A; Definisi
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengdakan
penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf
dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial,
jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh darah getah bening.
B; Patofisiologi
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya penyakit lain bukan primer
paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothorax. Efusi eksudat terjadi
bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh
darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal
dan terjadi pengeluaran cairan kedalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudtiva
yang paling sering adalah karena mikobacterium tuberculosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit, jamur,
pneumonia atipik, keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus,
pleuritis rheumatoid.
C; Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik
yang terliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan biopsi dan analisa
cairan pleura
2; Torakosentesis
Komplikasi lain yang dapat timbul adalah: pneumotoraks (ini yang paling
sering udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma pada pembuluh
darah interkostalis) dan emboli udara yang agak jarang terjadi. Dapat juga
terjadi laserasi pleura viscralis, tapi biasanya ini akan sembuh sendiri dengan
cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan udara dari alveoli
masuk ke ven apulmonalis sehingga terjadi emboli udara. Untuk mencegah
emboli udara ini terjadi emboli pulmoner atau emboli sistemik, pasien
dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah, posisi kepala lebih rendah dari
leher, sehingga udara tersebut dpat terperangkap di atrium kanan. Menegakkan
diagnosis cairan pleura dilakukan pemeriksaan:
- Warna cairan
- Biokimia
- Transudat
Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotic menjadi terganggu, ehingga terbentuknya
cairan pada satu sisi pleura kan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya.
Biasanya hal in iterdapat pada
- Eksudat
- Sitologi
- Bakteriologi
- Biopsi pleura
Analisa terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang tidak dapat
menegakkan diagnosis. Dianjurkan aspirasi dan analisisnya diulang kembali sampai
diagnosis mejadi jelas. Efusi yang menetap dalam waktu empat minggu dan kondisi
pasien tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang kembali.
Cara: dilakukan sedikit incisi pada dinding dada, cairan dikeluarkan dengan
memakai penghisap dan udara dimasukkan supaya bisa melihat kedua pleura.
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya
multiokular perlu dilakukan tindakan operatif. Sebaiknya irigasi cairan garam
fisiologis atau antiseptik dilakukan sebelum pusnya dikeluarkan.untuk mencegah
efusi pleura terjadi kembali, sebaiknya setelah aspirasi (pada efusi pleura maligna)
dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura visceralis dan pleura
parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, bleomisin, korinekbakterium
parvum, tio-tepa, 5 fluororurasil.
F; Prosedur pleurodesis
Pipa selang dimasukkan pada ruang antar iga dan cairan efusi dialirkan ke luar
secara perlahan-lahan. Setelah tidak ada lagi cairan yang keluar, masukkan
tetrasiklin (biasnya oksitetrasiklin) yang dilarutkan dalam 20 cc garam fisologis ke
dalam ronga pleura, selanjutnya diikuti dengan 20 cc garam fisiologis. Kunci selang
selam 6 jam dan selama itu pasien diubah-ubah posisinya, sehinga tetrasiklin dapat
didistribusikan kesaluran rongga pleura. Selang antar iga dibuka dan cairan dalam
rongga pleura kembali dialirkan keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang
kemudian dicabut. Jika dipakai zat korinekbakterium parvum, masukkan 7 mg yang
dilarutkan dalam 20 cc garam fisologis dengan cara seperti tersebut diatas.
Komplikasi tindakan pleurodesis ini sedikit sekali dan biasanya berupa nyeri
pleuritik atau demam.
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Jenis virusnya adalah:
echo virus, coxsackie group, chlamidia, rickettsia dan mikoplasma. Cairan efusi
biasnaya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000 per cc. gejala penyakit
dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan virus dalam cairan efusi, tapi cara
termudah adalah dengan mendeteksi antibodi terhadap virus dalam cairan efusi.
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringan
parenkim paru dan menjalar secara hematogen dan jarang yang melalui pentrasi
diafragma, dinding dada atau esophagus.
c; Pleuritis tuberkulosa