Analisis Kebijakan Pangan Dan Gizi
Analisis Kebijakan Pangan Dan Gizi
SURAT EDARAN MENTRI DALAM NEGRI NO 521 -21/408 SJ TAHUN 2015 TENTANG
IMPLEMENTASI PROGAM RASKIN DAERAH
OLEH :
HALAMAN SAMPUL
RINGKASAN EKSKLUSIF
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti
makanan, pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup. Kemiskinan di sebabkan oleh berbagai hal, baik rendahnya tingkat pengetahuan
maupun tidak adanya akses terhadap pekerjaan yang menyebabkan ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan pangan dasar sebagai mahluk hidup.
Pangan merupakan sumberdaya kemanusiaan yang unik. Setiap individu memiliki hak bebas dari
rasa lapar dan kelaparan. Pangan memiliki dimensi yang sangat kompleks, tidak saja dari sisi
kehidupan dan kesehatan, tetapi juga dari sisi sosial, budaya dan politik. Oleh karena itu,
perwujudan ketahanan pangan dan gizi tidak dapat dilepaskan dari upayaupaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat, peningkatan daya saing SDM, yang
selanjutnya menjadi daya saing bangsa. Pangan dapat dikatakan sebagai produk budaya, karena
pangan merupakan hasil adaptasi aktif antara manusia / masyarakat dengan lingkungan nya,
sehingga perwujudan ketahanan pangan harus bertumpu pada sumberdaya dan kearifan lokal,
sehingga ia dapat menjadi media dalam mengembangkan budaya dan peradaban bangsa.
Ketahanan pangan dan gizi merupakan satu kesatuan konsep dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia yang berkualitas. Dalam konteks ini, pembangunan pangan seiring dengan
upaya pemenuhan konsumsi gizi mayarakat berdasarkan kaidah beragam bergizi seimbang dan
aman. Implementasi pendekatan ini adalah pembangunan pangan dan gizi merupakan rangkaian
kegiatan lintas sektor, mulai dari penyiapan infrastruktur dan faktor produksi usaha pangan;
proses produksi dan pengolahan; distribusi, pemasaran, dan perdagangan; sampai pada
pemberdayaan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya konsumsi pangan.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap warga negara, maka
pemerintah menetapkan kebijakan penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat miskin (Raskin). Penyaluran beras bersubsidi ini telah membantu sebagian besar
masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dapat
dikurangi, yang pada akhirnya memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan
kemiskinan di Indonesia. Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai akses yang baik
terhadap pangan (beras) dalam hal harga dan ketersediaan.
Program Raskin sebagai implementasi kebijakan subsidi pangan terarah merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial Pemerintah terhadap keluarga miskin. Secara Vertikal, program
Raskin akan berdaampak pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga.
Secara horizontal, Raskin merupakan Transfer Energi yang mendukung program perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja(Petunjuk Teknis Pelaksanaan Raskin).
BAB 1
KAJIAN KEBIJAKAN
SURAT EDARAN MENTRI DALAM NEGRI NO 521 -21/408 SJ TAHUN 2015 TENTANG
IMPLEMENTASI PROGAM RASKIN DAERAH
1.1.1 Ketidak tepatan sasaran dalam pembagian kupun untuk pengambilan bantuan
raskin yang seharusnya di terima oleh yang berhak menerima.
1.1.2 Mutu dan kualitas beras kurang baik yang di terima masyarakat, meski
pemerintah menjamin kualitas raskin berkondisi baik, namun bnyak di keluhkan,
beras dibagikan apek, kotor dan bnyak kutu.
1.1.3 Raskin tidak di bagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum petugas
di jual ke penadah, di berbagai pasar.
1.1.4 Jumlah berkurang, Jumlah raskin yang dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per
kilo gram, tetapi per liter, sehingga beras yang diterima jumlahnya berkurang.
Kekurangan itu juga bisa terjadi karena penggunaan timbangan yang keliru dan
berbeda dengan timbangan standar.
1.1.5 Tidak sesuai harga, harga pembelian raskin yang semestinya RP 1.000/kg harus di
beli seharga RP 1.300/liter ( bukan kilo gram)
1.1.6 Kesalahan data. Akibat ketidak danya kordinasi antara pemerintah baik dari pusat,
propinsi, kabupaten sampai desa, jumlah orang miskin yang di data lebih besar
atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga raskin yangdibagikan kurang
atau lebih.
1.1.7 Menunggak pembanyaran setoran. Akibat tunggakan hasil penjualan raskin di
suatu daerah yang tidak di setorkan ke dolog, maka dolok tidak mau menyalurkan
lagi jatah raskin sebelum tunggakan di lunasi. Hal ini amat merugikan penerima
manfaat raskin, karena mereka membeli secara kontan, sedangkan urusan uang
penyetoran tidak di ketahui.
BAB 11
2.2 RESISTENSI
2.2.2 kepala desa / kades selaku penampung terahir, pendata penerimaan raskin dan
penyalur ke tangan yang berhak menerima.
BAB III
PREDIKSI
3.1 PREDIKSI TRADE OFF
3.1.1 Program bantuan pangan pada dasarnya dirancang utamanya untuk motif
kemanusiaan. Barret dan Maxwell (2005) secara lebih spesifik menjelaskan
bahwa program bantuan pangan peemrintah pada hakekatnya memiliki peran
penting dalam kondisi darurat (emergency) serta tujuan pengembangan
(developmental). Namun demikian, sebagaimana disitir oleh Sulaiman (2010),
program semacam ini ini juga berpotensi memiliki dampak yang tidak
diharapkan. Dampak sampingan yang mungkin muncul di antaranya adalah
disincentive untuk bekerja dan crowding-out effect terhadap bantuan pangan yang
sebelumnya diterima rumah tangga dari keluarganya (private transfer) maupun
dari lembaga swadaya masyarakat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
kecurigaan akan munculnya efek negatif ini bukanlah sesuatu yang mengada-ada.
Sulaiman (2010) menemukan bukti bahwa program bantuan makanan justru
menurunkan tingkat pendapatan keluarga di Sudan.
BAB 1V
Dilihat dari kualitas beras itu sendiri, kondisi berasnya jelek dan yang banyak
dikeluhkan masyarakat adalah berbau apek dan berkutu. Oleh karena itu, sebagian dari
masyarakat menjual kembali berasnya untuk menggantinya dengan lauk maupun
membeli beras yang lebih bagus kualitasnya. Meskipun sudah ada kriteria penerima
Raskin namun tetap saja masih ada yang menerima Raskin, padahal masyarakat tersebut
tergolong mampu. Ketidaktepatan sasaran inilah yang membuat rancu antara yang
seharusnya menerima dan yang tidak berhak menerima.
Dari Program Raskin ini pemerintah mengharapkan adanya perubahan
kesejahteraan yang dialami masyarakat. Namun dalam kenyataannya perubahan tersebut
tidak langsung terjadi secara signifikan. Yang diharapkan tidak muluk-muluk, hanya saja
masyarakat diharapkan bisa mengkonsumi beras yang layak, serta memenuhi kebutuhan
hidup mereka.
4.2 REKOMENDASI