ANGGARAN
RUMAH TANGGA

Markas Pusat Palang Merah Indonesia Ditetapkan oleh:


Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta 12970 - Indonesia
Telp. +62 21 7992325, Fax. +62 21 7995188 Musyawaran Nasional XX
Email: pmi@pmi.or.id
Website: www.pmi.or.id
Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai